• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA

ASUHAN KEBIDANAN

3. Kunjungan III (24 Hari PP)

4.4 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas

Pada bagian ini, penulis akan menjelaskan analisa tentang kesesuaian antara teori dengan kenyataan yang terjadi pada pasien dengan post natal care. Berikut ini akan disajikan data-data yang mendukung untuk dibahas dalam pembahasan tentang asuhan kebidanan pada post natal care atau masa nifas. Dalam pembahasan yang berkaitan dengan post natal care ini maka dapat diperoleh data pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3 Distribusi data subjektif dan objektif dari variable PNC Ny “U” di BPM Kunti Amd.Keb Desa Gudo, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang

Tanggal PNC 1-05-2017 7-05-2017 15-05-2017 10-06-2017

Post partum 8 jam post partum 3 hari 10 hari 20 hari

Anamnesa nyeri pada jalan

lahir pasca

melahirkan

Sudah merasa

sehat dari hari sebelumnya

Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

Tekanan darah 120/80 mmHg 110/70 mmHg 110/70 mmHg 110/70 mmHg

Laktasi Colostrum sudah

keluar

Asi lancar, tidak terdapat

bendungan asi

Asi keluar lancar,

tidak ada

bendungan asi

Asi keluar lancar,

tidak ada

bendungan asi Involusi TFU 2 jari di bawah

pusat, kontraksi baik

Tidak teraba Tidak teraba Tidak teraba

Lochea Lochea rubra Sanguiolenta Lochea serosa Lochea alba

1. Data subjektif

a. Anamnesa

Ny “S” setelah post persalinan mengatakan adanya rasa nyeri pada genitalia. Rasa nyeri tersebut berlangsung selama beberapa hari dan berangsur-angsur hilang seiring dengan proses penyembuhan. Menurut pendapat peneliti rasa nyeri yang dirasakan oleh Ny “S” adalah wajar. Hal itu terjadi karena adanya discontinuitas jaringan akibat proses persalinan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mochtar (2008) yang menyatakan bahwa nyeri pasca persalinan merupakan efek samping yang harus diderita oleh mereka yang pernah menjalani persalinan. Nyeri tersebut dapat disebabkan oleh perobekan jalan lahir akibat proses persalinan. Nyeri tersebut hampir tidak mungkin di hilangkan 100%, ibu akan mengalami nyeri atau gangguan terutama bila aktivitas berlebih atau melakukan gerakan-gerakan kasar yang tiba-tiba. Berdasarkan data dan fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat kesesuaian antara kenyataan dengan teori.

b. Eliminasi

Berdasarkan fakta Ny “S” sudah BAK sejak 6 post partum, BAB pada 2 hari post partum dengan konsistensi lunak, pada hari ke 3 BAK dan BAB sudah lancar. Menurut peneliti hal ini fisiologis karena sudah BAB dan BAK di awal 6 jam post partum dan setelah

waktu 6 jam post partum, bila 8 jam post partum belum BAK, dirangsang dengan air mengalir, kompres hangat dan lain-lain. Bila tidak bisa dilakukan kateterisasi. BAB: supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi dengan diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Normalnya ibu sudah BAB sampai 6 hari post partum.

Berdasarkan hal tersebut, tidak dijumpai adanya

penyimpangan antara fakta dan teori. 2. Data Objektif

a. Laktasi

Berdasarkan fakta yang terjadi pada Ny “S” 6 jam setelah persalinan ASI belum keluar lancar dan sudah keluar kolostrum. Menurut peneliti hal ini normal karena produksi ASI sudah lancar. Hal ini sesuai dengan (APN, 2008) ASI menjadi lancar karena bayi menghisap kuat dan keluarnya ASI dengan lancar dapat dipengaruhi oleh reflek hisap bayi, semakin kuat hisapannya semakin lancar ASI yang keluar.

Berdasarkan hal tersebut, tidak dijumpai adanya

penyimpangan antara fakta dan teori. b. Involusi

1) TFU

Berdasarkan fakta yang terjadi pada asuhan kebidanan Ny “S” didapatkan data bahwa pada 8 jam post persalinan TFU 2 jari

partum TFU 2 jari di bawah pusat dan kontraksi uterus baik. Pada hari ke sepuluh setelah persalinan TFU berada di pertengahan symphisis dan pusat dengan kontraksi uterus baik dan pada saat pemeriksaan 20 hari post persalinan TFU tidak teraba. Menurut pendapat penulis kondisi yang dialami Ny. “S” adalah normal dimana setelah melahirkan atau janin tidak berada di uterus lagi, maka terjadi proses involusi uterus, yaitu proses dimana uterus mengecil dan kembali ke ukuran semula. Hal ini sesuai dengan pendapat Sulistyawati (2009) yang menyatakan bahwa involusi uterus adalah pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi yang normal setelah kelahiran bayi. Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi placenta, sedangkan tinggi fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah placenta lahir tinggi fundus uteri + 2 jari dibawah pusat. Pada hari ke 5 post partum uterus + setinggi 7 cm diatas simpisis atau setengah simfisis pusat. Sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi diatas simfisis (Sulistyawati, 2009). Berdasarkan data dan konsep teori tersebut maka menurut penulis proses involusi pada Ny “S” berjalan secara normal.

Berdasarkan fakta pada Ny “S”, pada 6 jam post partum lochea rubra berwarna merah segar, pada 7 hari post partum lochea sanguelenta berwarna merah kekuningan, pada 14 hari post partum lochea serosa cairan yang keluar berwarna kuning kecoklatan, pada hari ke 37 post partum lochea alba berwarna putih. Menurut peneliti hal ini normal karena tidak mengarah ke patologis, hal ini sesuai dengan pendapat Sulistiyawati (2009) Lochea rubra berisi darah segar, sel-sel desidua dan chorion terjadi selama 2 hari pasca persalinan, lochea sanguelenta berwarna merah kekuningan berisi darah dan lender terjadi pada hari ke 3 sampai 7 pasca persalinan, lochea serosa berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi terjadi pada hari ke 7 sampai 14 pasca persalinan, lochea alba cairan putih terjadi setelah 2 minggu pasca persalinan.

Berdasarkan hal tersebut, tidak dijumpai adanya

penyimpangan antara fakta dan teori. 3. Analisa Data

Analisa data pada Ny ”S” adalah P3A0 post partum hari ke 40 fisiologis. Menurut peneliti berdasarkan pemeriksaan kebidanan maka dapat disimpulkan bahwa analisa data kebidanan pada kehamilan Ny “S” sudah sesuai dengan standart analisa data kebidanan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sulistyawati (2011) penulisan analisa data diagnosa ibu nifas yaitu P... A... post partum hari ke fisiologis.

antara fakta dan teori. 4. Penatalaksanaan

Penulis melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny ”S” sebagaimana untuk ibu nifas normal karena tidak ditemukannya masalah, seperti melakukan observasi pengeluaran pervaginam, tinggi fundus uteri, dan proses laktasi, memberikan KIE tentang tanda bahaya nifas, ASI eksklusif, nutrisi, dan sebagainya, dan kontrol ulang. Menurut penulis hal ini fisiologis dan tindakan kebidanan yang telah dilakukan pada masa nifas sudah sesuai dengan konsep yang ada sehingga tidak ada komplikasi yang muncul pada masa nifas. Sesuai dengan pendapat Lisnawati (2003), seperti melakukan observasi pengeluaran pervaginam, tinggi fundus uteri, dan proses laktasi, memberikan KIE tentang tanda bahaya nifas, ASI eksklusif, nutrisi dan kontrol ulang.

Berdasarkan hal tersebut, tidak dijumpai adanya penyimpangan antara fakta dan teori.

Tabel 4.5 Distribusi data subjektif dan objektif dari variable Neonatus By “S” di BPM Kunti Desa Gudo Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang.

Tgl Kunjungan

Neo 2 Mei 2017 7 Mei 2017 11 Mei 2017

ASI Ya Ya Ya

BAK 2 kali hari ini,

warna kuning jernih 6 kali/hari, warna kuning jernih 6 kali/hari, warna kuning jernih

BAB 2kali hari ini,

warna hitam

4 kali/ hari, warna hitam

5 kali/ hari, warna kuning

BB 3900 gram 3900 gram 3900 gram

Ikterus Tidak Ya Ya

Tali pusat Basah

Tidak kemerahan, tidak bau, tidak bengkak

Basah

Tidak kemerahan, tidak bau, tidak bengkak

Sudah lepas

Sumber: Data Primer 2017

Berdasarkan fakta diatas, dapat diperoleh analisa sebagai berikut : 1. Data subjektif

Pada bayi Ny ”S” usia 1 hari dalam keadaan baik menyusu dan menghisap puting dengan kuat. Menurut penulis hal ini fisiologis karena keadaan bayi baik dan ASI lancar, hal ini sesuai dengan pendapat (APN, 2008) ASI menjadi lancar karena bayi menghisap kuat pada pemeriksaan dua hari setelah persalinan spontan, keluarnya ASI dengan lancar dapat dipengaruhi oleh reflek hisap bayi, semakin kuat hisapannya semakin lancar ASI yang keluar.

Berdasarkan hal tersebut, tidak dijumpai adanya penyimpangan antara fakta dan teori.

a. Pemeriksaan fisik

Neonatus cukup bulan warna kulit selama kunjungan rumah pertama merah muda, tidak ada kelainan pada anggota tubuh, tidak ada tanda-tanda infeksi tali pusat, anus ada, tidak ada kelainan pada ekstremitas. Sesuai dengan teori Nanny (2010) Neonatus dikatakan dalam batas normal jika tidak ada tanda-tanda bahaya pada bayi.

Berdasarkan hal tersebut, tidak dijumpai adanya penyimpangan antara fakta dan teori

1) Eliminasi

Berdasarkan fakta, pada usia 1 hari Neonatus Cukup bulan sudah BAK, warna kuning jernih, dan BAB pada usia 1 hari, warna hitam. Menurut peneliti ini fisiologis, sesuai dengan pendapat Nanny (2010) Mekonium keluar pertama kali dalam waktu 24 jam setelah lahir menandakan anus bayi baru lahir telah berfungsi, mekonium dikeluarkan 2 sampai 3 hari setelah lahir. Warna fases bayi berubah menjadi kuning pada saat bayi berumur 4 sampai 5 hari. Bayi yang diberi Asi fases menjadi lebih lembut, warna kuning terang dan tidak berbau. Frekuensi BAB bayi sedikitnya sekali dalam sehari. Hari selanjutnya setelah bayi dilahirkan bayi akan BAK sebanyak 6-8 kali sehari.

penyimpangan antara fakta dan teori, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa proses eliminasi pada Neonatus cukup bulan berjalan normal karena normalnya sistem pencernaan dari neonatus cukup bulan.

3. Analisa Data

Analisa data Neonatus cukup bulan. Menurut peneliti berdasarkan pemeriksaan kebidanan dan teori tersebut maka dapat disimpulkan bahwa analisa data kebidanan sudah sesuai dengan standart analisa data kebidanan. Hal ini sesuai dengan pendapat Romauli (2011), diagnosa asuhan kebidanan pada neonatus yaitu: Neonatus cukup bulan usia...hari keadaan bayi.

Berdasarkan hal tersebut, tidak ditemukan kesenjangan antara fakta dan teori.

4. Penatalaksanaan

Pada asuhan neonatus, penulis melakukan penatalaksanaan pada Neonatus cukup bulan sebagaimana untuk neonatus pada umumnya. Asuhan yang diberikan yaitu memberikan KIE, seperti KIE tanda bahaya neonatus, imunisasi, ASI eksklusif, perawatan bayi sehari-hari. KIE diberikan secara bertahap agar ibu lebih mudah dalam memahami penjelasan yang diberikan, imunisasi, kontrol ulang. Menurut peneliti penatalaksanaan sudah sesuai dengan keluhan yang ada pada bayi. Hal ini sesuai dengan pendapat Nanny (2010)

dan teori.

4.6 Kebidanan Pada Keluarga Berencana

Dokumen terkait