Kristina Sembiring : Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas (Aron) Di Kelurahan Padang Mas
KONDISI KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI
BURUH HARIAN LEPAS (ARON) DI KELURAHAN
PADANG MAS KECAMATAN KABANJAHE
KABUPATEN KARO
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Universitas Sumatera Utara
Oleh:
KRISTINA SEMBIRING
050902003
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
ABSTRAK
Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial. Dengan judul “KONDISI KEHIDUPAN SOSIAL
EKONOMI BURUH HARIAN LEPAS (ARON) DI KELURAHAN PADANG MAS KECAMATAN KABANJAHE KABUPATEN KARO”.
Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah menggambarkan kondisi kehidupan buruh harian lepas (aron) sebagai sumber tenaga kerja dalam proses produksi komoditi pertanian yang merupakan hasil utama dari daerah Tanah Karo. Kondisi kehidupan sosial ekonomi dalam penelitian ini dilihat melalui indokator kondisi pendapatan, pangan, perumahan, kesehatan, pendidikan anak serta strategi yang digunakan oleh para buruh harian lepas untuk tetap bertahan dengan pendapatan yang minim.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh buruh harian lepas (aron) yang tinggal di Kelurahan Padang mas yang berjumlah 110 Kepala Keluarga. Sampel diambil dengan menggunakan penarikan sampel Purposive Sampling. Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan analisa data kuantitatif dan kualitatif. Instrumen penyaringan data yang digunakan adalah kuesioner dan wawancara, serta tabulasi data yang tertuang dalam tabulasi data tunggal.
Dari penelitian yang dilakukan maka penulis dapat mengatakan bahwa pendapatan para buruh harian lepas (aron) masih sangat rendah sehingga mereka harus berusaha memenuhi kebutuhan keluarga dengan melakukan strategi seperti mencari pekerjaan sampingan. Kondisi pangan pada umumnya hanya seadanya dan kurang memenuhi standard gizi, walaupun mereka bekerja di sektor pertanian tetapi sebagian besar dari mereka masih membeli bahan makanan. Kondisi perumahan pada umumnya adalah menyewa dengan kondisi fisik semi permanen dan papan serta hanya memiliki satu kamar tidur. Apabila keluarga menderita sakit biasanya hanya dibawa ke puskesmas atau membeli obat di warung karena lebih efektif, sedangkan anak dalam keluarga hanya sebagian kecil yang dapat melanjutkan sekolah sampai ke tingkat Perguruan Tinggi, tamat SMA saja mereka sudah sangat bersyukur. Karena pendapatan yang minim maka para buruh harian lepas (aron) ini memerlukan strategi bertahan yaitu dengan meningkatkan asset yang ada seperti mencari pekerjaan sampingan baik itu memulung barang bekas, menggarap lahan sewaan. Selain itu mengubah pola konsumsi juga bisa dilakukan misalnya dengan membeli barang-barang murah dan pengubahan komposisi keluarga juga dapat dilakukan dengan jalan menitipkan anak pada keluarga lain untuk mengurangi beban tanggungan keluarga.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas Berkat dan Kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “KONDISI KEHIDUPAN SOSIAL
EKONOMI BURUH HARIAN LEPAS (ARON) DI KELURAHAN
PADANG MAS KECAMATAN KABANJAHE KABUPATEN KARO”
Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.
Selama penyusunan skripsi ini Penulis menyadari akan sejumlah
kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis membuka diri untuk saran dan kritik
yang dapat membangun guna perbaikan di masa akan datang.
Skripsi ini Saya persembahkan terkhusus buat Bapak tercinta B. Sembiring
Gurukinayan yang sudah menjadi spirit buat saya serta keluarga yang telah
mendukung Penulis selama penulisan skripsi ini.
Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang membantu Penulis dalam penyelesaian skripsi ini, dan secara
khusus Penulis menghanturkan Banyak Terima Kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Bapak Drs. Matias Siagian, Msi., selaku Ketua Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
3. Bapak Drs. Bengkel Ginting, Msi., selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia membimbing dan memberi dukungan dalam penyelesaian Skripsi
ini. Terima kasih pak sudah berkenan membagi ilmunya kepada Saya
4. Bapak Teopilus Suranta Tarigan,SSTP selaku Lurah Kelurahan Padang
mas yang baru dan Bapak Jago Ginting selaku mantan Lurah yang telah
membimbing dan membantu penulis selama penelitian di Kelurahan
Padang mas terutama saat pengumpulan data serta semua staf di Kelurahan
Padang mas
5. Kepada semua aron yang sudah membantu penulis dalam hal
pengumpulan data
6. Buat Bapakku B. Sembiring Gurukinayan (LUPH U DAD) dan adekku
yang nakal Adi Sebastianus Sembiring Gurky dan Damianus Sembiring
Gurky
7. Buat Saudara-saudaraku Pak Tua, Mak Tua, Pak Ngah, Mak Ngah, Pak
Uda, Mak Uda, Kak Tua (+), Kak Rimta, Bang Gembira, Bang Mawan,
Bang Thomaz, Kak Adel, Adekku Justyn, Surya, Butet, Monsem, Rinelda,
Nuel
8. Buat Ponakanku yang lucu-lucu LeO, CinDy, EpiN, LiLaN
9. Buat teman-teman Kezouz ’05 (KOMA)……. Kita yang terbaik woi.
Katanya anak Kezouz hehehe. Buat Nidomz, Julia, Chiek, Nuva, Hanie,
WJ, JD, Dhanie, Timoty, Ramot, Saemri, Jefri, Afta, Tio, Etty, CT, Nanek,
Potek, Maxwel, Erni, Nurhayati, Mexxi, S.Sos, Theo, S.Sos, Watiek,
Kezouz….dan semua yang tidak bisa aku sebutkan namanya satu
persatu….thanx buat semuanya….
10.Teman-temanku Gono, Kaprank, teman2 sekosan Eponk, Malem, Julia,
Doy, Masna, V3, Wiewiek, Irna, Priska, Nancy, Tutur
11.Buat Bang Echa, Bang Acis, Bang Lotup, Mando, Mamat dan Mudika
Stasi Induk Kabanjahe
12.Buat orang-orang yang gak tersebutkan namanya yang sudah mendukung
dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, aku ucapin terima kasih
dan sukses buat kalian semua.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat
kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik guna
menyempurnakannya agar kedepannya penulis dapat lebih baik lagi. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan Terima
Kasih
Medan, Maret 2009
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK... ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR BAGAN ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Pembatasan Masalah... 7
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
1.5 Sistematika Penulisan ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kehidupan Sosial Ekonomi ... 10
2.2 Strategi Adaptasi ... 14
2.3 Buruh Harian Lepas ... 19
2.4 Kesejahteraan Sosial ... 22
2.5 Kerangka Pemikiran ... 25
2.6 Defenisi Konsep ... 26
2.7 Defenisi Operasional ... 30
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian... 34
3.2 Lokasi Penelitian ... 34
3.3 Populasi dan Sampel ... 35
3.3.1 Populasi ... 35
3.3.2 Sampel ... 35
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 36
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Latar Kelurahan Padang mas ... 38
4.2 Keadaan Demografis ... 39
4.2.1 Komposisi Penduduk menurut Jenis Kelamin... 40
4.2.2 Komposisi Penduduk menurut Usia... 40
4.2.3 Komposisi Penduduk menurut Agama... 42
4.2.4 Komposisi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan.... 43
4.2.5 Komposisi Penduduk menurut Mata Pencaharian... 44
4.3 Potensi Kelurahan Padang mas ... 45
4.3.1 Produksi Pertanian... 45
4.3.2 Produksi Peternakan... 46
4.4 Sarana dan Prasarana... 46
4.4.1 Sarana Jalan... 46
4.4.2 Sarana Transportasi... 47
4.4 3 Sarana Pemasaran dan Usaha... 48
4.4.4 Sarana Kesehatan... 48
4.4.5 Sarana Peribadatan... 49
4.4.6 Sarana Pendidikan... 50
4.4.7 Sarana Hiburan dan Rekreasi... 50
4.4.8 Sarana Pemukiman... 51
4.4.9 Sarana Komunikasi... .. 52
4.5 Sistem Pemerintahan... 52
BAB V ANALISA DATA 5.1 Identitas Responden ... .. 56
5.2 Data Dasar... 65
5.3 Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas (aron) 5.3.1 Kondisi Pendapatan... 75
5.3.2 Kondisi Pangan... 83
5.3.3 Kondisi Perumahan... 92
5.3.4 Kondisi Kesehatan... 103
5.4 Strategi Adaptasi... 124
5.4.1 Peningkatan Asset... 124
5.4.2 Pengontrolan Konsumsi dan Pengeluaran... 135
5.4.3 Pengubahan Komposisi Keluarga...,... 139
5.5 Live Story... 141
1 Ibu Marta br Sinaga... 141
2 Ibu Kristina Laia... 144
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan... 148
6.2 Saran ... .. 152
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Pemanfaatan Tanah di Kelurahan Padang Mas………...………...39
Tabel 2 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin………..….………..40
Tabel 3 Komposisi Penduduk Menurut Usia………...………...41
Tabel 4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama………...………...42
Tabel 5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Penduduk….…43 Tabel 6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian………...44
Tabel 7 Produksi Pertanian Per Tahun………..………....45
Tabel 8 Produksi Peternakan Per Tahun……….………..…..……..46
Tabel 9 Sarana Jalan………...…..………...……..46
Tabel 10 Sarana Transportasi………..……….…….47
Tabel 11 Sarana Pemasaran Dan Usaha………..……...………48
Tabel 12 Sarana Kesehatan………..……….59
Tabel 13 Sarana Peribadatan………..………...…59
Tabel 14 Sarana Pendidikan………..………...….50
Tabel 15 Prasarana Hiburan Dan Rekreasi……….……..50
Tabel 16 Sarana Pemukiman………...…..……….…...51
Tabel 17 Sarana Komunikasi………...…….52
Tabel 18 Jawaban Responden Berdasarkan Jenis Kelamin….………..…...56
Tabel 19 Jawaban Responden Berdasarkan Umur……….……..….58
Tabel 20 Jawaban Responden Berdasarkan Agama……….…..…...…59
Tabel 21 Jawaban Responden Berdasarkan Suku Bangsa……….…..…….60
Tabel 22 Jawaban Responden Berdasarkan Asal Daerah………...…..…61
Tabel 23 Jawaban Responden Berdasarkan Jumlah Dalam Keluarga…………..62
Tabel 24 Jawaban Responden Berdasarkan Jumlah Anak……….…….…..63
Tabel 25 Jawaban Responden Berdasarkan Pendidikan Formal Terakhir……....65
Tabel 26 Jawaban Responden Berdasarkan Pernah Pindah……….….……65
Tabel 27 Jawaban Responden Berdasarkan Berapa Kali Pindah Rumah…...…..66
Tabel 28 Jawaban Responden Berdasarkan Pekerjaan Sebelumnya……….67
Tabel 30 Jawaban Responden Berdasarkan Lamanya Menjadi Buruh Harian
Lepas (Aron)………...……….………...………69
Tabel 31 Jawaban Responden Berdasarkan Bidang Yang Dikerjakan………….70
Tabel 32 Jawaban Responden Berdasarkan Status Kependudukan Di Kelurahan
Padang Mas………..……….…..…71
Tabel 33 Jawaban Responden Berdasarkan Pihak Yang Mendata Responden
Dalam Keberadaannya Sebagai Buruh Harian Lepas...…72
Tabel 34 Jawaban Responden Berdasarkan Yang Mengajak Untuk Bekerja
Sebagai Buruh Harian Lepas (Aron)……...……….…...……74
Tabel 35 Jawaban Responden Berdasarkan Sistem Pekerjaan Dan Penerimaan
Upah ……….…………..…75
Tabel 36 Jawaban Responden Berdasarkan Upah Per Bulan………..….76
Tabel 37 Jawaban Responden Berdasarkan Rata-Rata Kerja Dalam Seminggu..77
Tabel 38 Jawaban Responden Berdasarkan Rata-Rata Jam Kerja Per Hari...78
Tabel 39 Jawaban Responden Berdasarkan Jumlah Jam Kerja Dengan Upah
Yang Diterima……….……….………….……….79
Tabel 40 Jawaban Responden Berdasarkan Jumlah Pendapatan Terhadap
Pemenuhan Kebutuhan Keluarga..……….…………80
Tabel 41 Jawaban Responden Berdasarkan Penggunaan Pendapatan Yang
Diperoleh..………..……….………..…….82
Tabel 42 Jawaban Responden Berdasarkan Tempat Menyimpan Uang………...82
Tabel 43 Jawaban Responden Berdasarkan Pola Makan Setiap Hari…………...83
Tabel 44 Jawaban Responden Berdasarkan Konsumsi Makanan Pada Saat
Bekerja Ditanggung Oleh Yang Mempekerjakan…………...……….84
Tabel 45 Jawaban Responden Berdasarkan Pola Konsumsi Keluarga Terhadap
Ikan, Daging, Susu, Telur, Tahu, Tempe, Sayur-sayuran dan
Buah-buahan ……….………...……....86
Tabel 46 Jawaban Responden Berdasarkan Sumber Bahan Makanan Untuk
Keluarga………...……...…………90
Tabel 47 Jawaban Responden Berdasarkan Makanan Yang Dikonsumsi Terhadap
Tabel 48 Jawaban Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Rumah Yang
Ditempati………..………...……….………..92
Tabel 49 Jawaban Responden Berdasarkan Kondisi Bangunan Yang Ditempati.94
Tabel 50 Jawaban Responden Berdasarkan Luas Rumah Yang Ditempati……..95
Tabel 51 Jawaban Responden Berdasarkan Jumlah Kamar Di Rumah Yang
Ditempati………..………..………...……….96
Tabel 52 Jawaban Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Yang
Menempati Per Kamar………...……….……...…….97
Tabel 53 Jawaban Responden Berdasarkan Sumber Air Bersih di Rumah……..98
Tabel 54 Jawaban Responden Berdasarkan Tersedianya Fasilitas MCK Di
Rumah………..……..………..………..…….99
Tabel 55 Jawaban Responden Berdasarkan Sistem Pembuangan Air Limbah
Rumah Tangga………..………....100
Tabel 56 Jawaban Responden Berdasarkan Sumber Penerangan di Rumah…..101
Tabel 57 Jawaban Responden Berdasarkan Sistem Ventilasi Tempat Udara Dan
Sinar Matahari Masuk Ke Rumah………...……….102
Tabel 58 Jawaban Responden Berdasarkan Frekuensi Anggota Keluarga
Menderita Sakit………...……103
Tabel 59 Jawaban Responden Berdasarkan Jenis Penyakit Yang Sering Diderita
Anggota Keluarga………....………….…104
Tabel 60 Jawaban Responden Berdasarkan Tindakan Pengobatan Terhadap
Anggota Keluarga Jika Menderita Sakit……..……….……....105
Tabel 61 Jawaban Responden Berdasarkan Tempat Berobat Jika Keluarga
Menderita Sakit……….………..….….…106
Tabel 62 Jawaban Responden Berdasarkan Apakah Memperoleh Pelayanan
Kesehatan Gratis dan Apakah Menyisihkan Pendapatan Untuk Biaya
Kesehatan……….………...………..…108
Tabel 63 Jawaban Responden Berdasarkan Keikutsertaan Dalam Kegiatan
Perkumpulan Keagamaan………...…….….109
Tabel 64 Jawaban Responden Berdasarkan Keterlibatan Secara Kontinu (Tetap)
Tabel 65 Jawaban Responden Berdasarkan Perilaku Menyimpang Yang Sering
Terjadi Di Lingkungan Tempat Tinggal……….………..…112
Tabel 66 Jawaban Responden Berdasarkan Jumlah Anak Dalam Keluarga Yang
Bersekolah……..………..……….……….…..114
Tabel 67 Jawaban Responden Berdasarkan Kondisi Pendidikan Anak Dalam
Keluarga………...………..………..……….…115
Tabel 68 Jawaban Responden Berdasarkan Menyisihkan Pendapatan Untuk
Biaya Pendidikan Anak………...……….117
Tabel 69 Jawaban Responden Berdasarkan Membimbing Anak Dalam
Belajar………...119
Tabel 70 Jawaban Responden Berdasarkan Keikutsertaan Anak Yang Masih
Sekolah Dalam Hal Membantu Pendapatan
Keluarga………...…..…120s
Tabel 71 Jawaban Responden Berdasarkan Kesempatan Belajar Anak Jika Ikut
Bekerja Membantu Pendapatan Keluarga………121
Tabel 72 Jawaban Responden Berdasarkan Tujuan Dalam Menyekolahkan
Anak……….……….………...….123
Tabel 73 Jawaban Responden Berdasarkan Strategi Keluarga Dalam Bertahan
Dengan Pendapatan Minim………...…...……124
Tabel 74 Jawaban Responden Berdasarkan Tempat Meminjam Uang Jika
Mengalami Kesulitan Keuangan………...…...………126
Tabel 75 Jawaban Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Selain Buruh
Aron………..………...………….128
Tabel 76 Jawaban Responden Berdasarkan Lahan Garapan Yang
Dikerjakan………..………..129
Tabel 77 Jawaban Responden Berdasarkan Pernah atau Tidak Mencari Pekerjaan
Lain dan Ada atau Tidak Rencana Mencari Pekerjaan Lain…………130
Tabel 78 Jawaban Responden Berdasarkan Keikutsertaan Dalam Suatu
Jaringan/Organisasi………..………131
Tabel 79 Jawaban Responden Berdasarkan Organisasi Yang Diikuti dan
Tabel 80 Jawaban Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya Mendapat Bantuan
Ekonomi………...……….…....133
Tabel 81 Jawaban Responden Berdasarkan Sifat Bantuan Yang Diperoleh…...134
Tabel 82 Jawaban Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Perubahan Pola
Konsumsi Untuk Tetap Bertahan Hidup………....………..135
Tabel 83 Jawaban Responden Berdasarkan Pola Yang Digunakan Untuk Tetap
Bertahan Hidup………..………..……….136
Tabel 84 Jawaban Responden Berdasarkan Cara Keluarga Dalam Hal Membeli
Pakaian……….…….…137
Tabel 85 Jawaban Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya Menitipkan Anak
DAFTAR BAGAN
1. Bagan Alir Pemikiran………..26
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner (Angket)
2. Pengajuan dan Persetujuan Judu l Skripsi
3. Surat Keputusan Komisi Pembimbing Penulisan Proposal/Penelitian
Skripsi
4. Lembar Kegiatan Bimbingan Penulisan Proposal Penelitian
5. Lembar Kegiatan Bimbingan Penelitian/ Penulisan Skripsi
6. Surat Pengantar Penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara Medan
7. Surat Keterangan telah mengadakan penelitian dari Lurah Kelurahan
Padang mas
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Kehidupan kaum buruh di Indonesia sekarang ini memang semakin
mengalami proses pemiskinan dan semakin tidak diperhatikan hak sosial-ekonomi
dan hak sipil-politiknya. Rencana Revisi UU No 13 tahun 2003 memiliki motivasi
ekonomis-politik, untuk meliberalisasikan sektor perburuhan dan melemahkan
posisi tawar politik komunitas buruh di Indonesia. Standard kesejahteraan hidup
para buruh di Indonesia juga semakin melemah karena himpitan dampak
kebijakan ekonomi pemerintah yang berwatak neo-liberalisme. Kebijakan
kenaikan harga BBM per 1 Oktober 2005 sampai 180 % telah membuat banyak
buruh kehilangan pekerjaan. Para buruh yang masih bekerja terpaksa semakin
mengencangkan ikat pinggang karena upah yang mereka terima s jauh dari
standar kebutuhan hidup layak (KHL) dan tidak bisa mengimbangi laju kenaikan
harga berbagai produk dan barang kebutuhan pokok ( Yulianto, 2006.
Kemiskinan struktural yang dialami kaum buruh di Indonesia saat ini ada
120 juta orang buruh, 65 % adalah perempuan, 70 % bekerja disektor industri dan
berkategori "pekerja kerah biru". Nasib suram yang menyelimuti kaum buruh
Indonesia masih diwarnai dengan aksi unjuk rasa besar-besaran setiap
memperingati hari Buruh Internasional 1 Mei merupakan isyarat bahwa beban
kaum buruh kian berat. Pekerjaan berat yang dijalani kaum buruh tetap tidak
pemenuhan atas tuntutan upah yang layak, pesangon, cuti hamil, kebebasan
berserikat, tunjangan hari raya dan berbagai hak normatif lain masih sebatas
wacana. Benar memang wacana tersebut hingga saat ini masih terus
diperjuangkan. Tapi resiko perjuangan juga tidak kecil dan kadang pahit.
Akibatnya, kaum buruh tetap berkubang dalam lumpur kemiskinan. Jika ukuran
garis kemiskinan BPS 2005 Rp 135.000 per kapita per bulan, buruh Indonesia
dengan upah rata-rata Rp 700.000 sampai Rp 800.000 sekarang, memang tidak
termasuk miskin. Tapi karena setiap buruh menanggung rata-rata tiga anggota
keluarga, meski tidak di bawah garis kemiskinan, tetap terkategori miskin. Belum
ditambah mahalnya harga kebutuhan pokok. Jangan heran jika banyak buruh
harus bertahan hidup di kawasan kumuh dengan standar kesehatan di bawah
rata-rata, dan anak-anak putus sekolah adalah fenomena biasa. Semua itu demi
menyeimbangkan pendapatan dengan biaya kebutuhan hidup keluarga.
(Firmansyah.
2008 pukul 20:12 Wib)
Sejak tahun 1970 praktek kerja BHL mulai marak seperti jaman kolonial,
bahwa dalam 100 Ha kebun dipekerjakan 22 orang buruh, 12 diantaranya SKU
dan 10 BHL. Dengan asumsi seperti itu, diperkirakan jumlah BHL sekitar 800.000
di sumatera Utara. Ada 3 jenis perikatan kerja BHL yaitu : 1 Perikatan permanen
(kontrak tahunan, sistem dan beban kerja sama dengan SKU hanya saja hari kerja
dibatasi dibawah 20 hari), sistem kerja berdasarkan 1 hk ( 7 jam kerja) dan target
kerja secara bersamaan ditentukan sepihak oleh perusahan, upah antara Rp
29.000,- s/d Rp 31.500 tanpa jaminan sosial. 2. Perikatan semi permanen (kontrak
tergantung pada fruktuasi panen, jam kerja ada yang ½ hk, ada yang 1 hk
tergantung pada fruktuasi panen tanpa jaminan sosial. dan 3. outsourcing baik
resmi dan tidak resmi, kepastian kerja ukuranya ½ hk (4 jam kerja), kompensasi
upah sekitar Rp 8.000 s/d 15.000,- tanpa jaminan sosial. Seluruh aspek kerja BHL
berbasis penghisapan mulai dari proses rekruitmen, proses kerja, polanya hampir
sama dengan jaman ordonasi kuli tempo dulu kerja hanya untuk sekedar makan
tanpa adanya pemikiran untuk masa depan (Torang. 2008.
http://kpspor.blogspot.com Diakses tgl 14 November 2008 pukul 21:19 Wib)
Di AS, upah minimum adalah US$ 5-8 per jam atau US$ 840 - 1.344 per
bulan (Rp 7,8 - 12,6 juta per bulan). Di Singapura tidak ada UMR, tapi rata2
buruh manufaktur, gaji per bulannya adalah US$ 1.600 per bulan (Rp 15 juta).
Bahkan TKW kita yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Singapura,
gajinya sekitar Rp 1,5 juta per bulan, sementara di Indonesia hanya Rp 250 ribu
per bulan. UMR di Indonesia berkisar antara Rp 300.000 sampai Rp. 711.000 per
bulan (US$ 32 - 75). Upah serendah itu pun sering dianggap terlalu besar,
sehingga banyak pekerja yang gajinya di bawah UMR, hal ini dapat kita survey ke
pelayan toko di pasar2/mal2 (2005. http://osdir.com diakses tgl 20 November
2008 pukul 19:12 Wib)
Aspek kehidupan manusia sangatlah kompleks sehingga dengan
sendirinya ragam dan intensitas pembangunan menjadi kompleks pula. Tuntutan
masyarakat sangat majemuk sehingga pembangunan sebagai jawaban responsive
akan menjadi jawaban majemuk pula. Salah satu dari aspek pembangunan itu
adalah pembangunan dibidang pertanian. Sebab bidang ini adalah sektor yang
sebagai negara agraris. Tetapi perkembangan di bidang pertanian tidak merata
disetiap daerah. Hal ini mendorong para pencari kerja untuk merantau ke daerah
yang memerlukan tenaga kerja di bidang pertanian. Para pencari kerja tersebut
tidak memiliki pendidikan dan keterampilan khusus untuk bekerja di sektor ini.
Mereka hanya mengandalkan kekuatan fisik.
Sektor pertanian di Tanah Karo sangat berkembang pesat, terutama
buah-buahan dan sayur mayur. Hal ini menyebabkan tumbuhnya lapangan kerja baru
bagi para penduduk setempat maupun penduduk perantau. Disana kita dapat
menjumpai suatu kelompok pekerja (buruh) harian lepas yang sering disebut oleh
masyarakat Karo sebagai aron. Mereka bekerja dalam proses menanam,
menyiangi, dan memanen hasil-hasil pertanian dengan upah harian. Setiap hari
mereka berkumpul di suatu tempat yaitu simpang Laudah untuk menunggu para
petani yang memerlukan tenaga mereka. Pagi-pagi sekali mereka harus sudah
berangkat menuju tempat tersebut karena jarak dari tempat mereka tinggal cukup
jauh. Ketika mereka berangkat dari rumah, mereka belum tahu pekerjaan apa yang
akan mereka kerjakan pada hari tersebut tergantung dari kebutuhan petani yang
memerlukan mereka. Salah satu hal yang perlu diketahui adalah tidak selamanya
mereka mendapatkan pekerjaan. Hal ini disebabkan jumlah mereka yang begitu
banyak. Mereka membentuk suatu komunitas tersendiri di Kelurahan Padang mas,
di daerah Simpang Laudah.
Sejak kapan buruh harian lepas (aron) ini mulai beroperasi tidak diketahui
secara pasti. Seorang penduduk setempat yang telah lama tinggal di daerah
tersebut sejak tahun 1989 yaitu Esra Bangun mengatakan tidak mengetahui secara
keluarganya menetap disana buruh aron tersebut sudah ada disana. Sementara itu
seorang petani jeruk Gembira Ginting yang telah sering menggunakan jasa para
buruh harian lepas sejak tahun 1995. Begitu juga dengan informasi yang penulis
peroleh dari kelurahan Padang mas tidak ada data yang mengatakan sejak kapan
BHL (aron) tersebut mulai ada. Menurut Lurah Kelurahan Padang mas
mengatakan bahwa kehadiran para buruh aron seiring dengan sektor pertanian
yang berkembang pesat di Tanah Karo terutama buah-buahan dan sayur-sayuran.
Tidak bisa dibayangkan kalau tidak ada buruh aron maka sektor pertanian di
Tanah Karo akan mengalami kepincangan, sehingga peran serta mereka dalam
sektor pertanian di Tanah Karo sangat besar.
Aron yang bekerja ada yang masih lajang tetapi mayoritas dari mereka
telah berkeluarga. Ada suami saja yang bekerja sebagai aron sedangkan istrinya
mempunyai pekerjaan lain, atau sebaliknya si istri bekerja sebagai aron sedangkan
si suami mempunyai pekerjaan lain, bahkan ada juga yang sepasang suami istri
bekerja sebagai aron untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Para aron ini
bekerja dengan upah antara Rp35.000 – Rp50.000 sesuai dengan pekerjaan yang
mereka lakukan. Dalam seminggu para aron bekerja kira-kira 4-5 hari dalam
seminggu. Mereka bekerja setiap hari kecuali hari minggu yang digunakan
sebagai hari untuk beristirahat.
Pekerjaan merupakan salah satu sarana untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidup yang sangat essensial sekali dan pada hakekatnya setiap manusia
mempunyai kebutuhan hidup yang bermacam ragamnya serta tidak terbatas
Menurut Manullang sebagaimana dikutip dalam Pitomo kebutuhan manusia untuk
melangsungkan hidupnya dibagi menjadi dua kategori yakni:
1. Kebutuhan primer
adalah kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan hidup seperti:
makan, minum, pakaian, perumahan, kesehatan, dan pendidikan.
2. Kebutuhan Sekunder
adalah kebutuhan yang dipergunakan untuk melengkapi kebutuhan primer
seperti: alat-alat dan perabot
Dalam pemenuhan kebutuhannya, apa yang telah dilakukan oleh para
buruh harian lepas (aron) tidak memberikan hasil yang maksimum hal ini dapat
dilihat dari kebutuhan primer mereka yang belum terpenuhi dan kondisi
perumahan yang masih seadanya. Dengan bekerja mereka mengharapkan adanya
peningkatan kesejahteraan kehidupan keluarganya, tetapi muncul kesenjangan
antara harapan yang ingin dicapai dengan kenyataan yang mereka hadapi saat itu.
Jadi untuk memenuhi kebutuhan hidup terutama kebutuhan pangan maka
para buruh harian lepas (aron) ini menggunakan metode strategi adaptif untuk
tetap survive dalam mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi
kehidupannya. Strategi penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan
kemampuan segenap anggota keluarga dalam mengelola segenap aset yang
dimilikinya.
Dari sekian banyak issu yang membahas fenomena sosial yang dialami
sebagian besar penduduk dan masyarakat salah satunya yang dialami masyarakat
petani adalah golongan masyarakat yang berprofesi sebagai buruh pertanian atau
kehidupan buruh harian lepas (aron) di Tanah Karo pada umumnya dan di
Kelurahan Padang Mas pada khususnya.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan diatas
maka penulis merasa tertarik untuk melihat bagaimana Kondisi Kehidupan Sosial
Ekonomi Buruh Harian Lepas (aron) di Kelurahan Padang Mas Kecamatan
Kabanjahe Kabupaten Karo.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang ada pada latar belakang masalah diatas, maka
penulis merumuskan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana kondisi kehidupan sosial ekonomi buruh harian lepas (aron) di
Kelurahan Padang Mas Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo
2. Bagaimana strategi bertahan yang dilakukan oleh para buruh harian lepas
(aron) di dalam kehidupan sehari-hari
1.3Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup permasalahan yang terlalu luas, maka
penulis perlu untuk membuat pembatasan masalah yang akan diteliti. Adapun
pembatasan masalah yang dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Penelitian terbatas pada kondisi kehidupan sosial ekonomi buruh harian
lepas (aron) yang dilihat dari jumlah pendapatan, kondisi perumahan,
kesehatan, pendidikan anak, dan kondisi pangan sehari-hari
2. Strategi apa yang dilakukan oleh para aron untuk tetap survive dalam
3. Objek penelitian adalah para buruh harian lepas (aron) yang biasa
berkumpul di simpang Laudah Kabanjahe
1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran
kondisi kehidupan sosial ekonomi buruh harian lepas (aron) di Kelurahan Padang
mas Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo yang dilihat dari jumlah pendapatan,
kondisi perumahan, kesehatan, pendidikan anak, dan kondisi pangan sehari-hari.
Tujuan lain untuk mengetahui berbagai strategi yang digunakan oleh para aron
untuk tetap survive dalam menjalani kehidupan sehari-hari
1.4.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu referensi dalam rangka
memperhatikan masalah kondisi sosial ekonomi para buruh terutama buruh harian
lepas yang ada di Kabanjahe Kabupaten Karo. Hasil penelitian ini juga diharapkan
dapat menjadi masukan bagi instansi terkait dalam mengambil kebijakan dan
perhatian terhadap masalah perburuhan. Bagi para petani atau pengusaha di
Kabupaten Karo yang menggunakan jasa para buruh harian lepas (aron) untuk
1.5Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah,
pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta
sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan secara teoritis tinjauan-tinjauan yang
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, kerangka pemikiran,
definisi konsep dan definisi operasional.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi
dan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan sejarah singkat serta gambaran umum lokasi
penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah
ini.
BAB V : ANALISA DATA
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil
penelitian beserta dengan analisisnya.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kehidupan Sosial Ekonomi
Apabila dilihat dari arti kata kehidupan sebenarnya adalah cara atau
keadaan tentang hidup, dan arti kata sosial adalah sesuatu yang berkenaan dengan
masyarakat, sedangkan arti kata ekonomi adalah ilmu mengenai azas-azas
produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan seperti hal
keuangan, perindustrian dan perdagangan (Astarhadi, 1995: 52).
Kehidupan sosial ekonomi harus dipandang sebagai suatu sistem (sistem
sosial), yaitu suatu keseluruhan bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling
berhubungan dalam suatu kesatuan. Kehidupan sosial adalah kehidupan bersama
manusia atau kesatuan manusia yang hidup dalam suatu pergaulan. Oleh karena
itu kehidupan sosial pada dasarnya ditandai dengan:
1. Adanya kehidupan bersama yang pada ukuran minimalnya berjumlah dua
orang atau lebih
2. Manusia tersebut bergaul (berhubungan) dan hidup bersama dalam waktu
yang cukup lama. Oleh karena mereka berhubungan dan bergaul cukup lama
dan hidup bersama, maka akan terjadi adaptasi dan pengorganisasian perilaku
serta munculnya suatu perasaan sebagai kesatuan (kelompok)
3. Adanya kesadaran bahwa mereka merupakan satu kesatuan
4. Suatu kehidupan sistem bersama (Soleman, 1986: 9)
Dalam kehidupan sosial seperti yang dikemukakan di atas mengartikan
hubungan-hubungan sosial atau hubungan-hubungan yang saling mempengaruhi dengan kata lain
terjadi interaksi sosial. Interaksi ini pertama sekali terjadi pada keluarga, dimana
ada terjadi hubungan antara ayah, ibu dan anak. Dari adanya interaksi antara
anggota keluarga maka akan muncullah hubungan dengan masyarakat luar.
Pola hubungan interaksi ini tentu saja dipengaruhi lingkungan dimana
masyarakat tersebut bertempat tinggal. Dalam masyarakat pedesaan kita ketahui
interaksi yang terjadi lebih erat dibanding dengan diperkotaan. Pada masyarakat
yang hidup di perkotaan, hubungan interaksi biasanya lebih dieratkan oleh status,
jabatan atau pekerjaan yang dimiliki. Hal ini menyebabkan terjadinya stratifikasi
sosial di dalam masyarakat. Pekerjaan yang bergengsi, dan bergaji tinggi akan
menaikkan prestise seseorang. Sedang pekerjaan dengan gaji yang rendah tidak
menjanjikan prestise, kehormatan, kerja yang menarik, kesempatan untuk maju,
ataupun imbalan lainnya (Suparlan, 1984: 175).
Dalam kehidupannya manusia mempunyai banyak kebutuhan, dan sudah
menjadi keharusan baginya untuk memenuhi kebutuhan tersebut baik moral
maupun material. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia tidak terlepas dari
manusia lain sebagai akibat dari keberadaannya sebagai makhluk sosial yang
membutuhkan orang lain. Dalam pemenuhan kebutuhan tersebut manusia juga
saling berinteraksi satu sama lain, disamping sebagai makhluk pribadi.
Kehidupan sosial ekonomi adalah perilaku sosial dari masyarakat yang
menyangkut interaksinya dan perilaku ekonomi dari masyarakat yang
berhubungan dengan pendapatan dan pemanfaatannya. Bila berbicara mengenai
kehidupan sosial ekonomi berarti juga membahas tentang kebutuhan dan
hasil ekonomi yang diperoleh. Jadi, kehidupan sosial ekonomi yang dimaksud
adalah cara-cara atau strategi yang diterapkan seseorang dalam memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, serta pemanfaatan penghasilan atau hasil ekonomi
yang diperoleh, dan juga berbicara mengenai keadaan hidup sehari-hari.
Berhubungan dengan kehidupan sosial ekonomi yang didalamnya terdapat
unsur kebutuhan dan pemenuhannya, Abraham Maslow mengelompokkan 5
tingkat kebutuhan manusia, yaitu:
1. Kebutuhan dasar fisiologis/ kebutuhan fisik (Phisiological Needs) yang
diperlukan untuk mempertahankan hidup seperti kebutuhan akan makanan,
istirahat, udara segar, air, vitamin, dan sebagainya. Kebutuhan ini merupakan
kebutuhan primer
2. Kebutuhan akan rasa aman (Safety Needs) ditujukan oleh anak dengan
pemenuhan kebutuhan secara pasti, kontinu, dan teratur. Anak mudah
terganggu dalam situasi yang dirasakan sebagai situasi yang membahayakan,
situasi yang kacau, tak menentu, ia mudah menarik diri dalam situasi asing
baginya. Anak membutuhkan perlindungan yang memberi rasa aman
3. Kebutuhan untuk mencintai dan dicintai (Love Needs) merupakan dorongan
atau keharusan baginya untuk mendapatkan tempat dalam satu kelompok
dimana ia memperoleh kehangatan perasaan dan hubungan dengan masyarakat
lain secara umum
4. Kebutuhan akan harga diri (Estem Needs) menuntut pengalaman individu
sebagai pribadi yang bernilai, sebagai manusia yang berarti dan memiliki
sendiri, menyadari kekuatan-kekuatannya, merasa dibutuhkan dan mempunyai
arti bagi lingkungannya.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri (Self Actualization) memberikan dorongan
kepada setiap individu untuk mengembangkan atau mewujudkan seluruh
potensi dalam dirinya. Dorongan ini merupakan dasar perjuangan setiap
individu untuk merealisasikan dirinya, untuk menentukan dirinya/
identitasnya, dan menjadi dirinya sendiri. Kebutuhan ini tumbuh secara wajar
dalam diri setiap manusia (Maslow, 1994: 43)
Kebutuhan-kebutuhan di atas yang harus dipenuhi oleh manusia demi
kelangsungan hidupnya, mendorong manusia untuk bekerja sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan hidupnya. Demikianlah konsekuensi yang tidak dapat
ditawar lagi. Manusia memang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhannya,
karena dengan demikian manusia akan mendapatkan hasil yang dapat digunakan
demi kelangsungan hidupnya.
Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur
secara sosial dan merupakan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial
masyarakat pemberian posisi ini disertai pula dengan posisi tertentu dalam
struktur sosial masyarakat pemberian posisi ini disertai pula dengan seperangkat
hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh pembawa status. (Koentjaraningrat,
1977: 35)
Menurut Krench, kehidupan sosial ekonomi seseorang atau keluarga
diukur melalui pekerjaan, tingkat pendidikan, pendapatan. Sedangkan Werner
memberikan ciri-ciri berupa pekerjaan, pendapatan, jenis rumah tinggal dan
seseorang cenderung menjadi rujukan dalam penentuan statusnya dalam
masyarakat. Ukuran yang dipakai didasarkan pada salah satu atau kombinasi yang
mencakup tingkat pendapatan, pendidikan, prestise atau kekuasaan. Menurut
Koentjaraningrat selain faktor pekerjaan, pendapatan, dan pendidikan, faktor lain
yang sering diikutsertakan oleh beberapa ahli lainnya adalah perumahan,
kesehatan, dan sosialisasi dalam lingkungan masyarakat (Mulyanto, 1986: 160).
Dalam pemenuhan kebutuhannya manusia bekerja dan menghasilkan
barang dan jasa. Selain itu juga manusia mempunyai sumber daya dimana sumber
daya manusia yang dimaksud adalah:
1. Sumber daya manusia mengandung pergantian usaha kerja atau jasa yang
dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini sumber daya manusia
mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu
tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa
2. Sumber daya manusia menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk
memberikan barang atau jasa tersebut. Mampu bekerja berarti mampu
melakukan kegiatan kerja dan menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan manusia (Simanjuntak, 1985: 1)
2.2 Strategi Adaptasi
Adaptasi merupakan proses perubahan yang dilakukan oleh para buruh
harian lepas (aron) dengan situasi lingkungan yang berubah. Sedangkan adaptasi
struktural merupakan perubahan aplikasi tindakan, kebiasaan para buruh harian
lepas (aron) dalam menanggapi perubahan lingkungan untuk mempertahankan
buruh harian lepas (aron) untuk mempertahankan hidupnya dengan tetap eksis
sebagai buruh harian lepas (aron).
Edi Suhartono seorang pengamat masalah kemiskinan dari IPB,
menyatakan bahwa definisi dari strategi bertahan hidup (Coping Strategies)
adalah kemampuan seseorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk
mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya. Dalam konteks
keluarga miskin, strategi penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan
kemampuan segenap anggota keluarga dalam mengelola segenap aset yang
dimilikinya. Bisa juga disamakan dengan kapabilitas keluarga miskin dalam
menanggapi goncangan dan tekanan (shock and stress) (Suhartono. 2006.
http://www.policy.hu diakses tanggal 20 Desember 2008 pukul 19:00 Wib).
Berdasarkan konsepsi ini, Moser membuat kerangka analisis yang disebut
”The Aset Vurnerability”. Kerangka ini meliputi berbagai pengelolaan aset yang
digunakan untuk melakukan penyesuaian dan pengembangan strategi tertentu
dalam mempertahankan kelangsungan hidup seperti:
a. Aset Tenaga Kerja (Labour Asets)
Misalnya meningkatkan keterlibatan wanita dan anak dalam keluarga untuk
bekerja membantu ekonomi rumah tangga
b. Aset Modal Manusia (Human Capital Asets)
Misalnya memanfaatkan status kesehatan yang dapat menentukan kapasitas
orang atau bekerja atau keterampilan dan pendidikan yang menentukan umpan
c. Aset Produktif (Productive Asets)
Misalnya menggunakan rumah, sawah, ternak, tanaman untuk keperluan
hidupnya
d. Aset Relasi Rumah Tangga atau Keluarga (Household Relation Asets)
Misalnya memanfaatkan jaringan dan dukungan dari sistem keluarga besar,
kelompok etnis,migrasi tenaga kerja dan mekanisme ”uang kiriman”
(remittances)
e. Aset Modal Sosial (Social Capital Asets)
Misalnya memanfaatkan lembaga-lembaga lokal, arisan dan pemberi kredit
informasi dalam proses dan sistem perekonomian keluarga
Selanjutnya Edi Suhartono menyatakan strategi bertahan hidup (Coping
Strategies) dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan
dengan berbagai cara yang dapat dikelompokkan menjadi 3 cara yaitu:
a. Strategi Aktif yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga
untuk (Misalnya melakukan aktivitasnya sendiri, memperpanjang jam kerja,
memanfaatkan sumber atau tanaman liar di lingkungan sekitarnya dan
sebagainya)
b. Strategi Pasif yaitu mengurangi pengeluaran keluarga (Misalnya pengeluaran
sandang, pangan, pendidikan, dan sebagainya)
c. Strategi Jaringan misalnya menjalin relasi, baik secara informal maupun
formal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan (misalnya
meminjam uang tetangga, mengutang ke warung, memanfaatkan program
(Suhartono. 2007. http://www.policy.hu diakses tanggal 20 Desember 2008
pukul 19:54 Wib).
Sebagian besar peneliti mengenai Coping Strategies menggunakan
keluarga atau rumah tangga sebagai unit analisis. Meskipun istilah keluarga dan
rumah tangga sering dipertukarkan, keduanya memiliki sedikit perbedaan.
Keluarga menunjuk pada hubungan normatif antara orang-orang yang memiliki
ikatan biologis, sedangkan rumah tangga menunjukkan pada sekumpulan orang
yang hidup satu atap namun tidak selalu memiliki hubungan darah. Baik anggota
keluarga maupun rumah tangga umumnya memiliki kesempatan untuk
menggunakan sumber-sumber yang dimilikinya secara bersama-sama.
Konsep mata pencaharian (Livelihood) sangat penting dalam memahami
Coping Strategies karena merupakan bagian dari atau kadang-kadang dianggap
sama dengan strategi mata pencaharian (Livelihood Strategies). Suatu mata
pencaharian meliputi pendapatan (baik yang bersifat tunai maupun barang),
lembaga-lembaga sosial, relasi gender, hak-hak kepemilikan yang diperlukan
guna mendukung dan menjamin kehidupan. Suatu kehidupan ditunjang oleh
interaksi antara orang, asset nyata dan asset tidak nyata. Orang menunjuk pada
kemampuan mencari nafkah (Livelihood Capabilities) asset nyata menunjuk pada
simpanan (makanan, emas, tabungan) dan sumber-sumber (tanah, air, sawah,
tanaman, binatang ternak) sedangkan asset tidak nyata menunjuk pada klaim dan
akses yang merupakan kesempatan-kesempatan untuk menggunakan sumber,
simpanan, pelayanan, informasi, barang-barang, teknologi, pekerjaan, dan
Strategi yang dilakukan keluarga miskin dalam mengadaptasi naiknya
harga kebutuhan pokok
1. Pengontrolan konsumsi dan pengeluaran yaitu mengurangi jenis dan pola makan, membeli barang-barang murah, mengurangi pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan, mengurangi kunjungan ke desa, memperbaiki rumah atau alat-alat rumah tangga sendiri
2. Pengubahan komposisi keluarga 3. Megrasi ke desa atau kota lain
4. Meningkatkan jumlah anggota rumah tangga untuk memaksimalkan
pendapatan
5. Menitipkan anak ke kerabat atau keluarga lain baik secara temporer maupun permanen
6. Menanam tanaman yang bisa dikonsumsi di pekarangan rumah
7. Sistem gotong royong diantara anggota keluarga dan anggota masyarakat dalam mengelola makanan dan sumber daya manusia pada masa krisis
8. Penggantian makanan yang dikonsumsi dengan yang lebih murah atau terjangkau mis: mengganti ikan dengan telur
9. Penjualan simpanan benda-benda berharga seperti emas, perabotan rumah tangga untuk memperoleh tambahan uang
10.Penjualan asset produktif seperti tanah, binatang ternak untuk memperoleh tambahan uang
11.Peminjaman kredit dari bank, anggota keluarga, pedagang atau lintah darat 12.Produksi dan perdagangan skala kecil seperti membuka warung atau kedai
sampah
13.Pemanfaatan bantuan pemerintah dimasa krisis misalnya melalui program Jaringan Pengamanan Sosial (JPS) (Miles. 2002. http://www.damandiri.or.id diakses tanggal 20 Desember 2008 pukul 20:22 Wib)
2.3 Buruh Harian Lepas (BHL)
Buruh dapat diartikan sebagai semua orang yang bekerja dan terdaftar
namanya di perusahaan serta menerima gaji atau upah secara langsung dari
perusahaan tempat dia bekerja, baik yang aktif bekerja maupun yang sedang cuti
dengan izin perusahaan, sedang mengikuti training, berstatus buruh tetap, kontrak,
harian lepas maupun borongan. Pengertian lainnya, buruh adalah orang yang
dengan senang hati melakukan usaha, kerja-keras, berjerih payah untuk
menghasilkan produk atau barang. Buruh adalah pemilik jasa dan orang yang
dan tunduk dalam suatu pekerjaan, tetapi orang yang mengaktifkan diri, berjalan
terus dan aktif memenuhi kegiatan produksi. Buruh memiliki sifat yang
memberikan (given) dan berunsur membangun, mencipta dan menghidupkan
(Steven. http://www.sulutlink.com diakses tanggal 25 November 2008 pukul
21:55 Wib).
Buruh harian lepas (BHL) adalah buruh yang diikat dengan hubungan
kerja dari hari-kehari dan menerima penerimaan upah sesuai dengan banyaknya
hari kerja, atau jam kerja atau banyaknya barang atau jenis pekerjaan yang
disediakan. Disebut buruh harian lepas (BHL) karena buruh yang bersangkutan
tidak ada kewajiban untuk masuk kerja dan tidak mempunyai hak yang sama
seperti pada buruh tetap. Umumnya buruh harian lepas (BHL) adalah buruh yang
mengerjakan pekerjaan yang sifatnya tidak terus menerus tetapi bersifat musiman.
Dalam penelitian ini buruh harian lepas yang dimaksud adalah pekerja
lepas di bidang pertanian karena mereka memang hanya bekerja di sektor
pertanian. Mereka tidak mau bekerja di sektor lain seperti pertukangan ataupun
buruh bangunan. Sehingga mereka lebih tepat untuk dikatakan sebagai buruh tani.
Buruh tani dalam pengertian yang sesungguhnya memperoleh penghasilan
terutama dari bekerja yang mengambil upah untuk para pemilik tanah atau para
petani penyewa tanah. Sebagian besar dari mereka atas dasar jangka pendek,
dipekerjakan dan dilepas dari hari ke hari. Disamping melakukan pekerjaan yang
diupah, buruh harian itu juga melakukan perdagangan kecil kecilan, menjual
pisang, rokok dan hasil pertanian secara kecil-kecilan, menjualnya berdasarkan
komisi dan kadang-kadang ada juga dari mereka yang menanami sebidang tanah
Dalam tingkah lakunya terhadap orang-orang yang diluar dari
kelompoknya, buruh tani biasanya menyerah saja kepada nasibnya, ia ingin
memperbaiki keadaannya, tetapi ia tidak tahu caranya, karena itu ia menyerah
saja. Kelompok ini biasanya curiga terhadap segala sesuatu yang datang dari luar
lingkungannya. Akan tetapi sekalipun kedengaranya bertentangan, pada akhirnya
buruh tani itu paling percaya kepada pertimbangan para majikan mereka. Tentu
saja kepercayaan itu ada batasnya, tetapi dalam berhubungan dengan mereka,
sekurang-kurangnya buruh itu tahu di mana mereka berdiri. Dalam beberapa
keadaan pendapat para majikan itu amat menentukan, sedangkan pendapat
orang-orang yang berusaha menjadi pemimpin buruh tani dalam perjuangan mereka
untuk memperbaiki kondisi hidup, tidak diterima. Terbukti bahwa pendapat
mereka kurang diperhatikan dibandingkan dengan pendapat majikan. Tidak ada
jawaban atau badan pemerintahan yang benar-benar memberikan perhatiannya,
baik langsung maupun tidak langsung, kepada buruh tani dan nasibnya. Buruh
tani hidup dari hari ke hari saja dan tidak memperhatikan rencana masa depan
misalnya dengan menabung.
Sajogyo memberikan ciri-ciri buruh tani yang bekerja dengan upah harian
lepas sebagai berikut:
Kegiatan ekonomi
1. Buruh tani biasanya dipekerjakan oleh tuan tanah besar dengan digaji
sebagai pekerja harian
2. Setelah hasil pertanian dipungut, buruh tani diperbolehkan menanami
tanah-tanah itu selama masa sekitar enam bulan sebelum tanah ditanami
3. Diwaktu mereka tidak dipekerjakan sebagai buruh, para buruh tani
melakukan perdagangan kecil-kecilan yang menghasilkan laba kira-kira
sama besarnya dengan gaji mereka
Kedudukan Sosial
1. Para buruh tani berada ditingkat terendah dalam lapisan masyarakat.
Mereka tidak mungkin jatuh lebih rendah lagi dan mereka tidak
mempunyai kedudukan yang akan dipertahankan maupun yang akan
hilang. Posisi seperti ini mempunyai pengaruh besar terhadap nilai-nilai
norma kelompok itu.
2. Buruh tani hidup untuk menyambung nyawa saja, karena tidak ada benda
atau orang yang menjamin kelanjutan hidup mereka di masa depan.
Kenyataan ini mempunyai implikasi penting terhadap rencana-rencana
pembangunan yang telah dipertimbangkan sebaik-baiknya berada diluar
pengertian buruh tani
3. Buruh tani yang sesungguhnya tidak mempunyai latar belakang
kecerdasan, juga tidak mempunyai pengalaman untuk mengelola
pertanian. Mereka telah terbiasa bekerja sebagai buruh tani sepanjang
hidup karena itu mereka tahu sedikit mengenai pekerjaan pertanian seperti
mencangkul, menanam, menyiangi dan memanen
4. Buruh tani sebagai kelompok sama sekali tidak terikat kepada desa
mereka. Banyak dari mereka berasal dari tempat lain, dan kalau telah
datang waktunya mereka berpindah ketempat yang baru dimana mereka
berharap menemukan kesempatan untuk berhasil atau mendapatkan gaji
2.4 Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan sosial sering diidentikkan dengan kesejahteraan masyarakat
atau kesejahteraan umum. Namun ada baiknya kita memilah kedua kata tersebut
yaitu kesejahteraan dan sosial. Istilah kesejahteraan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia menyebutkan sejahtera artinya aman, sentosa, makmur, selamat
(terlepas dari segala macam gangguan dan kesusahan). Sedangkan kesejahteraan
artinya keamanan, keselamatan, ketenteraman, kesenangan hidup dan
kemakmuran. Di dalam kamus ilmu kesejahteraan sosial disebutkan kesejahteraan
sosial adalah merupakan keadaan yang sejahtera yang meliputi keadaan
jasmaniah, rohaniah dan sosial tertentu saja. Kesejahteraan sosial adalah
kesejahteraan yang menyangkut keseluruhan syarat yang memungkinkan dan
mempermudah manusia dalam mengembangkan kepribadiannya secara sempurna
(Suparlan, 1984: 53).
Menurut Walter A. Friedlander pengertian kesejahteraan sosial adalah :
”Sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga
yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai standar
hidup dan kesehatan yang memuaskan dan relasi-relasi pribadi dan sosial yang
memungkinkan mereka mengembangkan kemampuannya sepenuh mungkin dan
meningkatkan kesejahteraan selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat”
(Muhidin : 1992 : 1).
Menurut Arthur Dunham, kesejahteraan sosial dapat didefinisikan
sebagai : ” Kegiatan-kegiatan yang terorganisir dengan tujuan meningkatkan
kesejahteraan dari segi sosial melalui pemberian bantuan kepada orang untuk
keluarga dan anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang,
standar-standar dengan kebutuhan, dan lembaga-lembaga sosial.”
Dalam UU No. 6 tahun 1979 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kesejahteraan Sosial disebutkan pengertian dari kesejahteraan sosial, materiil
maupun spiritual yang meliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan
ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk
mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan
sosial yang sebaiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung
tinggi hak-hak azasi serta kewajiban manusia dengan pancasila.
PBB mendefinisikan kesejahteraan sosial sebagai suatu kegiatan yang
terorganisir dengan tujuan membantu penyesuaian timbal balik antara
individu-individu dengan lingkungan sosial mereka. Tujuan ini dicapai secara seksama
melalui teknik-teknik dan metode-metode dengan maksud supaya memungkinkan
individu-individu, kelompok-kelompok maupun komunitas-komunitas untk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan memecahkan masalah-masalah penyesuaian
diri mereka terhadap perubahan pola-pola masyarakat serta melalui tindakan kerja
sama untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan sosial. Konsep ini nampaknya
lebih universal dibandingkan berbagai batasa terdahulu. Namun semua
mengartikan tentang kesejahteraan sosial itu pada prinsipnya sama. Yaitu
menyangkut kondisi kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya
yang tidak terbatas baik secara material maupun spiritual. Dalam kaitannya
dengan penelitian ini pekerjaan dapat dijadikan sebagai salah satu alat untuk
meningkatkan masyarakat atau sosial. Karena bekerja sebagai buruh harian lepas
Dari definisi di atas, dapat diambil pengertian bahwa kesejahteraan
sosial mencangkup berbagai usaha yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf
hidup manusia, baik itu dibidang fisik, mental, emosional, sosial, ekonomi,
2.5 Kerangka Pemikiran
Setiap manusia memiliki sejumlah kebutuhan dalam rangka
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Secara umum kebutuhan manusia
terdiri dari: kebutuhan fisik dan biologis (kebutuhan untuk hidup), kebutuhan
keselamatan dan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan akan harga diri dan
kebutuhan akan aktualisasi diri. Untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
manusia harus bekerja guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Demikian pula buruh
harian lepas (aron) yang bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan pokoknya
sehari-hari. Dengan tidak mengandalkan keterampilan khusus dan tingkat
pendidikan sebagai syarat tetapi hanya mengandalkan fisik mereka.
Kehidupan sosial ekonomi berkaitan dengan cara manusia memenuhi
kebutuhannya yang ditentukan tingkat pendapatan yang diterima dan
pemanfaatannya dalam memenuhi kebutuhan hidup. Kehidupan sosial ekonomi
buruk membuat mereka harus menggunakan strategi adaptasi (Coping Strategies)
dalam memenuhi kehidupan sehari-hari sehingga kesejahteraan buruh dapat
tercapai. Strategi adaptasi merupakan kemampuan seseorang dalam menerapkan
seperangkat cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi
kehidupannya. Adapun indikator yang ditentukan dalam mengukur strategi
adaptasi tersebut adalah peningkatan asset, pengontrolan konsumsi dan
pengeluaran, pengubahan komposis keluarga. Untuk lebih jelasnya, dibawah ini
Bagan Alir Pemikiran
2.6 Definisi Konsep
Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas
dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik, kejadian, keadaan kelompok atau
individu tertentu (Singarimbun, 1981: 32). Dalam hal ini konsep penelitian
bertujuan untuk merumuskan dan mendefinisikan istilah-istilah yang digunakan Buruh Harian Lepas (Aron)
Upaya Pemenuhan Kebutuhan
Kehidupan Sosial Ekonomi 1. Pendapatan
2. Kondisi Perumahan 3. Kesehatan
4. Pendidikan anak 5. Pangan
Strategi Adaptasi (Coping Strategies) Indikatornya adalah
1. Peningkatan asset 2. Pengontrolan konsumsi
dan pengeluaran 3. Pengubahan komposisi
keluarga
secara mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi dan menghindari salah
pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian ini.
Dari uraian yang telah dipaparkan di atas maka terlihat bahwa faktor
kemiskinan yang ditandai oleh adanya keterampilan khusus yang dapat
diandalkan mengakibatkan banyak pencari kerja meninggalkan daerah asalnya
dan bekerja sebagai buruh tani di daerah lain karena pekerjaan tersebut tidak
memerlukan keterampilan khusus dan tingkat pendidikan sebagai syarat. Untuk
memenuhi kebutuhan maka mereka termotivasi untuk mencari pekerjaan yang
hanya mengandalkan fisik mereka. Motivasi tersebut diwujudkan dalam bentuk
bekerja sebagai buruh harian lepas di sektor pertanian. Dengan bekerja sebagai
buruh harian lepas yang dalam istilah daerah setempat disebut dengan Aron,
mereka berharap dapat memenuhi kebutuhan hidup yang beraneka ragam seperti
pangan, sandang, perumahan, kesehatan, pendidikan anak, dan sebagainya yang
disesuaikan dengan kebutuhan penelitian yang akan dilaksanakan.
Kerangka Konsep Penelitian
Buruh Harian Lepas
1. Upah harian
2. Bekerja pada tuan tanah besar
3. Bekerja serabutan
4. Berada pada status masyarakat terendah
5. Tidak mempunyai latar belakang pendidikan
6. Tidak terikat pada desa mereka
Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi
2. Kondisi pangan
3. Kondisi perumahan
4. Kondisi kesehatan
5. Kondisi pendidikan anak
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan untuk melihat kondisi sosial
ekonomi buruh harian lepas dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Kondisi yaitu keadaan yang dapat dilihat dan diukur berdasarkan beberapa
indikator dalam suatu peristiwa atau keadaan dalam suatu kurun waktu dan
ruang tertentu.
2. Kesejahteraan sosial adalah merupakan keadaan yang sejahtera yang
meliputi keadaan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang menyangkut
keseluruhan syarat yang memungkinkan dan mempermudah manusia
dalam mengembangkan kepribadiannya secara sempurna (Suparlan, 1983:
53)
3. Kehidupan sosial ekonomi yaitu yang berkaitan dengan cara manusia
memenuhi kebutuhannya yang ditentukan oleh tingkat pendapatan yang
diterima. Kebutuhan merupakan segala yang diperlukan untuk
melangsungkan kehidupan hidup manusia yang didasarkan kepada kondisi
perumahan, kondisi kesehatan, kondisi pendidikan anak, kondisi pangan,
dan kondisi pendapatan
4. Strategi bertahan hidup (Coping Strategies) adalah kemampuan seseorang
dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai
5. Buruh adalah semua orang yang bekerja dan terdaftar namanya di
perusahaan serta menerima gaji atau upah secara langsung dari perusahaan
tempat dia bekerja, baik yang aktif bekerja maupun yang sedang cuti
dengan izin perusahaan, sedang mengikuti training, berstatus buruh tetap,
kontrak, harian lepas maupun borongan.
6. Buruh harian lepas adalah buruh yang bekerja yang diikat dengan
hubungan kerja dari hari ke hari dan menerima pembayaran upah sesuai
dengan banyaknya hari kerja atau jam kerja dan banyaknya barang atau
jenis pekerjaan yang disediakan. Disebut buruh lepas adalah karena buruh
yang bersangkutan tidak ada kewajiban untuk masuk kerja setiap hari dan
tidak mempunyai hak yang sama seperti pada buruh tetap. Umumnya
buruh harian lepas adalah buruh yang mengerjakan pekerjaan yang
sifatnya tidak terus menerus tetapi bersifat musiman. Dalam daerah
setempat para buruh harian lepas disebut dengan ”aron”. Mereka bekerja
di lahan pertanian yang membutuhkan tenaga kerja untuk menanam,
menyiangi atau memanen hasil pertanian. Pekerjaan yang mereka lakukan
tergantung petani pemilik lahan yang menyewa jasa mereka untuk bekerja
di lahan pertaniannya.
Dalam penelitian ini buruh harian lepas (aron) mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Menerima upah harian yang dapat dilihat dengan indikator:
a. Kerja lepas dari hari ke hari
b. Tidak setiap hari mendapat pekerjaan
2. Bekerja pada tuan tanah besar yang dapat dilihat dengan indikator:
a. Bekerja sesuai dengan kebutuhan petani besar
b. Tidak mempunyai lahan garapan sendiri
3. Bekerja serabutan yang dapat dilihat dengan indikator:
a. Melakukan pekerjaan yang tidak tetap
b. Kadang-kadang bekerja lembur sampai tengah malam
c. Menerima pekerjaan apa saja agar bisa bekerja tiap hari
4. Tidak mempunyai latar belakang pendidikan yang dapat dilihat dengan
indikator:
a. Tidak memiliki jenjang pendidikan formal yang tinggi
b. Tidak ada keterampilan dalam pengolahan lahan pertanian
c. Tidak ada kecerdasan dalam usaha tani seperti perencanaan kerja,
pembiayaan dan pemasaran
5. Tidak terikat pada desa mereka yang dapat dilihat dengan indikator:
a. Tempat bekerja mereka dapat berpindah-pindah setiap hari
b. Mereka tidak bekerja dilingkungan tempat tinggal mereka
c. Tidak mempunyai lahan sendiri di desanya
d. Umumnya adalah penduduk perantau
2.7 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan unsur penelitian yang memberitahukan
bagaimana cara mengukur suatu variabel (Singarimbun, 1981:33). Bertujuan
untuk memudahkan penelitian dalam melaksanakan penelitian di lapangan. Maka
menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dengan kata-kata yang
dapat diuji dan diketahui kebenarannya oleh orang lain. Dalam penelitian ini,
kondisi sosial ekonomi buruh harian lepas dapat diukur dari indikator sebagai
berikut:
1. Kondisi pendapatan yaitu jumlah upah yang diterima sebagai imbalan jasa
dengan satuan perhitungan bulanan. Perhitungan yang digunakan adalah
dalam perbulannya yaitu:
a. Rendah : Dibawah Rp 350.000.-
b. Sedang : Antara Rp 350.000,- sampai Rp 450.000,-
c. Tinggi : Di atas Rp 450.000,-
2. Kondisi perumahan adalah tempat tinggal keluarga buruh harian lepas dengan
indikator:
a. Tersedianya sarana air minum
b. Tersedianya sarana penerangan
c. Tersedianya sarana MCK
d. Adanya jendela dan ventilasi untuk keluar masuknya udara dan cahaya
e. Jumlah anggota keluarga yang menempatinya
f. Kondisi fisik bangunan
3. Kondisi kesehatan adalah suatu keadaan bebas dari penyakit yang dialami
oleh buruh harian lepas dengan indikator:
a. Kesehatan mental yaitu meliputi keyakinan akan ajaran agama, keteguhan
mengindahkan norma-norma sosial dan hukum
b. Kesehatan badan atau fisik meliputi penyakit yang pernah diderita oleh
c. Kesehatan sosial yaitu suatu keadaan yang dialami oleh buruh harian
lepas dalam berinteraksi dengan lingkungan tempat tinggalnya
4. Kondisi pendidikan anak adalah keadaan pendidikan anak responden saat ini
di bangku sekolah dengan indikator:
a. Tinggi : Akademi – Sarjana
b. Sedang : SLTP – SLTA
c. Rendah : Tidak bersekolah - SD
5. Kondisi pangan adalah jenis makanan yang dikonsumsi oleh buruh harian
lepas setiap harinya yang diukur melalui indikator:
a. Kwalitas jenis makanan yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan gizi
b. Kwalitas jenis makanan yang dikonsumsi setiap harinya
Strategi Adaptasi (Coping Strategies) adalah kemampuan seseorang dalam
menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang
melingkupi kehidupannya. Strategi adaptasi ini dapat diukur dari indikator sebagai
berikut:
1. Peningkatan Asset yaitu menggunakan asset yang ada dalam keluarga buruh
aron tersebut yang diukur melalui indikator:
a. Melibatkan lebih banyak anggota keluarga untuk bekerja
b. Memulai usaha kecil-kecilan
c. Memulung barang-barang bekas
d. Menyewakan kamar
e. Menggadaikan barang
2. Pengontrolan Konsumsi dan Pengeluaran
a. Mengurangi jenis dan pola makan
b. Membeli barang-barang murah
c. Mengurangi pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan
d. Mengurangi kunjungan ke desa
e. Memperbaiki rumah atau alat-alat rumah tangga sendiri
3. Pengubahan Komposisi Keluarga
a. Migrasi ke desa atau ke kota lain
b. Meningkatkan jumlah anggota rumah tangga untuk memaksimalkan
pendapatan
c. Menitipkan anak ke kerabat atau keluarga lain baik secara temporer
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Tipe Penelitian
Tipe penelitian adalah penelitian deskriptif yaitu suatu prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau
objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dll) pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1998:
63). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu menggambarkan suatu
objek yang diteliti melalui pencarian data-data dan sumber-sumber informasi yang
berkenaan dengan objek yang akan diteliti, menganalisa data-data yang didapat
serta menginterpretasikan kondisi-kondisi yang terjadi pada objek penelitian
berdasarkan data yang ada.
3.2Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Simpang Laudah Kelurahan Padang Mas
Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo. Alasan pemilihan lokasi ini adalah
karena peneliti ingin mengetahui secara pasti bagaimana kondisi kehidupan sosial
ekonomi buruh harian lepas (aron). Hal yang membuat peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian di tempat ini adalah karena masih sedikit yang melakukan
penelitian mengenai buruh harian lepas (aron) di Tanah Karo khususnya,
ditambah lokasi penelitian mudah dijangkau sehingga memudahkan peneliti untuk
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia,
benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa
sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian
(Nawawi, 1998:141). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh buruh harian lepas yang berada di Kelurahan Padang Mas Kecamatan
Kabanjahe Kabupaten Karo yang berjumlah 110 Kepala Keluarga.
Sampel
Menurut Prof.Dr.Suharsimi Arikunto, Sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti (Arikunto, 1997 : 109). Dalam penelitian ini besar sampel
yang ditentukan sesuai dengan pendapat Arikunto (1997: 20), menyatakan jika
jumlah populasi lebih dari 100 maka diambil sampel sejumlah 10-20% dari
populasi dan dianggap representative.
Adapun teknik yang digunakan dalam penarikan sampel yaitu teknik Non
Probability Sampling yang termasuk ke dalam non random sampling dengan
menggunakan metode “purposive sampling”, yaitu suatu metode yang
berdasarkan penunjukan sesuai dengan kewenangan dan kedudukan sampel. Yang
menjadi sampel dalam penelitian ini adalah Kepala Keluarga (KK) dalam hal ini
tidak dibatasi perempuan atau laki-laki. Karena hal itu memudahkan peneliti
untuk mengukur tingkat sosial ekonomi berdasarkan indikator yang telah