ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL Ny. P G
2P
1A
0UMUR 28
TAHUN UMUR KEHAMILAN 12 MINGGU DENGAN ABORTUS
INKOMPLIT DI RS KASIH IBU SURAKARTA
TAHUN 2013
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh : EVA FEBRIYANTI
NIM. B10.140
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : ”Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Ny. P G2P1A0 Umur 28 Tahun Umur Kehamilan 12 Minggu dengan Abortus Inkomplit
di RS Kasih Ibu Surakarta Tahun 2013”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka. Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Deny Eka WIdyastuti, SST, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.
4. Dr. Sugandi Harjanto, Sp.B, selaku Direktur Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta, yang telah bersedia memberikan ijin kepada penulis dalam pengambilan data dan studi kasus.
5. Dr. Ari Dartoko, selaku Manager Personalia Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta, yang telah bersedia memberikan ijin kepada penulis dalam pengambilan data dan studi kasus.
6. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
7. Perpustakaan Prodi D III Kebidanan STIKes Kebidanan Kusuma Husada Surakarta yang telah menyediakan literatur yang penulis perlukan.
8. Keluarga Ny. P yang telah bersedia menjadi pasien dalam Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Rekan-rekan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan dan kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi tenaga kesehatan lain pada khususnya.
Surakarta, Agustus 2013
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Agustus 2013
Eva Febriyanti B10.140
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL Ny. P G2P1A0 UMUR 28 TAHUN UMUR KEHAMILAN 12 MINGGU DENGAN ABORTUS
INKOMPLIT DI RS KASIH IBU SURAKARTA TAHUN 2013
(xi + 77 halaman + 9 lampiran)
INTISARI
Latar Belakang : Faktor penyebab kematian ibu di Indonesia diantaranya perdarahan 25%, infeksi pada masa nifas 14%, hipertensi pada kehamilan 13%, abortus 13%, akibat persalinan 7%, infeksi HIV atau AIDS dan malaria 20%, sisanya karena penyebab lain yaitu rendahnya status perempuan dan gangguan reproduksi 8%. Abortus adalah terhentinya proses kehamilan yang sedang berlangsung sebelum mencapai umur 28 minggu atau berat janin sekitar 500 gram. Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikalis. Data di RS Kasih Ibu bulan Januari - November 2012 jumlah ibu hamil sebanyak 953 orang, ibu hamil normal sebanyak 640 orang (67,16%), ibu hamil patologi 313 orang (32,84%) dan ibu hamil dengan abortus inkomplit sebanyak 65 orang (6,82%). Tujuan : Mampu mengaplikasikan ilmu kebidanan yang diperoleh selama pendidikan dan memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus inkomplit dengan penerapan manajemen kebidanan menurut Varney.
Jenis : Jenis studi kasus menggunakan metode deskriptif, lokasi studi kasus di RS kasih ibu Surakarta, subjek studi kasus ibu hamil Ny. P G2P1A0 umur 28 tahun
dengan abortus inkomplit, waktu studi kasus tanggal 31 Maret – 1 April 2013. Instrumen studi kasus menggunakan format askeb ibu hamil, tehnik pengumpulan data menggunakan data primer meliputi pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi), wawancara, observasi dan data sekunder meliputi studi dokumentasi serta studi kepustakaan.
Hasil : Evaluasi yang didapatkan setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 2 hari adalah KU : baik, kesadaran : Composmentis, Vital Sign : TD : 110/70 mmHg, R : 20 x/menit, N : 80 x/menit, S : 36,50 C, pengeluaran pervaginam berupa flek-flek berwarna merah kecoklatan, tidak ada tanda-tanda infeksi, ibu mengerti dan bersedia melakukan perawatan post curettage, ibu bersedia melanjutkan therapy minum obat oral sesuai advis dokter : Claneksi 500 mg : 3 x 1 tablet, Asam mefenamat 500 mg : 3 x 1 tablet, Inbion 250 mg : 2 x 1 kapsul, ibu mengerti dan bersedia melakukan perawatan personal hygiene.
Kesimpulan : Pada kasus ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilapangan.
Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, Ibu Hamil, Abortus Inkomplit Kepustakaan : 27 Literatur (2003 – 2010)
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh yang lain dan hanya kepada Tuhan
mu lah hendaknya kamu berharap (QS. Al-Nasyrah : 5 – 8)
Orang muda bukanlah botol kosong yang harus diisi, melainkan lilin yang harus dinyalakan (Robert H. Shaffer)
Hidup ini seperti kita mengendarai sepeda. Kita tidak akan jatuh kecuali berhenti mengayuh (Claude Pepper)
PERSEMBAHAN
Dengan segala rendah hati Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan kepada :
Ayah dan Ibu tercinta yang telah membimbing dengan penuh kesabaran dan kasih sayang dan selalu memberi support. Kakak-kakak ku yang telah memberi semangat dan memberi motivasi serta kasih sayang selama ini.
Seseorang yang selama ini telah menemaniku ”My Beloved” terima kasih telah memberi warna dalam hidupku. Teman-teman seperjuangan (Kiki, Putri N, Luchytania, Destia, Cahya, Fitri, Lili, Micky, Deltriana, dsb) yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
CURICULUM VITAE
BIODATA
Nama : Eva Febriyanti
NIM : B10.140
Tempat / Tanggal Lahir : Klaten, 23 Februari 1992 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat Rumah : Banyuanyar Dukuhan RT 02 RW 12, Banjarsari, Surakarta
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD Negeri 110 Manahan Lulus tahun 2004 2. SMP Muhammadiyah 5 Surakarta Lulus tahun 2007 3. SMA Batik 1 Surakarta Lulus tahun 2010 4. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2010
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
INTISARI ... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
CURICULUM VITAE ... viii
DAFTAR ISI ... ix DAFTAR LAMPIRAN ... xi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 3 C. Tujuan Penulisan ... 3 D. Manfaat Penulisan ... 4
E. Keaslian Studi Kasus ... 5
F. Sistematika Penulisan ... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ... 8
1. Kehamilan ... 8
2. Abortus ... 12
B. Tinjauan Manajemen Kebidanan ... 25
C. Informed Consent ... 39
D. Landasan Hukum ... 40
BAB III. METODOLOGI A. Jenis Studi Kasus ... 41
B. Lokasi Studi Kasus ... 41
C. Subyek Studi Kasus ... 41
D. Waktu Studi Kasus ... 41
E. Instrumen Studi Kasus ... 42
F. Teknik Pengumpulan Data ... 42
G. Alat dan Bahan ... 45
BAB IV. TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Kasus ... 47 B. Pembahasan ... 68 BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 74 B. Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Studi Kasus
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Pengambilan Data Awal Lampiran 3. Surat Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 4. Surat Balasan Ijin Pengambilan Data Awal dan Penggunaan Lahan Lampiran 5. Format Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Pasien Lampiran 7. Lembar Persetujuan Pasien Lampiran 8. SAP Makanan Bergizi + Leaflet Lampiran 9. SAP Personal Hygiene + Leaflet Lampiran 10. Lembar Observasi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI, 2007) mutakhir masih cukup tinggi, yaitu 228 per 100.000 kelahiran. AKI di Indonesia masih di dominasi perdarahan 42 %, eklamsi 13% dan infeksi 10 % (Cunam, 2008).
Faktor penyebab kematian ibu di Indonesia diantaranya perdarahan 25%, infeksi pada masa nifas 14%, hipertensi pada kehamilan atau keracunan kehamilan 13%, abortus 13%, akibat persalinan 7%, infeksi HIV atau AIDS dan malaria 20%, sisanya karena penyebab lain yaitu rendahnya status perempuan dan gangguan reproduksi 8% (Nugraha, 2007).
Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus (Wiknjosastro, 2007). Jika perdarahan tidak begitu banyak, dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi (Rukiyah, 2010).
Keguguran atau abortus adalah terhentinya proses kehamilan yang sedang berlangsung sebelum mencapai umur 28 minggu atau berat janin sekitar 500 gram (Manuaba, 2007). Macam-macam abortus meliputi abortus imminens, abortus insipien, abortus completus, abortus incompletus, missed abortion, habitual abortus, abortus infeksious (Yulianingsih, 2009).
Keguguran memang bukan sebuah keadaan yang diharapkan. Namun perlu diwaspadai, karena persentase kemungkinan terjadinya kondisi ini cukup tinggi sekitar 15 – 40% angka kejadian, diketahui pada ibu yang sudah dinyatakan positif hamil dan 60 – 75% angka keguguran terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 12 minggu (Rukiyah, 2010).
Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikalis. Bila terjadi perdarahan yang hebat akibat abortus inkomplit dianjurkan segera melakukan pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera dikeluarkan. Kontraksi uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan bisa berhenti (Saifuddin, 2005).
Oleh karena itu bidan sebagai pemberi pelayanan yang berhubungan langsung dengan ibu hamil diharapkan mempunyai dasar ilmu pengetahuan dan keterampilan yang baik. Karena penatalaksanaan yang benar akan memberikan kontribusi keberhasilan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus inkomplit (Sofyan, 2006).
Berdasarkan data yang diperoleh di RS Kasih Ibu dari bulan Januari sampai November 2012 didapatkan jumlah ibu hamil sebanyak 953 orang, ibu hamil normal sebanyak 640 orang (67,16%), ibu hamil patologi 313 orang (32,84%), hamil dengan hiperemesis gravidarum sebanyak 78 orang (8,18%), Abortus imminens sebanyak 73 orang (7,66%), abortus inkomplit sebanyak 65 orang (6,82%), preeklamsi sebanyak 55 orang (5,77%), hamil dengan anemia sebanyak 20 orang (2,1%), eklampsi sebanyak 7 orang (0,73%), mola
hidatidosa sebanyak 7 orang (0,73%), hamil dengan indikasi KET sejumlah 4 orang (0,42%), dan missed abortion sebanyak 4 orang (0,42%).
Berdasarkan data di atas, abortus inkomplit di RS Kasih Ibu Surakarta menempati urutan ketiga, sehingga jika tidak segera ditangani akan mengakibatkan perdarahan dan syok pada ibu hamil, maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan Kebidanan Ibu Hamil pada Ny. P G2P1A0
Umur 28 Tahun Umur Kehamilan 12 Minggu dengan Abortus Inkomplit di RS Kasih Ibu Surakarta“.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka masalah yang dapat dirumuskan adalah : “Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Ny. P G2P1A0 Umur 28 Tahun Umur Kehamilan 12 Minggu dengan Abortus
Inkomplit di RS Kasih Ibu Surakarta dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan Varney?”.
C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum
Penulis mampu mengaplikasikan ilmu kebidanan yang diperoleh selama pendidikan dan memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus inkomplit dengan penerapan manajemen kebidanan menurut Helen Varney.
2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu :
1) Melakukan pengkajian secara lengkap pada ibu hamil Ny. P G2P1A0
2) Melakukan interpretasi data yaitu meliputi diagnosa kebidanan, merumuskan masalah, dan kebutuhan pada ibu hamil Ny. P G2P1A0
umur 28 tahun dengan abortus inkomplit.
3) Merumuskan diagnosa potensial pada ibu hamil Ny. P G2P1A0 umur
28 tahun dengan abortus inkomplit.
4) Mengidentifikasi antisipasi atau tindakan segera pada ibu hamil Ny. P G2P1A0 umur 28 tahun dengan abortus inkomplit.
5) Menyusun perencanaan tindakan yang akan dilakukan pada ibu hamil Ny. P G2P1A0 umur 28 tahun dengan abortus inkomplit.
6) Melaksanakan rencana tindakan yang telah disusun dalam kebutuhan pelaksanaan tindakan pada ibu hamil Ny. P G2P1A0 umur 28 tahun
dengan abortus inkomplit.
7) Melakukan evaluasi terhadap tindakan kebidanan dengan teliti dan cermat pada ibu hamil Ny. P G2P1A0 umur 28 tahun dengan abortus
inkomplit.
b. Penulis mampu menemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek pada kasus ibu hamil dengan abortus inkomplit.
c. Penulis mampu memberikan alternatif pemecahan masalah pada kasus ibu hamil dengan abortus inkomplit.
D. Manfaat Studi Kasus 1. Bagi Diri Sendiri
Penulis dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus inkomplit dengan menerapkan manajemen Varney.
2. Bagi Profesi
Tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan kebidanan yang tepat, cepat dan komprehensif terutama pada ibu hamil dengan abortus inkomplit. 3. Bagi Institusi
a. Bagi Institusi Pendidikan
Meningkatkan proses belajar mengajar dan sebagai referensi mahasiswa khususnya asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus inkomplit. b. Bagi Institusi Rumah Sakit
Sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan, khususnya dalam bidang pelayanan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus inkomplit.
E. Keaslian Studi Kasus
Penulisan Karya Tulis Ilmiah pada ibu hamil dengan abortus inkomplit ini pernah dilakukan oleh mahasiswa :
1. Ika Nur Faku Rohmah (2010), dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Ny. S dengan abortus inkomplit di Bangsal Teratai RSUD Karanganyar Tahun 2010”. Asuhan yang diberikan berupa observasi keadaan umum, Vital Sign (tekanan darah, respirasi, nadi, suhu), observasi perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, persiapan tindakan curettage, informed consent, puasakan pasien, memberi dukungan moril, memberikan informasi. Hasil yang diperoleh dari asuhan yang telah diberikan selama 3 hari yaitu keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, ibu sudah tidak merasakan cemas lagi, kontraksi uterus baik, tidak ada tanda-tanda infeksi, pengeluaran flek-flek darah, tidak terjadi syok hipovolemik, tidak terjadi anemi dan tidak terjadi cidera intra abdomen.
2. Hastuti Yuni (2009), dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ny. S G1P0A0
Hamil 8 Minggu dengan abortus inkomplit di Rumah Sakit Medika Mulya Wonogiri”. Asuhan yang diberikan pada pasien dengan Abortus Incompletus adalah pemberian cairan, observasi meliputi keadaan umum, kesadaran, tekanan darah, nadi, suhu, respirasi setelah post curetage. Terapi yang diberikan Infus RL 20 tpm, injeksi klaneksi 1,2 gr IV, miotonik 1 gr IV, setelah dicuretage diberi amoxsan 3x1, Metergin 3x1, biosanbe 1x1. Hasil studi kasus dilaporkan tidak terjadi syok ataupun komplikasi lainnya.
Perbedaan antara studi kasus yang penulis lakukan dengan keaslian studi kasus terletak pada pemberian terapi dan memberikan KIE personal hygiene. Sedangkan persamaannya terletak pada asuhan yang diberikan dan hasil.
F. Sistematika Penulisan
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis membagi menjadi beberapa bab yang saling berhubungan mulai dari BAB I sampai BAB V, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, manfaat studi kasus, tujuan penulisan, keaslian studi kasus serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI
Bab ini berisi tentang tinjauan teori yang meliputi pengertian, tanda dan gejala kehamilan, klasifikasi kehamilan, faktor yang mempengaruhi kehamilan, komplikasi yang terjadi pada kehamilan, pengertian abortus, macam-macam abortus, etiologi, patofisiologi, diagnosis, komplikasi, pengertian abortus inkomplit, tanda dan
gejala, diagnosa, penanganan, terapi abortus dengan kuretase, perawatan pasca tindakan, pemantauan pasca abortus, tinjauan manajemen kebidanan yang terdiri dari pengertian, manajemen kebidanan 7 langkah menurut Varney ditambah data perkembangan SOAP, informed consent dan landasan hukum.
BAB III METODOLOGI
Berisi tentang jenis studi kasus, lokasi studi kasus, subyek studi kasus, waktu studi kasus, instrumen studi kasus, teknik pengumpulan data, serta alat-alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan studi kasus ini.
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. P G2P1A0
umur 28 tahun dengan abortus inkomplit secara nyata sesuai manajemen kebidanan menurut 7 langkah Varney mulai dari pengkajian sampai evaluasi dan data perkembangan. Sedangkan pembahasan menjelaskan tentang masalah atau kesenjangan antara teori dan kasus yang penulis temukan dilapangan.
BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan jawaban dari tujuan dan merupakan inti dari pembahasan kasus pada ibu hamil Ny. P G2P1A0 umur 28 tahun dengan abortus inkomplit. Sedangkan
saran merupakan alternatif pemecahan dan tanggapan dari kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. Kehamilan
a. Pengertian
Kehamilan adalah proses yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifuddin, 2005).
Kehamilan adalah proses mulai dari ovulasi sampai partus, lamanya 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu) (Wiknjosastro, 2005).
Kehamilan adalah pertemuan antara sel sperma dan sel telur yang terjadi melalui hubungan seksual antara laki-laki dan wanita. Pembuahan terjadi di dalam rahim ketika wanita sedang berada pada masa subur (Kisanti, 2008).
b. Tanda dan Gejala Kehamilan
Menurut Prawirohardjo (2006), tanda-tanda kehamilan dibagi menjadi 3 yaitu :
1) Tanda tidak pasti kehamilan
a) Amenorea (tidak dapat haid), gejala ini penting karena wanita hamil tidak haid lagi dan perlu diketahui tanggal hari pertama haid terakhir untuk menentukan tuanya kehamilan (Prawirohardjo, 2006).
b) Nausea (enek) dan emesis (muntah), sering terjadi pada pagi hari, tetapi tidak selalu.
c) Mengidam, terjadi pada bulan-bulan pertama dan menghilang dengan makin tuanya kehamilan.
d) Mammae menjadi tegang dan membesar. e) Anoreksia (tidak ada nafsu makan).
f) Sering kencing terjadi karena kandung kencing tertekan oleh uterus yang mulai membesar.
g) Obstipasi terjadi karena tonus otot menurun.
h) \Pigmentasi kulit terjadi karena pengaruh dari hormon kortiko-steroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.
2) Tanda-tanda Kemungkinan Hamil a) Perut membesar
b) Uterus membesar c) Tanda hegar
Hipertropi ismus, ismus menjadi panjang dan lunak. d) Tanda chadwick
Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah, karena pengaruh estrogen, sehingga tampak makin merah dan kebiru-biruan.
e) Tanda piscaseck
Uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran tersebut.
g) Teraba ballotement
Lentingan dari bawah janin.
h) Reaksi kehamilan positif (Wiknjosastro, 2005). 3) Tanda pasti kehamilan
a) Pada umur kehamilan 20 minggu gerakan janin kadang-kadang dapat diraba secara obyektif oleh pemeriksa dan bagian-bagian janin dapat diraba pada kehamilan lebih tua.
b) Bunyi denyut jantung janin dapat didengar pada umur kehamilan 18 – 20 minggu memakai Doppler dan stetoskop leannec.
c) Pada primigravida ibu dapat merasakan gerakan janinnya pada usia kehamilan 18 minggu sedangkan pada multigravida umur 16 minggu.
d) Bila dilakukan pemeriksaan dengan sinar rontgen kerangka janin dapat dilihat (Prawirohardjo, 2005).
c. Klasifikasi kehamilan
Menurut Manuaba (2007), klasifikasi kehamilan meliputi : 1) Kehamilan trimester 1 : 0 sampai 14 minggu
2) Kehamilan trimester II : 14 sampai 28 minggu 3) Kehamilan trimester III : 28 sampai 40 minggu d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehamilan
Menurut Wiknjosastro (2005), adalah : 1) Faktor fisik
2) Status gizi
a) Berkaitan dengan berat badan, dari hamil sampai dengan aterm 6,5 sampai 16 kg.
b) KEK (Kurang Energi Kronis), misalnya pada lingkar lengan atas harus lebih dari 23,5 cm.
c) Anemia pada pemeriksaan Hb normal 9 gr% – 11 gr%. 3) Gaya hidup
a) Perokok, minuman keras. b) Obat-obat penenang (narkoba).
c) Pergaulan bebas (hamil pranikah, hamil tidak diinginkan). 4) Faktor psikologis
a) Cemas
Rasa cemas dan ketakutan yang berlebihan dengan gejala (tremor, berdebar-debar, kaku otot, dingin di telapak kaki, berkeringat, mudah lelah, insomnia).
b) Panik
Rasa takut dan gelisah yang hebat. c) Depresi berat
Adanya perasaan sedih, tidak bergairah, menyendiri, insomnia, rasa tidak dihargai, ingin bunuh diri.
5) Faktor ekonomi
e. Komplikasi yang terjadi pada kehamilan
Menurut Prawirohardjo (2006), komplikasi yang terjadi pada kehamilan adalah :
1)Hiperemesis gravidarum
Adalah mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) biasanya terjadi pada pagi hari. Gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
2)Pre-eklamsia dan eklamsia
Pre-eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, oedema, dan proteinuria. Eklamsia adalah umumnya timbul pada wanita atau dalam nifas dengan tanda-tanda pre-eklamsia dan timbul serangan kejang diikuti oleh koma.
3) Abortus
Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin hidup diluar kandungan. 4) Persalinan preterm
Persalinan yang terjadi pada 37 minggu atau kurang merupakan hal yang berbahaya karena mempunyai dampak yang potensial meningkatkan kematian perinatal.
5) Kehamilan kembar
Kehamilan dengan dua janin atau lebih. 2. Abortus
a. Pengertian
Abortus ialah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (Wiknjosastro, 2005).
Abortus ialah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan (Saiffudin, 2005).
Abortus adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gr atau umur kehamilan kurang dari 28 minggu (Manuaba, 2007).
b. Macam-macam Abortus
Abortus dapat dibagi atas dua golongan: 1) Abortus Spontan
Menurut Saifuddin (2005), abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa interfensi luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Berdasarkan gambaran kliniknya, abortus dapat dibagi menjadi:
a) Abortus Iminens : Peristiwa terjadinya pedarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi servik (Wiknjosastro, 2005).
b) Missed Abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih (Wiknjosastro, 2005).
c) Abortus Insipiens : peristiwa pedarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi servik uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus (Wiknjosastro, 2005).
d) Abortus inkompletus : pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dan masih ada sisa tertinggal dalam uterus (Wiknjosastro, 2005).
e) Abortus kompletus : pedarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari cavum uteri (Saifuddin, 2005).
f) Abortus habitualis : abortus spontan yang terjadi tiga kali atau lebih berturut-turut (Wiknjosastro, 2005).
g) Abortus infeksiosus dan abortus septik : Abortus infeksiosus adalah keguguran yang disertai infeksi genetalia. Abortus septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum (Wiknjosastro, 2005).
2) Abortus Provakatus (Induced Abortion)
Merupakan abortus yang disengaja baik dengan memakai obat- obatan maupun dengan alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi : a) Abortus Medisinalis (abortus therapeutica)
Ialah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa itu (berdasarkan indikasi medis) (Winkjosastro, 2005).
b) Abortus Kriminalis
Ialah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh tenaga tradisional (Winkjosastro, 2005).
c. Etiologi
Menurut Wiknjosastro (2005), hal-hal yang dapat menyebabkan abortus adalah sebagai berikut :
1) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi yang dapat mengakibatkan kematian atau dilahirkannya hasil konsepsi dalam keadaan cacat. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kelainan hasil konsepsi adalah :
a) Kelainan kromosom
Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah trisoni poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks. b) Lingkungan kurang sempurna
Bila kurang di endometrium yang terdapat di sekitar implantasi kurang sempurna hingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi akan terganggu.
c) Pengaruh dari luar
Radiasi yang mengenai ibu, virus, obat-obatan yang digunakan ibu dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya di dalam uterus.
2) Kelainan pada plasenta
Ini kita jumpai pada ibu yang menderita penyakit hipertensi yang menahun, toxemia gravidarum dan lain-lain.
3) Penyakit ibu
Penyakit infeksi yang dapat menyebabkan demam tinggi, pneumonia, typhoid, rubella yang dapat menyebabkan abortus.
4) Kelainan traktus genetalis
Seperti retroversi uteri, mioma uteri atau kelainan bawaan uterus yang dapat menyebabkan abortus. Penyebab lain dari abortus dalam trimester 2 adalah servik inkompeten yang disebabkan kelemahan bawaan servik, dilatasi servik berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan servik yang tidak dijahit (Wiknjosastro, 2005).
d. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadilah pendarahan dalam desidua basalis, kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Sedangkan pada kehamilan 8 sampai 14 minggu villi koriales sudah menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi, dimana janin mengering dan cairan amnion menjadi berkurang, sehingga janin gepeng dan pada tindak lanjut menjadi sangat tipis seperti kertas. Pada kemungkinan yang lain pada janin mati tidak lekas dikeluarkan akan terjadi kulit terlepas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan dan seluruh tubuh janin berwarna kemerah-merahan (Wiknjosastro, 2005).
e. Diagnosis
Abortus yang dibahas adalah yang terjadi spontan bukan keguguran buatan.
1) Manifestasi Klinis
a) Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
b) Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
c) Pedarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
d) Rasa mulas atau kram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus (Mansjoer, 2004).
e) Pemeriksaan genekologi :
(1) Inspeksi vulva : Pedarahan pervaginam, ada / tidak jaringan hasil konsepsi, tercium / tidak bau busuk dari vulva.
(2) Inspekulo : Pedarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada / tidak jaringan keluar dari ostium, ada / tidak cairan / jaringan berbau busuk.
(3) Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan pada kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri (Mansjoer, 2004).
2) Menurut Mansjoer (2004) berdasarkan hasil pemeriksaan dapat ditetapkan diagnosis klinik abortus.
a) Abortus imminen b) Abortus insipien c) Abortus kompletus d) Abortus inkompletus
e) Abortus infeksious atau septik f) Habitual abortus
g) Missed abortion f. Komplikasi Abortus
Komplikasi abortus menurut Wiknjosastro (2005), adalah : 1) Pendarahan
Pendarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah.
2) Perforasi
Perforasi uterus pada saat kuretase dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang biasa menimbulkan persoalan gawat karena perlakuan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus.
3) Infeksi
Biasanya pada abortus kriminalis infeksi kandung sampai sepsis dan infeksi tulang yang dapat menimbulkan kemandulan.
4) Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena pendarahan (syok hemeragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik).
3. Abortus Inkomplit
a. Pengertian Abortus Inkomplit
Abortus Inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus (Wiknjosastro, 2005).
Abortus Inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis serviks yang tertinggal pada desidua atau plasenta (Rukiyah, 2010).
b. Tanda dan Gejala Abortus Inkomplit
Menurut Rukiyah (2010), tanda dan gejala Abortus Inkomplit adalah : 1) Perdarahan sedang, hingga masih banyak setelah terjadi abortus. 2) Serviks terbuka, karena masih ada benda di dalam uterus yang
dianggap corpus alliem maka uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi tetapi kalau keadaan ini dibiarkan lama, servik akan menutup kembali.
3) Kram atau nyeri perut bagian bawah dan terasa mules-mules. 4) Ekspulsi sebagai hasil konsepsi.
c. Diagnosa Abortus Inkomplit
Pada pemeriksaan vaginalis, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Perdarahan pada abortus inkomplitus dapat banyak sekali, sehingga menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan (Winkjosastro, 2005).
d. Penanganan Abortus Inkomplit
Menurut Saifuddin (2005) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan Abortus inkomplit sebagai berikut :
1) Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg I.M. atau misoprostol 400 mcg per oral.
2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan :
a) Aspirasi Vakum Manual (AVM) merupakan metode evakuasi yang terpilih. Evaluasi dengan kuretase tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
b) Jika evaluasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg I.M. (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang setelah 4 jam jika perlu).
3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
a) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan I.V. (garam fisiologik atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes/ menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi.
b) Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg). c) Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
e. Terapi Abortus dengan Kuretase
Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi alat kuretase (sendok kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus (Saifuddin, 2005).
1) Persiapan sebelum kuretase : a) Persiapan penderita
b) Lakukanlah pemeriksaan : tekanan darah, nadi, keadaan jantung, paru-paru dan sebagainya
c) Pasanglah infus cairan sebagai profilaksis d) Persiapan alat-alat kuretase
Alat-alat kuretase hendaknya telah tersedia dalam bak alat dalam keadaan aseptic (suci hama) berisi :
(1) Spekulum 2 buah (2) Sonde (penduga) uterus
(3) Cunam muzeux atau cunam porsio (4) Berbagai ukuran busi (dilatator) Hegar
(5) Bermacam-macam ukuran sendok kerokan (kuret) (6) Cunam abortus, kecil dan besar
(7) Pinset dan klem
(8) Kain seteril dan sarung tangan 2 pasang. e) Penderita ditidurkan dalam posisi litotomi
f) Pada umumnya diperlukan anastesi infiktrasi lokal atau umum secara intravena dengan ketalar.
2) Teknik kuretase
a) Tentukan letak rahim yaitu dengan melakukan pemeriksaan dalam alat-alat yang dipakai umumnya terbuat dari metal yang biasanya melengkung karena itu memasukkan alat-alat ini harus disesuaikan dengan letak rahim. Gunakanlah supaya jangan terjadi salah arah (fase route) dan perforasi.
b) Penduga rahim (sandage). Masukkanlah penduga rahim sesuai dengan letak rahim dan tentukan panjang atau dalamnya penduga rahim. Caranya adalah setelah ujung sonde terasa membentur fundus uteri, telunjuk tangan kanan diletakkan atau dipindahkan pada portio dan tariklah sonde keluar, lalu baca berapa cm dalamnya rahim.
c) Dilatasi. Bila pembukaan serviks belum cukup untuk memasukkan sendok kuretase, lakukanlah terlebih dahulu dilatasi dengan dilatator atau busi hegar. Pandanglah busi seperti memegangi pensil dan masukkanlah hati-hati sesuai letak rahim. Untuk sendok kuret terkecil biasanya diperlukan dilatasi sampai hegar nomor 7, untuk mencegah kemungkinan perforasi usahakanlah memakai sendok kuret yang agak besar, dengan dilatasi lebih besar.
d) Kuretase. Seperti telah dikatakan, pakailah sendok kuretase yang agak besar. Memasukkannya bukan dengan kekuatan dan melakukan kerokan biasanya mulailah di bagian tengah. Pakailah sendok kuretase yang tajam (ada tanda bergerigi) karena pada dinding rahim dalam (seperti bunyi pengukur kelapa).
e) Cunam abortus. Pada abortus inkomplit, dimana sudah kelihatan jaringan, pakailah cunam abortus untuk mengeluarkannya yang biasanya diikuti oleh jaringan lain. Dengan demikian sendok kuretase dapat dipakai untuk membersihkan sisa-sisa yang ketinggalan saja.
f) Perhatian : Mengapa memasukkan dan menarik alat-alat haruslah hati-hati, lakukanlah dengan lembut (with lady’s hand) sesuai dengan arah dan letak rahim (Mansjoer, 2004).
f. Perawatan Pasca Tindakan
Menurut Saifuddin (2005), perawatan pasca tindakan meliputi :
1) Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan beri instruksi apabila terjadi kelainan/ komplikasi.
2) Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan di dalam kolom yang tersedia.
3) Buat instruksi pengobatan lanjutan dan pemantauan kondisi pasien. 4) Beritahukan kepada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah
selesai dilakukan tetapi pasien masih memerlukan perawatan.
5) Jelaskan pada petugas jenis perawatan yang masih diperlukan, lama perawatan dan kondisi yang harus dilaporkan.
g. Pemantauan Pasca Abortus
Sebelum ibu diperbolehkan pulang, beri tahu bahwa abortus spontan merupakan hal yang biasa terjadi dan terjadi paling sedikit 15% (satu dari tujuh kehamilan) dari seluruh kehamilan yang diketahui secara klinis. Berilah keyakinan akan kemungkinan keberhasilan untuk kehamilan berikut, kecuali jika terdapat sepsis atau adanya penyebab
abortus yang dapat mempunyai efek samping pada kehamilan berikut (hal ini jarang terjadi) (Saifuddin, 2005).
Beberapa wanita mungkin ingin hamil langsung setelah suatu abortus inkomplit. Ibu ini sebaiknya diminta untuk menunda kehamilan berikut sampai ia benar-benar pulih. Untuk ibu dengan riwayat abortus tidak aman, konseling merupakan hal yang penting. Jika kehamilan tersebut merupakan kehamilan yang tidak diinginkan beberapa metode konsepsi dapat segera dimulai (dalam waktu 7 hari) dengan syarat : 1) Tidak terdapat komplikasi berat yang membuuthkan penanganan
lebih lanjut.
2) Ibu menerima konseling dan bantuan secukupnya dalam memilih metode kontrasepsi yang paling aman.
Juga kenali pelayanan kesehatan reproduksi lainnya yang dibutuhkan oleh ibu tersebut. Sebagai contoh beberapa wanita mungkin membutuhkan :
1) Jika pasien pernah diimunisasi, berikan booster tetanus toksoid 0,5 ml, jika dinding vagina atau kanalis servikalis tampak luka terkontaminasi.
2) Jiwa riwayat imunisasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus (ATS) 1500 IM diikuti dengan Tetanus toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu. 3) Penatalaksanaan untuk penyakit menular seksual.
B. Tinjauan Manajemen Kebidanan 1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah pendekatan pemecahan masalah yang digunakan oleh bidan dalam pemecahan masalah klien, penulis menerapkan manajemen kebidanan yang telah dikembangkan oleh Varney terdiri dari : Pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi, rencana tindakan, implementasi dan evaluasi (Varney, 2004).
2. Manajemen kebidanan tujuh langkah menurut Varney
Proses manajemen kebidanan menurut Varney dimulai dari pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi, yaitu :
Langkah I : Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama yang dipakai dalam menerapkan asuhan kebidanan pada pasien dan merupakan kebidanan pada pasien dan merupakan suatu proses sistematis dalam pengumpulan data-data (Nursalam, 2004).
a. Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang didapat dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi data kejadian (Nursalam, 2004).
1) Identitas klien dan suami a) Nama
Untuk membedakan klien, mengetahui dan mengenal pasien (Alimul, 2006).
b) Umur
Untuk mengetahui faktor resiko yang ada hubungannya dengan umur ibu (Ambarwati, 2008).
c) Agama
Untuk memberi motivasi pasien sesuai dengan agamanya (Alimul, 2006).
d) Suku/ Bangsa
Untuk mengetahui adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari (Ambarwati, 2008).
e) Pendidikan
Tingkat pendidikan kesehatan diberikan sesuai tingkat pendidikan pasien (Ambarwati, 2008).
f) Pekerjaan
Ditanyakan untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi (Nursalam, 2004).
g) Alamat
Ditanyakan untuk mengetahui lingkungan tempat tinggal (Nursalam, 2004).
2) Keluhan Utama
Dikaji untuk mengetahui tanda dan gejala yang berhubungan dengan Abortus inkomplit dan untuk keperluan penegakan diagnosa dari Abortus inkomplit. Adapun keluhan yang berhubungan dengan Abortus inkomplit yaitu: perdarahan, nyeri perut bagian bawah, keluar sebagian hasil konsepsi dari jalan lahir (Saifuddin, 2005). 3) Riwayat Menstruasi
Dikaji untuk mengetahui riwayat menstruasi antara lain adalah menarche, siklus menstruasi, lamanya menstruasi, banyaknya darah,
teratur atau tidak teratur, sifat darah, keluhan utama yang dirasakan saat haid, dan menstruasi terakhir yang dapat digunakan sebagai dasar untuk perhitungan tanggal kehamilan dan perkiraan kelahiran (Wiknjosastro, 2006).
4) Riwayat Perkawinan
Dikaji untuk mengetahui sudah berapa lama ibu menikah, dengan suami sekarang merupakan istri yang ke berapa, dan mengetahui berapa jumlah anaknya (Varney, 2004).
5) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
a) Riwayat kehamilan : Untuk mengetahui berapa umur kehamilan ibu, bagaimana letak janin dan tinggi TFU apakah sesuai dengan umur kehamilan atau tidak (Wiknjosastro, 2005).
b) Riwayat persalinan : Untuk mengetahui persalinan spontan atau buatan, lahir aterem, preterm, posterm, ada perdarahan waktu persalinan, ditolong siapa, dimana tempat persalinan (Wiknjosastro, 2005).
c) Riwayat nifas : Dikaji untuk mengetahui adakah komplikasi pada masa nifas sebelumnya, untuk dapat melakukan pencegahan atau waspada terhadap kemungkinan kekambuhan komplikasi (Nursalam, 2008).
d) Riwayat anak : Dikaji untuk mengetahui riwayat anak, jenis kelamin, hidup atau mati, kalau meninggal pada usia berapa dan sebab meninggal, berat badan dan panjang badan waktu lahir (Wiknjosastro, 2006).
6) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengkaji keadaan kesehatan pasien saat ini yang merupakan resiko tinggi terhadap Abortus inkomplit yaitu hipertensi, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, diabetes mellitus (Nursalam, 2004).
b) Riwayat kesehatan dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah mempunyai riwayat jantung, ginjal, asma, TBC, hipertensi dan DM pada kesehatan yang lalu (Wiknjosastro, 2005).
c) Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengkaji keadaan keluarga yang dapat menjadi faktor penyebab abortus yaitu penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes militus (Wiknjosastro, 2005).
d) Riwayat psikososial
Digunakan untuk mengetahui perasaan ibu menghadapi masa nifas sekarang ini (Nursalam, 2004).
7) Riwayat Keluarga Berencana
Untuk mengetahui apakah ibu sebelum hamil pernah menggunakan KB atau belum, berapa tahun dan jenis yang digunakan (Varney, 2004).
8) Riwayat Kehamilan Sekarang
Menurut Wiknjosastro (2005), meliputi : a) Hari pertama haid/ HPHT
Dapat digunakan untuk mengetahui umur kehamilan. b) Hari perkiraan lahir/ HPL
Dapat digunakan untuk mengetahui perkiraan lahir. c) Ante Natal Care/ ANC
Untuk mengetahui riwayat ANC teratur/ tidak, sejak hamil berapa minggu, tempat ANC dan untuk mengetahui riwayat kehamilannya. Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) sudah/ belum, kapan, berapa kali.
d) Keluhan
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan saat periksa, meliputi keluar darah banyak bergumpal dari jalan lahir dan nyeri perut bagian bawah.
9) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari a) Personal Hygiene
Untuk mengetahui bagaimana pasien menjaga kebersihan dirinya terutama daerah genetalianya. Karena jika kebersihan genetalianya kurang, dapat memicu terjadinya infeksi. Infeksi mikroplasma pada tractur genetalis dapat menyebabkan abortus (Kasdu, 2005).
b) Pola nutrisi
Dikaji untuk menanyakan ibu hamil apakah menjalani diet khusus, bagaimana nafsu makannya, jumlah makanan, minuman, atau cairan yang masuk (Alimul, 2006)
c) Pola aktivitas dan istirahat
Perlu dikaji untuk mengetahui apakah abortus inkomplit disebabkan karena aktivitas secara berlebihan (Saifuddin, 2005). d) Pola eliminasi
Dikaji untuk mengetahui kebiasaan BAB dan BAK pasien sebelum dan selama hamil, BAB meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, dan bau, serta kebiasaan BAK meliputi frekuensi, warna, dan jumlah (Manuaba, 2007).
e) Pola seksual
Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan hubungan suami isteri dalam seminggu (Alimul, 2006).
f) Perokok dan pemakai obat-obatan
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu merokok dan memakai obat-obatan selama hamil atau tidak (Nursalam, 2004).
b. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur (Ambarwati, 2008).
1) Status generalis
Untuk mengetahui keadaan baik yang normal maupun yang menunjukkan kelainan yaitu meliputi :
a) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum pasien apakah baik / cemas atau cukup / jelek (Ambarwati, 2008). Kesadaran : Untuk mengetahui kesadaran ibu (Nursalam, 2004).
b) Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital meliputi :
(a) Tensi : Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi/ hipotensi dengan satuannya mmHg. TD normal : 120/80 mmHg (Saifuddin, 2005). (b) Suhu : Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi,
karena adanya sisa hasil konsepsi yang tertinggal di dalam uterus, maka terjadi nekrosis dan membusuk sehingga menimbulkan infeksi pada desidua, sehingga menyebabkan kenaikan suhu tubuh. Batas normal 35,6 – 37,6 o C (Wiknjosastro, 2005). (c) Nadi : Untuk mengetahui denyut nadi pasien yang
dihitung dalam 1 menit. Nadi normal: 60 – 80 x/ menit (Saifuddin, 2005).
(d) Respirasi : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung dalam 1 menit (Saifuddin, 2005). (e) Tinggi badan : Untuk mengetahui tinggi badan pasien
kurang dari 145 cm atau tidak, termasuk resti atau tidak (Nursalam, 2004).
(f) Berat badan : Untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan pasien selama hamil, penambahan berat badan rata-rata 0,3 – 0,5 kg/ minggu, tetapi nilai normal untuk penambahan berat badan selama kehamilan 9 – 12 kg (Wiknjosastro, 2005).
(g) Lila : Untuk mengetahui lingkar lengan ibu 23,5 cm atau tidak, termasuk resti atau tidak (Alimul, 2006).
c) Pemeriksaan Sistematis
Adalah pemeriksaan dengan melihat pasien dari ujung rambut sampai kaki (Nursalam, 2004).
(1) Kepala
(a) Rambut : Untuk menilai warna, kelebatan dan karakteristik (Alimul, 2006).
(b) Muka : Dikaji apakah muncul cloasma gravidarum, yang biasa muncul pada wanita hamil pada umur kehamilan 12 minggu karena pengaruh hormon kortikusteroid plasenta (Wiknjosastro, 2005).
(c) Mata : Conjungtiva merah atau tidak pucat atau tidak, sklera warna ikterik atau tidak (Alimul, 2006).
(d) Hidung : Untuk mengetahui ada tidaknya polip (Alimul, 2006).
(e) Telinga : Apakah ada kelainan, adakah otitis media atau tidak (Alimul, 2006). (f) Mulut dan gigi : Apakah ada caries/ tidak, mulut bersih
atau kotor, lidah stomatitis atau tidak (Wiknjosastro, 2005).
(2) Leher : Apakah terdapat penonjolan terutama pada kelenjar tyroid yang berhubungan dengan kejadian abortus, hipertyroid dapat menyebabkan abortus (Wiknjosastro, 2005).
(3) Dada dan axilla : Adakah benjolan pada payudara atau tidak, payudara simetris atau tidak, puting susu menonjol atau tidak. (a) Mamae ada pembesaran atau tidak ada tumor atau tidak,
simetris atau tidak, areola hiperpigmentasi atau tidak, puting susu menonjol atau tidak, kolostrum sudah keluar atau belum (Nursalam, 2004).
(b) Axilla untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe pada ketiak dan adakah nyeri tekan (Nursalam, 2004).
(4) Genetal : Untuk mengetahui keadaan genetalia eksternal yang meliputi kesimetrisan labia mayora dan labia minora, ada atau tidak varices, dan oedema, pembesaran kelenjar bartholini dan cairan yng keluar (Saifuddin, 2005). (5) Extremitas : Apakah oedema atau tidak, terdapat
varises atau tidak reflek patella positif atau negatif (Wiknjosastro, 2005).
d) Palpasi
Menurut Manuaba (2007), yaitu :
(1) Leopold I : Untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam fundus serta konsistensi uterus.
(2) Leopold II : Untuk menentukan bagian kanan dan kiri pada perut ibu.
(3) Leopold III : Untuk mengetahui bagian apa yang terdapat di bagian bawah perut dan apakah bagian bawah tersebut sudah atau belum masuk pintu atas panggul. (4) Leopold IV : Untuk mengetahui seberapa masuknya
bagian bawah janin ke dalam rongga panggul.
e) Auskultasi
Yaitu pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop (Nursalam, 2004).
f) Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan untuk mendukung menegakkan diagnosa seperti pemeriksaan laboratorium, rontgen utrasonografi dan lain-lain (Varney, 2004).
Langkah II : Interpretasi Data
Pada langkah kedua ini data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah utama dan masalah penyerta. Setelah itu bidan merumuskan ke dalam suatu pernyataan yang mencakup kondisi, masalah penyebab dan prediksi terhadap kondisi tersebut (Varney, 2004).
Berdasarkan atas tanda dan gejala serta hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat ditentukan :
a. Diagnosa Kebidanan
Ny. X G...P...A... Umur.... hamil dengan Abortus inkomplit. 1) Data subyektif
a) Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah dan mengeluarkan darah bergumpal dari jalan lahir.
b) Riwayat kehamilan dan persalinan yang sekarang kapan menstruasi terakhir.
c) Riwayat kehamilan persalinan apakah ibu atau dalam keluarga ada riwayat abortus.
(Manuaba, 2007) 2) Data obyektif
a) HPL.
b) TFU sesuai umur kehamilan. c) Banyaknya perdarahan pervaginam.
b. Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa (Varney, 2004). Masalah pada pasien Abortus inkomplit adalah perasaan cemas karena ada rasa nyeri pada perut bagian bawah dan perdarahan banyak (Taber, 2003).
c. Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data (Ambarwati, 2008). Kebutuhan pada pasien Abortus inkomplit adalah dorongan moral dan memberikan informasi tentang Abortus inkomplit (Taber, 2003).
Langkah III : Diagnosa Potensial
Mengindentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan seperangkat masalah dan diagnosa terbaru adalah suatu hal untuk antisipasi, pencegahan jika mungkin, penantian dengan pengawasan penuh dan persiapan untuk kejadian apapun (Varney, 2004). Pada kasus Abortus inkomplit adalah terjadinya perdarahan terus menerus yang dapat menyebabkan syok, kekurangan darah, dapat menyebabkan infeksi, dan Abortus inkomplit (Wiknjosastro, 2005).
Langkah IV : Antisipasi
Pada langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen sebagian data yang menunjukkan satu satuan yang memerlukan tindakan segera. Sementara yang lain menunjukkan intervensi dari dokter, dalam hal ini harus mampu mengevaluasi kondisi pasien (Varney, 2004).
Mengumpulkan dan mengevaluasi data dimana yang menunjukkan situasi yang memerlukan tindakan segera. Menurut Saifuddin (2005), meliputi :
a. Penanganan perdarahan b. Penanganan syok c. Dilakukan curettage
d. Penanganan infeksi pasang infus, beri cairan kistoloid isotonik dengan kecepatan 30 – 40 tetes per menit, beri antibiotika.
Langkah V : Perencanaan
Perencanaan adalah merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien (Varney, 2004).
Asuhan kebidanan yang direncanakan pada pasien dapat Abortus inkomplit menurut Saifuddin (2005), yaitu :
a. Jika perdarahan tidak banyak dan kehamikan kurang dari 16 minggu evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum. b. Beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mcg per oral dan
infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV. c. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital. d. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan
e. Beritahu kepada pasien dan keluarga bahwa tindakan telah selesai dilakukan tetapi pasien masih memerlukan perawatan.
Langkah VI : Pelaksanaan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah kelima, dilaksanakan secara efisien dan aman. Penatalaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien atau tenaga kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri tetapi dia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan penatalaksanaannya (misalnya memastikan langkah-langkah tersebut benar terlaksana) (Varney, 2004).
Maka pelaksanaan pada pasien dengan Abortus inkomplit menurut Saifuddin (2005), dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Langkah VII : Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam manajemen kebidanan untuk kegiatannya dilakukan terus-menerus dengan melibatkan pasien, bidan, dokter, dan keluarga. Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan yaitu meliputi pemenuhan kebutuhan. Hal tersebut dapat membantu untuk mengetahui terpenuhinya bantuan sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan di dalam diagnosa dari masalah. Tujuan evaluasi adalah adanya kemajuan pada pasien setelah dilakukan tindakan (Hyre, 2003). Evaluasi yang diharapkan pada abortus inkomplit adalah keadaan umum baik, tidak terjadi anemi, tidak terjadi komplikasi diantaranya perforasi uterus, syok, infeksi, perdarahan, cidera intra abdomen (Varney, 2007).
Menurut Varney, (2004) pendokumentasian data perkembangan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan menggunakan SOAP yaitu:
S : Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa.
O : Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assesment.
A : Analisis
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi meliputi diagnosa/ masalah serta antisipasi maslaah potensial.
P : Planning
Menggunakan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi berdasarkan assesment.
Untuk menggambarkan keterikatan antara manajemen kebidanan sebagai pola pikir dengan pendokumentasian sebagai catatan dari asuhan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
C. Informed Consent
Informed consent adalah persetujuan sepenuhnya yang diberikan oleh pasien atau walinya yang berhak kepada bidan untuk melakukan tindakan kebidanan sesuai kebutuhan terhadap pasien sesudah memperoleh informasi lengkap dan dipahaminya mengenai tindakan itu (IBI, 2005). Bidan dalam melaksanakan tindakan medis harus melakukan informed consent terlebih
dulu terhadap pasien atau keluarga. Pada kasus kuretase dengan Abortus inkomplit harus dilakukan informed consent baik secara lisan maupun tulisan. Walaupun dalam pelaksanaan tindakan operasi tersebut kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan (Chyntia, 2010).
D. Landasan Hukum
Berdasarkan Permenkes NO 1464/MENKES/PER/X/2010 Pasal 10 ayat (1). Bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi pelayanan kesehatan ibu yang diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan (Depkes RI, 2010).
Berdasarkan Wewenang bidan menurut Kepmenkes: 369/SK/III/2007 mengenai keyakinan tentang kolaborasi. Praktik kebidanan dilakukan dengan menempatkan perempuan sebagai partner dengan pemahaman holistik terhadap perempuan, sebagai salah satu kesatuan fisik, psikis emosional, sosial budaya, spiritual, serta pengalaman reproduksinya. Bidan memiliki otonomi penuh dalam praktiknya yang berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya (Menkes RI, 2007).
BAB III METODOLOGI
A. Jenis Studi Kasus
Studi kasus adalah meneliti suatu permasalahan melalui suatu proses yang terdiri dari unit tunggal (Notoatmodjo, 2010). Jenis studi kasus yang digunakan dalam Karya Tulis Ilmiah pada laporan kasus ibu hamil dengan abortus inkomplit adalah metode deskriptif menurut Notoatmodjo (2010) suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara obyektif.
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi studi kasus merupakan tempat dimana pengambilan kasus dilaksanakan (Notoatmodjo, 2010). Lokasi pengambilan studi kasus ini dilakukan di RS Kasih Ibu Surakarta.
C. Subjek Studi Kasus
Subjek studi kasus adalah orang yang akan dikenai kegiatan pengambilan kasus (Arikunto, 2006). Subjek studi kasus adalah ibu hamil Ny. P G2P1A0 Umur 28 Tahun Umur Kehamilan 12 Minggudengan abortus
inkomplit.
D. Waktu Studi Kasus
Waktu studi kasus adalah rentang waktu yang digunakan penulis untuk mencari kasus (Notoatmodjo, 2010). Waktu pelaksanaan studi kasus ini dilakukan pada tanggal 31 Maret – 1 April 2013.
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen studi kasus adalah alat-alat yang akan dipergunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Instrumen yang digunakan selama melakukan studi kasus ini adalah dengan menggunakan format asuhan kebidanan pada ibu hamil dan dokumentasi pasien atau lembar status alat bantu berupa format asuhan kebidanan pada ibu hamil dan lembar kasus atau dokumentasi pasien.
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa atau hal-hal atau keterangan atau karakteristik sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan menunjang atau mendukung penelitian (Hasan, 2003).
Dalam penyusunan studi ini digunakan berbagai pengumpulan data antara lain data primer dan data sekunder:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil secara langsung diambil dari objek/objek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi (Riwidikdo, 2006). Data primer terdiri dari :
a. Pemeriksaan Fisik
Menurut Nursalam (2004), pemeriksaan fisik dipergunakan untuk mengetahui keadaan fisik pasien sistematis dengan cara :
1) Inspeksi
Inspeksi adalah suatu proses obervasi yang dilaksanakan secara sistematis, observasi dilaksanakan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan penciuman sebagai suatu alat
untuk mengumpulkan data. Inspeksi dilakukan secara berurutan mulai dari kepala sampai ke kaki. Prawirohardjo (2006), mengatakan pada kasus abortus inkomplit inspeksi dilakukan secara berurutan mulai dari kepala sampai kaki untuk mengetahui adanya retensi cairan dengan adanya oedema yang terdapat pada muka, ekstremitas pada kaki dan tangan.
2) Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba, tangan dan jari-jari adalah suatu instrumen yang sensitif dan digunakan untuk mengumpulkan data tentang temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, fibrasi, dan ukuran. Prawirohardjo (2006), mengatakan dalam kasus abortus incompletus palpasi dilakukan leopold I untuk mengetahui tinggi fundus uteri sesuai umur kehamilan atau tidak.
3) Perkusi
Perkusi adalah suatu pemeriksaan dengan cara mengetuk untuk membandingkan kiri-kanan pada setiap daerah permukaan tubuh dengan tujuan menghasilkan suara (Prawirohardjo, 2006). Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan. Dalam kasus abortus inkomplit perkusi digunakan untuk mengetahui reflek pattela.
4) Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suatu yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa tekanan darah ibu normal atau tidak (Simkin, 2005).
b. Wawancara
Wawancara yaitu suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau peneliti secara lisan dari seseorang responden atau sasaran peneliti atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face) (Notoatmodjo, 2010).
Wawancara pada kasus ini dilakukan pada pasien, keluarga, tenaga kesehatan dengan menggunakan format asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus inkomplit.
c. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati subyek dan melakukan berbagai macam pemeriksaan yang berhubungan dengan kasus yang akan diambil. Observasi dapat berupa pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (Notoatmodjo, 2010).
Pelaksanaan observasi ini dilakukan untuk melihat perkembangan asuhan yang telah diberikan dengan menggunakan format asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus inkomplit. 2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh selain dari pemeriksaan atau terapi diperoleh dari keterangan keluarga, lingkungannya, mempelajari status dan dokumentasi pasien, catatan dalam kebidanan dan studi (Notoatmodjo, 2010).
a. Kepustakaan
Kepustakaan yaitu memperoleh berbagai informasi berita berupa teori-teori, generalisasi maupun konsep yang dikemukakan oleh berbagai ahli dan buku-buku sumber yang ada (Notoatmodjo, 2010). Studi kepustakaan diambil dari referensi tahun 2003 sampai 2010. b. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu semua bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumentasi baik dokumentasi resmi maupun dokumentasi tidak resmi (Notoatmodjo, 2010). Dalam pengambilan kasus ini menggunakan dokumentasi dari catatan rekam medis di RS Kasih Ibu Surakarta.
G. Alat dan Bahan
Alat yang dibutuhkan dalam teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut :
1. Observasi
a. Lembar panduan observasi b. Tensi meter dan stetoskop c. Thermometer
d. Jam tangan dengan petunjuk detik e. Infus terdiri dari :
1) Infus set 2) Abocat
3) Gunting plester 4) Plester
5) Kassa steril 6) Betadine
f. Kuretase terdiri dari: 1) Sonde uterus 2) Speculum 3) Penjepit portio
4) Dilator cervix atau busi hegar 5) Sendok curet 6) Tang abortus 7) Kom betadin 8) Handscoon steril 9) Kassa steril 10) Duk steril 11) Kapas 12) Bengkok 2. Wawancara a. Format pengkajian b. Buku tulis c. Ballpoint
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL Ny. P G2P1A0 UMUR 28 TAHUN UMUR KEHAMILAN 12 MINGGU DENGAN ABORTUS INKOMPLIT DI RS KASIH
IBU SURAKARTA TAHUN 2013
Ruang : VK
Tanggal Masuk / Jam : 31 Maret 2013 / 09.00 WIB No. Register : 604884
1. TINJAUAN KASUS 1. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien Identitas Suami
Nama : Ny. P Nama : Tn. T
Umur : 28 tahun Umur : 30 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa Indonesia Suku Bangsa : Jawa Indonesia Pendidikan : SMA Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta Alamat : Perum Grand Mangesti A11, Gentan, Baki b. Anamnesa (Data Subyektif)
1) Keluhan Utama
Ibu mengatakan cemas dan perut bagian bawah terasa nyeri mulai tanggal 27 Maret 2013, tanggal 28 Maret 2013 mengeluarkan darah sedikit-sedikit dan tanggal 31 Maret 2013 mulai jam 08.30 WIB mengeluarkan darah banyak bergumpal dari jalan lahir.
2) Riwayat Menstruasi
a) Menarche : Ibu mengatakan haid pertama kali umur 12 tahun.
b) Siklus : Ibu mengatakan siklus haid 28 – 30 hari.
c) Banyaknya : Ibu mengatakan 2 – 3 kali ganti pembalut.
d) Lamanya : Ibu mengatakan lamanya haid 6 – 7 hari.
e) Sifat darah : Ibu mengatakan sifat darah haidnya encer dan warnanya merah.
f) Teratur/Tidak teratur : Ibu mengatakan haidnya teratur setiap bulannya.
g) Dismenorhea : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami dismenorhea.
3) Riwayat kehamilan sekarang
a) HPHT : 28 Desember 2012 b) HPL : 04 September 2013
c) Gerakan janin : Ibu mengatakan belum merasakan gerakan janin.
d) Obat yang dikonsumsi : Ibu mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat lain kecuali obat yang diberikan dari bidan berupa tablet Fe dan vitamin.
e) Keluhan-keluhan pada
Trimester I : Ibu mengatakan mual dan muntah setiap pagi hari.
f) ANC : Ibu mengatakan 2 kali di bidan pada waktu umur kehamilan 1 bulan dan umur kehamilan 2 bulan.
g) Penyuluhan yang pernah didapat
h) Imunisasi TT : Ibu mengatakan 1 kali, dibidan yaitu pada umur kehamilan 2 bulan
i) Kekhawatiran khusus : Ibu mengatakan merasa cemas dan khawatir dengan kondisi kehamilannya saat ini.
4) Riwayat Penyakit
a) Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan tanggal 31 Maret 2013 mengeluarkan darah banyak, bergumpal dari jalan lahir, sejak 3 hari yang lalu perut bagian bawah terasa nyeri dan mengeluarkan darah sedikit. b) Riwayat penyakit sistemik
(1) Jantung
Ibu mengatakan tidak pernah merasakan jantungnya berdebar-debar, sesak nafas, tidak mudah lelah saat beraktivitas dan tidak pernah mengeluarkan keringat dingin pada telapak tangannya.