• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas di Kelurahan Muliorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas di Kelurahan Muliorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

KONDISI KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI BURUH

HARIAN LEPAS DI KELURAHAN MULIOREJO

KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI

SERDANG

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh

ROLANDO MANALU

100902010

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

HALAMAN PERSETUJUAN

Hasil skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh :

Nama : Rolando Manalu

NIM : 100902010

Program Studi : Ilmu Kesejahteraan Sosial

Judul : Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas di Kelurahan Muliorejo Kecamatan

Sunggal Kabupaten Deli Serdang

Medan, Januari 2015 Pembimbing Skripsi

Mastauli Siregar S.Sos, M.Si. NIP 19710207200112 2 001

Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

Hairani Siregar, S.Sos, MSP NIP 19710927199801 2 001

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Rolando Manalu NIM : 100902010

ABSTRAK

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 98 Halaman, dan 13 Tabel)

Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah menggambarkan kondisi kehidupan buruh harian lepas sebagai sumber tenaga kerja dalam proses produksi komoditi pertanian yang merupakan hasil utama dari daerah Muliorejo. Kondisi kehidupan sosial ekonomi dalam penelitian ini dilihat melalui indikator kondisi pendapatan, pangan, perumahan, kesehatan , pendidikan anak serta strategi yang digunakan oleh para buruh untuk tetap bertahan dengan pendapatan yang minim.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana informan utama dalam penelitian ini adalah buruh harian lepas di Desa Muliorejo yang merupakan salah satu bagian dari Kecamatan Sunggal kabupaten Deli Serdang sebanyak tiga orang, satu informan Kunci, yaitu Mandor/Pengguna jasa buruh harian lepas dan satu informan tambahan yaitu orang yang berdomisili atau tinggal di daerah sekitar lingkungan buruh harian lepas. Teknik pengumpulan data dengan studi pustaka, studi lapangan, wawancara mendalam dan observasi. Data yang didapat di lapangan kemudian dianalisis oleh peneliti yang dijelaskan secara kualitaif, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka penulis dapat mengatakan bahwa pendapatan buruh harian lepas masih sangat rendah sehingga mereka harus berusaha memenuhi kebutuhan keluarga dengan melakukan strategi seperti mencari pekerjaan sampingan. Kondisi pangan pada umumnya hanya seadanya dan kurang memenuhi standard gizi, walaupun mereka bekerja di sektor pertanian tetapi sebagian besar dari mereka masih membeli bahan makanan. Kondisi perumahan pada umumnya adalah menyewa dengan kondisi fisik semi permanen dan papan serta hanya memiliki satu kamar tidur. Apabila keluarga menderita sakit biasanya hanya dibawa ke puskesmas atau membeli obat di warung karena lebih efektif. Sedangkan anak dalam keluarga hanya hanya sebagian kecil yang dapat melanjutkan sekolah sampai ke tingkat Perguruan tinggi, tamat SMA saja mereka sudah sangat bersyukur. Karena pendapatan yang minim maka para buruh harian lepas ini memerlukan adaptasi bertahan yaitu dengan mengoptimalkan sumber daya manusia, pengontrolan konsumsi dan pengeluaran, serta pemanfaatan jaringan.

(4)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF WELFARE SOCIAL SCIENCE Nama : Rolando Manalu

NIM : 100902010

ABSTRACK

(This thesis consist of 6 chapters, 98 Pages, and 13 Tables)

The problem addressed in this paper is to describe the living conditions of casual workers as a source of labor in the production process of agricultural commodities which is the main result of Muliorejo area. Socio-economic conditions of life in this study viewed through a condition indicator of income, food, housing, health, education of children and the strategies used by the workers to survive with minimal income.

This research is descriptive, where key informants in this study were casual laborers in the village Muliorejo which is one part of the District of Deli Serdang Sunggal three people, one Key informants, ie Foreman / User services for casual laborers and one additional informants that is, those who live or lived in the area around the neighborhood casual laborers. Data collection techniques to the study of literature, field studies, in-depth interviews and observation. The data obtained in the field and then analyzed by the researchers explained in Qualitative, which in turn can be deduced from the results of these studies.

Based on research by the authors can say that revenue for casual laborers is still very low so they have to try to meet the needs of families with a strategy like looking for a second job. Food conditions in general are basic and not meet nutritional standards, even though they work in the agricultural sector but most of them still buy groceries. Housing conditions in general are renting the physical condition of semi-permanent and board and only has one bedroom. When family illness usually only brought to the clinic or buy medicine in the shop because it is more effective. While children in the family only a small proportion can only attend school up to university, graduated from high school they have been very grateful. Because income is minimal then the casual laborers require adaptations to survive is to optimize human resources, controlling the consumption and expenditures, as well as network utilization.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat

pertolonganNya serta kasihNya yang senantiasa melindungi, menyertai, memimpin

dan menguatkan penulis sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “ KONDISI KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI BURUH

HARIAN LEPAS DI KELURAHAN MULIOREJO KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG”.

Penulis menyadari sepenuhnya dengan segala keterbatasan kemampuan,

pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, sehingga skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna. Demi penyempurnaannya, penulis mengharapkan kritik, saran dan

masukan dari semua pihak yang berkompeten dalam bidang ini.

Pada kesempatan ini, secara khusus penulis menyampaikan rasa hormat dan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Orangtuaku, Joswin Manalu dan Renta

Sibarani yang dengan penuh cinta kasih dan perjuangan mulai dari merawat, membesarkan, mendidik, mendukung, serta selalu berupaya memenuhi kebutuhan

penulis. Semoga mamak dan bapak diberikan kesehatan, umur yang panjang serta

sukacita didalam Tuhan. Semoga apa yang penulis berikan ini dapat menambah

kebanggaan bagi orang tua saya.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu dan memberikan motivasi dan dukungan baik melalui kata-kata

penguatan, dukungan moril maupun materil. Oleh karena itu dengan segala

(6)

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.SP selaku Ketua Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara.

3. Ibu Mastauli Siregar, S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

berkenan meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing dan

mengarahkan penulis sejak awal penyusunan hingga selesainya skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial, terimakasih buat ilmu dan

pengetahuan yang telah diberikan kepada saya.

5. Seluruh Pegawai Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU, Ibu

Zuraida, Bg Ria & Kak Debi yang telah membantu penulis dalam proses

administrasi selama masa perkuliahan.

7. Bapak Muhammad Harmain S.Ag selaku Lurah di Pemerintahan Desa

Muliorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang yang telah dengan

senang hati menyambut kehadiran penulis dalam segala urusan administrasi.

8. Buat Kakakku Juwita Duma Manalu, adikku Edwin Nandito Manalu, dan

jagoan kecilku Bastian Manalu. terimakasih buat dukungan semangatnya.

Sukses ya buat kita empat, biar bisa buat bangga mamak dan bapak.

9. Buat teman-teman seperjuangan yang sekiranya telah meninggalkanku di

perebutan gelar sarjana ini: Meisyah Rahmat Hura S.Sos (Bupati Nias),

terimakasih bang buat bantuannya selama ini. Michael Hura, Anton Purba

(7)

Jonathan, Nanda, Halason, Iqbal, Intan Ceskus, Gondrong, Helen, Ummy

Raisa, clara, Kristin, Dian, Sartika, Riada, Silva dan teman-teman 2010 yang

tidak bisa disebutkan satu persatu.

10. Buat sahabatku yang lagi ngejar target: Rizky try Nanda, Fahmi N pulungan,

Kyrez, Lamsar Gultom, Muhklis, Ismail, Johan, Dedek, Puri, Laeku Yan

Vetansyah Samosir. Ayoo.. Semangaaat kawan-kawan.

11. Buat senior 09 & teman-teman peserta dinas malam: Bg Andan Sidabutar, Bg

Octo Gultom, Bg Budi (buring), prof Surya Pakpahan, Bg Rizky Simamora,

Bg Jones a.k.a Kelling, Bg Yando Abangda, Bg marmen, Bg Adin, Bg Brema

Mohank, Bg Evan Kenbla Pinem, Komandan Dandim Exo Dams (mantan

pasukan ZENI “czi” TNI-AD) dan tak terlupakan juga Abangda Meychael

David Simanjuntak (M.Diego), terimakasih atas bantuannya selama

perkuliahan. Dan junior jogal: dek Simon ‘012, dk Simon ‘011 (rock star

cacad), Colombus’012 (aparaku), dek Mario’014 dll.

12. Buat teman-teman sependeritaan: Abangda Linggom Napitupulu (penasihat),

Clinton Hutabarat (Leader komunitas propolis), Danil Sinaga (jomblo sejati),

Jhonery Pakpahan (gila tentara), Aldo Marbun (Lewer), Febri dan Ganda

(anak band). Kayaknya udah bisa di beton Gubuk derita kita itu supaya kalau

hujan gak kebasahan kita.. hahahaha..

13. Buat teman-teman Remaja/ Pemuda’I Gereja Oikumene Sei Semayang :

Arneliis (sekretaris). Angel (bendahara), Novita (wakil ketua), Riska

(koordinator kerohanian) dll. Terimakasih buat dukungan dan doanya selama

(8)

14. Buat kawan-kawan NHKBP Immanuel: Bg Victor Marpaung, Wisna Harianja,

Putri Tambunan, Bg Wanto siregar, Daniel Siregar, Erick Sinaga, Devi

Simanjuntak, Litna Tarigan dll. Maaf kalau sering timbul

hilang-timbul. hahahaha

15. Buat Diindooot, terimakasih atas dukungan, doa & semangatnya ya.

Kayaknya udah bisa bilang sayang aja lah abang, cepat-cepat wisudanya ya

hahahahaha.

16. Seluruh responden yang telah meluangkan waktunya membantu penulis

selama mengadakan penelitian, penulis mengucapkan terimakasih banyak

untuk data dan informasi yang telah diberikan.

Terimakasih atas semua Doa, dukungan & semangat yang penulis terima

selama ini. Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam

penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan dan saran

yang sifatnya membangun dari semua pihak, guna menyempurnakan skripsi ini agar

menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih dan semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Januari 2015

Rolando Manalu

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

ABSTRACK...ii

KATAPENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...vii

DAFTAR TABEL...x

DAFTAR BAGAN...xi

DAFTAR LAMPIRAN...xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Perumusan Masalah ...10

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian...10

1.3.1 Tujuan Penelitian...10

1.3.2 Manfaat Penelitian...10

1.4 Sistematika Penulisan...11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buruh Harian Lepas...12

2.2 Kehidupan Sosial Ekonomi...15

2.2.1 Pengertian Kehidupan Sosial dan Ekonomi...15

2.2.2 Indikator Sosial Ekonomi...18

2.3 Adaptasi Bertahan ...28

2.4 Kesejahteraan Sosial...32

2.5 Kerangka Pemikiran...34

2.6 Definisi Konsep...37

(10)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian...42

3.2 Pendekatan Penelitian dan Kedudukan Penelitian...42

3.3 Lokasi Penelitian...43

3.4 Unit Analisis dan Informan...44

3.4.1 Unit Analisis...44

3.4.2 Informan...44

3.5 Teknik Pengumpulan Data...45

3.6 Teknik Analisis Data...46

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Kelurahan Muliorejo...48

4.2 Keadaan Geografis...49

4.2.1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin...50

4.2.2 Komposisi Penduduk Menurut Usia...51

4.2.3 Komposisi Penduduk Menurut Agama...52

4.2.4 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan...53

4.2.5 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian...54

4.3 Potensi Kelurahan Muliorejo...55

4.3.1 Produksi Pertanian...55

4.3.2 Produksi Peternakan...56

4.4 Sarana dan Prasarana...56

4.4.1 Sarana Jalan...56

4.4.2 Sarana Transportasi...57

4.4.3 Sarana Pemasaran dan Usaha...57

4.4.4 Sarana Kesehatan...58

4.4.5 Sarana Peribadatan...59

4.4.6 Sarana Pendidikan...60

4.4.7. Prasarana Hiburan dan Rekreasi...61

(11)

BAB V ANALISA DATA

5.1 Identitas Responden...64

5.1.1 Informan Kunci...64

5.2 Live Story...65

5.2.1 Informan Utama I...65

5.2.2 Informan Utama II...68

5.2.3 Informan Utama III...71

5.2.4 Informan Tambahan...74

5.3 Kondisi Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas...75

5.3.1 Kondisi Pendapatan...76

5.3.2 Kondisi Perumahan...78

5.3.3 Kondisi Pendidikan...80

5.3.4 Kondisi Kesehatan...82

5.3.5 Kondisi Sandang dan Pangan...84

5.3.6 Lingkungan/ Interaksi...86

5.4 Adaptasi Bertahan...87

5.4.1 Adaptasi Bertahan Aktif atau Optimalisasi Sumber Daya Manusia88 5.4.2 Adaptasi Bertahan Pasif Pengontrolan Konsumsi dan Pengetatan Pengeluaran...89

5.4.3 Pemanfaatan Jaringan...91

BAB VI PENUTUP 6.1 Pengantar...93

6.1.1 Kesimpulan...93

6.1.2 Saran...97

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pemanfaatan Tanah Di Kelurahan Muliorejo

Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Menurut Usia

Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Menurut Agama

Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Penduduk

Tabel 4.6 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Tabel 4.7 Produksi Pertanian Per Tahun

Tabel 4.8 Produksi Peternakan Per Tahun

Tabel 4.9 Sarana Pemasaran Dan Usaha

Tabel 4.10 Sarana Kesehatan

Tabel 4.11 Sarana Peribadatan

Tabel 4.12 Sarana Pendidikan

(13)

DAFTAR BAGAN

Bagan Alur Pemikiran...36

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Pedoman Wawancara

Lampiran II : Pengajuan dan Persetujuan Judul Skripsi

Lampiran III : SK Dosen Pembimbing

Lampiran IV : Berita Acara Seminar Proposal Penelitian

Lampiran V : ACC Lapangan

Lampiran VI : Surat Pengantar Izin Penelitian dari FISIP

Lampiran VII : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

(15)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Rolando Manalu NIM : 100902010

ABSTRAK

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 98 Halaman, dan 13 Tabel)

Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah menggambarkan kondisi kehidupan buruh harian lepas sebagai sumber tenaga kerja dalam proses produksi komoditi pertanian yang merupakan hasil utama dari daerah Muliorejo. Kondisi kehidupan sosial ekonomi dalam penelitian ini dilihat melalui indikator kondisi pendapatan, pangan, perumahan, kesehatan , pendidikan anak serta strategi yang digunakan oleh para buruh untuk tetap bertahan dengan pendapatan yang minim.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana informan utama dalam penelitian ini adalah buruh harian lepas di Desa Muliorejo yang merupakan salah satu bagian dari Kecamatan Sunggal kabupaten Deli Serdang sebanyak tiga orang, satu informan Kunci, yaitu Mandor/Pengguna jasa buruh harian lepas dan satu informan tambahan yaitu orang yang berdomisili atau tinggal di daerah sekitar lingkungan buruh harian lepas. Teknik pengumpulan data dengan studi pustaka, studi lapangan, wawancara mendalam dan observasi. Data yang didapat di lapangan kemudian dianalisis oleh peneliti yang dijelaskan secara kualitaif, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka penulis dapat mengatakan bahwa pendapatan buruh harian lepas masih sangat rendah sehingga mereka harus berusaha memenuhi kebutuhan keluarga dengan melakukan strategi seperti mencari pekerjaan sampingan. Kondisi pangan pada umumnya hanya seadanya dan kurang memenuhi standard gizi, walaupun mereka bekerja di sektor pertanian tetapi sebagian besar dari mereka masih membeli bahan makanan. Kondisi perumahan pada umumnya adalah menyewa dengan kondisi fisik semi permanen dan papan serta hanya memiliki satu kamar tidur. Apabila keluarga menderita sakit biasanya hanya dibawa ke puskesmas atau membeli obat di warung karena lebih efektif. Sedangkan anak dalam keluarga hanya hanya sebagian kecil yang dapat melanjutkan sekolah sampai ke tingkat Perguruan tinggi, tamat SMA saja mereka sudah sangat bersyukur. Karena pendapatan yang minim maka para buruh harian lepas ini memerlukan adaptasi bertahan yaitu dengan mengoptimalkan sumber daya manusia, pengontrolan konsumsi dan pengeluaran, serta pemanfaatan jaringan.

(16)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF WELFARE SOCIAL SCIENCE Nama : Rolando Manalu

NIM : 100902010

ABSTRACK

(This thesis consist of 6 chapters, 98 Pages, and 13 Tables)

The problem addressed in this paper is to describe the living conditions of casual workers as a source of labor in the production process of agricultural commodities which is the main result of Muliorejo area. Socio-economic conditions of life in this study viewed through a condition indicator of income, food, housing, health, education of children and the strategies used by the workers to survive with minimal income.

This research is descriptive, where key informants in this study were casual laborers in the village Muliorejo which is one part of the District of Deli Serdang Sunggal three people, one Key informants, ie Foreman / User services for casual laborers and one additional informants that is, those who live or lived in the area around the neighborhood casual laborers. Data collection techniques to the study of literature, field studies, in-depth interviews and observation. The data obtained in the field and then analyzed by the researchers explained in Qualitative, which in turn can be deduced from the results of these studies.

Based on research by the authors can say that revenue for casual laborers is still very low so they have to try to meet the needs of families with a strategy like looking for a second job. Food conditions in general are basic and not meet nutritional standards, even though they work in the agricultural sector but most of them still buy groceries. Housing conditions in general are renting the physical condition of semi-permanent and board and only has one bedroom. When family illness usually only brought to the clinic or buy medicine in the shop because it is more effective. While children in the family only a small proportion can only attend school up to university, graduated from high school they have been very grateful. Because income is minimal then the casual laborers require adaptations to survive is to optimize human resources, controlling the consumption and expenditures, as well as network utilization.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Setiap negara memiliki tugas untuk menciptakan kesejahteraan bagi

rakyatnya. Salah satu syarat yang dapat memenuhinya adalah melalui pertumbuhan

ekonomi. Pertumbuhan ekonomi antar negara, yang bertepatan dengan ekonomi

global akan memicu tumbuhnya persaingan ketenagakerjaan. Ketenagakerjaan tidak

lepas dari pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal, mampu bersaing

dengan tenaga kerja lainnya.

Pertumbuhan ekonomi adalah prasyarat untuk meningkatkan lapangan kerja

produktif; ini merupakan hasil gabungan dari peningkatan dalam kesempatan kerja

dan peningkatan dalam produktifitas tenaga kerja. Oleh karena itu, tingkat

pertumbuhan ekonomi menetapkan batasan absolut dimana pertumbuhan dalam

kesempatan kerja dan pertumbuhan dalam produktivitas tenaga kerja dapat terjadi.

Persaingan tenaga kerja yang semakin hari semakin ketat dan sedikitnya

lapangan kerja menyebabkan timbulnya banyak pengangguran. Pengangguran ini

disebabkan oleh daya saing yang lebih ketat dan juga dalam sebuah persaingan

tersebut yang diutamakan adalah sumber daya manusianya. Rendahnya tingkat

pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukan kita dalam kualitas pekerjaan

dan sumber daya manusia. Untuk memenuhi kebutuhan setiap orang yang

menganggur terpaksa bekerja di sektor informal.

Meluasnya fenomena sektor dan informalisasi tenaga kerja di Indonesia

merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Hal ini dipandang positif dalam kerangka

perekonomian sebagai unsur dinamis yang patut dipelihara dan ditumbuh

(18)

dipandang negatif ketika menyangkut prospek jaminan sosial dan pengorganisasian

buruh.

Struktur relasi buruh dengan majikan informal diwarnai oleh perjanjian lisan,

ketergantungan usaha kecil terhadap usaha yang besar, kualitas sumber daya yang

rendah dan ketidakadilan pada jalur perdagangan, telah memunculkan karakter sektor

ekonomi informal yang tidak menguntungkan bagi perlindungan sosial-ekonomi

buruhnya. Hal tersebut dapat diukur dari pertukaran sumber daya antara buruh dan

majikan melalui besarnya pengupahan (Safaria dkk, 2003).

Relasi dan hubungan buruh dan majikan di sektor informal biasanya

merupakan relasi kerja berdasarkan perjanjian yang tidak tertulis. Jenis kontrak ini

jelas dapat merugikan pihak-pihak yang memiliki posisi tawar rendah, yakni para

buruh. Faktor yang terpenting dalam keadaan ini adalah surplus cadangan buruh dari

kalangan penganggur dan setengah menganggur, buruh di berbagai sektor informal

mau tak mau harus menerima kondisi kerja yang kurang memberikan jaminan

ekonomi.

Kondisi dan syarat kerja yang dihadapi buruh di Indonesia makin buruk. Hal

ini dapat dilihat dari upah yang rendah serta jam kerja yang panjang. Tingkat upah

buruh baru sekitar 60 - 70 persen dari nilai Kebutuhan Fisik Minimum (KFM),

sementara itu mereka harus mencurahkan 10 - 14 jam kerja perhari. Permasalahan

upah buruh merupakan penyebab utama terjadinya sengketa antar majikan dan buruh.

Ekses kelebihan penawaran tenaga kerja menyebabkan posisi tawar-menawar buruh

selalu berada pada posisi lemah dibandingkan dengan posisi pihak majikan pada

setiap sengketa perburuhan. Dalam jangka panjang, rendahnya upah buruh dapat

(19)

politik, yang pada akhirnya dapat menghambat kelangsungan pembangunan

(Suhendar, 1995:24).

Kehidupan kaum buruh di Indonesia sekarang ini memang semakin

mengalami proses pemiskinan dan semakin tidak diperhatikan hak

sosial-ekonominya. Standar kesejahteraan sosial para buruh di Indonesia juga semakin

melemah karena himpitan dampak kebijakan ekonomi pemerintah yang mengarah

kearah neo-liberalisme, seperti pencabutan produksi pada sektor non produktif

(BBM, Pupuk, Pendidikan, Kesehatan, Listrik dll), privatisasi perusahaan milik

negara, pembebasan pasar untuk barang-barang import dan penetapan

Undang-undang SDA-SDM yang lebih berpihak kekuasaan modal.

Kondisi sosial ekonomi buruh pada saat ini tidak mengalami perubahan.

Sebagai contoh kasus pada kehidupan buruh di PT. Perkebunan Nusantara II di Sei

Semayang Kelurahan Muliorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang pada

awal 2008. Dari kasus tersebut buruh pabrik gula masih hidup dengan tingkat

kesejahteraan yang minim. Berikut beberapa masalah yang dihadapi buruh kelapa

sawit di PT. Perkebunan Nusantara II di Sei Semayang Kelurahan Muliorejo

Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara antara lain:

1.Tingkat upah yang minim

Gaji mandor dengan dua strip per bulannya adalah sebesar Rp. 970.000 per

bulan. Gaji ini dipergunakan untuk menghidupi istri dengan tiga anak.Tak hanya itu,

berdasarkan pengakuan seorang buruh perempuan, ketika mereka tidak masuk

bekerja, upah mereka dipotong. “gaji untuk satu bulan sebesar Rp. 810.000 tidak

pernah saya terima total. Saya selama bekerja hanya mendapatkan Rp. 600.000. Ini

dikarenakan kami dihitung tidak masuk bekerja walaupun sudah mengajukan ijin,”

(20)

2. Asuransi kesehatan yang tidak pernah terjamin

Jika seorang buruh sakit, perusahaan tidak akan menanggung biaya

pengobatan. Seorang buruh menuturkan bahwa dia pernah sakit selama 2 bulan dan

semua biaya ditanggung sendiri. Selama sakit, perusahaan tidak memperhatikan

keadaannya sama sekali.

3. Keselamatan kerja

Pihak perusahaan juga tidak menyediakan perlengkapan bagi para buruh

semprot seperti sarung tangan, masker, baju plastik dan sepatu boot. Salah

seorang buruh menuturkan pernah mengalami keracunan saat menyemprot.Selain

keracunan, buruh lainnya pun pernah mengalami kecelakaan berupa tertimpa kayu

hingga pingsan. Dalam kasus ini, perusahaan tidak memberikan sama sekali biaya

pengobatan selama berada di rumah sakit.

4. Ancaman saat bekerja

Selama bekerja, para buruh kerap mendapat ancaman bila tidak bekerja

dengan produktif. Mereka menuturkan bahwa ancaman berupa pemecatan dan

membanding-bandingkan kinerja dengan suku lain. Konsekuensi dari hal ini, mereka

sangat takut bila tidak masuk bekerja karena khawatir akan dipecat atau digantikan

oleh orang lain (Manalu, 2008).

Kemiskinan merupakan masalah global yang dipengaruhi oleh berbagai

faktor yang saling berkaitan satu sama lain seperti: Tingkat pendapatan, pendidikan,

akses terhadap barang dan jasa, kesehatan, geografis, dan kondisi lingkungan.

Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang

berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya akses ke pelayanan publik,

(21)

menguatnya arus urbanisasi, dan yang lebih parah kemiskinan menyebabkan jutaan

rakyat memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan kebutuhan pokok lainnya.

Dilihat dari pihak yang mempersoalkan dan mencoba mencari solusi atas

masalah kemiskinan, dapat dikemukakan bahwa kemiskinan merupakan masalah

pribadi, keluarga, masyarakat, negara, bahkan dunia. PBB sendiri memiliki agenda

khusus sehubungan dengan penanggulangan masalah kemiskinan. Dalam Millenium

Development Goals, institusi sejagat tersebut memiliki target tertentu sehubungan

dengan upaya penyelesaian masalah kemiskinan di muka bumi ini. Demikian halnya

dengan negara, baik tingkat pusat maupun daerah, melalui berbagai kementrian,

dinas maupun badan yang memiliki berbagai program penanggulangan kemiskinan.

Masyarakat melalui berbagai lembaga juga tidak kalah dalam memberikan

penanggulangan kemiskinan. Terlebih pribadi dan keluarga yang secara langsung

merasakan pahitnya kemiskinan itu, tentu memiliki agenda tertentu dalam upaya

mengakhiri penderitaan sebagai akibat kemiskinan. Namun, masalah kemiskinan

justru menunjukan peningkatan. Fakta juga menunjukkan anggaran pembangunan

suatu negara juga tidak selalu signifikan dengan pengurangan angka kemiskinan

(Siagian, 2012).

Seluruh upaya dan kebijakan alternatif untuk mempercepat dan memperluas

upaya pengurangan kemiskinan di Indonesia sejak tahun 2012 diintegrasikan ke

dalam MP3KI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan

Indonesia). Kebijakan ini mencakup seluruh program penanggulangan kemiskinan

yang selama ini telah ada,meliputi: Bantuan dan Perlindungan Sosial, Pemberdayaan

Masyarakat, Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah, dan yang terakhir Program

Pro Rakyat Melalui Penyediaan Prasarana/Sarana Murah. Untuk mendukung

(22)

RAPBN 2013 direncanakan alokasi anggaran Rp 106,8 triliun, meningkat lebih besar

dari dua kali lipat dibanding anggaran tahun 2007 Rp 53,1 Triliun

(http://www.anggaran.depkeu.go.id/RAPBN diakses pada tanggal 26 oktober 2014

pukul 16:55 Wib).

Aspek kehidupan manusia sangatlah kompleks sehingga dengan sendirinya

ragam dan intensitas pembangunan menjadi kompleks pula. Tuntutan masyarakat

sangat majemuk sehingga pembangunan menjadi jawaban responsive akan menjadi

jawaban majemuk pula. Salah satu dari aspek pembangunan itu adalah pembangunan

di bidang pertanian. Sebab bidang ini adalah sektor yang telah digeluti masyarakat

Indonesia sejak dahulu sehingga Indonesia dikenal sebagai negara agraris.Tetapi

perkembangan pertanian tidak merata disetiap daerah. Hal ini mendorong para

pencari kerja untuk merantau ke daerah yang memerlukan tenaga kerja di bidang

pertanian. Para pencari kerja tersebut tidak memiliki pendidikan dan ketrampilan khusus

untuk bekerja di sektor ini. Mereka hanya mengandalkan kekuatan fisik.

Peningkatan mobilitas tenaga kerja dari desa dengan sendirinya

dihubungkan dengan pola migrasi ke kota, dengan harapan lapangan pekerjaan dan

upah yang lebih besar. Kata migrasi sangat erat kaitannya dengan perkembangan

suatu daerah. Secara umum, migrasi dapat diartikan sebagai perpindahan penduduk

dari suatu tempat ke tempat lain untuk tujuan menetap. Apabila tidak terkontrol

dengan baik, migrasi dapat menyebabkan penumpukan penduduk di suatu wilayah

yang menjadi tujuan para migran yang dalam hal ini umumnya adalah daerah

perkotaan.

Sektor pertanian di Sei Semayang, khususnya di Kelurahan Muliorejo

(23)

tebu, sawit, tembakau dan coklat/kakao. Hal ini menimbulkan tumbuhnya lapangan

kerja baru bagi penduduk setempat maupun penduduk perantau. Disana kita dapat

menjumpai suatu kelompok pekerja (buruh) harian lepas. Mereka bekerja dalam

proses menanam, menyiangi, dan memanen hasil-hasil pertanian dengan upah harian.

Pagi-pagi sekali mereka harus sudah berangkat menuju tempat tersebut karena jarak

dari tempat tinggal mereka cukup jauh. Ketika mereka berangkat dari rumah, mereka

belum tahu pekerjaan apa yang akan mereka kerjakan pada hari tersebut tergantung

dari kebutuhan petani yang memerlukan mereka. Salah satu hal yang perlu diketahui

adalah tidak selamanya mereka mendapatkan pekerjaan. Hal ini disebabkan jumlah

mereka yang cukup begitu banyak.

Sejak kapan buruh harian lepas ini mulai beroperasi tidak diketahui secara

pasti.Seorang penduduk yang telah lama tinggal di daerah tersebut sejak 1987 yaitu

Sapion Sembiring mengatakan tidak mengatahui secara jelas sejak kapan BHL ini

ada di Sei Semayang. sebab ketika dia dan keluarganya menetap di sini buruh harian

lepas tersebut sudah ada disana. Sementara itu seorang petani tebu Togu Hutabarat

yang telah sering menggunakan jasa para buruh harian lepas sejak tahun 2001.

Begitu juga informasi yang penulis peroleh dari kelurahan Muliorejo tidak ada data

yang mengatakan sejak kapan BHL mulai ada. Menurut Lurah Kelurahan Muliorejo

mengatakan bahwa kehadiran para buruh seiring dengan sektor pertanian yang

berkembang di Deli Serdang terutama tebu dan sawit. Tidak bisa dibayangkan kalau

tidak ada buruh harian lepas maka sektor pertanian di Deli serdang mengalami

kepincangan, sehingga peran serta mereka dalam sektor pertanian di Deli Serdang

sangat besar.

Buruh harian lepas yang bekerja ada yang masih lajang tetapi mayoritas dari

(24)

sedangkan istri mempunyai pekerjaan lain, atau sebaliknya si istri bekerja sebagai

buruh harian lepas sedangkan si suami punya pekerjaan lain, bahkan ada juga yang

sepasang suami istri bekerja sebagai buruh harian lepas untuk memenuhi kebutuhan

rumah tangga. Para buruh ini bekerja dengan upah antara Rp 35.000 – Rp 50.000

sesuai dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Dalam seminggu para buruh bekerja

kira-kira 4-5 hari dalam seminggu. Mereka bekerja setiap hari kecuali hari minggu

yang digunakan sebagai hari untuk istirahat.

Pekerjaan merupakan salah satu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup

yang sangat esensial sekali pada hakekatnya setiap manusia mempunyai kebutuhan

hidup yang bermacam ragamnya serta tidak terbatas intensitasnya. Banyak cara yang

digunakan dalam mensistematiskan kebutuhan hidup.

Menurut Manullang sebagaimana dikutip dalam kebutuhan manusia untuk

melangsungkan hidupnya dibagi menjadi dua kategori yakni:

1. Kebutuhan Primer

adalah kebutuhan kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan

hidup seperti : makan, minum, pakaian, perumahan, kesehatan, dan

pendidikan.

2. Kebutuhan Sekunder

adalah kebutuhan yang dipergunakan untuk melengkapi kebutuhan primer

seperti : alat-alat dan perabot.

Dalam pemenuhan kebutuhannya, apa yang telah dilakukan oleh para buruh

harian lepas tidak memberikan hasil yang maksimum hal ini dapat dilihat dari

kebutuhan primer mereka yang belum terpenuhi dan kondisi perumahan yang masih

(25)

kehidupan keluarganya, tetapi muncul kesenjangan anatara harapan yang ingin

dicapai dengan kenyataan yang mereka hadapi saat itu.

Jadi untuk memenuhi kebutuhan hidup terutama kebutuhan pangan maka para

buruh harian lepas ini menggunkan metode adaptasi bertahan tetap survive dalam

mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya. Adaptasi

penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota

keluarga dalam mengelola segenap aset yang dimilikinya.

Sekian banyak issu yang membahas fenomena sosial yang dialami sebagian

besar penduduk dan masyarakat salah satunya yang dialami masyarakat petani adalah

golongan masyarakat yang berprofesi sebagai buruh pertanian atau buruh harian

lepas.Termasuk salah satu yang dimaksudkan yaitu kondisi kehidupan buruh harian

lepas di Deli serdang pada umumnya dan di Kelurahan Muliorejo pada khususnya.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya

maka penulis tertarik untuk melihat bagaimana “Kondisi Kehidupan Sosial

(26)

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang ada pada latar belakang masalah, maka penulis

merumuskan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana kondisi kehidupan sosial ekonomi buruh harian lepas di

Kelurahan Muliorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

2. Bagaimana adaptasi bertahan yang dilakukan para buruh harian lepas dalam

kehidupan sehari-hari

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran kondisi

kehidupan sosial ekonomi buruh harian lepas di Kelurahan Muliorejo Kecamatan

Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Secara akademis

Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap keilmuan dalam

menambah referensi dan kajian serta studi bagi peneliti atau mahasiswa yang

tertarik terhadap penelitian yang berkaitan dengan kondisi kehidupan sosial

ekonomi buruh harian lepas.

(27)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsi pemikiran bagi

instansi terkait dalam mengambil kebijakan dan perhatian terhadap masalah

(28)

1.4Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan secara teoritis tinjauan-tinjauan yang berkaitan

dengan penelitian yang dilakukan , kerangka pemikiran, definisi

konsep, dan definisi operasioanal.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, unit

analisis dan informan, teknik pengumpulan data serta teknik analisa

data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian dan

data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil

penelitian beserta dengan analisisnya.

(29)

Bab ini berisikan Kesimpulan dan saran yang bermanfaat

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Buruh Harian Lepas (BHL)

Buruh dapat diartikan sebagai semua orang yang bekerja dan terdaftar

namanya di perusahaan serta menerima gaji atau upah secara langsung dari

perusahaan tempat dia bekerja, baik yang aktif bekerja maupun yang sedang cuti izin

dengan perusahaan, sedang mengikuti training, berstatus buruh tetap, kontrak, harian

lepas maupun borongan. Pengertian lainnya, buruh adalah orang yang senang hati

melakukan usaha, kerja-keras, berjerih payah untuk menghasilkan produk atau

barang. Buruh adalah pemilik jasa dan orang yang melahirkan karya.Buruh bukanlah

orang yang tergelincir pada lilitan ekonomi dan tunduk dalam suatu pekerjaan, tetapi

orang yang mengaktifkan diri, berjalan terus dan aktif memenuhi kegiatan produksi.

Buruh memiliki sifat yang memberikan dan berunsur membangun, mencipta dan

menghidupkan (Steven. http://www.sulutlink.com diakses pada tanggal 25

September 2014 pukul 21:55 Wib)

Buruh harian lepas (BHL) adalah buruh yang diikat dengan hubungan kerja

dari hari-kehari dan menerima penerimaan upah sesuai dengan banyaknya hari kerja,

atau jam kerja atau banyak barang atau jenis pekerjaan yang disediakan. Disebut

buruh harian lepas (BHL) karena buruh yang bersangkutan tidak ada kewajiban

untuk masuk kerja dan tidak mempunyai hak yang sama seperti buruh tetap.

Umumnya buruh harian lepas (BHL) adalah buruh yang mengerjakan pekerjaan yang

sifatnya tidak terus menerus tetapi bersifat musiman.

Dalam penelitian ini buruh harian lepas yang dimaksud adalah pekerja lepas

(31)

mereka lebih tepat dikatakan buruh tani. Buruh tani dalam pengertian yang

sesungguhnya memperoleh penghasilan terutama dari bekerja yang mengambil upah

untuk para pemilik tanah atau para petani penyewa tanah. Sebagian besar dari

mereka atas dasar jangka pendek, dipekerjakan dan dilepas dari hari ke hari.

Disamping itu melakukan pekerjaan yang diupah, buruh harian itu juga melakukan

perdagangan kecil kecilan, menjual pisang, rokok dan hasil pertanian secara

kecil-kecilan, menjualnya berdasarkan komisi dan kadang-kadang ada juga dari mereka

yang menanami sebidang tanah kehutanan dengan perjanjian (Sajogyo, 1995: 112)

Dalam tingkah lakunya terhadap orang-orang yang diluar dari kelompoknya,

buruh tani biasa menyerah saja pada nasibnya, ia ingin memperbaiki keadaannya,

tetapi ia tidak tahu caranya, karena itu ia menyerah saja. Kelompok ini biasanya

curiga terhadap segala sesuatu yang datang dari luar lingkungannya. Akan tetapi

sekalipun kedengarannya bertentangan, pada akhirnya buruh tani itu paling percaya

kepada pertimbangan para majikan mereka. Tentu saja kepercayaan itu ada batasnya,

tetapi dalam berhubungan dengan mereka, sekurang-kurangnya buruh itu tahu di

mana mereka berdiri. Dalam beberapa keadaan pendapat para majikan itu sangat

menentukan, sedangkan pendapat orang-orang yang berusaha menjadi pemimpin

buruh tani dalam perjuangan mereka untuk memperbaiki kondisi hidup, tidak

diterima. Terbukti bahwa pendapat mereka kurang diperhatikan dibandingkan

dengan pendapat majikan. Tidak ada jawaban atau badan pemerintahan yang

benar-benar memberikan perhatiannya, baik langsung maupun tidak langsung, kepada

buruh tani dan nasibnya. Buruh tani hidup dari hari ke hari saja dan tidak

memperhatikan rencana masa depan misalnya dengan menabung.

Sajogyo memberikan cirri-ciri buruh tani yang bekerja dengan upah harian

(32)

Kegiatan Ekonomi

1. Buruh tani biasanya dipekerjakan oleh tuan tanah besar dengan

digaji sebagai pekerja harian

2. Setelah hasil pertanian dipungut, buruh tani diperbolehkan

menanami tanah-tanah itu selama masa sekitar enam bulan

sebelum tanah ditanami oleh para pemilik lahan atau tuan tanah

3. Diwaktu mereka tidak dipekerjakkan sebagai buruh, para buruh

tani melakukan perdagangan kecil-kecilan yang menghasilkan

laba kira-kira sama besarnya dengan gaji mereka

Kedudukan sosial

1. Para buruh tani berada ditingkat terendah dalam lapisan

masyarakat. Mereka tidak mungkin jatuh lebih rendah lagi dan

mereka tidak mempunyai kedudukan yang akan dipertahankan

maupun yang akan hilang. Posisi seperti ini mempunyai pengaruh

besar terhadap nilai-nilai norma kelompok itu.

2. Buruh tani hidup untuk menyambung nyawa saja, karena tidak ada

benda atau orang yang menjamin kehidupan mereka di masa

depan. Kenyataan ini mempunyai implikasi penting terhadap

rencana-rencana pembangunan yang telah dipertimbangkan

sebaik-baiknya berada diluar pengertian buruh tani.

3. Buruh tani yang sesungguhnya tidak mempunyai latar belakang

kecerdasan, juga tidak mempunyai pengalaman untuk mengelola

pertanian. Mereka telah biasa bekerja sebagai buruh tani

(33)

pekerjaan pertanian seperti mencangkul, menanam, menyiangi,

dan memanen.

4. Buruh tani sebagai kelompok sama sekali tidak terikat kepada

desa mereka. Banyak dari mereka berasal dari tempat lain, dan

kalau telah datang waktunya mereka berpindah ketempat yang

baru dimana mereka berharap menemukan kesempatan untuk

berhasil atau mendapatkan gaji yang lebih besar dan kerja yang

lebih ringan (Sajogyo, 1995: 113-114).

2.2 Kehidupan Sosial Ekonomi

2.2.1 Pengertian Kehidupan Sosial dan Ekonomi

Apabila dilihat dari kata kehidupan yang sebenarnya adalah cara atau keadaan

tentang hidup, dan arti kata sosial adalah sesuatu yang berkenan di masyarakat,

sedangkan arti ekonomi adalah ilmu mengenai azas-azas produksi, distribusi dan

pemakaian barang-barang serta kekayaan seperti hal keuangan, perindustrian, dan

perdagangan (Astarhadi, 1995 : 52).

Kehidupan sosial ekonomi harus dipandang sebagai suatu sisitem (sistem

sosial), yaitu suatu keseluruhan bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling

berhubungan dalam kesatuan. Kehidupan sosial adalah kehidupan bersama manusia

atau kesatuan manusia yang hidup dalam suatu pergaulan. Oleh karena itu kehidupan

sosial pada dasarnya ditandai dengan:

1. Adanya kehidupan bersama yang pada ukurannya berjumlah dua orang

(34)

2. Manusia tersebut bergaul (berhubungan) dan hidup bersama dalam waktu

yang cukup lama. Oleh karena mereka berhubungan dan bergaul cukup

lama dan hidup bersama, maka akan terjadi adaptasi dan

pengorganisasian perilaku serta munculnya suatu perasaan sebagai

kesatuan (kelompok).

3. Adanya kesadaran bahwa mereka merupakan satu kesatuan.

4. Suatu kehidupan sistem bersama (Nasution, 2003 : 10 )

Dalam kehidupan sosial yang telah dikemukakan pada sebelumnya

mengartikan bahwa adanya interaksi yang terjadi dalam masyarakat. Adanya

hubungan-hubungan sosial atau hubungan yang saling mempengaruhi dengan kata

lain terjadi interaksi sosial. Interaksi ini pertama sekali terjadi pada keluarga, dimana

ada terjadi hubungan antara ayah, ibu dan anak. Dari adanya interaksi antara anggota

keluarga maka akan muncullah hubungan dengan masyarakat luar.

Dalam kehidupannya manusia mempunyai banyak kebutuhan, dan sudah

menjadi keharusan baginya untuk memenuhi kebutuhan tersebut baik moral maupun

material. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia tidak terlepas dari manusia lain

sebagai akibat keberadaannya sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain.

Dalam pemenuhan kebutuhan tersebut manusia juga saling berinteraksi satu sama

lain, disamping sebagai makhluk pribadi.

Kehidupan sosial ekonomi adalah perilaku sosial dari masyarakat yang

menyangkut interaksinya dan perilaku ekonomi dari masyarakat yang berhubungan

dengan pendapatan dan pemanfaatannya. Bila berbicara mengenai kehidupan sosial

ekonomi berarti juga membahas tentang kebutuhan dan bagaimana seseorang

berusaha memenuhi kebutuhan tersebut, dan pemanfaatan hasil ekonomi yang

(35)

diterapkan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, serta

pemanfaatan penghasilan atau hasil ekonomi yang diperoleh, dan juga berbicara

mengenai keadaan hidup sehari-hari.

Berhubungan dengan kehidupan sosial ekonomi yang didalamnya terdapat

unsur kebutuhan dan pemenuhannya, Abraham Maslow mengelompokkan 5 tingkat

kebutuhan manusia, yaitu:

1. Kebutuhan dasar fisiologis/ kebutuhan fisik (Physiological Needs) yang

diperlukan untuk mempertahankan hidup seperti kebutuhan akan

makanan, istirahat, udara segar, air, vitamin, dan sebagainya. Kebutuhan

ini merupakan kebutuhan primer.

2. Kebutuhan akan rasa aman (Safety Needs) ditujukan oleh anak dengan

pemenuhan kebutuhan secara pasti, berkelanjutan, dan teratur. Anak

mudah terganggu dalam situasi yang dirasakan sebagai situasi yang

membahayakan, situasi yang kacau, tak menentu, ia mudah menarik diri

dalam situasi asing baginya. Anak membutuhkan perlindungan yang

memberi rasa aman.

3. Kebutuhan untuk mencintai dan cintai (Love Needs) merupakan dorongan

atau keharusan baginya untuk mendapatkan tempat dalam suatu

kelompok dimana ia memperoleh kehangatan perasaan dan hubungan

dengan masyarakat lain secara umum.

4. Kebutuhan akan harga diri (Estem Needs) menuntut pengalaman individu

sebagai pribadi yang bernilai, sebagai manusia yang berarti dalam

memiliki martabat. Pemenuhan kebutuhan ini akan menimbulkan rasa

percaya diri sendiri, menyadari kekuatan-kekuatannya, merasa

(36)

5. Kebutuhan akan aktualisasi diri (Self Actualization) memberikan

dorongan kepada setiap individu untuk mengembangkan atau

mewujudkan seluruh potensi dalam dirinya. Dorongan ini merupakan

dasar perjuangan setiap individu untuk merealisasikan dirinya, untuk

menentukan dirinya/ identitasnya, dan menjadi diri sendiri. Kebutuhan ini

tumbuh secara wajar dalam diri setiap manusia (Maslow, 1994: 43).

Kebutuhan-kebutuhan tersebut harus dipenuhi oleh manusia demi

kelangsungan hidupnya, mendorong manusia untuk bekerja sebagai upaya

pemenuhan kebutuhan hidupnya. Demikianlah konsekuensi yang tidak dapat ditawar

lagi. Manusia memang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhannya, karena dengan

demikian manusia akan mendapatkan hasil yang dapat digunakan demi kelangsungan

hidupnya.

Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur

secara sosial dan merupakan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial

masyarakat pemberian posisi ini disertai pula dengan posisi tertentu dengan

seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh pembawa status.

(Koentjaraningrat, 1990: 56)

2.2.2 Indikator Sosial Ekonomi

Keluarga atau kelompok masyarakat dapat digolongkan memiliki sosial

ekonomi rendah, sedang, dan tinggi (Koentjaraningrat, 1981: 38). Berdasarkan hal

tersebut kita dapat mengklasifikasikan keadaan sosial ekonominya, yang dapat

dijabarkan sesuai dengan indikator sebagai berikut :

(37)

Pendapatan akan mempengaruhi status sosial seseorang, terutama akan

ditemui dalam masyarakat yang materialis dan tradisional yang menghargai status

sosial ekonomi yang tinggi terhadap kekayaan. Christopher dalam Sumardi (2004)

mendefinisikan pendapatan berdasarkan kamus ekonomi adalah uang yang diterima

oleh seseorang dalam bentuk gaji, upah sewa, bunga, laba dan lain sebagainya.

Sedangkan Biro Pusat statistik merinci pendapatan dalam kategori sebagai

berikut:

1. Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya

regular dan diterima biasanya sebagai balas atau kontra prestasi, sumbernya

berasal dari:

a) Gaji dan upah yang diterima dari gaji pokok, kerja sampingan, kerja

lembur dan kerja kadang-kadang.

b) Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi,

penjualan dari kerajinan rumah.

c) Hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik

tanah. Keuntungan serial yakni pendapatan yang diperoleh dari hak

milik.

2. Pendapatan yang berupa barang yaitu : Pembayaran upah dan gaji yang

ditentukan dalam beras, pengobatan, transportasi, perumahan dan kreasi.

Berkaitan dengan hal tersebut mendefinisikan pendapatan adalah sebagai Seluruh

penerimaan baik berupa uang ataupun barang baik dari pihak lain maupun dari

hasil sendiri, dengan jalan dinilai sejumlah atas harga yang berlaku saat ini.

Berdasarkan penggolongannya, BPS membedakan pendapatan penduduk menjadi

4 golongan yaitu:

(38)

jika pendapatan rata-rata lebih dari Rp. 3.500.000,00 perbulan

2. Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara

Rp. 2.500.000,00 s/d Rp. 3.500.000,00 perbulan

3. Golongan Pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata

dibawah antara Rp. 1.500.000 s/d Rp. 2.500.000, 00 perbulan.

4. Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata Rp.

1.500.000,00 perbulan (Wijaksana,1992: 52)

Berdasarkan kategori tersebut, dapat dikatakan bahwa pendapatan juga

sangat berpengaruh terhadap tingkat ekonomi seseorang. Apabila seseorang

mempunyai pendapatan yang tinggi, maka dapat dikatakan bahwa tingkat

ekonominya tinggi juga. Disamping memiliki penghasilan pokok setiap keluarga

biasanya memiliki penghasilan lain yang meliputi penghasilan tambahan dan

penghasilan insidentil.

B. Perumahan

Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan

tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan yaitu

kelengkapan dasar fisik lingkungan, misalnya penyediaan air minum, pembuangan

sampah, tersedianya listrik, telepon, jalan, yang memungkinkan lingkungan

pemukiman sebagai mana mestinya.

Rumah adalah tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul, dan membina

rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung keluarga dan

menyimpan barang berharga, dan rumah juga sebagai status lambing sosial

(Mukono,2000: 25). Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan

(39)

(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992).Menurut WHO (World

Health Organization), rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat

berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta

keadaan sosialnya baik untuk kesehatan kelu arga dan individu (Komisi WHO

Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).

Menurut American Public Health Association (APHA) rumah dikatakan

sehat apabila : (1) Memenuhi kebutuhan fisik dasar seperti temperatur lebih rendah

dari udara di luar rumah, penerangan yang memadai, ventilasi yang nyaman, dan

kebisingan 45-55 dB.A, (2) Memenuhi kebutuhan kejiwaan, (3) Melindungi

penghuninya dari penularan penyakit menular yaitu memiliki penyediaan air bersih,

sarana pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah yang saniter dan

memenuhi syarat kesehatan, serta (4) Melindungi penghuninya dari kemungkinan

terjadinya kecelakaan dan bahaya kebakaran, seperti fondasi rumah yang kokoh,

tangga yang tidak curam, bahaya kebakaran karena arus pendek listrik, keracunan,

bahkan dari ancaman kecelakaan lalu lintas (Sanropie, 1992: 55 dan Azwar, 1996 :

64).

Berdasarkan Undang-undang No 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan

Permukiman, terdapat beberapa pengertian dasar, yaitu:

1. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian

dan sarana pembinaan keluarga.

2. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan

tempal tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan

sarana lingkungan.

3. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung,

(40)

sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat

kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

4. Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai

bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana

lingkungan yang terstruktur.

5. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang

memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana

mestinya.

6. Rumah sebagai bangunan yang merupakan bagian dari suatu pemukiman

yang utuh dan tidak semata-mata merupakan tempat bernaung untuk

melindungi diri dari segala bahaya, gangguan, dan pengaruh fisik belaka,

melainkan juga tempat tinggal, tempat beristirahat setelah menjalani

perjuangan hidup sehari-hari

7. Permukiman adalah satuan kawasan perumahan lengkap dengan prasarana

lingkungan, prasarana umum, dan fasilitas sosial yang mengandung

keterpaduan kepentingan dan keselarasan pemanfaatan sebagai lingkungan

kehidupan

8. Perumahan dan pemukiman merupakan kesatuan fungsional, sebab

pembangunan perumahan harus berlandaskan suatu pola pemukiman yang

menyeluruh, yaitu tidak hanya meliputi pembangunan fisik rumah saja,

melainkan juga dilengkapi dengan prasarana lingkungan, sarana umum dan

fasilitas sosial, terutama di daerah perkotaan yang mempunyai permasalahan

(41)

Pengertian mengenai perumahan adalah kelompok rumah yang

berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi

dengan prasarana dan sarana lingkungan. (Sastra, 2006:29)

Adapun Persyaratan Perumahan dan Permukiman adalah:

1. Persyaratan Dasar Perumahan

Menurut SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan

Perumahan di Perkotaan lokasi lingkungan perumahan harus memenuhi ketentuan

sebagai berikut:

a. Lokasi perumahan harus sesuai dengan rencana peruntukan lahan yang diatur

dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat atau dokumen

perencanaan lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah setempat, dengan

kriteria sebagai berikut:

1) Kriteria keamanan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi

tersebut bukan merupakan kawasan lindung (catchment area), olahan

pertanian, hutan produksi, daerah buangan limbah pabrik, daerah bebas

bangunan pada area Bandara, daerah dibawah jaringan listrik tegangan

tinggi.

2) Kriteria kesehatan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi

tersebut bukan daerah yang mempunyai pencemaran udara di atas ambang

batas, pencemaran air permukaan dan air tanah dalam.

3) Kriteria kenyamanan, dicapai dengan kemudahan pencapaian (aksesibilitas),

kemudahan berkomunikasi (internal/eksternal, langsung atau tidak

langsung), kemudahan berkegiatan (prasarana dan sarana lingkungan

(42)

4) Kriteria keindahan/ keserasian/ keteraturan (kompatibilitas), dicapai dengan

penghijauan, mempertahankan karakteristik topografi dan lingkungan yang

ada, misalnya tidak meratakan bukit, mengurug seluruh rawa atau danau/

setu/ sungai/ kali dan sebagainya;

5) Kriteria fleksibilitas, dicapai dengan mempertimbangkan kemungkinan

pertumbuhan fisik/ pemekaran lingkungan perumahan dikaitkan dengan

kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana.

6) Kriteria keterjangkauan jarak, dicapai dengan mempertimbangkan jarak

pencapaian ideal kemampuan orang berjalan kaki sebagai pengguna

lingkungan terhadap penempatan sarana dan prasarana-utilitas lingkungan.

7) Kriteria lingkungan berjati diri, dicapai dengan mempertimbangkan

keterkaitan dengan karakter sosial budaya masyarakat setempat, terutama

aspek kontekstual terhadap lingkungan tradisional/ lokal setempat.

b. Lokasi perencanaan perumahan harus berada pada lahan yang jelas status

kepemilikannya, dan memenuhi persyaratan administratif, teknis dan ekologis.

Keterpaduan antara tatanan kegiatan dan alam di sekelilingnya, dengan

mempertimbangkan jenis, masa tumbuh dan usia yang dicapai, serta pengaruhnya

terhadap lingkungan, bagi tumbuhan yang ada dan mungkin tumbuh di kawasan

yang dimaksud.

2. Persyaratan Dasar Permukiman

Suatu bentuk permukiman yang ideal di kota merupakan pertanyaan yang

menghendaki jawaban yang bersifat komprehensif, sebab perumahan dan

(43)

terdiri dari berbagai aspek. Sehingga dapat dirumuskan secara sederhana tentang

ketentuan yang baik untuk suatu permukiman yaitu harus memenuhi sebagai berikut:

a. Lokasinya sedemikian rupa sehingga tidak terganggu oleh kegiatan lain

seperti pabrik, yang umumnya dapat memberikan dampak pada

pencemaran udara atau pencemaran lingkungan lainnya

b. Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan seperti pelayanan

pendidikan, kesehatan, perdagangan, dan lain-lain

c. Mempunyai fasilitas drainase, yang dapat mengalirkan air hujan dengan

cepat dan tidak sampai menimbulkan genangan air walaupun hujan yang

lebat sekalipun

d. Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi

yang siap untuk disalurkan ke masing-masing rumah

e. Dilengkapi dengan fasilitas air kotor/ tinja yang dapat dibuat dengan

sistem individual yaitu tanki septik dan lapangan rembesan, ataupun

tanki septik komunal

f. Permukiman harus dilayani oleh fasilitas pembuangan sampah secara

teratur agar lingkungan permukiman tetap nyaman

g. Dilengkapi dengan fasilitas umum seperti taman bermain bagi

anak-anak, lapangan atau taman, tempat beribadat, pendidikan dan kesehatan

sesuai dengan skala besarnya permukiman itu.

(44)

C. Pendidikan

kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan

datang. Pada dasarnya pengertian pendidikan sesuai dengan Undang-undang

Sisdiknas No.20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya dan masyarakat.

Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’

dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses

atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Menurut Ki Hajar Dewantara yang tak lain adalah Bapak Pendidikan Nasional

Indonesia menjelaskan tenta

tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu

menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai

manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan

kebahagiaan setinggi-tingginya.

Dari beberapa pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan

adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada

perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup

(45)

D. Kesehatan

Pengertian Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948

menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai suatu keadaan fisik,

mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau

kelemahan. Pada tahun 1986, WHO, dalam Piagam Ottawa untuk Promosi

Kesehatan, mengatakan bahwa pengertian kesehatan adalah “sumber daya bagi

kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup Kesehatan adalah konsep positif

menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik.

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.Upaya

kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan

yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.

E. Sandang dan Pangan.

Sandang adalah pakaian manusia.Pakaian menjadi kebutuhan primer

pertamawalaupun manusia tidak bisa hidup tanpa pakaian, tetapi karena manusia

adalah makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat sehingga pakaian adalah hal

yang paling penting.Sedangkan pangan adalah sumber makanan bagi manusia dan

merupakan kebutuhan primer.Pangan ini meliputi pekerjaan dan hal-hal serupa yang

bertujuan menghasilkan pangan bagi kehidupan manusia. Manusia hidup dalam

masyarakat pasti butuh bekerja untuk memperoleh nafkah.

F. Interaksi sosial

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut

(46)

dengan kelompok. Tanpa adanya interkasi sosial maka tidak akan mungkin ada

kehidupan bersama. Proses sosial adalah suatu interaksiatau hubungan timbal balik

atau saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung sepanjang hidupnya

didalam amasyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, proses sosial diartikan sebagai

cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika individu dan kelompok-kelompok

sosial saling bertemu serta menentukan sistem dan bentuk hubungan sosial.

Menurut Shaw, interaksi sosial adalah suatu pertukaran antarpribadi yang

masing- masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran

mereka, dan masing- masing perilaku mempengaruhi satu sama lain. Hal senada juga

dikemukan oleh Thibaut dan Kelley bahwa interaksi sosial sebagai peristiwa saling

mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka

menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi

dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu

lain.

pada tanggal 1 September 2014).

2.3 Adaptasi Bertahan

Adaptasi merupakan proses perubahan yang dilakukan para buruh harian

lepas dengan situasi lingkungan yang berubah. Sedangkan adapatsi struktural

merupakan perubahan aplikasi tindakan, kebiasaan para buruh harian lepas dalam

menanggapi perubahan lingkungan untuk mempertahankan hidupnya.strategi

adaptasi yaitu cara-cara atau tindakan yang dilakukan oleh buruh harian lepas untuk

mempertahankan hidupnya dengan tetap eksis sebagai buruh harian lepas.

Edi Suhartono seorang pengamat masalah kemiskinan dari IPB, menyatakan

(47)

menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai masalah yang melingkupi

kehidupannya. Dalam konteks keluarga miskin, strategi penanganan masalah ini pada

dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam mengelola

segenap aset yang dimilikinya.Bisa juga disamakan dengan kapabilitas keluarga

miskin dalam menanggapi goncangan dan tekanan (Shock and Stress)

(Suhartono.2007. http://www.policy.hu diakses tanggal 20 Oktober 2014 pukul 19:00

wib).

Berdasarkan konsepsi ini, Moser membuat kerangka analisis yang disebut

“The Aset Vurnerability”. Kerangka ini meliputi berbagai pengelolaan aset yang

digunakan untuk melakukan penyesuaian dan pengembangan strategi tertentu dalam

mempertahankan kelangsungan hidup seperti:

a. Aset Tenaga Kerja (labour Asets)

Misalnya meningkatkan keterlibatan wanita dan anak dalam keluarga

untuk bekerja membantu ekonomi rumah tangga.

b. Aset Modal Manusia (Human Capital Asets)

Misalnya memanfaatkan status kesehatan yang dapat menentukan

kapasitas orang atau bekerja atau ketrampilan dan pendidikan yang

menentukan umpan balik atau hasil kerja (return) terhadap tenaga yang

dikeluarkannya.

c. Aset Produktif (Productive Asets)

Misalnya menggunakan rumah, sawah, ternak, tanaman, untuk keperluan

(48)

d. Aset Relasi Rumah Tangga atau Keluarga (Household Relation Asets)

Misalnya memanfaatkan jaringan dan dukungan dari sistem keluarga

besar, kelompok etnis, migrasi tenaga kerja dan mekanisme “uang

kiriman” (remiitances).

e. Aset Modal Sosial ( Sosial Capital Asets)

Misalnya memanfaatkan lembaga-lembaga lokal, arisan dan pemberi

kredit informasi dalam proses dan sistem perekonomian keluarga.

Selanjutnya Edi Suhartono menyatakan adaptasi bertahan hidup atau strategi

dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan dengan berbagai

cara yang dapat dikelompokkan menjadi 3 cara yaitu:

1. Strategi aktif yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga

untuk (Misalnya melakukan aktivitasnya sendiri, memperpanjang jam

kerja, memanfaatkan sumber atau tanaman liar di lingkungan sekitar atau

sebagainya).

2. Strategi pasif yaitu mengurangi pengeluaran keluarga (Misalnya

pengeluaran sandang, pangan,pendidikan dan sebagainya).

3. Strategi jalinan misalnya menjalin relasi, baik secara informal maupun

formal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan

(Misalnya meminjam uang tetangga, meminjam uang ke rentenir atau

bank dan sebagainya).

(Suhartono. 2007. http://www.policy.hu diakses tanggal 20 Oktober 2014

pukul 19:56 Wib)

Sebagian besar peneliti mengenai adaptasi bertahan menggunakan keluarga

atau rumah tangga sebagai unit analisis.Meskipun istilah keluarga dan rumah tangga

(49)

hubungan normatif antara orang-orang yang memiliki ikatan biologis, sedangkan

rumah tangga pada sekumpulan orang yang hidup satu atap namun tidak selalu

memiliki hubungan darah.Baik anggota keluarga maupun rumah tangga umumnya

memiliki kesempatan untuk menggunakan sumber-sumber yang dimilikinya secara

bersama-sama.

Konsep mata pencaharian (Livelihood) sangat penting dalam memahami

adaptasi bertahan karena merupakan bagian dari atau kadang-kadang dianggap sama

dengan strategi mata pencaharian (Livelihood Strategies). Suatu mata pencaharian

meliputi pendapatan (baik yang bersifat tunai maupun barang), lembaga-lembaga

sosial, relasi gender, hak-hak kepemilikan yang diperlukan guna mendukung dan

menjamin kehidupan.Suatu kehidupan ditunjang oleh interaksi antara orang, asset

nyata dan asset yang tidak nyata. Orang menunjuk pada kemampuan mencari nafkah

(Livelihood Capabilities) asset nyata menunjuk pada simpanan (makanan, emas,

tabungan) dan sumber-sumber (tanah, air, sawah, tanaman, binatang ternak)

sedangkan assettidak nyata menunjuk pada klaim dan akses yang merupakan

kesempatan-kesempatan untuk menggunakan sumber, simpanan, pelayanan,

informasi, barang-barang, teknologi, pekerjaan, dan pendapatan.

Strategi yang dilakukan keluarga miskin dalam mengadaptasi naiknya harga

kebutuhan pokok:

1. Pengontrolan konsumsi dan pengeluaran yaitu mengurangi jenis dan pola

makan, membeli barang-barang murah, mengurangi pengeluaran untuk

pendidikan dan kesehatan, mengurangi kunjungan ke desa, memperbaiki

rumah atau alat-alat rumah tangga sendiri

2. Pengubahan komposisi keluarga

(50)

4. Sistem gotong royong diantara anggota keluarga dan anggota masyarakat

dalam mengelola makanan dan sumber daya manusia pada masa krisis

5. Penggantian makanan yang dikonsumsi dengan yang lebih murah atau

terjangkau misalnya: mengganti ikan dengan telur

6. Penjualan simpanan benda-benda berharga seperti emas, perabot rumah

tangga untuk memperoleh tambahan uang

7. Penjualan asset produktif seperti tanah, binatang ternak untuk

memperoleh tambahan uang

8. Peminjaman kredit dari bank, anggota keluarga, pedagang atau lintah

darat

9. Produksi dan perdagangan skala kecil seperti membuka warung atau

kedai

10. Pemanfaatan bantuan pemerintah dimasa krisis misalnya melalui

program Jaringan Pengamanan Sosial (JPS) (Miles. 2011.

http://www.damandiri.or.id diakses tanggal 20 Oktober 2014 pukul 20:22

Wib)

2.4Kesejahteraan Sosial

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

menyebutkan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

material, spiritual, dan sosial warga negara dan dapat hidup layak dan mampu

mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Menurut Suharto (2009:1) pengertian kesejahteraan sosial sebagai berikut

:Kesejahteraan sosial adalah suatu institusi atau bidang kegiatan yang melibatkan

Gambar

TABEL 4.1 PEMANFAATAN TANAH DI KELURAHAN MULIOREJO
TABEL 4.2 KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN
TABEL 4.3
TABEL 4.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat pendapatan yang diterima oleh buruh tani harian ini masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan jumlah jam kerja yang mereka lalui setiap harinya disamping untuk

menyelesaikan skripi ini yang berjudul “ Tinjauan Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas (Aron) di Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo ”. Skripsi ini disusun sebagai salah

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, disimpulkan bahwa buruh harian lepas (aron) di desa Jaranguda, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo adalah pekerjaan utama yang

penulis menarik rumusan masalah dari penelitian ini ialah “Bagaimana kehidupan sosial ekonomi buruh pekerja harian lepas yang ada di desa Jaranguda, Kecamatan Merdeka,

Pertanyaan yang peneliti ajukan selanjutnya untuk data seputar kondisi pendidikan para buruh harian lepas (aron) adalah dengan bertanya apakah anak Ibu ada yang masih

Gambar 1& Gambar 2 Menampilkan tentang kondisi rumah para buruh harian lepas (aron) di Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo...

Remaja yang berasal dari keluarga dengan kondisi sosial ekonomi rendah, masalah inti yang mereka hadapi adalah karena ketidakmampuan orang tua untuk memenuhi kebutuhan keluarga

Keadaan ini dapat dilihat pada Tabel 4 tentang pemenuhan kebutuhan yang menunjukan bahwa 66,7 % keluarga buruh pengrajin batu bata masih kurang tercukupi dalam