• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan (kehamilan, persalinan, nifas, BBL, neonatus, KB) yang menggambarkan COC (continuity of care )

2.1.2 Teori tentang persalinan 1.Pengertian persalinan 1.Pengertian persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta. (Sulistyawati, 2013).

2. Tanda persalinan sudah dekat

Menjelang minggu ke-36 pada primigravida, terjadi penurunan fundus uterus karena kepala bayi sudah masuk ke dalam panggul. Masuknya kepala janin kedalm panggul dapat dirasakan oleh wanita hamil dengan tanda-tanda sebagai berikut :

a. Terasa ringan dibagian atas dan rasa sesak berkurang. b. Dibagian bawah terasa penuh dan mengganjal.

c. Kesulitan saat berjalan.

d. Sering berkemih. (Sulistyawati, 2013) 3. Terjadinya His Permulaan

Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braston Hicks yang kadang dirasakan sebagai keluhan karena rasa sakit yang ditimbulkan. Biasanya pasien mengeluh adanya rasa sakit di pinggang dan terasa sangat mengganggu, terutama pada pasien dengan ambang sakit dipinggang dan terasa sangat mengganggu, terutama pada pasien dengan ambang rasa sakit yang rendah. His permulaan ini sering diistilahkan sebagai his palsu dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a.Rasa nyeri ringan di bagian bawah. b.Datang tidak teratur.

c.Tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada tanda-tanda kemajuan persalinan.

d.Durasi pendek.

6. Kala dalam persalinan A.Kala I

Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0-10 cm(pembukaan lengkap).

1) Kala satu dibagi atas dua fase yaitu: a) Fase laten

(1) Dimana serviks membuka sampai 3cm

(2) Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.

b) Fase aktif

(1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan

meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).

(2) Dari pembukaan 4 cm mencapai pembukaan

lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata per jam (primipara) atau lebih 1 cm hingga 2 cm (multipara).

(3) Terjadi penurunan bagian terbawah janin

2) Manajemen Kala 1

a) Mengidentifikasi Masalah (1) Riwayat kesehatan

(b) Menanyakan riwayat persalinan. (c) Bagaimana perasaan ibu?

i. Kapan ibu mulai merasakan nyeri? ii. Seberapa sering rasa nyeri berlangsung? iii. Berapa lama berlangsung?

iv. Seberapa kuat rasa nyeri tersebut?

v. Apakah ibu memperhatikan adanya lendir darah?

vi. Apakah ibu mengalami perdarahan dari vagina?

vii.Apakah ibu melihat aliran atau semburan

cairan? Jika ya kapan? Bagaimana

warnanya? Berapa banyak? viii. Apakah bayi bergerak-gerak?

ix. Kapan ibu terakhir kali buang air besar dan kencing?

b) Pemeriksaan fisik

Langkah-langkah dalam melakukanpemeriksaan fisik: (1) Cuci tangan sebelum memulai pemeriksaan.

(2) Membantu ibu agar merasa nyaman. Jika ibu tegang atau gelisah, anjurkan untuk menarik nafas perlahan dan dalam.

(3) Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya (jika perlu, periksa jumlah urin, protein dan aseton dalam urin).

(4) Nilai kesehatan dan keadaan umum ibu, suasana hatinya, kegelisahannya, warna konjungtiva, kebersihan, status nutrisi, dan kecukupan air dalam tubuh.

(5) Nilai tanda-tanda vital ibu.

(6) Lakukan pemeriksaan abdomen.

(7) Lakukan pemeriksaan dalam. Hal-hal yang perlu dinilai: konsistensi porsio menjadi tipis dan lunak bahkan tidak teraba saat pembukaan lengkap, pembukaan serviks, air ketuban (utuh/pecah), presentasi dan posisi janin, penurunan bagian terbawah.

(8) Pemeriksaan abdomen. Pemeriksaan abdomen

dilakukan untuk:

(a) Menentukan tinggi fundus uteri. (b) Memantau kontraksi uterus. (c) Memantau denyutjantung janin. (d) Menentukanpresentasi.

3) Membuat rencana asuhan

a) Pemantauan terus menerus untuk kemajuan persalinan menggunakan partograf.

b) Pemantauan terus menerus tanda-tanda vital ibu. c) Pemantauan terus menerus keadaan bayi.

d) Memenuhi kebutuhan dehidrasi.

e) Menganjurkan posisi ambulasi.

f) Menganjurkan tindakan yang memberikan rasa

nyaman.

g) Menganjurkan keluarga agar memberikan dukungan.

B.Kala II

Kala II persalinan dimulai pembukaan serviks sudah lengkap (10cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II disebut kala pengeluaran bayi.

C.Kala III

Kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta.

D.Kala IV

Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu.

7. 58 Langkah APN

a. Mengenali tanda gejala Kala II

1) Melihat adanya tanda gejala persalinan kala dua, a. Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran.

b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina.

c. Perineum tampak menonjol.

d. Vulva vagina dan sfinger ani membuka. b. Menyiapkan pertolongan persalinan

1) Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan

obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan

menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk resusitasi tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk/kain bersih kering, alat menghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm diatas tubuh bayi.

2) Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi.

3) menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai didalam partus set.

4) Memakai celemek plastik.

5) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang

dipakai, cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

6) Memakai sarung desinfeksi tingkat tinggi (DTT) pada tangan yang digunakan untuk periksa dalam.

7) Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT, dan steril) pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik.

c. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik 8) Membersihkan vulva dan perenium, menyekanya dengan

hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi (DTT).

a) Jika intoitus vagina, perinium atau anus terkontaminasi oleh tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang.

b) Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia.

c) Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi dengan melepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % langkah ke 9).

9) Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap, bila selaput ketuban belum pecah sedangkan pembukaan sudah lengkap lakukan amniotomi.

a) Bila selaput ketuban belum pecah sedangkan

pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

10) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam

larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.

11) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi atau saat relaksasi uterus untuk memastikan DJJ dalam batas normal (120-160).

a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada patograf.

d. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses

bimbingan meneran

12) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman sesuai dengan keinginan.

a) Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan kala aktif dan dokumentasi semua temuan yang ada).

b) Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat kepada ibu untuk meneran secara benar.

13) Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi ibu untuk meneran (bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman). 14) Melakukan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada

dorongan yang kuat untuk meneran:

a) Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif.

b) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai. c) Bantu ibu posisi yang nyaman sesuai pilihannya

(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama).

d) Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.

e) Anjurkan keluarga untuk memberi dukungan dan

semangat untuk ibu.

f) Beri cukup asupan cairan per oral (minum). g) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.

h) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida).

15) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

e. Persiapan pertolongan persalinan

16) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.

17) Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu

18) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.

19) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan. f. Menolong kelahiran bayi (Lahirnya kepala)

20) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perinium dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan

posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.

Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.

21) Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.

a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong diantara dua klem.

22) Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan

g. Lahirnya bahu

23) Setelah kepala melakukan putar paksi luar, pegang secara biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu anterior muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan ke arah atas dan distal untuk melahirkan bahu posterior.

h. Lahirnya badan dan tungkai.

24) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah untuk kepala dan bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah bawah.

i. Penanganan bayi baru lahir

25) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki. (masukkan jari telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).

26) Melakukan penilaian selintas:

a) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur

mekonium?

b) Apakah bayi menangis kuat dan bernafas tanpa kesulitan?

c) Apakah bayi bergerak aktif?

Bila salah satu jawaban tidak lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksi bayi baru lahir. Bila semua jawaban ya lanjut langkah ke 26.

27) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering, membiarkan bayi diatas perut ibu.

28) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal).

29) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.

30) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral ( lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin). 31) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan

klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendoromg isi tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit kembali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.

32) Pemotongan dan pengikatan tali pusat.

a) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantar 2 klem tersebut.

b) mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.

33) Meletakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi, meletakkan bayi tengkurap didada ibu, luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel didada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.

34) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi.

j. Penatalaksanaan aktif persalinan kala III

35) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

36) Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

37) Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorsokranial). Jika plasenta tidak lahir setelah 30 - 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur diatas. Jika uterus tidak segera

berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.

k. Mengeluarkan plasenta

38) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial).

a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak 5-10cm dari vulva dan lahirkan plasenta,

b) Jika plasenta tidak terlepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:

(1) Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM.

(2) Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh.

(3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

(4) Ulangi penegangan tali pusat selama 15menit berikutnya.

(5) Jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual.

39) Saat plasenta muncul di intoitus vagina, lahirkan plasenta dengan menggunakan kedua tangan, pegang dan putar

plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan. a) Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.

l. Rangsangan taktil (massase) uterus

40) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan massase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras). m. Menilai perdarahan

41) Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus. 42) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

Melakukam penjahitan bila laserasi menyebabkan

perdarahan.

n. Melakukan prosedur pasca persalinan

43) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.

44) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit didada ibu paling sedikit 1 jam.

a) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan Inisiasi Menyusi Dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung ssekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.

b) Biarkan bayi berada didada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.

45) Setelah satu jam, lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, beri antibiotika salep mata pencegahan dan vitamin k1 1 mg intramuskular di paha kiri anterolateral,

46) Setelah satu jam pemberian vitamin k1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B dipaha kanan anterolateral, letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan. Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu,

o. Evaluasi

47) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah

perdarahan pervaginam.

a) 2-3 kali dalam 15 menit pasca persalinan. b) Setiap 15 menit pada 1 jam pasca persalinan.

c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan. Jika uterus tidak berkontaksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksanaan atonia uteri.

48) Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan massase uterus dan nilai kontraksi uterus.

49) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

50) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan. a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam

selama 2 jam pertama pasca persalinan.

b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

51) Periksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 kali/menit), serta suhu tubuh normal (36,5-37,5ºC).

a) Jika bayi sulit bernafas, merintih atau retraksi, di resusitasi dan segera merujuk ke rumah sakit.

b) Jika bayi bernafas terlalu cepat, segera dirujuk.

c) Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Kembalikan bayi kontak kulit dengan ibunya dan selimuti ibu dan bayi dengan satu selimut.

p. Kebersihan dan keamanan

52) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 % untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah dekontaminasi.

53) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.

54) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT.

Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering.

55) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum.

56) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.

57) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

q. Dokumentasi

58) Melengkapi partograf, periksa tanda vital dan asuhan kala IV (APN, 2008).

8. Perubahan psikologis pada persalinan a. Perasaan tidak enak.

b. Takut dan ragu – ragu akan persalinan yang akan dihadapi. c. Ibu dalam menghadapi persalinan sering memikirkan antara

lain apakah persalinan akan berjalan normal. d. Menganggap persalinan sebagai cobaan.

e. Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam menolongnya.

9. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin.

a. Membina hubungan baik antara ibu dan keluarga b. Menjelaskan hasil pemeriksaan.

c. Melakukan informed consent setiap tindakan. d. Memberi dukungan mental dan spiritual.

e. Memberi kebebasan kepada ibu untuk memilih posisi yang nyaman sesuai keinginan (miring, jongkok, jalan atau setengah duduk).

f. Mengajari ibu tekhnik relaksasi ketika tidak ada his. g. Memberitahu cara meneran yang baik bila ada his.

h. Memberitahu ibu untuk makan dan minum ketika tidak ada his. i. Memberitahu ibu untuk tidak menahan kencing.

j. Menyiapkan alat

k. Menawarkan kepada ibu tentang pendamping persalinan l. Mengobservasi tentang kemajuan persalinan dengan partograf.

m. Melakukan VT

n. Melakukan kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan darah (Lisnawati, 2013).

10.Beberapa kemungkinan persalinan pada ibu hamil resiko tinggi a. Persalinan dengan operasi sesar

2.1.3 Teori Masa Nifas

Dokumen terkait