KONDISI KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI BURUH
HARIAN LEPAS DI KELURAHAN MULIOREJO
KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI
SERDANG
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Oleh
ROLANDO MANALU
100902010
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
HALAMAN PERSETUJUAN
Hasil skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh :
Nama : Rolando Manalu
NIM : 100902010
Program Studi : Ilmu Kesejahteraan Sosial
Judul : Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas di Kelurahan Muliorejo Kecamatan
Sunggal Kabupaten Deli Serdang
Medan, Januari 2015 Pembimbing Skripsi
Mastauli Siregar S.Sos, M.Si. NIP 19710207200112 2 001
Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial
Hairani Siregar, S.Sos, MSP NIP 19710927199801 2 001
Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Nama : Rolando Manalu NIM : 100902010
ABSTRAK
(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 98 Halaman, dan 13 Tabel)
Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah menggambarkan kondisi kehidupan buruh harian lepas sebagai sumber tenaga kerja dalam proses produksi komoditi pertanian yang merupakan hasil utama dari daerah Muliorejo. Kondisi kehidupan sosial ekonomi dalam penelitian ini dilihat melalui indikator kondisi pendapatan, pangan, perumahan, kesehatan , pendidikan anak serta strategi yang digunakan oleh para buruh untuk tetap bertahan dengan pendapatan yang minim.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana informan utama dalam penelitian ini adalah buruh harian lepas di Desa Muliorejo yang merupakan salah satu bagian dari Kecamatan Sunggal kabupaten Deli Serdang sebanyak tiga orang, satu informan Kunci, yaitu Mandor/Pengguna jasa buruh harian lepas dan satu informan tambahan yaitu orang yang berdomisili atau tinggal di daerah sekitar lingkungan buruh harian lepas. Teknik pengumpulan data dengan studi pustaka, studi lapangan, wawancara mendalam dan observasi. Data yang didapat di lapangan kemudian dianalisis oleh peneliti yang dijelaskan secara kualitaif, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka penulis dapat mengatakan bahwa pendapatan buruh harian lepas masih sangat rendah sehingga mereka harus berusaha memenuhi kebutuhan keluarga dengan melakukan strategi seperti mencari pekerjaan sampingan. Kondisi pangan pada umumnya hanya seadanya dan kurang memenuhi standard gizi, walaupun mereka bekerja di sektor pertanian tetapi sebagian besar dari mereka masih membeli bahan makanan. Kondisi perumahan pada umumnya adalah menyewa dengan kondisi fisik semi permanen dan papan serta hanya memiliki satu kamar tidur. Apabila keluarga menderita sakit biasanya hanya dibawa ke puskesmas atau membeli obat di warung karena lebih efektif. Sedangkan anak dalam keluarga hanya hanya sebagian kecil yang dapat melanjutkan sekolah sampai ke tingkat Perguruan tinggi, tamat SMA saja mereka sudah sangat bersyukur. Karena pendapatan yang minim maka para buruh harian lepas ini memerlukan adaptasi bertahan yaitu dengan mengoptimalkan sumber daya manusia, pengontrolan konsumsi dan pengeluaran, serta pemanfaatan jaringan.
UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA
FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF WELFARE SOCIAL SCIENCE Nama : Rolando Manalu
NIM : 100902010
ABSTRACK
(This thesis consist of 6 chapters, 98 Pages, and 13 Tables)
The problem addressed in this paper is to describe the living conditions of casual workers as a source of labor in the production process of agricultural commodities which is the main result of Muliorejo area. Socio-economic conditions of life in this study viewed through a condition indicator of income, food, housing, health, education of children and the strategies used by the workers to survive with minimal income.
This research is descriptive, where key informants in this study were casual laborers in the village Muliorejo which is one part of the District of Deli Serdang Sunggal three people, one Key informants, ie Foreman / User services for casual laborers and one additional informants that is, those who live or lived in the area around the neighborhood casual laborers. Data collection techniques to the study of literature, field studies, in-depth interviews and observation. The data obtained in the field and then analyzed by the researchers explained in Qualitative, which in turn can be deduced from the results of these studies.
Based on research by the authors can say that revenue for casual laborers is still very low so they have to try to meet the needs of families with a strategy like looking for a second job. Food conditions in general are basic and not meet nutritional standards, even though they work in the agricultural sector but most of them still buy groceries. Housing conditions in general are renting the physical condition of semi-permanent and board and only has one bedroom. When family illness usually only brought to the clinic or buy medicine in the shop because it is more effective. While children in the family only a small proportion can only attend school up to university, graduated from high school they have been very grateful. Because income is minimal then the casual laborers require adaptations to survive is to optimize human resources, controlling the consumption and expenditures, as well as network utilization.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat
pertolonganNya serta kasihNya yang senantiasa melindungi, menyertai, memimpin
dan menguatkan penulis sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “ KONDISI KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI BURUH
HARIAN LEPAS DI KELURAHAN MULIOREJO KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG”.
Penulis menyadari sepenuhnya dengan segala keterbatasan kemampuan,
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, sehingga skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Demi penyempurnaannya, penulis mengharapkan kritik, saran dan
masukan dari semua pihak yang berkompeten dalam bidang ini.
Pada kesempatan ini, secara khusus penulis menyampaikan rasa hormat dan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Orangtuaku, Joswin Manalu dan Renta
Sibarani yang dengan penuh cinta kasih dan perjuangan mulai dari merawat, membesarkan, mendidik, mendukung, serta selalu berupaya memenuhi kebutuhan
penulis. Semoga mamak dan bapak diberikan kesehatan, umur yang panjang serta
sukacita didalam Tuhan. Semoga apa yang penulis berikan ini dapat menambah
kebanggaan bagi orang tua saya.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan memberikan motivasi dan dukungan baik melalui kata-kata
penguatan, dukungan moril maupun materil. Oleh karena itu dengan segala
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.SP selaku Ketua Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
3. Ibu Mastauli Siregar, S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
berkenan meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing dan
mengarahkan penulis sejak awal penyusunan hingga selesainya skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial, terimakasih buat ilmu dan
pengetahuan yang telah diberikan kepada saya.
5. Seluruh Pegawai Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU, Ibu
Zuraida, Bg Ria & Kak Debi yang telah membantu penulis dalam proses
administrasi selama masa perkuliahan.
7. Bapak Muhammad Harmain S.Ag selaku Lurah di Pemerintahan Desa
Muliorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang yang telah dengan
senang hati menyambut kehadiran penulis dalam segala urusan administrasi.
8. Buat Kakakku Juwita Duma Manalu, adikku Edwin Nandito Manalu, dan
jagoan kecilku Bastian Manalu. terimakasih buat dukungan semangatnya.
Sukses ya buat kita empat, biar bisa buat bangga mamak dan bapak.
9. Buat teman-teman seperjuangan yang sekiranya telah meninggalkanku di
perebutan gelar sarjana ini: Meisyah Rahmat Hura S.Sos (Bupati Nias),
terimakasih bang buat bantuannya selama ini. Michael Hura, Anton Purba
Jonathan, Nanda, Halason, Iqbal, Intan Ceskus, Gondrong, Helen, Ummy
Raisa, clara, Kristin, Dian, Sartika, Riada, Silva dan teman-teman 2010 yang
tidak bisa disebutkan satu persatu.
10. Buat sahabatku yang lagi ngejar target: Rizky try Nanda, Fahmi N pulungan,
Kyrez, Lamsar Gultom, Muhklis, Ismail, Johan, Dedek, Puri, Laeku Yan
Vetansyah Samosir. Ayoo.. Semangaaat kawan-kawan.
11. Buat senior 09 & teman-teman peserta dinas malam: Bg Andan Sidabutar, Bg
Octo Gultom, Bg Budi (buring), prof Surya Pakpahan, Bg Rizky Simamora,
Bg Jones a.k.a Kelling, Bg Yando Abangda, Bg marmen, Bg Adin, Bg Brema
Mohank, Bg Evan Kenbla Pinem, Komandan Dandim Exo Dams (mantan
pasukan ZENI “czi” TNI-AD) dan tak terlupakan juga Abangda Meychael
David Simanjuntak (M.Diego), terimakasih atas bantuannya selama
perkuliahan. Dan junior jogal: dek Simon ‘012, dk Simon ‘011 (rock star
cacad), Colombus’012 (aparaku), dek Mario’014 dll.
12. Buat teman-teman sependeritaan: Abangda Linggom Napitupulu (penasihat),
Clinton Hutabarat (Leader komunitas propolis), Danil Sinaga (jomblo sejati),
Jhonery Pakpahan (gila tentara), Aldo Marbun (Lewer), Febri dan Ganda
(anak band). Kayaknya udah bisa di beton Gubuk derita kita itu supaya kalau
hujan gak kebasahan kita.. hahahaha..
13. Buat teman-teman Remaja/ Pemuda’I Gereja Oikumene Sei Semayang :
Arneliis (sekretaris). Angel (bendahara), Novita (wakil ketua), Riska
(koordinator kerohanian) dll. Terimakasih buat dukungan dan doanya selama
14. Buat kawan-kawan NHKBP Immanuel: Bg Victor Marpaung, Wisna Harianja,
Putri Tambunan, Bg Wanto siregar, Daniel Siregar, Erick Sinaga, Devi
Simanjuntak, Litna Tarigan dll. Maaf kalau sering timbul
hilang-timbul. hahahaha
15. Buat Diindooot, terimakasih atas dukungan, doa & semangatnya ya.
Kayaknya udah bisa bilang sayang aja lah abang, cepat-cepat wisudanya ya
hahahahaha.
16. Seluruh responden yang telah meluangkan waktunya membantu penulis
selama mengadakan penelitian, penulis mengucapkan terimakasih banyak
untuk data dan informasi yang telah diberikan.
Terimakasih atas semua Doa, dukungan & semangat yang penulis terima
selama ini. Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam
penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan dan saran
yang sifatnya membangun dari semua pihak, guna menyempurnakan skripsi ini agar
menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih dan semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, Januari 2015
Rolando Manalu
DAFTAR ISI
ABSTRAK...i
ABSTRACK...ii
KATAPENGANTAR...iii
DAFTAR ISI...vii
DAFTAR TABEL...x
DAFTAR BAGAN...xi
DAFTAR LAMPIRAN...xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...1
1.2 Perumusan Masalah ...10
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian...10
1.3.1 Tujuan Penelitian...10
1.3.2 Manfaat Penelitian...10
1.4 Sistematika Penulisan...11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buruh Harian Lepas...12
2.2 Kehidupan Sosial Ekonomi...15
2.2.1 Pengertian Kehidupan Sosial dan Ekonomi...15
2.2.2 Indikator Sosial Ekonomi...18
2.3 Adaptasi Bertahan ...28
2.4 Kesejahteraan Sosial...32
2.5 Kerangka Pemikiran...34
2.6 Definisi Konsep...37
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian...42
3.2 Pendekatan Penelitian dan Kedudukan Penelitian...42
3.3 Lokasi Penelitian...43
3.4 Unit Analisis dan Informan...44
3.4.1 Unit Analisis...44
3.4.2 Informan...44
3.5 Teknik Pengumpulan Data...45
3.6 Teknik Analisis Data...46
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Kelurahan Muliorejo...48
4.2 Keadaan Geografis...49
4.2.1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin...50
4.2.2 Komposisi Penduduk Menurut Usia...51
4.2.3 Komposisi Penduduk Menurut Agama...52
4.2.4 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan...53
4.2.5 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian...54
4.3 Potensi Kelurahan Muliorejo...55
4.3.1 Produksi Pertanian...55
4.3.2 Produksi Peternakan...56
4.4 Sarana dan Prasarana...56
4.4.1 Sarana Jalan...56
4.4.2 Sarana Transportasi...57
4.4.3 Sarana Pemasaran dan Usaha...57
4.4.4 Sarana Kesehatan...58
4.4.5 Sarana Peribadatan...59
4.4.6 Sarana Pendidikan...60
4.4.7. Prasarana Hiburan dan Rekreasi...61
BAB V ANALISA DATA
5.1 Identitas Responden...64
5.1.1 Informan Kunci...64
5.2 Live Story...65
5.2.1 Informan Utama I...65
5.2.2 Informan Utama II...68
5.2.3 Informan Utama III...71
5.2.4 Informan Tambahan...74
5.3 Kondisi Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas...75
5.3.1 Kondisi Pendapatan...76
5.3.2 Kondisi Perumahan...78
5.3.3 Kondisi Pendidikan...80
5.3.4 Kondisi Kesehatan...82
5.3.5 Kondisi Sandang dan Pangan...84
5.3.6 Lingkungan/ Interaksi...86
5.4 Adaptasi Bertahan...87
5.4.1 Adaptasi Bertahan Aktif atau Optimalisasi Sumber Daya Manusia88 5.4.2 Adaptasi Bertahan Pasif Pengontrolan Konsumsi dan Pengetatan Pengeluaran...89
5.4.3 Pemanfaatan Jaringan...91
BAB VI PENUTUP 6.1 Pengantar...93
6.1.1 Kesimpulan...93
6.1.2 Saran...97
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Pemanfaatan Tanah Di Kelurahan Muliorejo
Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Menurut Usia
Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Menurut Agama
Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Penduduk
Tabel 4.6 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Tabel 4.7 Produksi Pertanian Per Tahun
Tabel 4.8 Produksi Peternakan Per Tahun
Tabel 4.9 Sarana Pemasaran Dan Usaha
Tabel 4.10 Sarana Kesehatan
Tabel 4.11 Sarana Peribadatan
Tabel 4.12 Sarana Pendidikan
DAFTAR BAGAN
Bagan Alur Pemikiran...36
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Pedoman Wawancara
Lampiran II : Pengajuan dan Persetujuan Judul Skripsi
Lampiran III : SK Dosen Pembimbing
Lampiran IV : Berita Acara Seminar Proposal Penelitian
Lampiran V : ACC Lapangan
Lampiran VI : Surat Pengantar Izin Penelitian dari FISIP
Lampiran VII : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Nama : Rolando Manalu NIM : 100902010
ABSTRAK
(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 98 Halaman, dan 13 Tabel)
Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah menggambarkan kondisi kehidupan buruh harian lepas sebagai sumber tenaga kerja dalam proses produksi komoditi pertanian yang merupakan hasil utama dari daerah Muliorejo. Kondisi kehidupan sosial ekonomi dalam penelitian ini dilihat melalui indikator kondisi pendapatan, pangan, perumahan, kesehatan , pendidikan anak serta strategi yang digunakan oleh para buruh untuk tetap bertahan dengan pendapatan yang minim.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana informan utama dalam penelitian ini adalah buruh harian lepas di Desa Muliorejo yang merupakan salah satu bagian dari Kecamatan Sunggal kabupaten Deli Serdang sebanyak tiga orang, satu informan Kunci, yaitu Mandor/Pengguna jasa buruh harian lepas dan satu informan tambahan yaitu orang yang berdomisili atau tinggal di daerah sekitar lingkungan buruh harian lepas. Teknik pengumpulan data dengan studi pustaka, studi lapangan, wawancara mendalam dan observasi. Data yang didapat di lapangan kemudian dianalisis oleh peneliti yang dijelaskan secara kualitaif, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka penulis dapat mengatakan bahwa pendapatan buruh harian lepas masih sangat rendah sehingga mereka harus berusaha memenuhi kebutuhan keluarga dengan melakukan strategi seperti mencari pekerjaan sampingan. Kondisi pangan pada umumnya hanya seadanya dan kurang memenuhi standard gizi, walaupun mereka bekerja di sektor pertanian tetapi sebagian besar dari mereka masih membeli bahan makanan. Kondisi perumahan pada umumnya adalah menyewa dengan kondisi fisik semi permanen dan papan serta hanya memiliki satu kamar tidur. Apabila keluarga menderita sakit biasanya hanya dibawa ke puskesmas atau membeli obat di warung karena lebih efektif. Sedangkan anak dalam keluarga hanya hanya sebagian kecil yang dapat melanjutkan sekolah sampai ke tingkat Perguruan tinggi, tamat SMA saja mereka sudah sangat bersyukur. Karena pendapatan yang minim maka para buruh harian lepas ini memerlukan adaptasi bertahan yaitu dengan mengoptimalkan sumber daya manusia, pengontrolan konsumsi dan pengeluaran, serta pemanfaatan jaringan.
UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA
FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF WELFARE SOCIAL SCIENCE Nama : Rolando Manalu
NIM : 100902010
ABSTRACK
(This thesis consist of 6 chapters, 98 Pages, and 13 Tables)
The problem addressed in this paper is to describe the living conditions of casual workers as a source of labor in the production process of agricultural commodities which is the main result of Muliorejo area. Socio-economic conditions of life in this study viewed through a condition indicator of income, food, housing, health, education of children and the strategies used by the workers to survive with minimal income.
This research is descriptive, where key informants in this study were casual laborers in the village Muliorejo which is one part of the District of Deli Serdang Sunggal three people, one Key informants, ie Foreman / User services for casual laborers and one additional informants that is, those who live or lived in the area around the neighborhood casual laborers. Data collection techniques to the study of literature, field studies, in-depth interviews and observation. The data obtained in the field and then analyzed by the researchers explained in Qualitative, which in turn can be deduced from the results of these studies.
Based on research by the authors can say that revenue for casual laborers is still very low so they have to try to meet the needs of families with a strategy like looking for a second job. Food conditions in general are basic and not meet nutritional standards, even though they work in the agricultural sector but most of them still buy groceries. Housing conditions in general are renting the physical condition of semi-permanent and board and only has one bedroom. When family illness usually only brought to the clinic or buy medicine in the shop because it is more effective. While children in the family only a small proportion can only attend school up to university, graduated from high school they have been very grateful. Because income is minimal then the casual laborers require adaptations to survive is to optimize human resources, controlling the consumption and expenditures, as well as network utilization.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Setiap negara memiliki tugas untuk menciptakan kesejahteraan bagi
rakyatnya. Salah satu syarat yang dapat memenuhinya adalah melalui pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi antar negara, yang bertepatan dengan ekonomi
global akan memicu tumbuhnya persaingan ketenagakerjaan. Ketenagakerjaan tidak
lepas dari pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal, mampu bersaing
dengan tenaga kerja lainnya.
Pertumbuhan ekonomi adalah prasyarat untuk meningkatkan lapangan kerja
produktif; ini merupakan hasil gabungan dari peningkatan dalam kesempatan kerja
dan peningkatan dalam produktifitas tenaga kerja. Oleh karena itu, tingkat
pertumbuhan ekonomi menetapkan batasan absolut dimana pertumbuhan dalam
kesempatan kerja dan pertumbuhan dalam produktivitas tenaga kerja dapat terjadi.
Persaingan tenaga kerja yang semakin hari semakin ketat dan sedikitnya
lapangan kerja menyebabkan timbulnya banyak pengangguran. Pengangguran ini
disebabkan oleh daya saing yang lebih ketat dan juga dalam sebuah persaingan
tersebut yang diutamakan adalah sumber daya manusianya. Rendahnya tingkat
pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukan kita dalam kualitas pekerjaan
dan sumber daya manusia. Untuk memenuhi kebutuhan setiap orang yang
menganggur terpaksa bekerja di sektor informal.
Meluasnya fenomena sektor dan informalisasi tenaga kerja di Indonesia
merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Hal ini dipandang positif dalam kerangka
perekonomian sebagai unsur dinamis yang patut dipelihara dan ditumbuh
dipandang negatif ketika menyangkut prospek jaminan sosial dan pengorganisasian
buruh.
Struktur relasi buruh dengan majikan informal diwarnai oleh perjanjian lisan,
ketergantungan usaha kecil terhadap usaha yang besar, kualitas sumber daya yang
rendah dan ketidakadilan pada jalur perdagangan, telah memunculkan karakter sektor
ekonomi informal yang tidak menguntungkan bagi perlindungan sosial-ekonomi
buruhnya. Hal tersebut dapat diukur dari pertukaran sumber daya antara buruh dan
majikan melalui besarnya pengupahan (Safaria dkk, 2003).
Relasi dan hubungan buruh dan majikan di sektor informal biasanya
merupakan relasi kerja berdasarkan perjanjian yang tidak tertulis. Jenis kontrak ini
jelas dapat merugikan pihak-pihak yang memiliki posisi tawar rendah, yakni para
buruh. Faktor yang terpenting dalam keadaan ini adalah surplus cadangan buruh dari
kalangan penganggur dan setengah menganggur, buruh di berbagai sektor informal
mau tak mau harus menerima kondisi kerja yang kurang memberikan jaminan
ekonomi.
Kondisi dan syarat kerja yang dihadapi buruh di Indonesia makin buruk. Hal
ini dapat dilihat dari upah yang rendah serta jam kerja yang panjang. Tingkat upah
buruh baru sekitar 60 - 70 persen dari nilai Kebutuhan Fisik Minimum (KFM),
sementara itu mereka harus mencurahkan 10 - 14 jam kerja perhari. Permasalahan
upah buruh merupakan penyebab utama terjadinya sengketa antar majikan dan buruh.
Ekses kelebihan penawaran tenaga kerja menyebabkan posisi tawar-menawar buruh
selalu berada pada posisi lemah dibandingkan dengan posisi pihak majikan pada
setiap sengketa perburuhan. Dalam jangka panjang, rendahnya upah buruh dapat
politik, yang pada akhirnya dapat menghambat kelangsungan pembangunan
(Suhendar, 1995:24).
Kehidupan kaum buruh di Indonesia sekarang ini memang semakin
mengalami proses pemiskinan dan semakin tidak diperhatikan hak
sosial-ekonominya. Standar kesejahteraan sosial para buruh di Indonesia juga semakin
melemah karena himpitan dampak kebijakan ekonomi pemerintah yang mengarah
kearah neo-liberalisme, seperti pencabutan produksi pada sektor non produktif
(BBM, Pupuk, Pendidikan, Kesehatan, Listrik dll), privatisasi perusahaan milik
negara, pembebasan pasar untuk barang-barang import dan penetapan
Undang-undang SDA-SDM yang lebih berpihak kekuasaan modal.
Kondisi sosial ekonomi buruh pada saat ini tidak mengalami perubahan.
Sebagai contoh kasus pada kehidupan buruh di PT. Perkebunan Nusantara II di Sei
Semayang Kelurahan Muliorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang pada
awal 2008. Dari kasus tersebut buruh pabrik gula masih hidup dengan tingkat
kesejahteraan yang minim. Berikut beberapa masalah yang dihadapi buruh kelapa
sawit di PT. Perkebunan Nusantara II di Sei Semayang Kelurahan Muliorejo
Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara antara lain:
1.Tingkat upah yang minim
Gaji mandor dengan dua strip per bulannya adalah sebesar Rp. 970.000 per
bulan. Gaji ini dipergunakan untuk menghidupi istri dengan tiga anak.Tak hanya itu,
berdasarkan pengakuan seorang buruh perempuan, ketika mereka tidak masuk
bekerja, upah mereka dipotong. “gaji untuk satu bulan sebesar Rp. 810.000 tidak
pernah saya terima total. Saya selama bekerja hanya mendapatkan Rp. 600.000. Ini
dikarenakan kami dihitung tidak masuk bekerja walaupun sudah mengajukan ijin,”
2. Asuransi kesehatan yang tidak pernah terjamin
Jika seorang buruh sakit, perusahaan tidak akan menanggung biaya
pengobatan. Seorang buruh menuturkan bahwa dia pernah sakit selama 2 bulan dan
semua biaya ditanggung sendiri. Selama sakit, perusahaan tidak memperhatikan
keadaannya sama sekali.
3. Keselamatan kerja
Pihak perusahaan juga tidak menyediakan perlengkapan bagi para buruh
semprot seperti sarung tangan, masker, baju plastik dan sepatu boot. Salah
seorang buruh menuturkan pernah mengalami keracunan saat menyemprot.Selain
keracunan, buruh lainnya pun pernah mengalami kecelakaan berupa tertimpa kayu
hingga pingsan. Dalam kasus ini, perusahaan tidak memberikan sama sekali biaya
pengobatan selama berada di rumah sakit.
4. Ancaman saat bekerja
Selama bekerja, para buruh kerap mendapat ancaman bila tidak bekerja
dengan produktif. Mereka menuturkan bahwa ancaman berupa pemecatan dan
membanding-bandingkan kinerja dengan suku lain. Konsekuensi dari hal ini, mereka
sangat takut bila tidak masuk bekerja karena khawatir akan dipecat atau digantikan
oleh orang lain (Manalu, 2008).
Kemiskinan merupakan masalah global yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor yang saling berkaitan satu sama lain seperti: Tingkat pendapatan, pendidikan,
akses terhadap barang dan jasa, kesehatan, geografis, dan kondisi lingkungan.
Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang
berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya akses ke pelayanan publik,
menguatnya arus urbanisasi, dan yang lebih parah kemiskinan menyebabkan jutaan
rakyat memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan kebutuhan pokok lainnya.
Dilihat dari pihak yang mempersoalkan dan mencoba mencari solusi atas
masalah kemiskinan, dapat dikemukakan bahwa kemiskinan merupakan masalah
pribadi, keluarga, masyarakat, negara, bahkan dunia. PBB sendiri memiliki agenda
khusus sehubungan dengan penanggulangan masalah kemiskinan. Dalam Millenium
Development Goals, institusi sejagat tersebut memiliki target tertentu sehubungan
dengan upaya penyelesaian masalah kemiskinan di muka bumi ini. Demikian halnya
dengan negara, baik tingkat pusat maupun daerah, melalui berbagai kementrian,
dinas maupun badan yang memiliki berbagai program penanggulangan kemiskinan.
Masyarakat melalui berbagai lembaga juga tidak kalah dalam memberikan
penanggulangan kemiskinan. Terlebih pribadi dan keluarga yang secara langsung
merasakan pahitnya kemiskinan itu, tentu memiliki agenda tertentu dalam upaya
mengakhiri penderitaan sebagai akibat kemiskinan. Namun, masalah kemiskinan
justru menunjukan peningkatan. Fakta juga menunjukkan anggaran pembangunan
suatu negara juga tidak selalu signifikan dengan pengurangan angka kemiskinan
(Siagian, 2012).
Seluruh upaya dan kebijakan alternatif untuk mempercepat dan memperluas
upaya pengurangan kemiskinan di Indonesia sejak tahun 2012 diintegrasikan ke
dalam MP3KI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan
Indonesia). Kebijakan ini mencakup seluruh program penanggulangan kemiskinan
yang selama ini telah ada,meliputi: Bantuan dan Perlindungan Sosial, Pemberdayaan
Masyarakat, Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah, dan yang terakhir Program
Pro Rakyat Melalui Penyediaan Prasarana/Sarana Murah. Untuk mendukung
RAPBN 2013 direncanakan alokasi anggaran Rp 106,8 triliun, meningkat lebih besar
dari dua kali lipat dibanding anggaran tahun 2007 Rp 53,1 Triliun
(http://www.anggaran.depkeu.go.id/RAPBN diakses pada tanggal 26 oktober 2014
pukul 16:55 Wib).
Aspek kehidupan manusia sangatlah kompleks sehingga dengan sendirinya
ragam dan intensitas pembangunan menjadi kompleks pula. Tuntutan masyarakat
sangat majemuk sehingga pembangunan menjadi jawaban responsive akan menjadi
jawaban majemuk pula. Salah satu dari aspek pembangunan itu adalah pembangunan
di bidang pertanian. Sebab bidang ini adalah sektor yang telah digeluti masyarakat
Indonesia sejak dahulu sehingga Indonesia dikenal sebagai negara agraris.Tetapi
perkembangan pertanian tidak merata disetiap daerah. Hal ini mendorong para
pencari kerja untuk merantau ke daerah yang memerlukan tenaga kerja di bidang
pertanian. Para pencari kerja tersebut tidak memiliki pendidikan dan ketrampilan khusus
untuk bekerja di sektor ini. Mereka hanya mengandalkan kekuatan fisik.
Peningkatan mobilitas tenaga kerja dari desa dengan sendirinya
dihubungkan dengan pola migrasi ke kota, dengan harapan lapangan pekerjaan dan
upah yang lebih besar. Kata migrasi sangat erat kaitannya dengan perkembangan
suatu daerah. Secara umum, migrasi dapat diartikan sebagai perpindahan penduduk
dari suatu tempat ke tempat lain untuk tujuan menetap. Apabila tidak terkontrol
dengan baik, migrasi dapat menyebabkan penumpukan penduduk di suatu wilayah
yang menjadi tujuan para migran yang dalam hal ini umumnya adalah daerah
perkotaan.
Sektor pertanian di Sei Semayang, khususnya di Kelurahan Muliorejo
tebu, sawit, tembakau dan coklat/kakao. Hal ini menimbulkan tumbuhnya lapangan
kerja baru bagi penduduk setempat maupun penduduk perantau. Disana kita dapat
menjumpai suatu kelompok pekerja (buruh) harian lepas. Mereka bekerja dalam
proses menanam, menyiangi, dan memanen hasil-hasil pertanian dengan upah harian.
Pagi-pagi sekali mereka harus sudah berangkat menuju tempat tersebut karena jarak
dari tempat tinggal mereka cukup jauh. Ketika mereka berangkat dari rumah, mereka
belum tahu pekerjaan apa yang akan mereka kerjakan pada hari tersebut tergantung
dari kebutuhan petani yang memerlukan mereka. Salah satu hal yang perlu diketahui
adalah tidak selamanya mereka mendapatkan pekerjaan. Hal ini disebabkan jumlah
mereka yang cukup begitu banyak.
Sejak kapan buruh harian lepas ini mulai beroperasi tidak diketahui secara
pasti.Seorang penduduk yang telah lama tinggal di daerah tersebut sejak 1987 yaitu
Sapion Sembiring mengatakan tidak mengatahui secara jelas sejak kapan BHL ini
ada di Sei Semayang. sebab ketika dia dan keluarganya menetap di sini buruh harian
lepas tersebut sudah ada disana. Sementara itu seorang petani tebu Togu Hutabarat
yang telah sering menggunakan jasa para buruh harian lepas sejak tahun 2001.
Begitu juga informasi yang penulis peroleh dari kelurahan Muliorejo tidak ada data
yang mengatakan sejak kapan BHL mulai ada. Menurut Lurah Kelurahan Muliorejo
mengatakan bahwa kehadiran para buruh seiring dengan sektor pertanian yang
berkembang di Deli Serdang terutama tebu dan sawit. Tidak bisa dibayangkan kalau
tidak ada buruh harian lepas maka sektor pertanian di Deli serdang mengalami
kepincangan, sehingga peran serta mereka dalam sektor pertanian di Deli Serdang
sangat besar.
Buruh harian lepas yang bekerja ada yang masih lajang tetapi mayoritas dari
sedangkan istri mempunyai pekerjaan lain, atau sebaliknya si istri bekerja sebagai
buruh harian lepas sedangkan si suami punya pekerjaan lain, bahkan ada juga yang
sepasang suami istri bekerja sebagai buruh harian lepas untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangga. Para buruh ini bekerja dengan upah antara Rp 35.000 – Rp 50.000
sesuai dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Dalam seminggu para buruh bekerja
kira-kira 4-5 hari dalam seminggu. Mereka bekerja setiap hari kecuali hari minggu
yang digunakan sebagai hari untuk istirahat.
Pekerjaan merupakan salah satu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup
yang sangat esensial sekali pada hakekatnya setiap manusia mempunyai kebutuhan
hidup yang bermacam ragamnya serta tidak terbatas intensitasnya. Banyak cara yang
digunakan dalam mensistematiskan kebutuhan hidup.
Menurut Manullang sebagaimana dikutip dalam kebutuhan manusia untuk
melangsungkan hidupnya dibagi menjadi dua kategori yakni:
1. Kebutuhan Primer
adalah kebutuhan kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan
hidup seperti : makan, minum, pakaian, perumahan, kesehatan, dan
pendidikan.
2. Kebutuhan Sekunder
adalah kebutuhan yang dipergunakan untuk melengkapi kebutuhan primer
seperti : alat-alat dan perabot.
Dalam pemenuhan kebutuhannya, apa yang telah dilakukan oleh para buruh
harian lepas tidak memberikan hasil yang maksimum hal ini dapat dilihat dari
kebutuhan primer mereka yang belum terpenuhi dan kondisi perumahan yang masih
kehidupan keluarganya, tetapi muncul kesenjangan anatara harapan yang ingin
dicapai dengan kenyataan yang mereka hadapi saat itu.
Jadi untuk memenuhi kebutuhan hidup terutama kebutuhan pangan maka para
buruh harian lepas ini menggunkan metode adaptasi bertahan tetap survive dalam
mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya. Adaptasi
penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota
keluarga dalam mengelola segenap aset yang dimilikinya.
Sekian banyak issu yang membahas fenomena sosial yang dialami sebagian
besar penduduk dan masyarakat salah satunya yang dialami masyarakat petani adalah
golongan masyarakat yang berprofesi sebagai buruh pertanian atau buruh harian
lepas.Termasuk salah satu yang dimaksudkan yaitu kondisi kehidupan buruh harian
lepas di Deli serdang pada umumnya dan di Kelurahan Muliorejo pada khususnya.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya
maka penulis tertarik untuk melihat bagaimana “Kondisi Kehidupan Sosial
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang ada pada latar belakang masalah, maka penulis
merumuskan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana kondisi kehidupan sosial ekonomi buruh harian lepas di
Kelurahan Muliorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang
2. Bagaimana adaptasi bertahan yang dilakukan para buruh harian lepas dalam
kehidupan sehari-hari
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran kondisi
kehidupan sosial ekonomi buruh harian lepas di Kelurahan Muliorejo Kecamatan
Sunggal Kabupaten Deli Serdang.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Secara akademis
Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap keilmuan dalam
menambah referensi dan kajian serta studi bagi peneliti atau mahasiswa yang
tertarik terhadap penelitian yang berkaitan dengan kondisi kehidupan sosial
ekonomi buruh harian lepas.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsi pemikiran bagi
instansi terkait dalam mengambil kebijakan dan perhatian terhadap masalah
1.4Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan secara teoritis tinjauan-tinjauan yang berkaitan
dengan penelitian yang dilakukan , kerangka pemikiran, definisi
konsep, dan definisi operasioanal.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, unit
analisis dan informan, teknik pengumpulan data serta teknik analisa
data.
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian dan
data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.
BAB V : ANALISA DATA
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil
penelitian beserta dengan analisisnya.
Bab ini berisikan Kesimpulan dan saran yang bermanfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Buruh Harian Lepas (BHL)
Buruh dapat diartikan sebagai semua orang yang bekerja dan terdaftar
namanya di perusahaan serta menerima gaji atau upah secara langsung dari
perusahaan tempat dia bekerja, baik yang aktif bekerja maupun yang sedang cuti izin
dengan perusahaan, sedang mengikuti training, berstatus buruh tetap, kontrak, harian
lepas maupun borongan. Pengertian lainnya, buruh adalah orang yang senang hati
melakukan usaha, kerja-keras, berjerih payah untuk menghasilkan produk atau
barang. Buruh adalah pemilik jasa dan orang yang melahirkan karya.Buruh bukanlah
orang yang tergelincir pada lilitan ekonomi dan tunduk dalam suatu pekerjaan, tetapi
orang yang mengaktifkan diri, berjalan terus dan aktif memenuhi kegiatan produksi.
Buruh memiliki sifat yang memberikan dan berunsur membangun, mencipta dan
menghidupkan (Steven. http://www.sulutlink.com diakses pada tanggal 25
September 2014 pukul 21:55 Wib)
Buruh harian lepas (BHL) adalah buruh yang diikat dengan hubungan kerja
dari hari-kehari dan menerima penerimaan upah sesuai dengan banyaknya hari kerja,
atau jam kerja atau banyak barang atau jenis pekerjaan yang disediakan. Disebut
buruh harian lepas (BHL) karena buruh yang bersangkutan tidak ada kewajiban
untuk masuk kerja dan tidak mempunyai hak yang sama seperti buruh tetap.
Umumnya buruh harian lepas (BHL) adalah buruh yang mengerjakan pekerjaan yang
sifatnya tidak terus menerus tetapi bersifat musiman.
Dalam penelitian ini buruh harian lepas yang dimaksud adalah pekerja lepas
mereka lebih tepat dikatakan buruh tani. Buruh tani dalam pengertian yang
sesungguhnya memperoleh penghasilan terutama dari bekerja yang mengambil upah
untuk para pemilik tanah atau para petani penyewa tanah. Sebagian besar dari
mereka atas dasar jangka pendek, dipekerjakan dan dilepas dari hari ke hari.
Disamping itu melakukan pekerjaan yang diupah, buruh harian itu juga melakukan
perdagangan kecil kecilan, menjual pisang, rokok dan hasil pertanian secara
kecil-kecilan, menjualnya berdasarkan komisi dan kadang-kadang ada juga dari mereka
yang menanami sebidang tanah kehutanan dengan perjanjian (Sajogyo, 1995: 112)
Dalam tingkah lakunya terhadap orang-orang yang diluar dari kelompoknya,
buruh tani biasa menyerah saja pada nasibnya, ia ingin memperbaiki keadaannya,
tetapi ia tidak tahu caranya, karena itu ia menyerah saja. Kelompok ini biasanya
curiga terhadap segala sesuatu yang datang dari luar lingkungannya. Akan tetapi
sekalipun kedengarannya bertentangan, pada akhirnya buruh tani itu paling percaya
kepada pertimbangan para majikan mereka. Tentu saja kepercayaan itu ada batasnya,
tetapi dalam berhubungan dengan mereka, sekurang-kurangnya buruh itu tahu di
mana mereka berdiri. Dalam beberapa keadaan pendapat para majikan itu sangat
menentukan, sedangkan pendapat orang-orang yang berusaha menjadi pemimpin
buruh tani dalam perjuangan mereka untuk memperbaiki kondisi hidup, tidak
diterima. Terbukti bahwa pendapat mereka kurang diperhatikan dibandingkan
dengan pendapat majikan. Tidak ada jawaban atau badan pemerintahan yang
benar-benar memberikan perhatiannya, baik langsung maupun tidak langsung, kepada
buruh tani dan nasibnya. Buruh tani hidup dari hari ke hari saja dan tidak
memperhatikan rencana masa depan misalnya dengan menabung.
Sajogyo memberikan cirri-ciri buruh tani yang bekerja dengan upah harian
Kegiatan Ekonomi
1. Buruh tani biasanya dipekerjakan oleh tuan tanah besar dengan
digaji sebagai pekerja harian
2. Setelah hasil pertanian dipungut, buruh tani diperbolehkan
menanami tanah-tanah itu selama masa sekitar enam bulan
sebelum tanah ditanami oleh para pemilik lahan atau tuan tanah
3. Diwaktu mereka tidak dipekerjakkan sebagai buruh, para buruh
tani melakukan perdagangan kecil-kecilan yang menghasilkan
laba kira-kira sama besarnya dengan gaji mereka
Kedudukan sosial
1. Para buruh tani berada ditingkat terendah dalam lapisan
masyarakat. Mereka tidak mungkin jatuh lebih rendah lagi dan
mereka tidak mempunyai kedudukan yang akan dipertahankan
maupun yang akan hilang. Posisi seperti ini mempunyai pengaruh
besar terhadap nilai-nilai norma kelompok itu.
2. Buruh tani hidup untuk menyambung nyawa saja, karena tidak ada
benda atau orang yang menjamin kehidupan mereka di masa
depan. Kenyataan ini mempunyai implikasi penting terhadap
rencana-rencana pembangunan yang telah dipertimbangkan
sebaik-baiknya berada diluar pengertian buruh tani.
3. Buruh tani yang sesungguhnya tidak mempunyai latar belakang
kecerdasan, juga tidak mempunyai pengalaman untuk mengelola
pertanian. Mereka telah biasa bekerja sebagai buruh tani
pekerjaan pertanian seperti mencangkul, menanam, menyiangi,
dan memanen.
4. Buruh tani sebagai kelompok sama sekali tidak terikat kepada
desa mereka. Banyak dari mereka berasal dari tempat lain, dan
kalau telah datang waktunya mereka berpindah ketempat yang
baru dimana mereka berharap menemukan kesempatan untuk
berhasil atau mendapatkan gaji yang lebih besar dan kerja yang
lebih ringan (Sajogyo, 1995: 113-114).
2.2 Kehidupan Sosial Ekonomi
2.2.1 Pengertian Kehidupan Sosial dan Ekonomi
Apabila dilihat dari kata kehidupan yang sebenarnya adalah cara atau keadaan
tentang hidup, dan arti kata sosial adalah sesuatu yang berkenan di masyarakat,
sedangkan arti ekonomi adalah ilmu mengenai azas-azas produksi, distribusi dan
pemakaian barang-barang serta kekayaan seperti hal keuangan, perindustrian, dan
perdagangan (Astarhadi, 1995 : 52).
Kehidupan sosial ekonomi harus dipandang sebagai suatu sisitem (sistem
sosial), yaitu suatu keseluruhan bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling
berhubungan dalam kesatuan. Kehidupan sosial adalah kehidupan bersama manusia
atau kesatuan manusia yang hidup dalam suatu pergaulan. Oleh karena itu kehidupan
sosial pada dasarnya ditandai dengan:
1. Adanya kehidupan bersama yang pada ukurannya berjumlah dua orang
2. Manusia tersebut bergaul (berhubungan) dan hidup bersama dalam waktu
yang cukup lama. Oleh karena mereka berhubungan dan bergaul cukup
lama dan hidup bersama, maka akan terjadi adaptasi dan
pengorganisasian perilaku serta munculnya suatu perasaan sebagai
kesatuan (kelompok).
3. Adanya kesadaran bahwa mereka merupakan satu kesatuan.
4. Suatu kehidupan sistem bersama (Nasution, 2003 : 10 )
Dalam kehidupan sosial yang telah dikemukakan pada sebelumnya
mengartikan bahwa adanya interaksi yang terjadi dalam masyarakat. Adanya
hubungan-hubungan sosial atau hubungan yang saling mempengaruhi dengan kata
lain terjadi interaksi sosial. Interaksi ini pertama sekali terjadi pada keluarga, dimana
ada terjadi hubungan antara ayah, ibu dan anak. Dari adanya interaksi antara anggota
keluarga maka akan muncullah hubungan dengan masyarakat luar.
Dalam kehidupannya manusia mempunyai banyak kebutuhan, dan sudah
menjadi keharusan baginya untuk memenuhi kebutuhan tersebut baik moral maupun
material. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia tidak terlepas dari manusia lain
sebagai akibat keberadaannya sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain.
Dalam pemenuhan kebutuhan tersebut manusia juga saling berinteraksi satu sama
lain, disamping sebagai makhluk pribadi.
Kehidupan sosial ekonomi adalah perilaku sosial dari masyarakat yang
menyangkut interaksinya dan perilaku ekonomi dari masyarakat yang berhubungan
dengan pendapatan dan pemanfaatannya. Bila berbicara mengenai kehidupan sosial
ekonomi berarti juga membahas tentang kebutuhan dan bagaimana seseorang
berusaha memenuhi kebutuhan tersebut, dan pemanfaatan hasil ekonomi yang
diterapkan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, serta
pemanfaatan penghasilan atau hasil ekonomi yang diperoleh, dan juga berbicara
mengenai keadaan hidup sehari-hari.
Berhubungan dengan kehidupan sosial ekonomi yang didalamnya terdapat
unsur kebutuhan dan pemenuhannya, Abraham Maslow mengelompokkan 5 tingkat
kebutuhan manusia, yaitu:
1. Kebutuhan dasar fisiologis/ kebutuhan fisik (Physiological Needs) yang
diperlukan untuk mempertahankan hidup seperti kebutuhan akan
makanan, istirahat, udara segar, air, vitamin, dan sebagainya. Kebutuhan
ini merupakan kebutuhan primer.
2. Kebutuhan akan rasa aman (Safety Needs) ditujukan oleh anak dengan
pemenuhan kebutuhan secara pasti, berkelanjutan, dan teratur. Anak
mudah terganggu dalam situasi yang dirasakan sebagai situasi yang
membahayakan, situasi yang kacau, tak menentu, ia mudah menarik diri
dalam situasi asing baginya. Anak membutuhkan perlindungan yang
memberi rasa aman.
3. Kebutuhan untuk mencintai dan cintai (Love Needs) merupakan dorongan
atau keharusan baginya untuk mendapatkan tempat dalam suatu
kelompok dimana ia memperoleh kehangatan perasaan dan hubungan
dengan masyarakat lain secara umum.
4. Kebutuhan akan harga diri (Estem Needs) menuntut pengalaman individu
sebagai pribadi yang bernilai, sebagai manusia yang berarti dalam
memiliki martabat. Pemenuhan kebutuhan ini akan menimbulkan rasa
percaya diri sendiri, menyadari kekuatan-kekuatannya, merasa
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri (Self Actualization) memberikan
dorongan kepada setiap individu untuk mengembangkan atau
mewujudkan seluruh potensi dalam dirinya. Dorongan ini merupakan
dasar perjuangan setiap individu untuk merealisasikan dirinya, untuk
menentukan dirinya/ identitasnya, dan menjadi diri sendiri. Kebutuhan ini
tumbuh secara wajar dalam diri setiap manusia (Maslow, 1994: 43).
Kebutuhan-kebutuhan tersebut harus dipenuhi oleh manusia demi
kelangsungan hidupnya, mendorong manusia untuk bekerja sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan hidupnya. Demikianlah konsekuensi yang tidak dapat ditawar
lagi. Manusia memang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhannya, karena dengan
demikian manusia akan mendapatkan hasil yang dapat digunakan demi kelangsungan
hidupnya.
Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur
secara sosial dan merupakan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial
masyarakat pemberian posisi ini disertai pula dengan posisi tertentu dengan
seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh pembawa status.
(Koentjaraningrat, 1990: 56)
2.2.2 Indikator Sosial Ekonomi
Keluarga atau kelompok masyarakat dapat digolongkan memiliki sosial
ekonomi rendah, sedang, dan tinggi (Koentjaraningrat, 1981: 38). Berdasarkan hal
tersebut kita dapat mengklasifikasikan keadaan sosial ekonominya, yang dapat
dijabarkan sesuai dengan indikator sebagai berikut :
Pendapatan akan mempengaruhi status sosial seseorang, terutama akan
ditemui dalam masyarakat yang materialis dan tradisional yang menghargai status
sosial ekonomi yang tinggi terhadap kekayaan. Christopher dalam Sumardi (2004)
mendefinisikan pendapatan berdasarkan kamus ekonomi adalah uang yang diterima
oleh seseorang dalam bentuk gaji, upah sewa, bunga, laba dan lain sebagainya.
Sedangkan Biro Pusat statistik merinci pendapatan dalam kategori sebagai
berikut:
1. Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya
regular dan diterima biasanya sebagai balas atau kontra prestasi, sumbernya
berasal dari:
a) Gaji dan upah yang diterima dari gaji pokok, kerja sampingan, kerja
lembur dan kerja kadang-kadang.
b) Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi,
penjualan dari kerajinan rumah.
c) Hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik
tanah. Keuntungan serial yakni pendapatan yang diperoleh dari hak
milik.
2. Pendapatan yang berupa barang yaitu : Pembayaran upah dan gaji yang
ditentukan dalam beras, pengobatan, transportasi, perumahan dan kreasi.
Berkaitan dengan hal tersebut mendefinisikan pendapatan adalah sebagai Seluruh
penerimaan baik berupa uang ataupun barang baik dari pihak lain maupun dari
hasil sendiri, dengan jalan dinilai sejumlah atas harga yang berlaku saat ini.
Berdasarkan penggolongannya, BPS membedakan pendapatan penduduk menjadi
4 golongan yaitu:
jika pendapatan rata-rata lebih dari Rp. 3.500.000,00 perbulan
2. Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara
Rp. 2.500.000,00 s/d Rp. 3.500.000,00 perbulan
3. Golongan Pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata
dibawah antara Rp. 1.500.000 s/d Rp. 2.500.000, 00 perbulan.
4. Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata Rp.
1.500.000,00 perbulan (Wijaksana,1992: 52)
Berdasarkan kategori tersebut, dapat dikatakan bahwa pendapatan juga
sangat berpengaruh terhadap tingkat ekonomi seseorang. Apabila seseorang
mempunyai pendapatan yang tinggi, maka dapat dikatakan bahwa tingkat
ekonominya tinggi juga. Disamping memiliki penghasilan pokok setiap keluarga
biasanya memiliki penghasilan lain yang meliputi penghasilan tambahan dan
penghasilan insidentil.
B. Perumahan
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan yaitu
kelengkapan dasar fisik lingkungan, misalnya penyediaan air minum, pembuangan
sampah, tersedianya listrik, telepon, jalan, yang memungkinkan lingkungan
pemukiman sebagai mana mestinya.
Rumah adalah tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul, dan membina
rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung keluarga dan
menyimpan barang berharga, dan rumah juga sebagai status lambing sosial
(Mukono,2000: 25). Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992).Menurut WHO (World
Health Organization), rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat
berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta
keadaan sosialnya baik untuk kesehatan kelu arga dan individu (Komisi WHO
Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).
Menurut American Public Health Association (APHA) rumah dikatakan
sehat apabila : (1) Memenuhi kebutuhan fisik dasar seperti temperatur lebih rendah
dari udara di luar rumah, penerangan yang memadai, ventilasi yang nyaman, dan
kebisingan 45-55 dB.A, (2) Memenuhi kebutuhan kejiwaan, (3) Melindungi
penghuninya dari penularan penyakit menular yaitu memiliki penyediaan air bersih,
sarana pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah yang saniter dan
memenuhi syarat kesehatan, serta (4) Melindungi penghuninya dari kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan bahaya kebakaran, seperti fondasi rumah yang kokoh,
tangga yang tidak curam, bahaya kebakaran karena arus pendek listrik, keracunan,
bahkan dari ancaman kecelakaan lalu lintas (Sanropie, 1992: 55 dan Azwar, 1996 :
64).
Berdasarkan Undang-undang No 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman, terdapat beberapa pengertian dasar, yaitu:
1. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian
dan sarana pembinaan keluarga.
2. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempal tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan
sarana lingkungan.
3. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung,
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
4. Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai
bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana
lingkungan yang terstruktur.
5. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang
memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana
mestinya.
6. Rumah sebagai bangunan yang merupakan bagian dari suatu pemukiman
yang utuh dan tidak semata-mata merupakan tempat bernaung untuk
melindungi diri dari segala bahaya, gangguan, dan pengaruh fisik belaka,
melainkan juga tempat tinggal, tempat beristirahat setelah menjalani
perjuangan hidup sehari-hari
7. Permukiman adalah satuan kawasan perumahan lengkap dengan prasarana
lingkungan, prasarana umum, dan fasilitas sosial yang mengandung
keterpaduan kepentingan dan keselarasan pemanfaatan sebagai lingkungan
kehidupan
8. Perumahan dan pemukiman merupakan kesatuan fungsional, sebab
pembangunan perumahan harus berlandaskan suatu pola pemukiman yang
menyeluruh, yaitu tidak hanya meliputi pembangunan fisik rumah saja,
melainkan juga dilengkapi dengan prasarana lingkungan, sarana umum dan
fasilitas sosial, terutama di daerah perkotaan yang mempunyai permasalahan
Pengertian mengenai perumahan adalah kelompok rumah yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi
dengan prasarana dan sarana lingkungan. (Sastra, 2006:29)
Adapun Persyaratan Perumahan dan Permukiman adalah:
1. Persyaratan Dasar Perumahan
Menurut SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan lokasi lingkungan perumahan harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
a. Lokasi perumahan harus sesuai dengan rencana peruntukan lahan yang diatur
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat atau dokumen
perencanaan lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah setempat, dengan
kriteria sebagai berikut:
1) Kriteria keamanan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi
tersebut bukan merupakan kawasan lindung (catchment area), olahan
pertanian, hutan produksi, daerah buangan limbah pabrik, daerah bebas
bangunan pada area Bandara, daerah dibawah jaringan listrik tegangan
tinggi.
2) Kriteria kesehatan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi
tersebut bukan daerah yang mempunyai pencemaran udara di atas ambang
batas, pencemaran air permukaan dan air tanah dalam.
3) Kriteria kenyamanan, dicapai dengan kemudahan pencapaian (aksesibilitas),
kemudahan berkomunikasi (internal/eksternal, langsung atau tidak
langsung), kemudahan berkegiatan (prasarana dan sarana lingkungan
4) Kriteria keindahan/ keserasian/ keteraturan (kompatibilitas), dicapai dengan
penghijauan, mempertahankan karakteristik topografi dan lingkungan yang
ada, misalnya tidak meratakan bukit, mengurug seluruh rawa atau danau/
setu/ sungai/ kali dan sebagainya;
5) Kriteria fleksibilitas, dicapai dengan mempertimbangkan kemungkinan
pertumbuhan fisik/ pemekaran lingkungan perumahan dikaitkan dengan
kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana.
6) Kriteria keterjangkauan jarak, dicapai dengan mempertimbangkan jarak
pencapaian ideal kemampuan orang berjalan kaki sebagai pengguna
lingkungan terhadap penempatan sarana dan prasarana-utilitas lingkungan.
7) Kriteria lingkungan berjati diri, dicapai dengan mempertimbangkan
keterkaitan dengan karakter sosial budaya masyarakat setempat, terutama
aspek kontekstual terhadap lingkungan tradisional/ lokal setempat.
b. Lokasi perencanaan perumahan harus berada pada lahan yang jelas status
kepemilikannya, dan memenuhi persyaratan administratif, teknis dan ekologis.
Keterpaduan antara tatanan kegiatan dan alam di sekelilingnya, dengan
mempertimbangkan jenis, masa tumbuh dan usia yang dicapai, serta pengaruhnya
terhadap lingkungan, bagi tumbuhan yang ada dan mungkin tumbuh di kawasan
yang dimaksud.
2. Persyaratan Dasar Permukiman
Suatu bentuk permukiman yang ideal di kota merupakan pertanyaan yang
menghendaki jawaban yang bersifat komprehensif, sebab perumahan dan
terdiri dari berbagai aspek. Sehingga dapat dirumuskan secara sederhana tentang
ketentuan yang baik untuk suatu permukiman yaitu harus memenuhi sebagai berikut:
a. Lokasinya sedemikian rupa sehingga tidak terganggu oleh kegiatan lain
seperti pabrik, yang umumnya dapat memberikan dampak pada
pencemaran udara atau pencemaran lingkungan lainnya
b. Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan seperti pelayanan
pendidikan, kesehatan, perdagangan, dan lain-lain
c. Mempunyai fasilitas drainase, yang dapat mengalirkan air hujan dengan
cepat dan tidak sampai menimbulkan genangan air walaupun hujan yang
lebat sekalipun
d. Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi
yang siap untuk disalurkan ke masing-masing rumah
e. Dilengkapi dengan fasilitas air kotor/ tinja yang dapat dibuat dengan
sistem individual yaitu tanki septik dan lapangan rembesan, ataupun
tanki septik komunal
f. Permukiman harus dilayani oleh fasilitas pembuangan sampah secara
teratur agar lingkungan permukiman tetap nyaman
g. Dilengkapi dengan fasilitas umum seperti taman bermain bagi
anak-anak, lapangan atau taman, tempat beribadat, pendidikan dan kesehatan
sesuai dengan skala besarnya permukiman itu.
C. Pendidikan
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan
datang. Pada dasarnya pengertian pendidikan sesuai dengan Undang-undang
Sisdiknas No.20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat.
Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’
dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses
atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Menurut Ki Hajar Dewantara yang tak lain adalah Bapak Pendidikan Nasional
Indonesia menjelaskan tenta
tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai
manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan
kebahagiaan setinggi-tingginya.
Dari beberapa pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan
adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada
perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup
D. Kesehatan
Pengertian Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948
menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai suatu keadaan fisik,
mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau
kelemahan. Pada tahun 1986, WHO, dalam Piagam Ottawa untuk Promosi
Kesehatan, mengatakan bahwa pengertian kesehatan adalah “sumber daya bagi
kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup Kesehatan adalah konsep positif
menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik.
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.Upaya
kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.
E. Sandang dan Pangan.
Sandang adalah pakaian manusia.Pakaian menjadi kebutuhan primer
pertamawalaupun manusia tidak bisa hidup tanpa pakaian, tetapi karena manusia
adalah makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat sehingga pakaian adalah hal
yang paling penting.Sedangkan pangan adalah sumber makanan bagi manusia dan
merupakan kebutuhan primer.Pangan ini meliputi pekerjaan dan hal-hal serupa yang
bertujuan menghasilkan pangan bagi kehidupan manusia. Manusia hidup dalam
masyarakat pasti butuh bekerja untuk memperoleh nafkah.
F. Interaksi sosial
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut
dengan kelompok. Tanpa adanya interkasi sosial maka tidak akan mungkin ada
kehidupan bersama. Proses sosial adalah suatu interaksiatau hubungan timbal balik
atau saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung sepanjang hidupnya
didalam amasyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, proses sosial diartikan sebagai
cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika individu dan kelompok-kelompok
sosial saling bertemu serta menentukan sistem dan bentuk hubungan sosial.
Menurut Shaw, interaksi sosial adalah suatu pertukaran antarpribadi yang
masing- masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran
mereka, dan masing- masing perilaku mempengaruhi satu sama lain. Hal senada juga
dikemukan oleh Thibaut dan Kelley bahwa interaksi sosial sebagai peristiwa saling
mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka
menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi
dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu
lain.
pada tanggal 1 September 2014).
2.3 Adaptasi Bertahan
Adaptasi merupakan proses perubahan yang dilakukan para buruh harian
lepas dengan situasi lingkungan yang berubah. Sedangkan adapatsi struktural
merupakan perubahan aplikasi tindakan, kebiasaan para buruh harian lepas dalam
menanggapi perubahan lingkungan untuk mempertahankan hidupnya.strategi
adaptasi yaitu cara-cara atau tindakan yang dilakukan oleh buruh harian lepas untuk
mempertahankan hidupnya dengan tetap eksis sebagai buruh harian lepas.
Edi Suhartono seorang pengamat masalah kemiskinan dari IPB, menyatakan
menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai masalah yang melingkupi
kehidupannya. Dalam konteks keluarga miskin, strategi penanganan masalah ini pada
dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam mengelola
segenap aset yang dimilikinya.Bisa juga disamakan dengan kapabilitas keluarga
miskin dalam menanggapi goncangan dan tekanan (Shock and Stress)
(Suhartono.2007. http://www.policy.hu diakses tanggal 20 Oktober 2014 pukul 19:00
wib).
Berdasarkan konsepsi ini, Moser membuat kerangka analisis yang disebut
“The Aset Vurnerability”. Kerangka ini meliputi berbagai pengelolaan aset yang
digunakan untuk melakukan penyesuaian dan pengembangan strategi tertentu dalam
mempertahankan kelangsungan hidup seperti:
a. Aset Tenaga Kerja (labour Asets)
Misalnya meningkatkan keterlibatan wanita dan anak dalam keluarga
untuk bekerja membantu ekonomi rumah tangga.
b. Aset Modal Manusia (Human Capital Asets)
Misalnya memanfaatkan status kesehatan yang dapat menentukan
kapasitas orang atau bekerja atau ketrampilan dan pendidikan yang
menentukan umpan balik atau hasil kerja (return) terhadap tenaga yang
dikeluarkannya.
c. Aset Produktif (Productive Asets)
Misalnya menggunakan rumah, sawah, ternak, tanaman, untuk keperluan
d. Aset Relasi Rumah Tangga atau Keluarga (Household Relation Asets)
Misalnya memanfaatkan jaringan dan dukungan dari sistem keluarga
besar, kelompok etnis, migrasi tenaga kerja dan mekanisme “uang
kiriman” (remiitances).
e. Aset Modal Sosial ( Sosial Capital Asets)
Misalnya memanfaatkan lembaga-lembaga lokal, arisan dan pemberi
kredit informasi dalam proses dan sistem perekonomian keluarga.
Selanjutnya Edi Suhartono menyatakan adaptasi bertahan hidup atau strategi
dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan dengan berbagai
cara yang dapat dikelompokkan menjadi 3 cara yaitu:
1. Strategi aktif yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga
untuk (Misalnya melakukan aktivitasnya sendiri, memperpanjang jam
kerja, memanfaatkan sumber atau tanaman liar di lingkungan sekitar atau
sebagainya).
2. Strategi pasif yaitu mengurangi pengeluaran keluarga (Misalnya
pengeluaran sandang, pangan,pendidikan dan sebagainya).
3. Strategi jalinan misalnya menjalin relasi, baik secara informal maupun
formal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan
(Misalnya meminjam uang tetangga, meminjam uang ke rentenir atau
bank dan sebagainya).
(Suhartono. 2007. http://www.policy.hu diakses tanggal 20 Oktober 2014
pukul 19:56 Wib)
Sebagian besar peneliti mengenai adaptasi bertahan menggunakan keluarga
atau rumah tangga sebagai unit analisis.Meskipun istilah keluarga dan rumah tangga
hubungan normatif antara orang-orang yang memiliki ikatan biologis, sedangkan
rumah tangga pada sekumpulan orang yang hidup satu atap namun tidak selalu
memiliki hubungan darah.Baik anggota keluarga maupun rumah tangga umumnya
memiliki kesempatan untuk menggunakan sumber-sumber yang dimilikinya secara
bersama-sama.
Konsep mata pencaharian (Livelihood) sangat penting dalam memahami
adaptasi bertahan karena merupakan bagian dari atau kadang-kadang dianggap sama
dengan strategi mata pencaharian (Livelihood Strategies). Suatu mata pencaharian
meliputi pendapatan (baik yang bersifat tunai maupun barang), lembaga-lembaga
sosial, relasi gender, hak-hak kepemilikan yang diperlukan guna mendukung dan
menjamin kehidupan.Suatu kehidupan ditunjang oleh interaksi antara orang, asset
nyata dan asset yang tidak nyata. Orang menunjuk pada kemampuan mencari nafkah
(Livelihood Capabilities) asset nyata menunjuk pada simpanan (makanan, emas,
tabungan) dan sumber-sumber (tanah, air, sawah, tanaman, binatang ternak)
sedangkan assettidak nyata menunjuk pada klaim dan akses yang merupakan
kesempatan-kesempatan untuk menggunakan sumber, simpanan, pelayanan,
informasi, barang-barang, teknologi, pekerjaan, dan pendapatan.
Strategi yang dilakukan keluarga miskin dalam mengadaptasi naiknya harga
kebutuhan pokok:
1. Pengontrolan konsumsi dan pengeluaran yaitu mengurangi jenis dan pola
makan, membeli barang-barang murah, mengurangi pengeluaran untuk
pendidikan dan kesehatan, mengurangi kunjungan ke desa, memperbaiki
rumah atau alat-alat rumah tangga sendiri
2. Pengubahan komposisi keluarga
4. Sistem gotong royong diantara anggota keluarga dan anggota masyarakat
dalam mengelola makanan dan sumber daya manusia pada masa krisis
5. Penggantian makanan yang dikonsumsi dengan yang lebih murah atau
terjangkau misalnya: mengganti ikan dengan telur
6. Penjualan simpanan benda-benda berharga seperti emas, perabot rumah
tangga untuk memperoleh tambahan uang
7. Penjualan asset produktif seperti tanah, binatang ternak untuk
memperoleh tambahan uang
8. Peminjaman kredit dari bank, anggota keluarga, pedagang atau lintah
darat
9. Produksi dan perdagangan skala kecil seperti membuka warung atau
kedai
10. Pemanfaatan bantuan pemerintah dimasa krisis misalnya melalui
program Jaringan Pengamanan Sosial (JPS) (Miles. 2011.
http://www.damandiri.or.id diakses tanggal 20 Oktober 2014 pukul 20:22
Wib)
2.4Kesejahteraan Sosial
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
menyebutkan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan
material, spiritual, dan sosial warga negara dan dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Menurut Suharto (2009:1) pengertian kesejahteraan sosial sebagai berikut
:Kesejahteraan sosial adalah suatu institusi atau bidang kegiatan yang melibatkan