Menurut Jhon Hutagaol (2007: 22) pengertian Account Representative di lingkungan Direktorat Jendral Pajak adalah:
”Pegawai Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang diberi kepercayaan, wewenang, dan tanggung jawab untuk memberikan pelayanan, pembinaan, dan pengawasan secara langsung kepada Wajib Pajak tertentu”.
Sedangkan Menurut Ricard Burton dalam Siti Resmi (2008:239) Account Representative adalah:
”Secara khusus petugas pajak dengan sebutan AR lebih fokus pada pekerjaan berupa:
a. menganalisa dan memonitor kepatuhan pembayaran pajak setiap Wajib Pajak yang diawasinya (seperti Tax peyer profile/ company profile);
b. membantu mempercepat proses permohonan surat keterangan yang diperlukan Wajib Pajak;
c. memonitor penyelesian pemeriksaan pajak dan proses keberatannya; d. menjawab pertanyaan Wajib Pajak atas permasalahan perpajakan
Account Representative dapat disebut juga sebagai staf pendukung pelaksana dalam tiap Kantor Pelayanan Pajak Modern, bertanggung jawab dalam menganalisa dan memonitor kepatuhan Wajib Pajak melalui penyampaian SPT yang harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan pajak dan berwenang untuk memberikan respon yang efektif, tepat dan benar atas pertanyaan dan permasalahan yang disampaikan Wajib Pajak dalam pelaksanaan kewajibannya, memberikas edukasi kepada Wajib Pajak, asistensi secara langsung, serta mendorong, memofitasi dan mengawasi pemenuhan hak dan kewajiban Wajib Pajak yang menjadi tanggung jawab Account Representative.
Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Kinerja Account Representative adalah hasil tingkat keberhasilan dari tugas-tugas yang di lakukan oleh pegawai pajak yang ditujuk oleh Dirjen Pajak yang bekerja pada kantor pelayanan pajak yang sudah menerapkan sistem perpajakan modern.
5. Efektivitas
a. Pengertian Efektivitas
Menurut kamus besar bahasa Indonesia keefektivan adalah keadaan berpengaruh, keberhasilan tentang usaha atau tindakan. Sedangkan efektivitas menurut Jones dan Pendlebury (1996), adalah suatu ukuran keberhasilan atau kegagalan dari organisasi dalam mencapai suatu tujuan. Mardiasmo (2009:134) efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya
suatu organisasi mencapai tujuannya. Menurut Sudarmayanti (1999) dalam Imam (2003:145) mendefinisikan efektivitas adalah untuk menyatakan bahwa kegiatan telah dilaksanakan secara tepat dalam arti target tercapai sesuai dengan waktu yang ditetapkan dengan menggunakan sumberdaya dan sarana yang ada.
Sedangkan menurut Amin Widjaja Tunggal (1997) dalam Imam (2003:145) efektivitas berhubungan dengan penentuan apakah tujuan perusahaan sudaah tercapai. Menurut Alijoyo (2000:9) dalam Eskal (2007:53) efektivitas adalah “effectiveness is a measure of succsess in meeting asset of established goal”, hal ini dapat diartikan sebagai ukuran mengenai seberapa baik atau seberapa tepat sasaran atau rencana yang telah ditetapkan dapat direalisasikan.
Pengertian efektivitas secara umum menunjukkan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal yang perlu dicatat bahwa efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut, efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas berfokus pada outcome (hasil). Suatu organisasi, program atau kegiatan dinilai efektif apabila output yang dihasilkan bisa memenuhi tujuan yang diharapkan. Untuk mengetahui apakah suatu organisasi dikatakan efektif harus diperlukan suatu indikator sebagai tolak ukur untuk mengetahui tingkat keefektivan suatu objek.
Sedangkan menurut Halim yang dikutip dalam Mala et al (2013) formula untuk mengukur efektivitas yang terkait dengan perpajakan adalah perbandingan antara realisasi pajak dengan target pajak.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah upaya suatu organisasi untuk mencapai tujuan dengan tepat waktu dan hasil sesuai dengan yang diharapkan menggunakan sumberdaya dan sarana yaang ditetapkan. Efektivitas organisasi merupakan merupakan suatu konsep yang penting untuk melihat gambar suatu organisasi karena dapat menunjukan tingkat keberhasilan organisasi dalaam mencapai sasarannya.
b. Ukuran Efektivitas
Mengukur efektivitas organisasi bukanlah suatu hal yang sangat sederhana karenaa efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan tergantung pada siapa yang menilai serta menginterprestasikannya. Tingkat efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan antara rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan, maka hal itu tidak dikatakan efektif. Hal yang terpenting yang perlu dicatat bahwa efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut, efektivitas haanya melihat apakah suatu
program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telaah ditetapkan. Formula untuk mengukur efektivitas yang terkait dengan perpajakan adalah perbandingan antara realisasi penerimaan pajak dengan potensi pajak.
Efektivitas adalah kemampuan untuk menentukan tujuan yang memadai, do the right things, dan efektivitas berhubungan dengan pencapaian tujuan tertentu (Molan, 2003:169). Formula untuk mengukur efektivitas yang terkait dengan perpajakan adalah perbandingan antara realisasi pajak dengan target pajak (Halim, 2001).
Berikut adalah indikator untuk tingkat efektivitas dari hasil perhitungan menggunakan formula efektivitas.
Tabel 2.1 Klasifikasi Pengukuran Efektivitas
Persentase Kriteria >100% Sangat Efektif 90-100% Efektif 80-90% Cukup Efektif 60-80% Kurang Efektif <60% Tidak Efektif
Sumber: Depdagri, Kepmendagri No. 690.900.327 tahun 1996
Pengukuran efektivitas organisasi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan yang berbeda, mengasumsikan bahwa organisasi akan menugaskan input yang berasal dari lingkungannya melalui suatu proses internal menjadi outout yang akan dilemparkan
kembali ke lingkungannya. Dalam berbagai organisasi pengukuran efektivitas dilakukan melalui:
a. Pendekatan sasaran (goal approach) dalam pengukuran efektivitas memusatkan pada output yang telah direncanakan.
b. Pendekatan sumber (resources approach) lebih memusatkan perhatian pada input yaitu mengukur keberhasilan organisasi dalam mendapat sumber yang dibutuhkan untuk pencapaian performa yang baik.
c. Pendekatan proses (prosess approach) lebih memusatkan perhatian pada aspek kegiatan internal organisasi dan mengukur efektivitas melalui berbagai indikator internal.
Pengukuran kinerja yang efektif didasarkan pada kebutuhan konsumen dan fokus pada keinginan konsumen. Menurut Yuwono (2002:24) dalam eskal (2007) pengukuran kinerja yang efektif yaitu:
a. Didasarkan pada masing-masing aktivitas dan karakteristik organisasi itu sendiri sesuai perspektif pelanggan.
b. Evaluasi atas berbagai aktivitas menggunakan ukuran-ukuran kinerja yang customer validated.
c. Sesuai dengan seluruh aspek kinerja yang mempengaruhi pelanggan, sehingga menghasilkan penilaian yang komprehensif. d. Memberikan umpan balik untuk membantu seluruh organisasi
6. Kontribusi
Guritno dikutip dalam Hasbi et al (2014) menyatakan bahwa kontribusi adalah sesuatu yang diberikan bersama-sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya atau kerugian tertentu atau bersama. Kontribusi dapat berupa materi atau tindakan. Kontribusi disini dapat diartikan sebagai sumbangan yang diberikan dari kegiatan penerbitan surat himbauan atau SP2DK terhadap penerimaan pajak. Untuk menghitung kontribusi penerimaan pajak yang berasal dari penerbitan surat himbauan atau SP2DK digunakan fomula sebagai berikut:
Untuk mengetahui kontribusi dari hasil perhitungan dengan menggunakan formula di atas digunakan klasifikasi kriteria kontribusi seperti dijabarkan dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 2.2 Klasifikasi Kriteria Kontribusi
Persentase Kriteria 0,00-10% Sangat Kurang 10,10-20% Kurang 20,10-30% Sedang 30,10-40% Cukup Baik 40,10-50% Baik >50% Sangat Baik