• Tidak ada hasil yang ditemukan

Access Reform / Reforma Akses 161

Dalam dokumen Strategi Pembaruan Agraria untuk Mengura (1) (Halaman 188-196)

BAB   I   PENDAHULUAN 1

5.2    Program Pembaruan Agraria Nasional/Reforma Agraria

5.2.4    Access Reform / Reforma Akses 161

Selain mengindentifikasi pelaksanaan PPAN di empat Desa  di  Lampung  dan  di  Blitar,  peneliti  juga  mencoba  mencaritahu  tentang program ikutan dari PPAN. Berdasarkan keterangan yang  didapat dari carik salah satu dusun yaitu Dusun Bintang, di Blitar  Sugianto, yang mengatakan bahwa secara resmi tidak ada program  lanjutan dari  PPAN,  namun  seperti  ingin menjawab kebutuhan  warga dusun Bintang serta menyukseskan strategi pengentasan  kemiskinan melalui akses pertanahan, maka BPN melaksanakan  program lain, yaitu pengadakan bantuan sapi perah. Keterangan  mengenai pemberian bantuan program pengadaan sapi perah sukar  di dapat peneliti karena para penerima program terkesan tertutup  dan hati‐hati dalam memberikan keterangan. 

  Sejauh  data  yang  didapat  peneliti  di  lapangan  melalui  wawancara dengan pihak‐pihak terkait, ketersediaan lahan/tanah  bukan hal yang utama seseorang dapat menerima bantuan sapi  perah. Umumnya para peternak menerapkan sistem nggaduh pada  ternak‐ternak mereka, baik sapi perah maupun sapi potong. Sistem 

nggaduh adalah menitipkan sapi‐sapi mereka pada pihak lain untuk  dipelihara dan diberikan pakan rumput. Bagi hasilnya pada sapi  potong sesuai dengan kesepakatan antara pemilik sapi dengan  penggaduh, umumnya hasil penjualan dibagi sama rata.  

  Selain dari bantuan pengadaan sapi perah yang merupakan  program lanjutan dari PPAN, warga dusun Bintang juga ikut serta  dalam LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) yang merupakan  program  Perhutani  untuk  memberdayakan  hutan  sekaligus  masyarakat  sekitar  hutan,  melalui  program  ini  masyarakat  diperbolehkan mengolah hutan dengan cara menanam tanaman  produktif di hutan dan dapat menikmati hasilnya dengan tidak  menebang pohon‐pohon tersebut. Namun pemanfaatannya kurang  optimal karena masih ada beberapa kendala, lokasi yang jauh dan  keamanan. 

Berbeda  dengan  di  Blitar,  selain  pemberian  sertipikat  sebagai bagian dari penguatan hak atas tanah, kegiatan PPAN di  Desa Pesawaran Indah Lampung memberikan kegiatan yang terkait  dengan  pemberian  akses.  Beberapa  kegiatan  terkait  bidang  pertanian yang dilakukan antara lain: 

(1) Kegiatan  dari  dinas  pertanian  awalnya  hanya  fokus  untuk  pemberian benih padi, namun dengan adanya kegiatan PPAN  kegiatannya didorong untuk kegiatan pertanian lainnya, seperti  penanaman bibit pisang dan bibit pala 

(2) Kegiatan  studi  banding  ke  daerah  lain  yang  telah  berhasil  dengan komoditas tertentu, yaitu Kakao ke Lampung Timur;  komodita  spalawija  ke  Lampung  Tengah  dan  kecamatan‐ kecamatan lainnya di kabupaten Pesawaran. 

Dalam laporan yang ada di BPN Lampung, kegiatan PPAN  juga menyertakan para pihak lainnya (stakeholders) yang terdiri dari  perusahaan  swasta,  perbankan  dan  unsur  perguruan  tinggi.  Penjajakan  telah  dilakukan  dengan  PT  Japfa  Comfeed  untuk  pemasaran  produksi  jagung,  PTPN  VII  untuk  Kemitraan  Usaha  Kelapa Sawit dan Karet, MS Corporation untuk Pengadaaan bibit  ikan dan pemasaran, PT Great Giant Pineapple untuk penggemukan  sapi,  PT Indocom Citra Persada untuk pemasaran kopi dan PT Gula 

Putih  Mataram. Sedangkan dari pihak  perbankan dengan Bank  Perkreditan Rakyat (BPR) Sejahtera dan Bank Rakyat Indonesia  (BRI) untuk Kredit Usaha Pertanian. 

Selain dengan pihak swasta dan perbankan, kegiatan PPAN  di Lampung juga mengajak dinas‐dinas di lingkungan pemerintah  kabupaten dan provinsi untuk memberikan komitmen programnya  di desa Pesawaran Indah. Dinas‐dinas yang terlibat di antaranya  Dinas  Pertanian  Tanaman  Pangan,  Dinas  Kehutanan  dan  Perkebunan, dan Dinas Peternakan. Pmerintah Kabupaten Lampung  Selatan juga berkomitmen untuk melakukan pengeboran untuk  mendapatkan air tanah. 

Lebih  lanjut,  BPN  Kanwil    Provinsi  Lampung  mengajak  Universitas Lampung untuk terlibat melalui kegiatan pengabdian  pada masyarakat, yaitu penyuluhan‐penyuluhan dan kegiatan Kuliah  Kerja Nyata. Salah satu proyek UNILA di Pesawaran Indah ini adalah  pembuatan  pembangkit  listrik  tenaga  micro  hydro,  yang  bekerjasama  dengan  penduduk  desa,  khususnya  di  wilayah  gerumbul Sidodadi. 

Sangat  disadari bahwa  Pembaruan Agraria merupakan  pekerjaan besar yang lintas sektor. Pelaksanaannya harus didukung  oleh suatu landasan hukum yang kuat, sehingga dapat menyatukan  gerak langkah para pihak untuk mencapai tujuan.  Kerja sama antar  pemangku kepentingan termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat  (LSM) sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan pembaruan  agrarian. Secara garis besar lembaga yang terkait dalam kegiatan  Pembaruan  Agraria  ini  meliputi  Badan  Pertanahan  Nasional,  Dinas/Instansi Terkait (pertanian, perkebunan & kehutanan, Tenaga  Kerja dan Transmigrasi, Bank, Koperasi & UKM, Perdagangan) dan  Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). 

Redistribusi  tanah  merupakan  instrumen  untuk  memudahkan  petani  memperoleh  akses  terhadap  tanah  dan 

sekaligus merupakan upaya pemerataan penguasaan dan pemilikan  tanah. Kegiatan redistribusi tidak terhenti sampai tanah dibagikan,  karena para petani penerima redistribusi tanah cenderung menjual  kembali  tanah  yang  telah  diterimanya.  Sehingga  diperlukan  program pasca redistribusi, yang memberikan kesempatan kepada  petani  untuk  memperoleh  bantuan:  keuangan  (kredit)  dengan  syarat yang ringan, pemasaran, pelatihan, pemberian bibit, aspek  manajemen dan teknologi.   

  Dalam  pengembangan  petani,  diperlukan  mekanisme  keterkaitan  antara  kelompok  petani  dengan  pihak  luar  yang  memiliki kaitan produksi, meliputi pula peningkatan kualitas sumber  daya manusia. Dalam hal ini peranan organisasi petani dan lembaga  swadaya  masyarakat  sangat besar  dan menciptakan  hubungan  kemitraan (kerjasama) antara kelompok petani dengan pihak lain  dan penyediaan akses permodalan. 

                       

Strat

egi Pembaruan Agraria untuk Mengurangi Kemiskinan | 165

Bagan 9

Temuan Lapangan di Dusun di Lokasi Penelitian Provinsi Jawa Timur dan Lampung

Gambar Anyar, Sumberasri Blitar

Bintang, Ngaringan Blitar Pesawaran Indah,

Pesawaran Lampung

Sidorejo, Lampung Tengah Lampung Riwayat Agraria

• Wilayah perkebunan yang

dibuka Belanda sejak 1800-an

• Tanah perkebunan swasta

Belanda

• Wilayah awal perpindahan

orang Jawa di Lampung 1905

• Awalnya merupakan tanah adat --

marga

• Masyarakat -- buruh perkebunan

NV Gambar Anyar Semarang, mulai tinggal di sekitar lereng Gn. Kelud

• Perang kemerdekaan ditinggal

pemilik – tidak diolah Jepang – dimanfaatkan masyarakat sekitar

• Perkebunan swasta Belanda

Karet-Kopi (karko)

• Perkaban 1999 – hak ulayat

‘diakui’ bila ‘masih ada dilakukan masyarakat’ – tanah Sidorejo menjadi tanah negara

• 1998 – HGU habis, pekerja

kebun dan masyarakat mulai menanami sebagian tanah perkebunan untuk kebutuhan pangan dan untuk menguasai tanah (‘land reclaiming’)

• masyarakat melakukan proses

‘pembukaan ulang’ tanah perke- bunan yang terlantar – “tanah babatan” – terjadi proses redistribusi separatis – terjadi tahun 1940 – 1950an

• Tahun 1960-an habis HGU –

tanah negara – Objek TOL tahun 1996

• Tanah objek TOL 1993 dan 1996

• 2002 konflik selesai, hasil mediasi Perkebunan melepas 212 Ha lahan untuk diredistribusi masy.

• Tanah diwariskan turun termurun

– menjadi objek TOL berdasar PP 224/1961

Pola Inisiasi Program Reforma Agraria

Campuran hasil redistribusi masyarakat dengan pelak-sanaan sertifikasi

Top down Top Down Top Down

Pelaksanaan

Tanah diredistribusi oleh masyarakat dibantu organisasi tani dan LSM

Tanah telah dikuasai masyarakat – hanya melakukan pengukuran ulang untuk penegasan

Tanah telah dikuasai masyarakat – hanya melakukan pengukuran ulang untuk penegasan

Tanah telah dikuasai masyarakat – hanya melakukan pengukuran ulang untuk penegasan Permohonan Pelepasan HGU dan

Penegasan Tanah untuk diredistribusi

Pendataan masyarakat bersama BPN dan aparat Desa

Pendataan masyarakat bersama BPN dan aparat Desa

Pendataan masyarakat bersama BPN dan aparat Desa

Sertifikasi Sertifikasi Sertifikasi Sertifikasi

Program Akses

Tidak ada program khusus pemerintah atau BPN

Ada program ban-tuan sapi dari BPN, tapi tidak “jelas” – ditelusuri masuk ke KUD Semen (Desa Semen) sebagian diberi ke peternak di Dusun Bintang

Membentuk kelompok tani di desa dan Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) – Dinas Pertanian memberi bibit dll

Kerjasama CSR – Unila – Pemerintah Desa

Masyarakat sendiri menanam jagung dan tanaman pangan, ada yang berinisiatif mena-nam tanaman keras (kopi, kakao, karet, jati, nilem untuk minyak asiri), beternak sapi

Masyarakat sudah menguasai tanah dan lahan – mena-nami jagung, tana-man pangan lain dan padi di beberapa lokasi dan beternak sapi – beberapa adl inisiatif sendiri – agunan sertifikat

Awalnya masyarakat menanam tanaman tegalan dan tanaman pangan lain

Awalnya masyarakat menanam tanaman tegalan dan tanaman pangan lain

Perusahaan tebu berinisiatif mende-kati masyarakat untuk menanam tebu di tanah hasil redistribusi

Perusahaan jagung mencoba mengajak kerjasama – sedang dijajaki

PT Japfa Comfeed- (jagung), PTPN VII Kemitraan Usaha Kelapa Sawit dan Karet, MS Corporation (bibit ikan), PT Great Giant Pineapple (sapi), PT Indocom Citra Persada (kopi) dan PT Gula Putih Mataram

PT Japfa Comfeed (jagung), Pengge-mukan Sapi dan kambing, PTPN I (karet dan sawit), MS Corporation (ikan)

Strategi Pembaruan Agraria untuk Mengurangi Kemiskinan | 167

Implikasi Program

Kepastian penguasaan dan kepe- milikan tanah

Kepastian penguasaan dan kepe- milikan tanah

Kepastian penguasaan dan kepemilikan tanah

Kepastian penguasaan dan kepe- milikan tanah

Sertifikat sebagai “jimat” – hasil perjuangan masya-rakat mendapatkan tanah

Sertifikat dijadikan agunan untuk modal usaha

Sertifikat dijadikan agunan untuk modal usaha

Sertifikat dijadikan agunan untuk modal usaha

Keamanan (secure) membangun rumah, membangun jalan, berusaha di atas tanah sendiri

Tidak ada implikasi khusus karena masyarakat awalnya tidak tahu kalau itu tanah negara – tanah dan rumah sudah dibangun – hanya merasa lebih pasti dan lebih aman

Masuknya program-program lain, kerjasama CSR, Universitas, Pemda dan BPN

Masuknya program-program lain, kerjasama CSR, Universitas, Pemda dan BPN

Ada “culture shock” – mengingat riwayat agraria dusun, dulu tertutup dari dunia luar, sekarang terbuka, pola konsumtif, dll Belum merubah pola kerja masyarakat – pekerjaan utama mayoritas masih sebagai buruh kebun, hanya beberapa yang menjadi pedagang, peternak dan pekebun

Menambah penghasilan antara + 8 s/d12 juta per tahun dari hasil panen tebu

Penghasilan masyarakat relatif belum ada perubahan

Penambahan penghasilan antara Rp. 300rb – Rp. 1,5 juta – setidaknya penghasilan menjadi tetap

Penambahan penghasilan mulai dari Rp. 300rb – Rp. 3,5 juta per bulan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB VI PPAN ANTARA HARAPAN DAN

Dalam dokumen Strategi Pembaruan Agraria untuk Mengura (1) (Halaman 188-196)