• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan (kehamilan, persalinan, nifas, BBL, neonatus, KB) yang menggambarkan COC (continuity of care )

2.1.6 Keluarga Berencana 1.Pengertian

Keluarga berencana (KB) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pembatasan usia perkawinan, pengaturan jarak kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga.

2. Dengan mengikuti Program Keluarga Berencana (KB) sesuai anjuran pemerintah, akseptor akan mendapatkan tiga manfaat utama, baik untuk ibu, anak dan keluarga, antara lain:

a.Manfaat Untuk Ibu:

1) Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. 2) Mencegah setidaknya 1 dari 4 kematian ibu. 3) Menjaga kesehatan ibu.

4) Merencanakan kehamilan terprogram. b.Manfaat Untuk Anak:

1) Mengurangi resiko kematian bayi. 2) Meningkatkan kesehatan bayi.

3) Mencegah kekurangan gizi pada bayi. 4) Tumbuh kembang bayi lebih terjamin.

5) Kebutuhan ASI eksklusif selama 6 bulan relatif dapat terpenuhi.

6) Mendapatkan kualitas kasih sayang yang lebih maksimal. c.Manfaat Untuk Keluarga:

2) Keharmonisan keluarga lebih terjaga (BkkbN, 2010).

3. Tujuan KB

a. Keluarga dengan anak ideal. b. Keluarga sehat.

c. Keluarga berpendidikan. d. Keluarga sejahtera.

e. Keluarga yangterpenuhi hak-hak reproduksinya.

f. Penduduk tumbuh seimbang.

4. Macam-macam KB

a. MAL (metode amenore laktasi). b. Barrier.

c. Kondom.

d. Kontrasepsi kombinasi (Hormon kombinasi progesteron). e. Kontrasepsi progestin.

f. Implan.

g. Kontrasepsi AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim ). h. Vasektomi.

i. Tubektomi.

5. Asuhan kebidanan pada KB.

a. Membina hubungan baik kepada klien.

b. Memberitahu klien tentang kondisinya saat ini. c. Melakukan informed consent semua tindakan.

e. Membantu klien menentukan KB yang sesuai dengan kebutuhan klien.

f. Memberitahukan efek samping penggunaan KB yang dipilih. 2.1.7 Konsep Kehamilan dengan Usia Ibu Terlalu Tua > 35 Tahun

pada kehamilan, persalinan, nifas, BBL, KB sesuai dengan kasus yang dikaji.

Resiko tinggi kehamilan adalah ibu hamil yang mengalami resiko atau bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun persalinan bila dibandingkan dengan ibu hamil yang normal.

1. Faktor yang mempengaruhi kehamilan diatas usia 35 tahun a. Kesuburan

Jumlah sel telur yang diproduksi ovarium atau indung telur akan mnurun seiring bertambahnya usia. Usia paling produktif bagi wanita ada pada rentang usia 20-29.

b. Kondisi rahim

Penurunan kemampuan rahim terutama terjadi pada wanita diatas usia 35 tahun. Faktor penuan juga bisa membuat embrio yang dihasilkan akan sulit melekat pada lapisan lendir rahim. Kondisi ini bisa menyebabkan keguguran, atau memunculkan kecenderungan terjadinya plasenta tidak menenpel ditempat yang semestinya. Disamping itu, juga akan menyebabkan resiko hamil di luar kandungan (ektopik).

c. Hormon

Produksi hormon yang banyak dihasilkan mulai dari usia 14 tahun dan mulai menurun ketika memasuki usia 40 tahun, hingga wanita memasuki masa menopouse,

d. Kualitas rongga dan otot-otot panggul

Pertambahan usia juga mengakibatkan penurunan kualitas rongga dan otot-otot panggul. Hal ini membuatt rongga panggul tidak mudah lagi menghadapi dan mengatasi komplikasi yang berat, seperti perdarahan.

e. Kondisi fisik

Kondisi fisik yang tidak lagi prima, membuat ibu hamil di usia 35 tahun atau lebih menjadikan wanita lebih cepat tua. 2. Masalah pada ibu hamil dengan usia lebih dari 35 tahun, seperti:

a. Diabetes Gestational

Diabetes Melitus yang hanya berkembang danya selama

kehamilan dan biasayng menghilang pada saat persalinan. b. Tekanan Darah Tinggi

Gangguan pada sistem peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas niali normal, yaitu melebihi 140/90mmHg.

c. Pre eklamsi

Penyakit dengan tanda hipertensi, edema, proteinuria yang timbul karena kehamilan.

d. Plasenta previa

Plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus.

3. Pemeriksaan ANC terpadu pada ibu hamil usia lebih dari 35 tahun a. Asuhan standar pelayanan minimal meliputi 10 T :

1) Timbang berat badan

2) Ukur lingkar lengan atas (LILA) 3) Ukur tekanan darah

4) Ukur TFU

5) Hitung detak jantung janin 6) Tentukan presentasi janin 7) Beri imunisasi TT

8) Beri tablet Fe

9) Periksa laboraturium 10)Temu wicara

b. Pemeriksaan golongan darah

c. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah d. Pemeriksaan protein

e. Pemeriksaan kadar gula darah f. Pemeriksaan darah malaria g. Pemeriksaan tes sifilis

h. Pemeriksaan HIV

4. Faktor resiko pada persalinan a. Persalinan SC

b. Abortus

Pada usia 35 tahun atau lebih, proses persalinan mungkin akan lebih lama karena serviks sudah tidak berdilatasi semudah wanita yang berusia dibawah 35 tahun. Pada rahim tersebut juga tidak berkontraksi secepat yang terjadi pada wanita berusia 35 tahun. Distosia karena kelainan tenaga (his) adalah his yang tidak normal, baik kekuatan maupun sifatnya, sehingga menghambat kelancaran persalinan. Kelainan his sering dijumpai pada primigravida tua. Ibu hamil setelah usia 40 tahun ini juga lebih mudah lelah. Mereka juga mempunyai resiko keguguran lebih besar, bersalin dengan alat bantu, seperti dengan forcep atau operasi sesar.

5. Faktor resiko pada Nifas a. Atonia Uteri

Keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup, perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta etelah bayi dan plasenta lahir.

b. Perdarahan Post Partum

c. Down Syndrom

6. Faktor resiko pada BBL

Pada proses pertumbuhan, kualitas sel telur wanita usia ini sudah menurun jika dibandingkan dengan sel telur pada wanita ini sudah reproduktif sehat (25-30 tahun). Jika pada proses pembuahna, ibu mengalami ganggun sehingga menyebabkan terjadinya ganggun pertumbuhan dan perkembangan buah kehamilan, maka kemungkinan akan menyebabkan terjadinya intra-Uterine Growth Resrtictionyang berakibat Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR). Telah banyak dilaporkan bahwa mengolisme frekuensinya lebih sering ditmukan pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopouse. Kejadian mengolisme akan meningkat pada ibu usia diatas 35 tahun dan akan lebih tinggi lagi pada usia 40 tahun atau lebih. (Sofian, 2011)

7. Asuhan pada kehamilan dengan usia ibu terlalu tua

a. Melakukan ANC secara rutin kepada tenaga kesehatan pada TM III minimal 2x kunjungan.

b. Melakukan ANC terpadu sebagai ANC lengkap meliputi pemeriksaan laboratorium Urin dan darah dan pemeriksaan penunjang lainnya.

c. Melakukan deteksi dini dengan menggunakan kartu skor untuk digunakan sebagai alat skrening antenatal atau deteksi

dini faktor resiko ibu hamil, sebagai pedoman untuk memberi penyuluhan.

d. Selama hamil membutuhkan Komunikasi, Informasi, Edukasi

(KIE) senam hamil untuk dilakukan 2 kali sehari karena senam hamil adalah untuk mengurangi dan mencegah timbulnya gejala-gejala yang mengganggu selama masa kehamilan dan mengurangi ketegangan otot-otot sendi sehingga mempermudah kelahiran.

e. KIE tentang persiapan persalinan sesuai dengan faktor resiko ibu hamil untuk memilih tempat bersalin di polindes, puskesmas, atau rumah sakit ditolong oleh tenaga kesehatan. f. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan pada ibu. g. Jelaskan tanda bahaya kehamilan TM III.

h. Jelaskan tanda-tanda persalinan.

i. Beri KIE pada ibu tentang relaksasi dan tablet Fe dan Kalk 1x1.

j. Anjurkan ibu untuk datang 1 bulan lagi atau apabila ada keluhan (Kemenkes, 2015).

BAB III

Dokumen terkait