• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adaptasi Bertahan Aktif atau Optimalisasi Sumber Daya Manusia

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

5.3 Kondisi Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas

5.4.1 Adaptasi Bertahan Aktif atau Optimalisasi Sumber Daya Manusia

Strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga untuk peningkatan penghasilan karena tuntutan hidup yang semakin besar. Berbagai bentuk strategi yang dibangun oleh keluarga buruh harian lepas anatara lain: melakukan aktivitas sendiri, memperpanjang jam kerja, memanfaatkan atau mengerahkan anggota keluarga untuk memperoleh penghasilan. Berikut ini merupakan hasil wawancara dengan informan mengenai upaya-upaya yang dilakukan keluarga buruh harian lepas melalui memanfaatkan anggota keluarga mereka sendiri :

Penuturan Informan suryono :

“Untuk membantu perekonomian keluarga saya, istri saya juga ikut juga bekerja sebagai buruh cuci pakaian. Setidaknya dengan begini perekonomian

keluarga kami dapat terbantu sedikit walaupun terkadang setiap bulannya selalu kehabisan uang”

Penuturan Informan Sumartini :

“keluarga kami kalau hanya mengandalkan gaji suami saya saja tentu gak akan bisa, ditambah lagi dengan jarang pulangnya suami saya, yang tidak jelas kapan pulang dan kasih uang ke saya. Makanya saya menjadi buruh harian lepas. Untung saja saya dibantu oleh anak saya yang pertama yang terkadang memberikan uang ke saya dari hasil pekerjaannya sebagai supir truk.

Penuturan Informan Herman :

“abang tinggal sendiri dek, yang bisa abang kerjakan itulah abang kerjakan dek demi kelangsungan hidup abang, yaaah.. menjual rokok lah, minuman lah.

5.4.2 Adaptasi Bertahan Pasif atau Pengontrolan komsumsi / Pengetatan Pengeluaran

Pengontrolan komsumsi/ pengetatan pengeluaran merupakan strategi dan adaptasi bertahan hdup secara pasif, yaitu mengurangi pengeluaran keluarga (misalnya pengeluaran biaya untuk sandang, pangan, biaya sosial, transportasi, kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan sehari-hari lainnya). Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa mereka sering menekan biaya pengeluaran dan menghindari resiko.

Penuturan Informan Suryono :

kalau keluarga saya tidak sampai mengurangi jatah makan, tetapi

mungkin kalau uang kami benar-benar tidak cukup terpaksa kami harus makan seadanya saja dengan telor ceplok saja,untuk pengeluaran lainnya tentu saja dihemat dan dikurangi. Jadi barang-barang yang gak terlalu penting sebaiknya gak usah dibeli. Saya juga membuat meja dan kursi sendiri untuk di ruang tamu saya, Kalau rumah rusak saya perbaiki sendiri

Penuturan Informan Sumartini :

“Keluarga saya biasanya akan mengurangi dari segi pembelian barang- barang yang tidak perlu seperti baju dan komestik. Selagi tidak dibutuhkan sekali yaah sebaiknya tidak usah dibeli. Biasanya kalau ada dari kami yang sakit Cuma beli obat yang ada diwarung aja lah atau kalau sakitnya parah biasanya saya hanya kebidan atau puskesmas terdekat.”

Penuturan Informan Herman :

“kalau saya biasanya dek membeli barang-barang murah, makan irit-irit lah dek gak stel lapar trus. Untuk transport juga biasanya abang menekannya dengan cara jangan keluyuran diluar seandainya itu tidak pentin, jadi isi BBM kereta itu seperlunya saja”

Dalam Rangka pengotrolan komsumsi dan pengetatan pengeluaran, sering kali mereka mengabaikan kebutuhan akan kesehatan. Pengurangan pengeluaran biaya kesehatan lebih banyak dilakukan, karena kesehatan tidak menjadi prioritas

utama mereka. Perhatian mereka lebih terfokus kepada kegiatan yang berhubungan dengan pencarian nafkah .

5.4.3 Pemanfaatan Jaringan

Adaptasi bertahan hidup dengan pemanfaatan jaringan, merupakan salah satu upaya yang ditempuh oleh keluarga fakir miskin dalam mengatasi masalah keluarga. Jaringan yang dimaksud adalah relasi sosial mereka, baik secara informal maupun formal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan. Pemanfaatan jaringan ini terlihat jelas dalam mengatasi masalah ekonomi dengan pinjam uang kepada tetangga, mengutang kewarung terdekat, memanfaatkan program anti kemiskinan, bahkan ada yang pinjam uang ke rentenir atau bank dan sebagainya.

Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa mereka sering meminta bantuan kepada relasi sosialnya terutama kepad teman sekerja atau tetangganya. Kondisi ini menunjukkan bahwa di antara mereka mempunyai solidaritas yang kuat dan saling percaya. Tampaknya teman merupakan tempat tumpuan untuk memperoleh pertolongan dan sebagai tempat pertama yang akan dituju apabila mereka mengalami masalah. Relasi mereka tidak hanya sebatas di bidang ekonomi, tetapi mencakup bidang-bidang yang lain, misalnya dalam peningkatan mental spiritual. Kegiatan ini merupakan strategi yang bersifat aktif untuk memperoleh dukungan emosional.

Penuturan Informan Suryono :

“ Memang kalau akhir bulan saya dan keluarga pasti akan kekurangan, kalau sudah kayak gitu saya berusaha mencari pinjaman kepada tetangga saya yang paling dekat atau ke teman kerja saya. Kalau istri saya mungkin

dia berusaha untuk mengutang belanjaan dulu diwarung, kalau sudah awal bulan kami bayar”

Penuturan Informan Sumartini :

“Saya selalu memanfaatkan program anti kemiskinan yang diberikan oleh pemerintah, apabila ada program seperti Bantuan Langsung Tunai, maka saya akan rela untuk mengantri panjang agar kebagian BLT nya, kan lumayan untuk menambah unag sehari-hari. Program pemerintah lainnya yang saya manfaatkan adalah Raskin dan sembako murah, tetapi berapa tahun belakangan ini saya tidak kebagian karena pembagiannya tidak merata.

Penuturan Informan Herman :

“Untuk keperluan sehari-hari saya sudah tidak punya uang. Malah kadang harus ngutang, biasanya saya ngutang keteman-teman saya, dan ke warung untuk belanja makan abang.

Secara umum keluarga buruh harian lepas ini telah mampu mengatasi permasalahan mereka dalam memenuhi kebutuhan pokok walaupun dengan seadanya. Buruh harian lepas tersebut mampu bertahan dengan keadaan mereka dengan melakukan adaptasi bertahan yang paling besar adalah mengoptimalkan anggota keluarga mereka untuk ikut bekerja membantu perekonomian mereka dan mengurangi pengeluaran untuk barang-barang yang tidak penting, makanan yang tidak terlalu mewah dan masih dapat ditunda pembeliannya

BAB VI

PENUTUP

6.1 Pengantar

Pada bab ini penulis akan berupaya mengemukakan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian berdasarkan analisa dan interpretasi data dari penelitian yang dilakukan mengenai Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas di Kelurahan Muliorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. Kemudian stelah itu penulis akan memberikan saran-saran yang sifatnya tercapainya kondisi kehidupan sosial ekonomi buruh harian lepas yang lebih baik dan mengetahui adaptasi bertahan yang digunakan para buruh harian lepas untuk tetap bertahan hidup.

6.1.1 Keimpulan

a. Buruh harian lepas yang ada di Kelurahan Muliorejo berasal dari daerah di luar desa Muliorejo dan mayoritas suku Jawa. Tingkat pendidikan mereka pada umumnya masih rendah karena sebagian dari mereka hanya tamatan SD dan SMP oleh karena itu lah maka yang bisa diharapkan hanyalah kekuatan fisik untuk bekerja sebagai buruh harian lepas.

b. Tingkat pendapatan yang diterima oleh para buruh harian lepas ini

tergolong rendah yang umumnya hanya berjumlah di bawah Rp 800.000. dengan jumlah jam kerja rata-rata 8 jam yaitu dari jam 09.00 – 17.00 Wib dan mereka bekerja sekitar 5 hari kerja dalam seminggu. Dengan jumlah

pendapatan yang demikian mereka hidup dengan keadaan yang masih kurang dan sulit sehingga mereka mempunyai adaptasi bertahan yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka.

c. Seperti halnya kebiasaan masyarakat Indonesia pada umumnya dalam hal

pola makan maka mayoritas keluarga buruh harian lepas makan sebanyak 3 kali dalam sehari. Namun dari pengakuan mereka bahwa kebutuhan gizi keluarga para buruh harian lepas belum memenuhi dikarenakan mereka sangat jarang menkonsumsi daging, susu, dan ikan yang diketahui sangat banyak gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita $dikarenakan harganya mahal. Tahu tempe merupakan menu yang biasa mereka makan jika keuangan lagi menipis. Tetapi terhadap sayur-sayuran mayoritas dari mereka mengkonsumsinya dan terhadap buah-buahan sebagai sumber vitamin pada umumnya mereka dapatkan dari buah jeruk. Pada saat bekerja pada umumnya makanan tidak ditanggung oleh yang mempekerjakan mereka sehingga mereka harus membawa bekal dari rumah. Sementara bahan makanan yang dikonsumsi keluarga buruh harian lepas umumnya masih semua dibeli walaupun mereka bekerja di sektor pertanian tetapi ada juga yang sebagian diambil dari ladang tempat mereka bekerja.

d. Pada umumnya buruh haria lepas masih mempunyai status rumah yang

disewa mayoritas terbuat dari semi permanen atau papan yang semuanya belum dilengkapi fasilitas air bersih dari PAM sehingga mereka harus membeli air bersih dengan menggunakan jerigen seharga Rp. 500 per jerigen. Jumlah kamar pada setiap rumah pada umumnya hanya satu namun bisa diskat, Untuk fasilitas MCK mayoritas telah memilikinya

tetapi masih ada juga yang belum mempunyai fasilitas MCK. Penerangan sudah menggunakan listrik tetapi sebagian dari mereka menyalurkan listrik kerumah mereka dari rumah tetangga. Ventilasi sebagai tempat keluar masuknya udara dan masuknya sinar matahari kerumah masih belum memadai karena mayoritas sistem ventilasi dirumah mereka masih dari pintu dan jendela.

e. Pada umumnya buruh harian lepas jarang menderita sakit dan jenis

penyakit yang dapat menyerang mereka adalah pegal-pegal, flu, sakit kepala, dan batuk pilek. Jenis penyakit ini dianggap ringan karena hanya dengan menggunakan obat warung biasanya langsung sembuh. Apabila keluarga buruh harian lepas menderita sakit mereka biasanya pergi ke Puskesmas atau Bidan/ Mantri. Sebagian dari mereka tidak menyisihkan pendapatan yang mereka peroleh untuk biaya kesehatan sebagian lagi ada juga yang menyisihkan secara khusus untuk berjaga-jaga tetapi terkadang mereka mengambil tabungan tersebut apabila ada kebutuhan yang mendesak

f. Hampir semua buruh harian lepas mengikuti kegiatan perkumpulan

keagamaan sesuai dengan agama yang mereka anut dan biasanya diikuti secara kontinu tetapi ada juga yang kadang-kadang mengikutinya. Mayoritas dari mereka juga tidak mendapatkan pelayanan kesehatan gratis yang biasanya mereka memang tidak mengerti untuk mengurus namanya askes, ada juga yang malas mengurusnya. Sedangkan perilaku yang menyimpang yang terjadi dilingkungan mereka pada umumnya tidak ada dan kalaupun ada pada umumnya hanya minum-minuman keras dan perjudian.

g. Jumlah anak dalam keluarga pada umumnya adalah dua atau lebih. Anak- anak mereka diupayakan untuk bersekolah di negeri dikarenakan biayanya yang murah. Sebagian dari anak-anak mereka hanya tamatan SMP dan SMA bahkan ada yang hanya tamat SD dan sebagian kecil dari mereka dapat menamatkan pendidikan di Perguruan Tinggi. Para buruh harian lepas menganggap menyekolahkan anak merupakan sudah kewajiban sebagai orangtua terbukti dari hampir tiap malam mereka meluangkan waktu untuk membimbing anak-anak mereka untuk belajar dan sebagian dari pendapatan mereka disisihkan untuk keperluan biaya sekolah anak. Sehingga mayoritas dari mereka tidak mengikutkan anak mereka yang masih sekolah untuk bekerja menambah pendapatan keluarga. Namun jika diikutsertakan pun anak disuruh hanya mengerjakan pekerjaan yang ringan dan terkadang mengganggu kesempatan belajar anak karena sudah capek bekerja tetapi ada juga anak yang melakukan pada waktu libur sekolah.

h. Dengan penghasilan yang minim biasanya buruh harian lepas melakukan

pengiritan atau meminjam uang pada pembunga uang untuk tetap bertahan hidup. Tidak jarang dari mereka sering mengalami kesulitan keuangan sehingga memaksa mereka untuk cari pinjaman. Tetangga dan pembunga uang merupakan tujuan mereka untuk meminjam uang. Ada juga sebagian yang mendatangi keluarga atau kerabat mereka untuk meminjam uang. Selain itu cara lain yang mereka gunakan adalah menggarap lahan pertanian yang disewa atau memulung barang-barang bekas. Bantuan yang pernah mereka peroleh adalah dari pemerintah dan keluarga yang mereka dapatkan secar musiman atau spontan. Untuk pola

konsumsi terhadap barang pada umumnya buruh harian lepas lebih memilih membeli yang murah. Cara lain yang digunakan untuk tetap bertahan ada yang menitipkan anaknya kepada keluarga untuk mengurangi pengeluaran keluarga.

i. Buruh harian lepas sebagai penyuplai tenaga kerja untuk sektor pertanian di Kelurahan Muliorejo masih hidup dibawah garis kemiskinan. Padahal kontribusi mereka terhadap pertanian di Kelurahan Muliorejo sangat besar dan berpengaruh. Tidak bisa dibayangkan bagaimana pertanian di Kelurahan Muliorejo akan mengalami kepincangan, sehingga peran serta mereka dalam sektor pertanian di Kelurahan Muliorejo sangat besar.

6.1.2. Saran

a. Untuk lebih mensejahterakan buruhharian lepas dan keluarganya perlu

peningkatan pendapatan buruh harian lepas dengan menyesuaikan jumlah jam kerja dengan pendapatan yang diterima oleh pihak petani besar dan pengusaha

b. Kurangnya perhatian terhadap buruh harian lepas tidak seperti pada buruh kontrak dan tenaga kerja formal. Keberadaan para buruh harian lepas ini belum terorganisir dan belum ada lembaga yang menaungi mereka secara khusus. Pemerintah setempat juga tidak pernah memberi perhatian khusus terhadap permasalahan yang dihadapi buruh harian lepas ini. Oleh sebab itu perlu dibentuk organisasi berupa serikat buruh yang menaungi mereka guna memberikan jaminan asuransi bagi mereka terutama asuransi kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini perlu diperhatikan guna kedepannya dapat meningkatkan kondisi sosial ekonomi buruh harian.

c. Agar dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap buruh harian lepas ini terutama dalam pembentukan organisasi buruh harian lepas sehingga mereka mempunyai posisi yang kuat terhadap pihak pengusaha dan pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Astarhadi.1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: RinekaCipta

Azwar, A. (1996). Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan . Jakarta :Mutiara Sumber Widya

Kertonegoro, Sentosa. 1999. GerakanSerikatPekerja (Trade Unionism) Studi Kasus

Indonesia dan Negara-Negara Industri.Yayasan Tenaga Kerja Indonesia (YTKI). Jakarta

Koentjaraningrat. 1981. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan Koentjaraningrat. 1989. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Koentjaraningrat. 1990. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Pustaka

Jaya

Manalu, Joswin. 2008. “ Investigasi terhadap buruh PT. Perkebunan Nusantara II

Deli Serdang. Sumatera Utara“.Dokumentasisaeit watch PT. Perkebunan Nusantara II. Medan

Mannulang, M &L.D.Siagian. 1982. Ilmu Ekonomi I. Medan: Seminar Harapan Maslow, A. 1994.Motivasi dan Kepribadian. Jakarta: PT. Pustaka Biman Pressindo MoleongLexy J. 2007.Metode penelitian kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

Mukono HJ.2000. “Prinsip dasar Kesehatan Lingkungan” . Surabaya : Airlangga

University Press,

Nasution, Arif. 2003. SistemSosial Indonesia. Medan: FISIP USU

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.

Jakarta.

Safaria, D. Suhandra dan S. Riawanti. 2003. Hubungan Perburuhan di sektor informal. Bandung: Akatiga

Sajogyo dan PudjiwatiSajogyo. 1995. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: GadjahMada University Press

Sanropie D. 1992. Pedoman Bidang Studi Perencanaan Penyehatan Lingkungan

Pemukiman. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Siagian, Matias. 2012. Kemiskinan dan Solusi. Medan: Grasindo Monoratama. Silalahi,Uiber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama

Suhendar, Endang. 1995. Tanah, Buruh dan Usaha kecil. Bandung: Yayasan Akatiga

Suparno Sastra M. dan Endi Marlina,2006. “Perencanaan dan Pengembangan

Perumahan”. Jakarta. Nusa Baru Ilmu

Undang-Undang :

Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman

Undang-Undang RI No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman. Jakarta :

Departemen Kesehatan R.I.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria,

Undang-undang No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-undang Nomor 11 tahun 2009 Tentang Penyelenggaran Kesejahteraan Sosial

SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

Sumber – sumber lain:

Miles dan Snow. 2011. Kerangka konsep Penelitian, Strategi Bertahan.

http://www.damandiri.or.id/file/iputusudigardamaunbrawbab3.pdf diakses tanggal 20 oktober 2014 pukul 20:22 wib

Steven, Y, Pailah. Eksploitasi dan Perlawanan.

http://72.14.235.132/search?=cache:sQuOoJYufXYJ:www.sulutlink.com/apr %252024c,htm+pengertian+buruh+menurut+undang-undang

&hl=id&ct=clnk&cd=5&gl=id diaksestanggal 25 September 2014 pukul 21:55 Wib

http://www.policy.hu/suharto/modula/makindo07. Htm diakses tanggal 20 oktober 2014 pukul 19:54 Wib

http://kamuspsikososial.wordpress.com-/tag/definisi-pendampingan,diakses tanggal 1 September 2014 pukul 17.00 Wib

Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

http://www.anggaran.depkeu.go.id/RAPBN diakses pada tanggal 26 Oktober 2014 pukul 16.55 Wib.

Dokumen terkait