• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

3. Aborsi dalam Perspektif Hukum Islam dan Peraturan

Kalangan agamawan, salah satunya dalam agama Islam memandang sebagai tindakan pelanggaran moral karena merenggut hak hidup manusia. Sementara menurut hukum di Indonesia aborsi dipandang sebagai tindakan pidana, karena aborsi memang fenomena nyata meskipun kasus yang terjadi lebih banyak ditutupi daripada dilaporkan. Tindakan aborsi juga merupakan tindakan dilematis, karena tidak sedikit dari praktik yang ada justru banyak para ibu yang terenggut nyawanya karena menjalani aborsi.

Apabila dilihat dalam kasus yang muncul dalam masyarakat dapat diketahui bahwa pelaku yang melalukan tindakan aborsi sangat beragam mulai dari dokter, bidan, perawat, dukun, guru, insinyur maupun orang biasa lainnya. Berdasarkan hal tersebut maka apabila dilihat dari pelaku yang melakukan aborsi dapat dibedakan antara pelaku sebagai tenaga medis dan pelaku bukan tenaga medis. Adapun apabila dilihat dari cara melakukannya aborsi ada yang menggunakan cara medis. Sedangkan apabila dilihat dari tempat dilakukannya ada yang di klinik bersalin, di rumah dukun, maupun di hotel.

61

Diperbolehkannya aborsi untuk menyelamatkan jiwa si ibu, para fuqaha mengemukakan bahwa termasuk dharurat apabila lahir dipastikan akan membahayakan jiwa ibu. Dalam pandangan fuqaha, kematian ibu lebih berat daripada janin, karena ibu adalah induk darimana janin berasal. Ia sudah memiliki eksistensi yang pasti, memiliki kewajiban dan hak, sementara janin belum. Karena itu ia tidak boleh dikorbankan demi menyelamatkan janin yang eksistensinya belum pasti dan belum memiliki kewajiban.Aborsi diperbolehkan apabila usia kehamilan di bawah 40 hari berlaku untuk nikah yang sah dan bahwa kebolehan aborsi adalah bersifat

rukhsah. Terdapat kaidah fiqhiyah yang mengatakan “al-rukhas laa tunaathu bi al-ma’ashi”. (rukhsah tidak berlaku untuk perbuatan-perbuatan maksiat). Oleh karena itu, apabila kehamilan disebabkan oleh perbuatan haram, maka tindakan aborsi tidak diperbolehkan.

Aborsi yang disebabkan oleh perzinahan, berbeda dengan aborsi yang disebabkan karena perkosaan, maka diperbolehkan jika kelahiran anak tersebut dipastikan akan membawa dampak buruk bagi jiwa dan raga si ibu di kemudian hari. Aborsi untuk kasus seperti ini boleh dilakukan, karena perempuan menjadi korban perkosaan bukan pelaku tindak pidana sehingga rukhsah aborsi berlaku. Apalagi perempuan tersebut hamil bukan atas kemauannya sendiri melainkan dipaksa. Dalam kondisi seperti ini berlaku hadits Nabi yang menyatakan: “umatku dibebaskan dari kekeliruan, kealpaan dan sesuatu yang dipaksakan kepadanya”.(HR. Thabrani, Ahmad, Abu Dawud an-Nasa’i dan al-Hakim).

62

Legalisasi pada wanita yang hamil akibat perkosaan dengan syarat usia kehamilan di bawah 40 hari, selama ini disepakati legalisasi aborsi hanya berlaku dengan alasan darurat medis yang mengancam kondisi ibu dan janin. Dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi dapat diartikan secara luas bahwa pemerintah bertanggung jawab menyiapkan sarana pelayanan aborsi yang aman dan standar.

Pada pasal 2 poin b memberi jawaban bagi kelompok pembela hak reproduksi wanita yang hamil karena diperkosa, korban memiliki hak untuk dilindungi. Tetapi tenaga medis atau dokter tidak berani melakukan bantuan pelayanan aborsi karena takut ancaman pidana. Sehingga wanita hamil diperkosa mencari solusi jalan keluar dengan melakukan pengguguran kandungan pada tenaga tidak kompeten dan dengan cara yang tidak aman. Penyalahgunaan Peraturan Pemerintah ini adalah tim yang memutuskan bahwa benar kehamilan wanita itu karena perkosaan atau kehamilan yang tidak diinginkan.

Pasal 31 poin b terkait indikasi kedaruratan medis dan perkosaan sebagai pengecualian atas larangan aborsi yang berlaku umum selama ini yang digolongkan sebagai perbuatan melawan hukum, baik dalam kitab undang-undang hukum pidana maupun hukum Islam.

Aborsi dalam kasus kehamilan akibat perkosaan, memang masalah yang sangat serius saat ini. Agar dapat melakukan aborsi tetapi masih

63

dibenarkan oleh syari’ah Islam maupun hukum positif. Pemecahan masalah secara Islami terhadap kasus perkosaan yaitu:

a. Dengan mengakhiri segala bentuk pengeksposan tubuh di depan publik.

b. Melarang film-film pornografi, buku dan nyanyian. c. Membatasi pergaulan bebas antara pria dan wanita.

d. Tidak menggunakan wanita sebagai daya tarik iklan untuk menjual segala macam produk atau barang.

Apabila langkah-langkah pencegahan sudah dilakukan, tetapi masih terdapat kasus perkosaan, maka Islam menganjurkan agar korban segera mendapatkan pertolongan medis untuk mencegah segala kemungkinan terjadinya kehamilan. Pendapat ini diperkuat dengan pandangan Qurthubi yang mengatakan bahwa air mani bukanlah sesuatu yang pasti, dan tidak ada konsekuensinya jika wanita segera mengeluarkannya sebelum menetap dalam rahim. Apabila ada kasus perkosaan, maka korban segera meminta pertolongan medis untuk mencegah terjadinya kehamilan. Mencegah suatu kehamilan korban perkosaan diperbolehkan, karena kehamilan seseorang terjadi bukan paksaan, tetapi karena pilihan.

64

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Aborsi adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) sebelum buah kehamilan tersebut mampu untuk hidup di luar kandungan, baik dilakukan sendiri ataupun dengan bantuan orang lain.

1. Aborsi dalam perspektif hukum Islam yang terdapat pada literatur fiqh memiliki berbagai penafsiran. Apabila umur janin sudah mencapai 40 atau 42 hari atau sesudah ditiupkan ruh, maka dalam Islam tindakan aborsi diharamkan. Sedangkan apabila umur janin kurang dari 40 atau sebelum ditiupkan ruh, para fuqaha berbeda pendapat tentang boleh tidaknya melakukan aborsi. Walaupun tindakan aborsi boleh dilakukan sebelum janin berumur 40 hari atau sebelum ditiupkan ruh, tetapi semua itu harus jelas alasannya yaitu untuk menyelamatkan nyawa si ibu dalam keadaan darurat.

2. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi yang membahas tentang pelegalan aborsi. Memang di dalam Peraturan Pemerintah tersebut terdapat beberapa pasal yang membahas tentang diperbolehkannya melakukan aborsi. Tindakan aborsi dapat dilakukan apabila ada alasan yang jelas, yaitu kedaruratan medis dan kehamilan akibat perkosaan. Dalam kedaruratan medis seperti kehamilan yang mengancam nyawa dan kesehatan keduanya, yaitu ibu dan atau

65

janinnya, misalnya janin menderita penyakit genetik berat atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat lagi diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan. Maka satu-satunya jalan yaitu dengan melakukan tindakan aborsi, setelah memenuhi syarat dari uji kelayakan aborsi. Dalam tindakan aborsi akibat perkosaan boleh dilakukan apabila usia kehamilan paling lama 40 hari dihitung sejak hari pertama haid terakhir yang dinyatakan oleh surat keterangan dokter dan terbukti adanya perkosaan dari keterangan penyidik, psikolog dan ahli lain. Tetapi tindakan tersebut harus dilakukan dengan prosedur yang sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah tersebut.

3. Melakukan tindakan aborsi dalam pandangan hukum Islam yang memboleh apabila usia janin masih 40 hari atau sebelum ditiupkan ruh. Dalam kasus untuk menyelamatkan jiwa si ibu karena kedaruratan medis diperbolehkan dalam hukum Islam, karena mengambil madIharat (bahaya) yang lebih kecil. Sedangkan masalah aborsi karena perkosaan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi diperbolehkan apabila usia janin paling lama 40 hari, dalam hukum Islam juga memperbolehkan dengan alasan apabila tidak dilakukan tindakan tersebut akan membawa dampak buruk bagi jiwa dan raga si ibu di kemudian hari, maka rukhsah aborsi berlaku karena kehamilan tersebut akibat dari unsur paksaan.

66 B. Saran

Ada beberapa saran yang penulis anggap perlu untuk disampaikan dalam skripsi ini, yaitu:

1. Pemerintah sebaiknya bekerja sama dengan lapisan masyarakat atau media masa untuk melakukan penyuluhan terhadap maraknya tindakan aborsi. Dan seharusnya pemerintah segera membuat dan mengeluarkan aturan turunannya sebagai penjelasan terhadap Peraturan Pemerintah tentang aborsi tersebut agar tidak ada kecaman dari masyarakat yang belum bisa menerima aturan tersebut.

2. Para tenaga kesehatan yaitu dokter, bidan ataupun yang lainnya, agar selalu menjaga sumpah profesi dan kade etiknya dalam melakukan pekerjaan. Sedangkan apabila dokter menangani aborsi yang diperbolehkan oleh Negara dan agama, seharusnya melayani dengan profesional.

3. Semua masyarakat sudah seharusnya sadar untuk mematuhi hukum yang berlaku, baik hukum Islam maupun Negara. Masyarakat harus mengetahui tentang bahaya aborsi, terutama kepada pelaku aborsi.

4. Kepada orang tua agar lebih memperhatikan kondisi/keadaan anak terutama anak perempuan yaitu seperti membatasi pergaulan, serta memberikan pendidikan khusus mengenai pergaulan remaja dan lebih ditekankan dalam pendidikan agamanya.

67

DAFTAR PUSTAKA

Al-Baghdadi, Abdurrahman. 1998. Emansipasi Adakah dalam Islam. Jakarta: Gema Insani Press.

Anshor, Maria Ulfah. 2006. Fikih Aborsi: Wacana Pengutan Hak Reproduksi Perempuan. Jakarta: Kompas.

Bertens, K. 2002. Aborsi Sebagai Masalah Etika. Jakarta: Grasindo.

Ebrahim, Abul Fadl Mohsin. 1997. Isu-isu Biomedis dalam Perspektif Islam: Aborsi, Kontrasepsi dan Mengatasi Kemandulan. Bandung: Mizan.

Hidayatulloh, Agus, Lc., M.A., dkk. 2012. AT-THAYYIB Al-Qur’an Transliterasi Per Kata dan Terjemah Per Kata. Bekasi: Cipta Bagus Segara.

Kusmaryanto, CB, SCJ. 2002. Kontrversi Aborsi. Jakarta: Grasindo.

Majelis Ulama Indonesia. 2003. Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia. Departemen Agama RI.

____ Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi.

Qardhawi, Yusuf. 2007. Halal Haram Dalam Islam. Surakarta: Era Intermedia. Cet. Ke-4.

_____ Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

68

_____ Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Zallum, Abdul Qodim. 1998. Beberapa Problem Kontemporer dalam Pandangan Islam: Kloning, Transplantasi Organ, Abortus, Bayi Tabung,

Penggunaan Organ Tubuh Buatan, Definisi Hidup dan Mati. Bangil: Al-Izzah. http://www.istibsyaroh.com/buku-aborsi-dan-hak-hak-reproduksi-dalam-islam.html. http://maktabah-jamilah.blogspot.co.id/2010/04/aborsi-dalam-analisa-fiqih-islam.html. http://www.obataborsi.name/definisi-aborsi.

Dokumen terkait