• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

3. Abortus Inkomplit

a. Pengertian Abortus Inkomplit

Abortus Inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus (Wiknjosastro, 2005).

Abortus Inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis serviks yang tertinggal pada desidua atau plasenta (Rukiyah, 2010).

b. Tanda dan Gejala Abortus Inkomplit

Menurut Rukiyah (2010), tanda dan gejala Abortus Inkomplit adalah : 1) Perdarahan sedang, hingga masih banyak setelah terjadi abortus. 2) Serviks terbuka, karena masih ada benda di dalam uterus yang

dianggap corpus alliem maka uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi tetapi kalau keadaan ini dibiarkan lama, servik akan menutup kembali.

3) Kram atau nyeri perut bagian bawah dan terasa mules-mules. 4) Ekspulsi sebagai hasil konsepsi.

c. Diagnosa Abortus Inkomplit

Pada pemeriksaan vaginalis, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Perdarahan pada abortus inkomplitus dapat banyak sekali, sehingga menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan (Winkjosastro, 2005).

d. Penanganan Abortus Inkomplit

Menurut Saifuddin (2005) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan Abortus inkomplit sebagai berikut :

1) Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg I.M. atau misoprostol 400 mcg per oral.

2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan :

a) Aspirasi Vakum Manual (AVM) merupakan metode evakuasi yang terpilih. Evaluasi dengan kuretase tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.

b) Jika evaluasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg I.M. (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang setelah 4 jam jika perlu).

3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:

a) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan I.V. (garam fisiologik atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes/ menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi.

b) Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg). c) Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

e. Terapi Abortus dengan Kuretase

Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi alat kuretase (sendok kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus (Saifuddin, 2005).

1) Persiapan sebelum kuretase : a) Persiapan penderita

b) Lakukanlah pemeriksaan : tekanan darah, nadi, keadaan jantung, paru-paru dan sebagainya

c) Pasanglah infus cairan sebagai profilaksis d) Persiapan alat-alat kuretase

Alat-alat kuretase hendaknya telah tersedia dalam bak alat dalam keadaan aseptic (suci hama) berisi :

(1) Spekulum 2 buah (2) Sonde (penduga) uterus

(3) Cunam muzeux atau cunam porsio (4) Berbagai ukuran busi (dilatator) Hegar

(5) Bermacam-macam ukuran sendok kerokan (kuret) (6) Cunam abortus, kecil dan besar

(7) Pinset dan klem

(8) Kain seteril dan sarung tangan 2 pasang. e) Penderita ditidurkan dalam posisi litotomi

f) Pada umumnya diperlukan anastesi infiktrasi lokal atau umum secara intravena dengan ketalar.

2) Teknik kuretase

a) Tentukan letak rahim yaitu dengan melakukan pemeriksaan dalam alat-alat yang dipakai umumnya terbuat dari metal yang biasanya melengkung karena itu memasukkan alat-alat ini harus disesuaikan dengan letak rahim. Gunakanlah supaya jangan terjadi salah arah (fase route) dan perforasi.

b) Penduga rahim (sandage). Masukkanlah penduga rahim sesuai dengan letak rahim dan tentukan panjang atau dalamnya penduga rahim. Caranya adalah setelah ujung sonde terasa membentur fundus uteri, telunjuk tangan kanan diletakkan atau dipindahkan pada portio dan tariklah sonde keluar, lalu baca berapa cm dalamnya rahim.

c) Dilatasi. Bila pembukaan serviks belum cukup untuk memasukkan sendok kuretase, lakukanlah terlebih dahulu dilatasi dengan dilatator atau busi hegar. Pandanglah busi seperti memegangi pensil dan masukkanlah hati-hati sesuai letak rahim. Untuk sendok kuret terkecil biasanya diperlukan dilatasi sampai hegar nomor 7, untuk mencegah kemungkinan perforasi usahakanlah memakai sendok kuret yang agak besar, dengan dilatasi lebih besar.

d) Kuretase. Seperti telah dikatakan, pakailah sendok kuretase yang agak besar. Memasukkannya bukan dengan kekuatan dan melakukan kerokan biasanya mulailah di bagian tengah. Pakailah sendok kuretase yang tajam (ada tanda bergerigi) karena pada dinding rahim dalam (seperti bunyi pengukur kelapa).

e) Cunam abortus. Pada abortus inkomplit, dimana sudah kelihatan jaringan, pakailah cunam abortus untuk mengeluarkannya yang biasanya diikuti oleh jaringan lain. Dengan demikian sendok kuretase dapat dipakai untuk membersihkan sisa-sisa yang ketinggalan saja.

f) Perhatian : Mengapa memasukkan dan menarik alat-alat haruslah hati-hati, lakukanlah dengan lembut (with lady’s hand) sesuai dengan arah dan letak rahim (Mansjoer, 2004).

f. Perawatan Pasca Tindakan

Menurut Saifuddin (2005), perawatan pasca tindakan meliputi :

1) Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan beri instruksi apabila terjadi kelainan/ komplikasi.

2) Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan di dalam kolom yang tersedia.

3) Buat instruksi pengobatan lanjutan dan pemantauan kondisi pasien. 4) Beritahukan kepada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah

selesai dilakukan tetapi pasien masih memerlukan perawatan.

5) Jelaskan pada petugas jenis perawatan yang masih diperlukan, lama perawatan dan kondisi yang harus dilaporkan.

g. Pemantauan Pasca Abortus

Sebelum ibu diperbolehkan pulang, beri tahu bahwa abortus spontan merupakan hal yang biasa terjadi dan terjadi paling sedikit 15% (satu dari tujuh kehamilan) dari seluruh kehamilan yang diketahui secara klinis. Berilah keyakinan akan kemungkinan keberhasilan untuk kehamilan berikut, kecuali jika terdapat sepsis atau adanya penyebab

abortus yang dapat mempunyai efek samping pada kehamilan berikut (hal ini jarang terjadi) (Saifuddin, 2005).

Beberapa wanita mungkin ingin hamil langsung setelah suatu abortus inkomplit. Ibu ini sebaiknya diminta untuk menunda kehamilan berikut sampai ia benar-benar pulih. Untuk ibu dengan riwayat abortus tidak aman, konseling merupakan hal yang penting. Jika kehamilan tersebut merupakan kehamilan yang tidak diinginkan beberapa metode konsepsi dapat segera dimulai (dalam waktu 7 hari) dengan syarat : 1) Tidak terdapat komplikasi berat yang membuuthkan penanganan

lebih lanjut.

2) Ibu menerima konseling dan bantuan secukupnya dalam memilih metode kontrasepsi yang paling aman.

Juga kenali pelayanan kesehatan reproduksi lainnya yang dibutuhkan oleh ibu tersebut. Sebagai contoh beberapa wanita mungkin membutuhkan :

1) Jika pasien pernah diimunisasi, berikan booster tetanus toksoid 0,5 ml, jika dinding vagina atau kanalis servikalis tampak luka terkontaminasi.

2) Jiwa riwayat imunisasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus (ATS) 1500 IM diikuti dengan Tetanus toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu. 3) Penatalaksanaan untuk penyakit menular seksual.

B. Tinjauan Manajemen Kebidanan

Dokumen terkait