BAB I PENDAHULUAN 1
5.2 Program Pembaruan Agraria Nasional/Reforma Agraria
5.2.4 Access Reform / Reforma Akses 161
Selain mengindentifikasi pelaksanaan PPAN di empat Desa di Lampung dan di Blitar, peneliti juga mencoba mencaritahu tentang program ikutan dari PPAN. Berdasarkan keterangan yang didapat dari carik salah satu dusun yaitu Dusun Bintang, di Blitar Sugianto, yang mengatakan bahwa secara resmi tidak ada program lanjutan dari PPAN, namun seperti ingin menjawab kebutuhan warga dusun Bintang serta menyukseskan strategi pengentasan kemiskinan melalui akses pertanahan, maka BPN melaksanakan program lain, yaitu pengadakan bantuan sapi perah. Keterangan mengenai pemberian bantuan program pengadaan sapi perah sukar di dapat peneliti karena para penerima program terkesan tertutup dan hati‐hati dalam memberikan keterangan.
Sejauh data yang didapat peneliti di lapangan melalui wawancara dengan pihak‐pihak terkait, ketersediaan lahan/tanah bukan hal yang utama seseorang dapat menerima bantuan sapi perah. Umumnya para peternak menerapkan sistem nggaduh pada ternak‐ternak mereka, baik sapi perah maupun sapi potong. Sistem
nggaduh adalah menitipkan sapi‐sapi mereka pada pihak lain untuk dipelihara dan diberikan pakan rumput. Bagi hasilnya pada sapi potong sesuai dengan kesepakatan antara pemilik sapi dengan penggaduh, umumnya hasil penjualan dibagi sama rata.
Selain dari bantuan pengadaan sapi perah yang merupakan program lanjutan dari PPAN, warga dusun Bintang juga ikut serta dalam LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) yang merupakan program Perhutani untuk memberdayakan hutan sekaligus masyarakat sekitar hutan, melalui program ini masyarakat diperbolehkan mengolah hutan dengan cara menanam tanaman produktif di hutan dan dapat menikmati hasilnya dengan tidak menebang pohon‐pohon tersebut. Namun pemanfaatannya kurang optimal karena masih ada beberapa kendala, lokasi yang jauh dan keamanan.
Berbeda dengan di Blitar, selain pemberian sertipikat sebagai bagian dari penguatan hak atas tanah, kegiatan PPAN di Desa Pesawaran Indah Lampung memberikan kegiatan yang terkait dengan pemberian akses. Beberapa kegiatan terkait bidang pertanian yang dilakukan antara lain:
(1) Kegiatan dari dinas pertanian awalnya hanya fokus untuk pemberian benih padi, namun dengan adanya kegiatan PPAN kegiatannya didorong untuk kegiatan pertanian lainnya, seperti penanaman bibit pisang dan bibit pala
(2) Kegiatan studi banding ke daerah lain yang telah berhasil dengan komoditas tertentu, yaitu Kakao ke Lampung Timur; komodita spalawija ke Lampung Tengah dan kecamatan‐ kecamatan lainnya di kabupaten Pesawaran.
Dalam laporan yang ada di BPN Lampung, kegiatan PPAN juga menyertakan para pihak lainnya (stakeholders) yang terdiri dari perusahaan swasta, perbankan dan unsur perguruan tinggi. Penjajakan telah dilakukan dengan PT Japfa Comfeed untuk pemasaran produksi jagung, PTPN VII untuk Kemitraan Usaha Kelapa Sawit dan Karet, MS Corporation untuk Pengadaaan bibit ikan dan pemasaran, PT Great Giant Pineapple untuk penggemukan sapi, PT Indocom Citra Persada untuk pemasaran kopi dan PT Gula
Putih Mataram. Sedangkan dari pihak perbankan dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Sejahtera dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk Kredit Usaha Pertanian.
Selain dengan pihak swasta dan perbankan, kegiatan PPAN di Lampung juga mengajak dinas‐dinas di lingkungan pemerintah kabupaten dan provinsi untuk memberikan komitmen programnya di desa Pesawaran Indah. Dinas‐dinas yang terlibat di antaranya Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, dan Dinas Peternakan. Pmerintah Kabupaten Lampung Selatan juga berkomitmen untuk melakukan pengeboran untuk mendapatkan air tanah.
Lebih lanjut, BPN Kanwil Provinsi Lampung mengajak Universitas Lampung untuk terlibat melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat, yaitu penyuluhan‐penyuluhan dan kegiatan Kuliah Kerja Nyata. Salah satu proyek UNILA di Pesawaran Indah ini adalah pembuatan pembangkit listrik tenaga micro hydro, yang bekerjasama dengan penduduk desa, khususnya di wilayah gerumbul Sidodadi.
Sangat disadari bahwa Pembaruan Agraria merupakan pekerjaan besar yang lintas sektor. Pelaksanaannya harus didukung oleh suatu landasan hukum yang kuat, sehingga dapat menyatukan gerak langkah para pihak untuk mencapai tujuan. Kerja sama antar pemangku kepentingan termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan pembaruan agrarian. Secara garis besar lembaga yang terkait dalam kegiatan Pembaruan Agraria ini meliputi Badan Pertanahan Nasional, Dinas/Instansi Terkait (pertanian, perkebunan & kehutanan, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Bank, Koperasi & UKM, Perdagangan) dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Redistribusi tanah merupakan instrumen untuk memudahkan petani memperoleh akses terhadap tanah dan
sekaligus merupakan upaya pemerataan penguasaan dan pemilikan tanah. Kegiatan redistribusi tidak terhenti sampai tanah dibagikan, karena para petani penerima redistribusi tanah cenderung menjual kembali tanah yang telah diterimanya. Sehingga diperlukan program pasca redistribusi, yang memberikan kesempatan kepada petani untuk memperoleh bantuan: keuangan (kredit) dengan syarat yang ringan, pemasaran, pelatihan, pemberian bibit, aspek manajemen dan teknologi.
Dalam pengembangan petani, diperlukan mekanisme keterkaitan antara kelompok petani dengan pihak luar yang memiliki kaitan produksi, meliputi pula peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dalam hal ini peranan organisasi petani dan lembaga swadaya masyarakat sangat besar dan menciptakan hubungan kemitraan (kerjasama) antara kelompok petani dengan pihak lain dan penyediaan akses permodalan.
Strat
egi Pembaruan Agraria untuk Mengurangi Kemiskinan | 165
Bagan 9
Temuan Lapangan di Dusun di Lokasi Penelitian Provinsi Jawa Timur dan Lampung
Gambar Anyar, Sumberasri Blitar
Bintang, Ngaringan Blitar Pesawaran Indah,
Pesawaran Lampung
Sidorejo, Lampung Tengah Lampung Riwayat Agraria
• Wilayah perkebunan yang
dibuka Belanda sejak 1800-an
• Tanah perkebunan swasta
Belanda
• Wilayah awal perpindahan
orang Jawa di Lampung 1905
• Awalnya merupakan tanah adat --
marga
• Masyarakat -- buruh perkebunan
NV Gambar Anyar Semarang, mulai tinggal di sekitar lereng Gn. Kelud
• Perang kemerdekaan ditinggal
pemilik – tidak diolah Jepang – dimanfaatkan masyarakat sekitar
• Perkebunan swasta Belanda
Karet-Kopi (karko)
• Perkaban 1999 – hak ulayat
‘diakui’ bila ‘masih ada dilakukan masyarakat’ – tanah Sidorejo menjadi tanah negara
• 1998 – HGU habis, pekerja
kebun dan masyarakat mulai menanami sebagian tanah perkebunan untuk kebutuhan pangan dan untuk menguasai tanah (‘land reclaiming’)
• masyarakat melakukan proses
‘pembukaan ulang’ tanah perke- bunan yang terlantar – “tanah babatan” – terjadi proses redistribusi separatis – terjadi tahun 1940 – 1950an
• Tahun 1960-an habis HGU –
tanah negara – Objek TOL tahun 1996
• Tanah objek TOL 1993 dan 1996
• 2002 konflik selesai, hasil mediasi Perkebunan melepas 212 Ha lahan untuk diredistribusi masy.
• Tanah diwariskan turun termurun
– menjadi objek TOL berdasar PP 224/1961
Pola Inisiasi Program Reforma Agraria
Campuran hasil redistribusi masyarakat dengan pelak-sanaan sertifikasi
Top down Top Down Top Down
Pelaksanaan
Tanah diredistribusi oleh masyarakat dibantu organisasi tani dan LSM
Tanah telah dikuasai masyarakat – hanya melakukan pengukuran ulang untuk penegasan
Tanah telah dikuasai masyarakat – hanya melakukan pengukuran ulang untuk penegasan
Tanah telah dikuasai masyarakat – hanya melakukan pengukuran ulang untuk penegasan Permohonan Pelepasan HGU dan
Penegasan Tanah untuk diredistribusi
Pendataan masyarakat bersama BPN dan aparat Desa
Pendataan masyarakat bersama BPN dan aparat Desa
Pendataan masyarakat bersama BPN dan aparat Desa
Sertifikasi Sertifikasi Sertifikasi Sertifikasi
Program Akses
Tidak ada program khusus pemerintah atau BPN
Ada program ban-tuan sapi dari BPN, tapi tidak “jelas” – ditelusuri masuk ke KUD Semen (Desa Semen) sebagian diberi ke peternak di Dusun Bintang
Membentuk kelompok tani di desa dan Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) – Dinas Pertanian memberi bibit dll
Kerjasama CSR – Unila – Pemerintah Desa
Masyarakat sendiri menanam jagung dan tanaman pangan, ada yang berinisiatif mena-nam tanaman keras (kopi, kakao, karet, jati, nilem untuk minyak asiri), beternak sapi
Masyarakat sudah menguasai tanah dan lahan – mena-nami jagung, tana-man pangan lain dan padi di beberapa lokasi dan beternak sapi – beberapa adl inisiatif sendiri – agunan sertifikat
Awalnya masyarakat menanam tanaman tegalan dan tanaman pangan lain
Awalnya masyarakat menanam tanaman tegalan dan tanaman pangan lain
Perusahaan tebu berinisiatif mende-kati masyarakat untuk menanam tebu di tanah hasil redistribusi
Perusahaan jagung mencoba mengajak kerjasama – sedang dijajaki
PT Japfa Comfeed- (jagung), PTPN VII Kemitraan Usaha Kelapa Sawit dan Karet, MS Corporation (bibit ikan), PT Great Giant Pineapple (sapi), PT Indocom Citra Persada (kopi) dan PT Gula Putih Mataram
PT Japfa Comfeed (jagung), Pengge-mukan Sapi dan kambing, PTPN I (karet dan sawit), MS Corporation (ikan)
Strategi Pembaruan Agraria untuk Mengurangi Kemiskinan | 167
Implikasi Program
Kepastian penguasaan dan kepe- milikan tanah
Kepastian penguasaan dan kepe- milikan tanah
Kepastian penguasaan dan kepemilikan tanah
Kepastian penguasaan dan kepe- milikan tanah
Sertifikat sebagai “jimat” – hasil perjuangan masya-rakat mendapatkan tanah
Sertifikat dijadikan agunan untuk modal usaha
Sertifikat dijadikan agunan untuk modal usaha
Sertifikat dijadikan agunan untuk modal usaha
Keamanan (secure) membangun rumah, membangun jalan, berusaha di atas tanah sendiri
Tidak ada implikasi khusus karena masyarakat awalnya tidak tahu kalau itu tanah negara – tanah dan rumah sudah dibangun – hanya merasa lebih pasti dan lebih aman
Masuknya program-program lain, kerjasama CSR, Universitas, Pemda dan BPN
Masuknya program-program lain, kerjasama CSR, Universitas, Pemda dan BPN
Ada “culture shock” – mengingat riwayat agraria dusun, dulu tertutup dari dunia luar, sekarang terbuka, pola konsumtif, dll Belum merubah pola kerja masyarakat – pekerjaan utama mayoritas masih sebagai buruh kebun, hanya beberapa yang menjadi pedagang, peternak dan pekebun
Menambah penghasilan antara + 8 s/d12 juta per tahun dari hasil panen tebu
Penghasilan masyarakat relatif belum ada perubahan
Penambahan penghasilan antara Rp. 300rb – Rp. 1,5 juta – setidaknya penghasilan menjadi tetap
Penambahan penghasilan mulai dari Rp. 300rb – Rp. 3,5 juta per bulan