KECAMATAN GUDO JOMBANG
LAPORAN TUGAS AKHIR
FITRI NUR HIDAYATI 141110012
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
KECAMATAN GUDO JOMBANG
LAPORAN TUGAS AKHIR
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Kebidanan pada Program Studi D.III kebidanan
Oleh:
FITRI NUR HIDAYATI 141110012
PROGRAM STUDI DIPLOMA-III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Fitri Nur Hidayati lahir di Mojokerto pada
tanggal 12 Februari 1996 merupakan putri kedua dari dua bersaudara. Penulis
lahir dari pasangan suami istri Bapak Munadi Chotib dan ibu Rosidah.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di MI Nurul Ulum Prambon lulus
pada tahun 2008, MTsN Mojosari lulus pada tahun 2011, SMA Negri 1 Mojosari
lulus pada tahun 2014, dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk
STIKes Insan Cendekia Medika Jombang melalui jalur Tes tulis. Penulis memilih
program studi DIII Kebidanan dari enam pilihan program studi yang ada di
STIKes Insan Cendekia Medika Jombang.
Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.
Jombang, Maret 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan
rahmatNya sehingga dapat terelesaikannya Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Ny “S” dengan kehamilan normal (Usia > 35 Tahun) di
BPM Kunti Amd.Keb Desa Gudo Kec.Gudo, Kab Jombang ”, sebagai salah satu
syarat menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Kebidanan pada Program Studi D
III Kebidanan STIKes Cendekia Medika Jomabang.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Bambang Tutuko, SH.,S.kep Ners.,MH, selaku ketua STIKes Insan
Cendekia Medika Jombang, yang telah memberi kesempatan menyusun
Proposal Laporan Tugas Akhir ini.
2. Lusiana Meinawati, SST.,Psi.,M.Kes, selaku ketua Prodi Studi D III
Kebidanan STIKes Insan Cendekia Medika Jombang, yang telah memberi
kesempatan menyusun Proposal Laporan Tugas Akhir ini.
3. Dita Yuniar K., SST.,M.Kes selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan sehingga Proposal Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
4. Petrina Dwi M., SST.,M.Kes, selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan sehingga Proposal Laporan Tugas Akhir ini dapat
5. Bidan Kunti Amd.Keb yang telah memberikan ijin untuk melakukan
penyusunan Proposal Laporan Tugas Akhir ini.
6. Ny. S selaku responden atas kerjasamanya yang baik.
7. Bapak Munadi, Ibu Rosidah, Kakak Nurul atas cinta, dukungan dan doa
yang selalu diberikan sehingga Laporan Tugas Akhir ini selesai pada
waktunya.
8. Teman-teman saya serta rekan mahasiswa seangkatan dan pihak-pihak
yang terkait dan banyak membantu dalam ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Laporan Tugas
Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu pada kesempatan ini penulis
mengharapkan masukan dan kritik yang bersifat membangun sesempurnaan
Laporan Tugas Akhir ini.
Jombang, 2017
RINGKASAN
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY”S”
G3P2A0 UK 33 MINGGU DENGAN KEHAMILAN
NORMAL (USIA LEBIH DARI 35 TAHUN)
DI BPM KUNTI DESA GUDO
KECAMATAN GUDO
JOMBANG
Oleh:
Fitri Nur Hidayati
Kehamilan resiko tinggi adalah keadaan yang mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi, wanita hamil di atas usia 30 tahun sudah dalam resiko tinggi, baik buat ibu maupun bayi yang dikandungnya. Studi kasus ini bertujuan untuk melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada “S” dengan kehamilan normal (Usia > 35 tahun) di BPM Kunti, Amd. Keb Desa Gudo Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang. Penulisan studi kasus ini menggunakan metode Diskriptif dengan teknik data meliputi observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi dan kepustakaan,.
Hasil Asuhan Kebidanan secara komprehesif pada Ny “S” dengan kehamilan normal (Usia > 35 tahun), dilakukan sesuai dengan rencana asuhan kebidanan. Evaluasi akhir berjalan dengan baik tanpa ada hambatan. Pada penatalaksanaan asuhan kebidanan, terdapat kesenjangan dengan teori yang ada namun kesenjangan ini tidak menimbulkan masalah pada klien.
Kesimpulan dari asuhan kebidanan secara komprehesif pada Ny “S” dengan kehamilan normal (Usia > 35 tahun) yaitu proses asuhan kebidanan komprehesif dari kehamilan hingga KB berjalan sesuai rencana dengan evaluasi akhir kunjungan 40 hari selama nifas dan KB di laksanakan kujungan pasien dan bayi sehat tanpa adanya komplikasi lanjut. Saran bagi bidan diharapkan bisa memberi kepercayaan kepada mahasiswa dan membimbing untuk melakukan asuhan yang baik dan benar, terutama pada asuhan persalinan normal.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v
KATA PENGANTAR ... vi
RINGKASAN ... vii
DAFRAT ISI ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
DAFTAR SINGKATAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar belakang ... 1
1.2Rumusan masalah ... 3
1.3Tujuan ... 3
1.4Manfaat ... 5
1.5Ruang lingkup ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Teori tentang Kehamilan Trimester III ... 7
2.1.2 Teori tentang Persalinan ... 16
2.1.3 Teori tentang Masa Nifas ... 36
2.1.4 Teori tentang Bayi Baru Lahir ... 42
2.1.6 Keluarga Berecana ... 49
2.1.7 Teori tentang patologi yang menyertai pada kehamilan, persalinan, nifas, BBL, KB sesuai dengan kasus yang dikaji ... 51
BAB III ASUHAN KEBIDANAN 3.1 Asuhan Kebidanan Kehamilan Trimester III ... 57
3.2 Asuhan Pada Ibu Bersalin ... 63
3.3 Asuhan Kebidanan Pada BBL ... 70
3.4 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas ... 73
3.5 Asuhan Kebidanan Pada Neonatus ... 80
3.6 Asuhan Kebidanan KB ... 87
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Trimester III... 91
4.2 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin ... 99
4.3 Asuhan Kebidanan Kebidanan Pada BBL ... 104
4.4 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas ... 106
4.5 Asuhan Kebidanan Kebidanan Pada Neonatus ... 112
4.6 Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana ... 115
BAB V 5.1 Kesimpulan ... 117
5.2 Saran ... 118
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Ijin Penelitian Dinas Kesehatan dari BAAK Lampiran 2 Surat Balasan Dari Dinas Kesehatan
Lampiran 3 Surat Kesanggupan Bidan
Lampiran 4 Surat Balasan dari Bidan
Lampiran 5 Surat Kesanggupan Pasien
Lampiran 6 KSPR (Kartu Skor Poedji Rochjati)
Lampiran 7 Kartu Ibu dan Anak (KIA)
Lampiran 8 KIA ANC Kunjungan I
Lampiran 9 KIA ANC Kunjungan II Lampiran 10 Hasil Laboraturium Lampiran 11 Lembar Observasi Lampiran 12 Lembar Partograf Lampiran 13 Surat Keterangan Lahir Lampiran 14 KSPR Perencanaan Persalinan Lampiran 15 Catatan Hasil Ibu Nifas Lampiran 16 Catatan Hasil Bayi Baru Lahir Lampiran 17 Catatan Imunisasi Anak Lampiran 18 Dokumentasi
Lampiran 19 Lembar Konsul
DAFTAR SINGKATAN
DTT : Desinfektan Tingkat Tinggi
Hb : Hemoglobin
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
RR : Respirasi Rate
S : Suhu
SC : Sectio Cessarea
TB : Tinggi Badan
TBJ : Tafsiran Berat Janin
TD : Tekanan Darah
TFU : Tinggi Fundus Uteri
TM : Trimester
Tn : Tuan
TT : Tetanus Toksoid
TTV : Tanda-Tanda Vital
UK : Usia Kehamilan
1.1Latar Belakang
Dalam kehidupan, tidak semua kehamilan dapat berjalan normal, salah
satunya kehamilan resti atau resiko tinggi. Kehamilan resiko tinggi adalah
kondisi pada ibu hamil yang dapat menyebabkan kemungkinan resiko/bahaya
terjadinya komplikasi pada persalinan yang dapat menyebabkan kematian atau
kesakitan pada ibu dan bayinya (Rochjati, P. 2011). Salah satu faktor resiko
tinggi pada ibu hamil diantaranya adalah jarak kehamilan yang terlalu jauh,
riwayat abortus, jarak kehamilan terlalu dekat, letak sungsang danusia ibu
yang terlalu tua. Ibu yang hamil dengan usia di atas 35 tahun dikatakan
beresiko tinggi karena dapat berdampak seperti meningkatkan komplikasi
pada kehamilan, persalinan, nifas dan neonatus. Kehamilan pada usia 35 tahun
sering disebut sebagai batas akhir dan sesudah usia tersebut kehamilan akan
menimbulkan resiko yang lebih besar. Ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih,
dimana pada usia tersebut terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan
dan jalan lahir tidak lentur lagi. (Rochjati, P.2011)
Data ibu hamil di provinsi Jawa Timur tahun 2015 sebesar 98,75% ibu
hamil (Dinkes Jatim 2015). Sedangkan data ibu hamil di kabupaten Jombang
tahun 2015 sebesar 98% ibu hamil dan yang termasuk dalam angka resiko
tinggi sekitar 21,42% ibu hamil (Dinkes Jombang 2015). Angka kematian ibu
kelahiran hidup.Angka ini lebih rendah dari target perkiraan provinsi yaitu
102/100.000 kelahiran hidup. Berhubung jumlah penduduk jatim sangat besar,
yaitu 38 juta jiwa, jadi nilai absolut kematian menjadi tergolong cukup tinggi,
meskipun secara angka lebih kecil dibanding provinsi lain.(Dinkes Jatim,
2015). Data dariBPM Kunti Amd.Keb tahun 2015 berjumlah 182 ibu hamil
yang memeriksakan kehamilannya dan 5 orang di antaranya hamil dengan
resiko tinggi yang usia ibu lebih dari 35 tahun.
Penyebab kehamilan pada usia >35 tahun diantaranya adalah
ketidaksiapan finansial dalam meniti karir, kurangnya pengetahuan ibu tentang
kesehatan reproduksi dan kegagalan alat kontrasepsi. Ibu bisa hamil di usia
lebih dari 35 tahun ini dikarenakan kegagalan alat kontrasepsi. Ibu yang hamil
dengan usia di atas 35 tahun termasuk resiko tinggi karena ada beberapa
alasan, seperti meningkatkan komplikasi pada kehamilan baik bagi ibu dan
janin. Pada umur > 35 tahun mudah terjadi penurunan dari organ reproduksi
ibu selain terjadi perubahan pada alat-alat kandungan kehamilan diusia tua
dapat terjadi peningkatkan berbagai faktor resiko morbiditas dan mortalitas
pada ibu hamil.Faktor resiko pada kehamilan umur > 35 tahun dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan saat persalinan sehingga ibu hamil yang
berumur > 35 tahun masuk dalam keriteria resiko tinggi (Rochjati, P. 2003).
Ibu hamil yang usianya lebih tua (> 35 tahun) kehamilannya lebih mudah
terserang diabetes gestational (kencing manis saat kehamilan berlangsung),
pre eklamsi dan tekanan darah tinggi, ketuban pecah dini, dan persalinan tidak
melahirkan dengan sesar. Kelahiran bayi dengan usia ibu yang melebihi usia
35 tahun lebih besar kemungkinannya terjadi cacat kromosom, misal down
syndrom dan BBLR (Sloane & Benedict, 2009).
Penangananbagi ibu hamil dengan kasus umur ibu lebih dari 35 tahun,
dapat kita mulai dari pendampingan saat ibu hamil. Melakukan ANC terpadu
ke puskesmas,melakukan ANC rutin ke Bidan. Melakukan KIE senam hamil
tiap harinya, dan KIE tentang persiapan persalinan sesuai dengan faktor resiko
ibu. Untuk masa nifas dan KB, petugas kesehatan dapat memberikan
konseling dan informasi pada ibu tentang KB apa yang sesuai dengan kondisi
ibu.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny “S” G3P2Aodengan usia ibu yang terlalu tua di BPM
Ny. Kunti Amd.keb Desa Gudo Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang 2017.
1.2Rumusan Masalah
Dari uraian diatas, maka rumusan masalahnya adalah Bagaimana
memberikan asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. ”S” dengan
kehamilan normal (Usia > 35 Tahun) di BPM Kunti Amd.Keb Desa Gudo
Kec.Gudo, Kab Jombangtahun 2017?
1.3Tujuan
1.3.1 Tujuan Utama
tahun) mulai hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB dengan
menggunakan pendekatan menejemen dan dokumentasi kebidanan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan asuhan kebidanan ibu hamiltrimester III pada Ny ”S”
dengan kehamilan normal (Usia terlalu tua lebih dari 35 tahun) di
BPM Kunti Amd.Keb Desa Gudo Kecamatan Gudo Kabupaten
Jombang.
2. Melakukan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny ”S” dengan
kehamilan normal (Usia terlalu tua lebih dari 35 tahun)di BPM
Kunti Amd.Keb Desa Gudo Kecamatan Gudo Kabupaten
Jombang.
3. Melakukanasuhan kebidanan ibu nifas pada Ny ”S” dengan
kehamilan normal (Usia terlalu tua lebih dari 35 tahun)di BPM
Kunti Amd.Keb Desa Gudo Kecamatan Gudo Kabupaten
Jombang.
4. Melakukan asuhan kebidanan pada BBL Ny ”S”
dengankehamilan normal (Usia terlalu tua lebih dari 35 tahun)di
BPM Kunti Amd.Keb Desa Gudo Kecamatan Gudo Kabupaten
Jombang.
5. Melakukan asuhan kebidanan pada neonatus pada Ny ”S”
dengankehamilan normal (Usia terlalu tua lebih dari 35 tahun)di
BPM Kunti Amd.Keb Desa Gudo Kecamatan Gudo Kabupaten
6. Melakukan asuhan kebidanan KB pada Ny ”S” dengan kehamilan
normal (Usia terlalu tua lebih dari 35 tahun)di BPM Kunti
Amd.Keb Desa Gudo Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang.
1.4Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan, serta
bahan dalam penerapan asuhan kebidanan dalam batas Continuity Of
Care, terhadap ibu hamil, bersalin, nifas, BBL, neonatus dan
pelayanan KB pada kehamilan dengan usia ibu terlalu tua >35 tahun.
1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Ibu Hamil
Sebagai sumber informasi kepada ibu hamil yang beresiko tinggi
dalam kehamilan, persalinan, nifas, neonatus, dan KB yang aman
meskipun dengan resiko tinggi.
2. Bagi BPM
Sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk memberikan
pelayanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi khususnya pada
asuhan kebidanan ibu hamil, persalinan, nifas, neonatus, dan KB.
3. Bagi Penulis
Menambah wawasan, meningkatkan pemahaman, dan menambah
pengalaman nyata tentang asuhan kebidanan secara Continuity Of
Care pada ibu hamil, persalinan, nifas, neonatus, dan kontrasepsi
4. Bagi Institusi
Sebagai sarana untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu
untuk mengembangkan kemampuan diri dalam hal menangani
atau memberikan asuhan pada ibu hamil resiko tinggi.
1.5Ruang Lingkup 1. Sasaran
Sasaran asuhan kebidanan ini ditunjukan kepada Ny “S” dengan ibu hamil
trimester III usia terlalu tua dengan memperhatikan Continuity Of
Caremulai hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB.
2. Tempat
Asuhan kebidanan Continuity Of Care ini dilakukan di BPM Kunti
Amd.Keb Desa Gudo, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jomabang.
3. Waktu
Asuhan kebidanan Continuity Of Care ini dilakukan mulai bulan Februari
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan (kehamilan, persalinan, nifas, BBL, neonatus, KB) yang menggambarkan COC (continuity of care )
2.1.1 Teori tentang Kehamilan Trimester III 1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan
dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,
kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau
9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3
Trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu,
trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan
trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40).
(Sarwono, 2013)
2. Tanda bahaya Kehamilan TM III
a. Perdarahan pada hamil tua
b. Bengkak kaki, tangan dan wajah atau sakit kepala disertai
kejang.
c. Demam atau panas tinggi.
d. Bayi di kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak.
3. Kebutuhan dasar ibu hamil TM III
a. Mempersiapkan kelahiran dan kemungkinan kegawatdaruratan
1) Bekerja sama dengan ibu dan keluarga untuk
mempersiapkan rencana kelahiran, termasuk
mengidentifikasi penolong dan tempat persalinan, serta
perencanaan tabungan untuk mempersiapkan biaya
persalinan.
2) Bekerja sama dengan ibu dan keluarga untuk
mempersiapkan rencana jika terjadi komplikasi, termasuk
mengidentifikasi kemana harus pergi dan transportasi untuk
mencapai tempat tersebut, mempersiapkan donor darah,
mengadakan persiapan finansial, mengidentifikasi
pembuatan keputusan kedua jika pembuat keputusan
pertama tidak ada di tempat.
b. Memberikan konseling tentang tanda-tanda persalinan
1) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
2) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks
3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya 4. Perubahan psikologi ibu hamil TM III
a. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh,
dan tidak menarik.
c. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat
melahirkan, khawatir akan keselamatannya. (Romauli, 2011)
5. Faktor psikologis
a. Stressor internal
Ini meliputi faktor-faktor pemicu stress ibu hamil yang berasal
dari diri ibu sendiri. Adanya beban psikologis yang di tanggung
oleh ibu dapat menyebabkan gangguan perkembangan bayi yang
nantinya akan terlihat ketika bayi lahir. Anak akan tumbuh
dengan kepribadian yang kurang baik, bergantung pada kondisi
stress yang di alami ibunya, seperti anak yang menjadi
temperamental, autis atau orang yang terlalu rendah diri
(minder). Ini tentu saja tidak di harapkan. Oleh karena itu,
pemantauan kesehatan psikologis pasien sangat perlu di
lakukan. (Romauli, 2011)
b. Stressor eksternal
Adalah strees yang timbul dari luar yang memberikan pengaruh
baik ataupun pengaruh buruk terhadap psikologi ibu hamil.
Pemicu stres yang berasal dari luar, bentuknya bervariasi.
Misalnya masalah ekonomi, konflik keluarga, pertengkaran
dengan suami, tekanan dari lingkungan (respon negatif dari
lingkungan pada kehamilan lebih dari 5 kali) dan masih banyak
6. Kebutuhan psikologis ibu hamil TM III
a. Dukungan keluarga
Ibu sangat membutuhkan dukungan dan ungkapan kasih
sayang dari orang-orang terdekatnya, terutama suami.
b. Perasaan aman dan nyaman
Bidan bekerja sama dengan keluarga diharapkan berusaha dan
secara antusias memberikan perhatian serta mengupayakan
untuk mengatasi ketidaknyaman dan ketidakamanan yang
dialami oleh ibu.
c. Dukungan dari tenaga kesehatan.
Peran bidan dalam perubahan dan adaptasi psikologi adalah
dengan memberi support atau dukungan moral bagi klien,
meyakinkan bahwa klien dapat menghadapi kehamilannya dan
perubahan yang dirasakannya adalah sesuatu yang normal.
Bidan harus bekerjasama dan membangun hubungan yang baik
dengan klien agar terjalin hubungan yang terbuka antara bidan
dan klien. Keterbukaan ini akan mempermudah bidan
memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi klien.
(Romauli, 2011)
7. Persiapan Persalinan
a. Memilih tempat bersalin. b. Memilih tenaga kesehatan.
e. Orang yang menemani saat persalinan. f. Biaya.
8. Konsep Dasar Senam Hamil
a. Pengertian
Senam hamil adalah terapi latihan gerakan untuk
mempersiapkan ibu hamil secara fisik dan mental, pada
persalinan cepat, aman dan spontan. Senam hamil di anjurkan
pada usia kehamilan memasuki usia 6 bulan keatas
b. Tujuan senam hamil
1) Menguasai teknik pernafasan
2) Memperkuat elastisitas otot
3) Mengurangi keluhan
4) Melatih relaksasi
5) Menghindari kesulitan proses persalinan
6) Menguatkan oto-otot tungkai
7) Mencegah varises
8) Memeperpanajang nafas
9) Latihan mengejan
c. Manfaat senam hamil
1) Meningkatkan sirkulasi dan kebugaran kardiovaskuler
2) Meningkatkan kesadaran kendali pernafasan
3) Meningkatkan kesadaran postur tubuh
4) Menguatkan kelompok otot khusus
6) Mengurangi keletihan, meningkatkan tidur
7) Meningkatkan kesejahteraan psikologis
8) Mengurangi stress dan kecemasan
d. Langkah-langkah senam hamil
1) Duduk dengan kaki diluruskan ke depan dengan tubuh
bersandar tegak lurus, tarik jari-jari kaki ke arah tubuh
secara perlahan-lahan lalu lipat kedepan
2) Dudul bersila, letakkan kedua telapak tangan di atas lutut,
tekuk lutut kebawah dengan perlahan-lahan
3) Berbaringlah miring pasa sebelah sisi dengan lutut ditekuk
4) Tidurlah telentang dan tekuklah lutut jangan terlalu lebar,
arah telapak tangan ke bawah dan berada disamping
badan, angkatlah pinggang secara perlahan
5) Badan dalam posisi merangkak sambil menarik nafas
angkat perut berikut punggung ke atas dengan wajah
menghadap ke bawah membentuk lingkaran, sambil
perlahan-lahan mengangkat wajah hembuskan nafs
turunkan punggung kembali dengan perlahan
6) Tidurrlah terlentang tekuk lutut kanan, lutut kanan
digerakkan perlahan ke arah kanan lalu kembalikan
7) Tidurlah terlentang kedua lutut ditekuk dan kedua lutut
saling menempel, kedua lutut digerakkan perlahan kearah
9. Konsep SOAP Kehamilan dengan usia ibu terlalu tua > 35 tahun
Pengumpulan data tanggal... pukul...WIB
a. Data Subyektif : Keluhan utama / Alasan kunjungan
Data subyektif adalah data yang didapat dari klien sebagai
suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian.
Misalnya ibu mengatakan bahwa ibu hamil dengan umur
>35 tahun.
b. Data obyektif
Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan
diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indra selama
pemeriksaan fisik..
a) Pemeriksaan fisik umum
Keadaan umum :Baik, lemah
Kesadaran :Composmentis, apatis, samnolen,
spoor, delirium, semi koma, koma.
TTV : TD :110/70-120/80 mmHg
S :36,5-37,5 ºC
N : 80-90 x/menit
RR : 16-24 x/menit
LILA : 23,5cm
TB : 145cm
BB : 10-12kg
b) Pemeriksaan fisik khusus(inspeksi, palpasi, perkusi,
Muka : Simetris, tidak pucat, tidak ada cloasma
gravidarum, terlihat cemas.
Abdomen : Pembesaran perut sesuai usia kehamilan,
tidak ada luka bekas operasi, terdapat linea
nigra dan striae gravidarum.
Leopold I : Menentukan TFU (Tinggi Fundus Uteri)
dan bagian apa yang berada di fundus.
Leopold II : Menentukan bagian apa yang berada di
sebelah kanan dan kiri perut ibu.
Leopold III : Menentukan bagian terbawah janin dan
sudah masuk PAP (Pintu Atas Panggul)
atau belum.
Leopold IV:Untuk menentukan bagian terbawah janin
sudah seberapa jauh masuk PAP.
DJJ : 5 detik hitung, 5 detik henti, 5 detik
hitung, 5 detik henti, 5 detik hitung. (…+….+…..) x 4 = …
Normal 120 – 160 x/menit.
TBJ : Memastikan TBJ (Tafsiran Berat Janin) sesuai usia kehamilan, melihat resiko BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) atau tidak.
TBJ = (TFU-11)x 155 : Sudah Masuk PAP.
c) Pemeriksaan penunjang (jika ada atau diperlukan)
Hasil USG (Ultra Sonografi Grafi), pemeriksaan darah
lengkap, pemeriksaan urin dan lain-lain.
d) Analisis data
Analisa data adalah kegiatan mengubah data hasil
penelitian menjadi informasi yang dapat digunakan
untuk mengambil kesimpulan dalam suatau penelitian.
Diagnosa : G..P..A..dengan ....
e) Penatalaksanaan
(1) Melakukan ANC secara rutin kepada tenaga
kesehatan TM III minimal 2x kunjungan.
(2) Melakukan ANC terpadu sebagai ANC lengkap
meliputi pemeriksaan laboratorium Urin dan darah
dan pemeriksaan penunjang lainnya.
(3) Melakukan deteksi dini dengan menggunakan kartu
skor untuk digunakan sebagai alat skrening antenatal
atau deteksi dini faktor resiko ibu hamil, sebagai
pedoman untuk memberi penyuluhan.
(4) Selama hamil membutuhkan Komunikasi, Informasi,
Edukasi (KIE) senam hamil untuk dilakukan 2 kali
sehari karena senam hamil adalah untuk mengurangi
mengganggu selama masa kehamilan dan
mengurangi ketegangan otot-otot sendi sehingga
mempermudah kelahiran.
(5) KIE tentang persiapan persalinan sesuai dengan
faktor resiko ibu hamil untuk memilih tempat
bersalin di polindes, puskesmas, atau rumah sakit
ditolong oleh tenaga kesehatan.
(6) Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan
pada ibu.
(7) Jelaskan tanda bahaya kehamilan TM III. (8) Jelaskan tanda-tanda persalinan.
(9) Beri KIE pada ibu tentang relaksasi dan tablet Fe dan Kalk 1x1.
(10)Anjurkan ibu untuk datang 1 bulan lagi atau apabila ada keluhan (Kemenkes, 2015).
2.1.2 Teori tentang persalinan 1. Pengertian persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin
dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar
kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai
dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan
perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran
2. Tanda persalinan sudah dekat
Menjelang minggu ke-36 pada primigravida, terjadi penurunan
fundus uterus karena kepala bayi sudah masuk ke dalam panggul.
Masuknya kepala janin kedalm panggul dapat dirasakan oleh
wanita hamil dengan tanda-tanda sebagai berikut :
a. Terasa ringan dibagian atas dan rasa sesak berkurang.
b. Dibagian bawah terasa penuh dan mengganjal.
c. Kesulitan saat berjalan.
d. Sering berkemih. (Sulistyawati, 2013)
3. Terjadinya His Permulaan
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braston Hicks yang
kadang dirasakan sebagai keluhan karena rasa sakit yang
ditimbulkan. Biasanya pasien mengeluh adanya rasa sakit di
pinggang dan terasa sangat mengganggu, terutama pada pasien
dengan ambang sakit dipinggang dan terasa sangat mengganggu,
terutama pada pasien dengan ambang rasa sakit yang rendah. His
permulaan ini sering diistilahkan sebagai his palsu dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
a.Rasa nyeri ringan di bagian bawah. b.Datang tidak teratur.
c.Tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada tanda-tanda kemajuan persalinan.
d.Durasi pendek.
6. Kala dalam persalinan
A.Kala I
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan 0-10 cm(pembukaan lengkap).
1) Kala satu dibagi atas dua fase yaitu:
a) Fase laten
(1) Dimana serviks membuka sampai 3cm
(2) Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12
jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.
b) Fase aktif
(1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan
meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap
adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih
dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40
detik atau lebih).
(2) Dari pembukaan 4 cm mencapai pembukaan
lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan
rata-rata per jam (primipara) atau lebih 1 cm
hingga 2 cm (multipara).
(3) Terjadi penurunan bagian terbawah janin
2) Manajemen Kala 1
a) Mengidentifikasi Masalah (1) Riwayat kesehatan
(b) Menanyakan riwayat persalinan.
(c) Bagaimana perasaan ibu?
i. Kapan ibu mulai merasakan nyeri?
ii. Seberapa sering rasa nyeri berlangsung?
iii. Berapa lama berlangsung?
iv. Seberapa kuat rasa nyeri tersebut?
v. Apakah ibu memperhatikan adanya lendir
darah?
vi. Apakah ibu mengalami perdarahan dari
vagina?
vii.Apakah ibu melihat aliran atau semburan
cairan? Jika ya kapan? Bagaimana
warnanya? Berapa banyak?
viii. Apakah bayi bergerak-gerak?
ix. Kapan ibu terakhir kali buang air besar
dan kencing?
b) Pemeriksaan fisik
Langkah-langkah dalam melakukanpemeriksaan fisik:
(1) Cuci tangan sebelum memulai pemeriksaan.
(2) Membantu ibu agar merasa nyaman. Jika ibu
tegang atau gelisah, anjurkan untuk menarik nafas
(3) Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung
kemihnya (jika perlu, periksa jumlah urin, protein
dan aseton dalam urin).
(4) Nilai kesehatan dan keadaan umum ibu, suasana
hatinya, kegelisahannya, warna konjungtiva,
kebersihan, status nutrisi, dan kecukupan air dalam
tubuh.
(5) Nilai tanda-tanda vital ibu.
(6) Lakukan pemeriksaan abdomen.
(7) Lakukan pemeriksaan dalam. Hal-hal yang perlu
dinilai: konsistensi porsio menjadi tipis dan lunak
bahkan tidak teraba saat pembukaan lengkap,
pembukaan serviks, air ketuban (utuh/pecah),
presentasi dan posisi janin, penurunan bagian
terbawah.
(8) Pemeriksaan abdomen. Pemeriksaan abdomen
dilakukan untuk:
(a) Menentukan tinggi fundus uteri.
(b) Memantau kontraksi uterus.
(c) Memantau denyutjantung janin.
(d) Menentukanpresentasi.
3) Membuat rencana asuhan
a) Pemantauan terus menerus untuk kemajuan persalinan
menggunakan partograf.
b) Pemantauan terus menerus tanda-tanda vital ibu.
c) Pemantauan terus menerus keadaan bayi.
d) Memenuhi kebutuhan dehidrasi.
e) Menganjurkan posisi ambulasi.
f) Menganjurkan tindakan yang memberikan rasa
nyaman.
g) Menganjurkan keluarga agar memberikan dukungan.
B.Kala II
Kala II persalinan dimulai pembukaan serviks sudah lengkap
(10cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II disebut kala
pengeluaran bayi.
C.Kala III
Kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta.
D.Kala IV
Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta dan berakhir dua jam
setelah itu.
7. 58 Langkah APN
a. Mengenali tanda gejala Kala II
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada
rektum dan vagina.
c. Perineum tampak menonjol.
d. Vulva vagina dan sfinger ani membuka.
b. Menyiapkan pertolongan persalinan
1) Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan
obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan
menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk
resusitasi tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3
handuk/kain bersih kering, alat menghisap lendir, lampu
sorot 60 watt dengan jarak 60 cm diatas tubuh bayi.
2) Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat ibu dan tempat
resusitasi serta ganjal bahu bayi.
3) menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali
pakai didalam partus set.
4) Memakai celemek plastik.
5) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang
dipakai, cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih
yang mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue
atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
6) Memakai sarung desinfeksi tingkat tinggi (DTT) pada
7) Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan
tangan yang memakai sarung tangan DTT, dan steril)
pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik.
c. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
8) Membersihkan vulva dan perenium, menyekanya dengan
hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan
kapas atau kasa yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat
tinggi (DTT).
a) Jika intoitus vagina, perinium atau anus terkontaminasi
oleh tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan
ke belakang.
b) Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi)
dalam wadah yang tersedia.
c) Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi
dengan melepaskan dan rendam dalam larutan klorin
0,5 % langkah ke 9).
9) Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap, bila selaput ketuban belum pecah sedangkan pembukaan sudah lengkap lakukan amniotomi.
a) Bila selaput ketuban belum pecah sedangkan
pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
11) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi
atau saat relaksasi uterus untuk memastikan DJJ dalam
batas normal (120-160).
a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam,
DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan
lainnya pada patograf.
d. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses
bimbingan meneran
12) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik, dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang
nyaman sesuai dengan keinginan.
a) Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin
(ikuti pedoman penatalaksanaan kala aktif dan
dokumentasi semua temuan yang ada).
b) Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana
peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat
13) Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi ibu untuk
meneran (bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi
yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi
lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
14) Melakukan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada
dorongan yang kuat untuk meneran:
a) Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan
efektif.
b) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan
perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai.
c) Bantu ibu posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang
lama).
d) Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
e) Anjurkan keluarga untuk memberi dukungan dan
semangat untuk ibu.
f) Beri cukup asupan cairan per oral (minum). g) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
h) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida).
e. Persiapan pertolongan persalinan
16) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi)
diperut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5-6 cm.
17) Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah
bokong ibu
18) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan.
19) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
f. Menolong kelahiran bayi (Lahirnya kepala)
20) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm
membuka vulva maka lindungi perinium dengan satu
tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering.
Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan
posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.
Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas
cepat dan dangkal.
21) Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
22) Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan
g. Lahirnya bahu
23) Setelah kepala melakukan putar paksi luar, pegang secara
biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.
Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal
hingga bahu anterior muncul dibawah arkus pubis dan
kemudian gerakan ke arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu posterior.
h. Lahirnya badan dan tungkai.
24) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah untuk kepala dan
bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah bawah.
i. Penanganan bayi baru lahir
25) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan
berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang
kedua mata kaki. (masukkan jari telunjuk diantara kaki
dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan
jari-jari lainnya).
26) Melakukan penilaian selintas:
a) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur
mekonium?
c) Apakah bayi bergerak aktif?
Bila salah satu jawaban tidak lanjut ke langkah
resusitasi pada asfiksi bayi baru lahir. Bila semua
jawaban ya lanjut langkah ke 26.
27) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala, dan
bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa
membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan
handuk/kain yang kering, membiarkan bayi diatas perut
ibu.
28) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada
lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal).
29) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar
uterus berkontraksi baik.
30) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin
10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal
lateral ( lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
31) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendoromg isi tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit kembali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
32) Pemotongan dan pengikatan tali pusat.
b) mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada
satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang
tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada
sisi lainnya.Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah
yang telah disediakan.
33) Meletakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi,
meletakkan bayi tengkurap didada ibu, luruskan bahu bayi
sehingga bayi menempel didada atau perut ibu. Usahakan
kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi
lebih rendah dari puting payudara ibu.
34) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang
topi dikepala bayi.
j. Penatalaksanaan aktif persalinan kala III
35) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10
cm dari vulva.
36) Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi
atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan
tali pusat.
berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.
k. Mengeluarkan plasenta
38) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong
menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian
kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan
tekanan dorsokranial).
a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem
hingga berjarak 5-10cm dari vulva dan lahirkan
plasenta,
b) Jika plasenta tidak terlepas setelah 15 menit
menegangkan tali pusat:
(1) Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM.
(2) Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih
penuh.
(3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
(4) Ulangi penegangan tali pusat selama 15menit
berikutnya.
(5) Jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit
setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan,
segera lakukan plasenta manual.
39) Saat plasenta muncul di intoitus vagina, lahirkan plasenta
plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan
dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
a) Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan
disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan
jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk
mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
l. Rangsangan taktil (massase) uterus
40) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
massase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan
lakukan massase dengan gerakan melingkar dengan
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
m. Menilai perdarahan
41) Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi
dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan
plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus.
42) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Melakukam penjahitan bila laserasi menyebabkan
perdarahan.
n. Melakukan prosedur pasca persalinan
43) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
a) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan Inisiasi
Menyusi Dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu
pertama biasanya berlangsung ssekitar 10-15 menit.
Bayi cukup menyusu dari satu payudara.
b) Biarkan bayi berada didada ibu selama 1 jam walaupun
bayi sudah berhasil menyusu.
45) Setelah satu jam, lakukan pemeriksaan fisik bayi baru
lahir, beri antibiotika salep mata pencegahan dan vitamin
k1 1 mg intramuskular di paha kiri anterolateral,
46) Setelah satu jam pemberian vitamin k1 berikan suntikan
imunisasi Hepatitis B dipaha kanan anterolateral, letakkan
bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa
disusukan. Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi
belum berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan
biarkan sampai bayi berhasil menyusu,
o. Evaluasi
47) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah
perdarahan pervaginam.
a) 2-3 kali dalam 15 menit pasca persalinan.
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pasca persalinan.
c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
Jika uterus tidak berkontaksi dengan baik, melakukan
48) Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan massase uterus
dan nilai kontraksi uterus.
49) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
50) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih
setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan
dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam
selama 2 jam pertama pasca persalinan.
b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang
tidak normal.
51) Periksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit untuk
memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60
kali/menit), serta suhu tubuh normal (36,5-37,5ºC).
a) Jika bayi sulit bernafas, merintih atau retraksi, di
resusitasi dan segera merujuk ke rumah sakit.
b) Jika bayi bernafas terlalu cepat, segera dirujuk.
c) Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat.
Kembalikan bayi kontak kulit dengan ibunya dan
selimuti ibu dan bayi dengan satu selimut.
p. Kebersihan dan keamanan
52) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin 0,5 % untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan
53) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat
sampah yang sesuai.
54) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT.
Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah.
Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering.
55) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga
untuk membantu apabila ibu ingin minum.
56) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin
0,5%.
57) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin
0,5%, balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.Mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir.
q. Dokumentasi
58) Melengkapi partograf, periksa tanda vital dan asuhan kala
IV (APN, 2008).
8. Perubahan psikologis pada persalinan
a. Perasaan tidak enak.
b. Takut dan ragu – ragu akan persalinan yang akan dihadapi. c. Ibu dalam menghadapi persalinan sering memikirkan antara
lain apakah persalinan akan berjalan normal. d. Menganggap persalinan sebagai cobaan.
9. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin.
a. Membina hubungan baik antara ibu dan keluarga
b. Menjelaskan hasil pemeriksaan.
c. Melakukan informed consent setiap tindakan.
d. Memberi dukungan mental dan spiritual.
e. Memberi kebebasan kepada ibu untuk memilih posisi yang
nyaman sesuai keinginan (miring, jongkok, jalan atau setengah
duduk).
f. Mengajari ibu tekhnik relaksasi ketika tidak ada his.
g. Memberitahu cara meneran yang baik bila ada his.
h. Memberitahu ibu untuk makan dan minum ketika tidak ada his.
i. Memberitahu ibu untuk tidak menahan kencing.
j. Menyiapkan alat
k. Menawarkan kepada ibu tentang pendamping persalinan
l. Mengobservasi tentang kemajuan persalinan dengan partograf.
m. Melakukan VT
n. Melakukan kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk
pemeriksaan darah (Lisnawati, 2013).
10.Beberapa kemungkinan persalinan pada ibu hamil resiko tinggi
a. Persalinan dengan operasi sesar
2.1.3 Teori Masa Nifas 1. Pengertian masa nifas
Masa nifas (peurperium) adalah masa yang dimulai setelah
plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu. (Sulistyawati, 2009)
2. Tahapan dalam masa nifas
Menurut (Sulistyawati, 2009). Adapun proses masa nifas (post partum
puerperium) adalah:
a. Puerperium dini
Puerperium dini merupakan masa pemulihan, yang dalam hal ini ibu
telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam,
dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari
b. Puerperium intermedial
Puerperium intermedialmerupakan masa kepulihan menyeluruh
alat-alat genetalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
c. Remot puerperium
Remot puerperiummerupakan masa yang diperlukan untuk pulih
dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu
persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna
dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan
3. Adaptasi dan psikologis masa nifas
Menurut (Sulistyawati, 2009) Penyesuaian psikologis pada masa
post partum, penyesuaian psikologis dalam masa post partum
dibagi menjadi 3 tahap.
a. Taking in
Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada
umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada
kekhawatiran akan tumbuh.
b. Taking hold
Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum. Ibu menjadi
perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang sukses dan
meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi.
c. Letting go
Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah.
Periode ini pun sangat berpengaruh terhadap waktu dan
perhatian yang diberikan oleh keluarga
d. Postpartum bluess
dari berbagai faktor, termasuk adanya gangguan tidur yang tidak dapat dihindari oleh ibu selama masa-masa awal menjadi seorang ibu.
4. Kunjungan masa nifas
a. 6-48 jam persalinan
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain, perdarahan, rujuk
bila perdarahan berlanjut.
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri.
4) Pemberian ASI awal, 1 jam setelah IMD berhasil
dilakukan.
5) Melakukan kontak fisik antara ibu dan bayi baru lahir.
6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermia. Jika petugas kesehatan menolong persalinan,
ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2
jam pertama sudah kelahiran atau sampai bayi dan ibu
dalam keadaan stabil.
b. 4-28 hari setelah persalinan
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal,uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal.
3) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada
tanda-tanda penyulit pada bagian payudara ibu.
4) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
bayi terhadap tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan
perawatan bayi sehari-hari.
c. 29-42 hari setelah persalinan
1) Memastikan involusi uterusberjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilkus, tidak ada
perdarahan abnormal dan tidak ada bau.
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal.
3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan
istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan perawatan
bayi sehari-hari.
d. Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. (Sulistyawati, 2009)
1) Lochea rubra : berisi darah segar, sel-sel desidua dan
chorion. Terjadi selama 2 hari pasca persalinan.
2) Lochea sanguelenta : berwarna merah kekuningan berisi
darah dan lendir. Terjadi pada hari ke 3 sampai 7 pasca
persalinan.
3) Lochea serosa : berwarna kuning dan cairan ini tidak
berdarah lagi. Terjadi pada hari ke 7 sampai 14 pasca
persalinan.
4) Lochea alba : Cairan putih terjadi setelah 2 minggu pasca
persalinan (Sulistyawati, 2009).
5. Tanda bahaya masa nifas
a. Perdarahan lewat jalan lahir,
b. Keluar cairan berbau dari jalan lahir,
c. Demam,
d. Bengkak di wajah, tangan, dan kaki, atau sakit kepala dan
kejang-kejang,
e. Nyeri atau panas didaerah tungkai,
f. Payudara bengkak merah disertai rasa sakit,
g. Puting lecet,
h. Ibu mengalami depresi (antara lain menangis tanpa sebab dan
tidak peduli pada bayinya) (Kemenkes, 2015).
a. Minum 1 kapsul vitamin A warna merah (200.000 SI) segera
setelah melahirkan, minum lagi kapsul vitamin A pada hari
kedua, jarak kapsul pertama dan kedua minimal 24 jam
b. Makanlah dengan pola gizi seimbang, lebih banyak daripada
saat hamil, bagi ibu nifas yang memerlukan, minumlah 1 tablet
tambah darah setiap hari, selama 40 hari.
c. Istirahat atau tidur cukup dan banyak minum supaya ASI
keluarnya banyak.
d. Jaga kebersihan alat kelamin, ganti pembalut sesering
mungkin.
7. Asuhan kebidanan pada ibu nifas.
a. Membina hubungan baik antara ibu dan keluarga
b. Menjelaskan hasil pemeriksaan.
c. Melakukan informed consent setiap tindakan.
d. Mengobservasi tanda vital, laktasi, involusi uteri dan lochea.
e. Memberi KIE tentang.
1) Personal hyiegine.
2) Nutrisi yang baik untuk ibu menyusui. 3) Cara menyusui.
4) Perawatan payudara. 5) Senam nifas.
6) Tanda bahaya nifas dan bayi. 7) KB
9) Jadwal kunjungan nifas berikutnya.
f. Memberi obat Fe 1x1 untuk mencegah anemia dan Analgesik
2x1 bila diperlukan (Lisnawati, 2013).
2.1.4 Teori tentang BBL
1. Definisi BBL (Bayi Baru Lahir)
Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam
pertama kelahiran (Rukiyah, 2013). Bayi baru lahir adalah bayi
yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat antara
2500- 4000 gr. (Nanny, 2010)
Ciri – ciri bayi baru lahir normal :
a. Berat badan 2500 – 4000 gr.
b. Panjang badan 48 – 52 cm.
c. Lingkar dada 30 – 38 cm.
d. Lingkar kepala 33 – 35 cm.
e. Frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit.
f. Pernapasan 60 – 40 kali/menit.
g. Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan subkutan
cukup.
h. Rambut lanugo biasanya tidak terlihat dan sudah sempurna.
i. Kuku agak panjang dan lemas.
j. Genitalia : perempuan labia mayora sudah menutupi labia
minora. Laki – laki testis sudah turun, skorotum sudah ada.
l. Refleks morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah
baik.
m. Refleks graps atau menggenggam sudah baik.
n. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,
mekonium berwarna hitam kecoklatan. (Nanny 2010)
2. Manajemen Bayi Baru Lahir
a. Jaga kehangatan.
b. Bersihkan jalan nafas (jika perlu).
c. Keringkan.
d. Pemantauan tanda bahaya.
e. Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun,
kira-kira 2 menit setelah lahir.
f. Lakukan Inisiasi Menyusu Dini.
g. Beri suntikan vitamin K1 1mg intramuskular,di paha kiri
anterolateral setelah Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
h. Beri salep mata antibiotika tetrasiklin 1% pada kedua mata.
i. Pemeriksaan keadaan bayi.
j. Beri imunisasi hepatitis B 0,5 mL intramuskular, di paha
bagian kanan anterolateral, kira-kira 1-2 jamsetelah pemberian
3. Pemberian ASI
a.Inisiasi Menyusu Dini
Langkah Inisiasi Menyusu Dini
1) Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit dengan
ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam.
2) Bayi harus dibiarkan untuk melakukan IMD dan ibu dapat
mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta
3) memberi bantuan jika diperlukan.
4) Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan
kepada bayi baru lahir hingga inisiasi menyusu selesai
dilakukan.
b.Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini bagi Ibu
Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu.
1) Pengaruh oksitosin
a) Membantu kontraksi uterus sehingga menurunkan
risiko perdarahan pasca persalinan.
b) Merangsang pengeluaran kolostrum dan peningkatan
produksi ASI.
c) Membantu ibu mengatasi stres sehingga ibu merasa
lebih tenang dan tidak nyeri pada saat plasenta lahir dan
prosedur pasca persalinan lainnya.
2) Pengaruh prolaktin
c.Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini bagi Bayi
1) Mempercepat keluarnya kolostrum yaitu makanan dengan
kualitas dan kuantitas optimal untuk kebutuhan bayi.
2) Mengurangi infeksi dengan kekebalan pasif (melalui
kolostrum) maupun aktif.
3) Mengurangi 22% kematian bayi dibawah 28 hari.
4) Meningkatkan keberhasilan menyusu secara eksklusif dan
lamanya bayi disusui membantu bayi mengkoordinasikan
kemampuan isap, telan dan nafas. Refleks menghisap bayi
awal pada bayi paling kuat dalam beberapa jam setelah
lahir.
5) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dengan bayi.
6) Mencegah kehilangan panas.
2.1.5 Teori tentang Neonatus 1. Definisi neonatus
Neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauteri ke kehidupan ekstrauterin. (Nanny, 2010)
2. Rencana asuhan neonatus a. Minum bayi (Asi ekslusif)
2) Menganjurkan ibu hanya memberikan asi saja pada 4-6
bulan pertama.
b. Buang Air Besar (BAB)
Mekonium keluar pertama kali dalam waktu 24 jam setelah
lahir menandakan anus bayi baru lahir telah berfungsi,
mekonium dikeluarkan 2 sampai 3 hari setelah lahir. Warna
fases bayi berubah menjadi kuning pada saat bayi berumur 4
sampai 5 hari. Bayi yang diberi Asi fases menjadi lebih
lembut, warna kuning terang dan tidak berbau. Frekuensi
BAB bayi sedikitnya sekali dalam sehari.
c. Buang Air Kecil (BAK)
Hari selanjutnya setelah bayi dilahirkan bayi akan BAK
sebanyak 6-8 kali sehari.
d. Tidur
Pada bulan pertama kehidupan bayi menghabiskan waktunya
untuk tidur. 15% waktu digunakan dalam keadaan terjaga
yaitu untuk menangis, gerakan motorik, sadar dan
mengantuk, sisa waktu 85% untuk tidur.
e. Kebersihan kulit
Kulit bayi masih sangat sensitif terhadap kemungkinan terjadinya infeksi. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi selalu bersih dan kering. f. Perawatan tali pusat
g. Keamanan bayi
Tidak membiarkan bayi sendiri tanpa adanya yang
menunggu. Tidak memberikan makanan apapun lewat mulut
selain ASI karena bayi bisa tersedak. Bayi juga harus dijaga
dari kemungkinan infeksi.
3. Kunjungan neonatus
a. Kunjungan neonatal ke – 1 (KN 1) dilakukan dalam kurun
waktu 6 – 48 jam setelah bayi lahir. Hal yang dilaksanakan :
1) Jaga kehangatan tubuh bayi
2) Cegah infeksi
3) Rawat tali pusat
b. Kunjungan neonatal ke – 2 (KN 2) dilakukan pada kurun
waktu hari ke – 3 sampai dengan hari ke – 7 setelah bayi
lahir. Hal yang dilaksanakan :
1) Jaga kehangatan tubuh bayi
2) Berikan ASI eksklusif selama 6 bulan.
3) Cegah infeksi
4) Rawat tali pusat
c. Kunjungan neonatal ke – 3 (KN – 3 ) dilakukan pada kurun waktu hari ke – 8 sampai dengan hari ke – 28 setelah lahir. Hal yang dilaksanakan :
1) Periksa adanya tanda bahaya atau gejala sakit.
4. Jadwal Imunisasi
a. Umur 0 bulan imunisasi HB 0,
b. Umur 1 bulan imunisasi BCG, Polio 1,
c. Umur 2 bulan imunisasi DPT/HB1, Polio 2,
d. Umur 3 bulan imunisasi DPT/HB2, Polio 3,
e. Umur 4 bulan imunisasi DPT/HB3, Polio 4,
f. Umur 9 bulan imunisasi Campak.
5. Asuhan kebidanan pada neonatus.
1) Menganjurkan pada ibu untuk memberikan ASI, setiap
kali bayi membutuhkan.
2) Merawat tali pusat menggunakan kasa steril tiap pagi,
sore dan bila diperlukan.
3) Menganjurkan pada ibu tetap memberikan ASI sesering
mungkin,ibu memberikan ASI eksklusif tanpa makanan
pendamping.
4) Mengajarkan ibu cara melakukan perawatan bayi
sehari-hari. Meliputi cara memandikan, frekuensi, cara menjaga
kehangatan bayi, mengganti popok, baju dan lain-lain,
ibu mengatakan sudah melakukan anjuran tersebut.
5) Menganjurkan ibu kontrol ulang 1 minggu lagi atau jika
ada keluhan sewaktu-waktu, ibu mengatakan iya dan
2.1.6 Keluarga Berencana 1. Pengertian
Keluarga berencana (KB) adalah upaya peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pembatasan usia
perkawinan, pengaturan jarak kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga.
2. Dengan mengikuti Program Keluarga Berencana (KB) sesuai
anjuran pemerintah, akseptor akan mendapatkan tiga manfaat
utama, baik untuk ibu, anak dan keluarga, antara lain:
a.Manfaat Untuk Ibu:
1) Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
2) Mencegah setidaknya 1 dari 4 kematian ibu.
3) Menjaga kesehatan ibu.
4) Merencanakan kehamilan terprogram.
b.Manfaat Untuk Anak:
1) Mengurangi resiko kematian bayi. 2) Meningkatkan kesehatan bayi.
3) Mencegah kekurangan gizi pada bayi. 4) Tumbuh kembang bayi lebih terjamin.
5) Kebutuhan ASI eksklusif selama 6 bulan relatif dapat terpenuhi.
6) Mendapatkan kualitas kasih sayang yang lebih maksimal. c.Manfaat Untuk Keluarga:
2) Keharmonisan keluarga lebih terjaga (BkkbN, 2010).
3. Tujuan KB
a. Keluarga dengan anak ideal.
b. Keluarga sehat.
c. Keluarga berpendidikan.
d. Keluarga sejahtera.
e. Keluarga yangterpenuhi hak-hak reproduksinya.
f. Penduduk tumbuh seimbang.
4. Macam-macam KB
a. MAL (metode amenore laktasi).
b. Barrier.
c. Kondom.
d. Kontrasepsi kombinasi (Hormon kombinasi progesteron).
e. Kontrasepsi progestin.
f. Implan.
g. Kontrasepsi AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim ).
h. Vasektomi.
i. Tubektomi.
5. Asuhan kebidanan pada KB.
a. Membina hubungan baik kepada klien.
b. Memberitahu klien tentang kondisinya saat ini.
c. Melakukan informed consent semua tindakan.
e. Membantu klien menentukan KB yang sesuai dengan
kebutuhan klien.
f. Memberitahukan efek samping penggunaan KB yang dipilih.
2.1.7 Konsep Kehamilan dengan Usia Ibu Terlalu Tua > 35 Tahun pada kehamilan, persalinan, nifas, BBL, KB sesuai dengan kasus yang dikaji.
Resiko tinggi kehamilan adalah ibu hamil yang mengalami
resiko atau bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun
persalinan bila dibandingkan dengan ibu hamil yang normal.
1. Faktor yang mempengaruhi kehamilan diatas usia 35 tahun
a. Kesuburan
Jumlah sel telur yang diproduksi ovarium atau indung telur
akan mnurun seiring bertambahnya usia. Usia paling
produktif bagi wanita ada pada rentang usia 20-29.
b. Kondisi rahim
Penurunan kemampuan rahim terutama terjadi pada wanita
diatas usia 35 tahun. Faktor penuan juga bisa membuat
embrio yang dihasilkan akan sulit melekat pada lapisan lendir
rahim. Kondisi ini bisa menyebabkan keguguran, atau
memunculkan kecenderungan terjadinya plasenta tidak
menenpel ditempat yang semestinya. Disamping itu, juga
c. Hormon
Produksi hormon yang banyak dihasilkan mulai dari usia 14
tahun dan mulai menurun ketika memasuki usia 40 tahun,
hingga wanita memasuki masa menopouse,
d. Kualitas rongga dan otot-otot panggul
Pertambahan usia juga mengakibatkan penurunan kualitas
rongga dan otot-otot panggul. Hal ini membuatt rongga
panggul tidak mudah lagi menghadapi dan mengatasi
komplikasi yang berat, seperti perdarahan.
e. Kondisi fisik
Kondisi fisik yang tidak lagi prima, membuat ibu hamil di
usia 35 tahun atau lebih menjadikan wanita lebih cepat tua.
2. Masalah pada ibu hamil dengan usia lebih dari 35 tahun, seperti:
a. Diabetes Gestational
Diabetes Melitus yang hanya berkembang danya selama
kehamilan dan biasayng menghilang pada saat persalinan.
b. Tekanan Darah Tinggi
Gangguan pada sistem peredaran darah yang dapat
menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas niali normal,
yaitu melebihi 140/90mmHg.
c. Pre eklamsi
Penyakit dengan tanda hipertensi, edema, proteinuria yang
d. Plasenta previa
Plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah
uterus.
3. Pemeriksaan ANC terpadu pada ibu hamil usia lebih dari 35 tahun
a. Asuhan standar pelayanan minimal meliputi 10 T :
1) Timbang berat badan
2) Ukur lingkar lengan atas (LILA)
3) Ukur tekanan darah
4) Ukur TFU
5) Hitung detak jantung janin
6) Tentukan presentasi janin
7) Beri imunisasi TT
8) Beri tablet Fe
9) Periksa laboraturium
10)Temu wicara
b. Pemeriksaan golongan darah
c. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah
d. Pemeriksaan protein
e. Pemeriksaan kadar gula darah
f. Pemeriksaan darah malaria
g. Pemeriksaan tes sifilis
h. Pemeriksaan HIV
4. Faktor resiko pada persalinan
a. Persalinan SC
b. Abortus
Pada usia 35 tahun atau lebih, proses persalinan mungkin
akan lebih lama karena serviks sudah tidak berdilatasi
semudah wanita yang berusia dibawah 35 tahun. Pada rahim
tersebut juga tidak berkontraksi secepat yang terjadi pada
wanita berusia 35 tahun. Distosia karena kelainan tenaga (his)
adalah his yang tidak normal, baik kekuatan maupun sifatnya,
sehingga menghambat kelancaran persalinan. Kelainan his
sering dijumpai pada primigravida tua. Ibu hamil setelah usia
40 tahun ini juga lebih mudah lelah. Mereka juga mempunyai
resiko keguguran lebih besar, bersalin dengan alat bantu,
seperti dengan forcep atau operasi sesar.
5. Faktor resiko pada Nifas
a. Atonia Uteri
Keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup, perdarahan
terbuka dari tempat implantasi plasenta etelah bayi dan
plasenta lahir.
b. Perdarahan Post Partum
c. Down Syndrom