DAMPAK KENAIKAN HARGA DAGING SAPI TERHADAP
KONSUMSI DAGING SAPI DI KOTA MEDAN
SKRIPSI
OLEH :
IRMA YUSNITA HASIBUAN 080304086
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
DAMPAK KENAIKAN HARGA DAGING SAPI TERHADAP
KONSUMSI DAGING SAPI DI KOTA MEDAN
SKRIPSI
Oleh:
IRMA YUSNITA HASIBUAN 080304086
AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
(Dr. Ir. Salmiah M.s ) (Ir. Sinar Indra Kesuma. M.Si Nip : 195702171986032001 NIP : 196509261993031002
)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
IRMA YUSNITA HASIBUAN (080304086/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi
Dampak Kenaikan Harga Daging Sapi Terhadap Konsumsi Daging Sapi Di Kota Medan. Penelitian ini di bimbing oleh Dr.Ir.Salmiah, M.S dan Ir.Sinar Indra Kesuma, M.Si yang bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi kenaikkan harga daging sapi di daerah penelitian, (2) Menganalisis dampak kenaikkan harga daging sapi terhadap permintaan daging sapi di daerah penelitian, dan (3) Mengetahui fluktuasi harga daging sapi di daerah penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Medan. Lokasi penelitian dilakukan secara
purposive, pengambilan sampel penelitian ini dilakukan secara accidental sample, dengan jumlah sampel sebanyak 67. Data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari konsumen yang membeli daging sapi di pasar – pasar tradisional di Kota Medan melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan. Penelitian ini menggunakan analisis regresi dengan metode taksiran OLS (Ordinary Least Square).
Dari hasil penelitian diperoleh : (1) harga beli, biaya penunjang, biaya tenaga kerja dan pendapatan berpengaruh nyata terhadap kenaikan harga daging sapi, (2) naiknya harga daging sapi berdampak pada turunnya permintaan konsumsi daging sapi, dan (3) perkembangan harga daging sapi berfluktuasi setiap tahunnya.
RIWAYAT HIDUP
IRMA YUSNITA HASIBUAN lahir di Banyuwangi pada tanggal 20 Januari 1990, sebagai anak pertama dari empat bersaudara, seorang putri dari
Ayahanda H.Ir.Yusnan Effendi Hasibuan dan Ibunda Hj.Yuniana Cendrayani Bsc.
Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
1. Tahun 1996 masuk Sekolah Dasar di SDN 050651 Bungara dan tamat pada
tahun 2002.
2. Tahun 2002 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Medan dan tamat
pada tahun 2005.
3. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Swasta Al - Azhar
Medan dan tamat pada tahun 2008.
4. Tahun 2008 penulis diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara melalui jalur Reguler - Mandiri.
Kegiatan yang pernah diikuti penulis adalah sebagai berikut:
1. Anggota Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
2. Anggota Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara.
3. Bulan Juli 2012 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Rawang Pasar V,
Kecamatan Rawang Panca Arga, Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara.
4. Bulan Agustus 2013 penulis melaksanakan penelitian skripsi di, kota Medan,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “DAMPAK KENAIKAN HARGA DAGING SAPI TERHADAP KONSUMSI DAGING SAPI DI KOTA MEDAN” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agribisinis,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Secara khusus penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada Ayahanda tercinta H. Ir. Yusnan Effendi Hasibuan dan
Ibunda tercinta Hj. Yuniana Cendrayani Bsc, atas seluruh perhatian dan dukungan
baik secara materi, moril maupun doa yang diberikan kepada penulis, serta kepada
adik penulis Yudi F. Putra Hasibuan, M. Taufiq Hasibuan dan Intan Novia Rizka
Hasibuan atas doa dan dukungan yang diberikan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
• Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk mengajar dan membimbing serta memberikan masukan yang
berharga dalam menyelesaikan skripsi ini.
• Ir. Sinar Indra Kesuma, Msi selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah mengayomi dan memberikan masukan yang sangat berarti kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
• Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua program studi Agribisnis, FP-USU dan Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Sekertaris program studi Agribisnis,
• Seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis, FP-USU khususnya Kak Yani, Kak Lisbeth, Kak Seruni dan Kak Nita yang memberikan
kelancaran dalam hal administrasi.
• Bapak dan ibu peternak, pedagang dan konsumen daging sapi yang telah bersedia meluangkan waktu sehingga penulis dapat memperoleh data guna
menyempurnakan proses pengerjaan skripsi ini.
• Rekan-rekan mahasiswa stambuk 2008 di Program Studi Agribisnis, khususnya Lolisa Efa Matovai, SP, Lailan Syafina, SP, Sri Ardianti Pratiwi Srg, SP, Giska
Rizky Aulia, SP, Sri Novi Yanti, SP, Izzatul Dwina Mahsaiba, SP, Rizki Utami
SP, Arini Pebristya Duha, SP, Rafika Zahara, SP, dll yang tidak bisa
disebutkan satu persatu serta kepada kakak-kakak dan abang-abang senior yang
telah memberikan dukungan dan membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Terima kasih kepada Ferry Sanjaya, S.Si yang selama ini dengan
setia memberikan dukungan, doa dan motivasi serta nasehat kepada penulis.
Penulis juga menyadari kekurangan dan keterbatasan dalam skripsi ini. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang
membangun dari pembaca. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pihak yang membutuhkan dan penelitian selanjutnya.
Medan, 2013
DAFTAR ISI
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 8
2.1. Tinjauan Pustaka ... 8
2.2. Landasan Teori ... 16
2.3. Kerangka Pemikiran ... 22
2.4. Hipotesis ... 24
III. METODOLOGI PENELITIAN ... 25
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 25
3.2. Metode Penentuan Sampel ... 25
3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 29
3.5.1. Definisi ... 29
3.5.2. Batsan Operasional... 30
IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL ... 31
4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 31
4.1.1. Letak dan Keadaan Geografis ... 31
4.1.3. Sarana dan Prasarana... 35
4.2. Karakteristik Sampel ... 37
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40
5.1. Faktor – factor yang Mempengaruhi Kenaikan Harga Daging Sapi ... 40
5.1.1. Faktor – factor yang Mempengaruhi Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak ... 40
5.1.2. Faktor – factor yang Mempengaruhi Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Pedagang ... 48
5.2. Dampak Kenaikan Harga Daging Sapi Terhadap Permintaan Daging Sapi 56 5.3. Fluktuasi Konsumsi Daging Sapi dengan Fluktuasi Harga Daging Sapi di Kota Medan ... 58
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 62
6.1. Kesimpulan ... 62
6.2. Saran ... 63
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
1. Konsumsi Daging Sapi Per Kapita Sumatera Utara ... 3
2. Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi pada Daging Sapi ... 10
3. Pasar Tradisional dan Jumlah Penduduk Tahun 2012 ... 25
4. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2011 ... 32
5. Penduduk Menurut Kelompok Umur ... 33
6. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan... 34
7. Sarana dan Prasaran ... 35
8. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur ... 37
9. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Tingkat Pendidikan ... 38
10. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Jumlah Pendapatan ... 39
11. Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas Model Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak ... 41
12. Hasil Analisis Faktor – factor yang Memepengaruhi Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak ... 44
13. Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas Model Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Pedagang ... 49
14. Hasil Analisis Faktor – factor yang Memepengaruhi Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Pedagang ... 52
15. Pemakaian Daging Sapi di Kota Medan 2010 – 2011 ... 58
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
1. Kurva Permintaan ... 16
2. Kurva Penawaran ... 19
3. Kurva Equilibrium ... 21
4. Skema Kerangka Pemikiran ... 23
5. Grafik Uji Asumsi Heterokedastisitas Model Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak ... 41
6. Grafik Uji Asumsi Normalitas Model Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak ... 42
7. Histogram Normalitas Model Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak ... 43
8. Grafik Uji Asumsi Heterokedastisitas Model Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Pedagang ... 49
9. Grafik Uji Asumsi Normalitas Model Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Pedagang ... 50
10. Histogram Normalitas Model Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Pedagang ... 51
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Karakteristik Sampel Peternak ... 66
2. Karakteristik Sampel Pedagang ... 66
3. Karakteristik Sampel Konsumen... 67
4. Input Data Spss Peternak ... 68
5. Upah Tenaga Kerja Peternak ... 68
6. Total Harga Bahan Baku ... 69
7. Total Biaya Bahan Penunjang ... 69
8. Input Data Spss Pedagang ... 70
9. Upah Tenaga Kerja Pedagang ... 71
10. Harga Daging Sapi Tahun 2009 – 2011 ... 73
11. Jumlah Konsumsi Daging Sapi Sebelum dan Sesudah Kenaikan Harga ... 74
12. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak ... 75
ABSTRAK
IRMA YUSNITA HASIBUAN (080304086/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi
Dampak Kenaikan Harga Daging Sapi Terhadap Konsumsi Daging Sapi Di Kota Medan. Penelitian ini di bimbing oleh Dr.Ir.Salmiah, M.S dan Ir.Sinar Indra Kesuma, M.Si yang bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi kenaikkan harga daging sapi di daerah penelitian, (2) Menganalisis dampak kenaikkan harga daging sapi terhadap permintaan daging sapi di daerah penelitian, dan (3) Mengetahui fluktuasi harga daging sapi di daerah penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Medan. Lokasi penelitian dilakukan secara
purposive, pengambilan sampel penelitian ini dilakukan secara accidental sample, dengan jumlah sampel sebanyak 67. Data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari konsumen yang membeli daging sapi di pasar – pasar tradisional di Kota Medan melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan. Penelitian ini menggunakan analisis regresi dengan metode taksiran OLS (Ordinary Least Square).
Dari hasil penelitian diperoleh : (1) harga beli, biaya penunjang, biaya tenaga kerja dan pendapatan berpengaruh nyata terhadap kenaikan harga daging sapi, (2) naiknya harga daging sapi berdampak pada turunnya permintaan konsumsi daging sapi, dan (3) perkembangan harga daging sapi berfluktuasi setiap tahunnya.
I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Daging Sapi adalah bahan makanan hewani yang biasa dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia. Daging Sapi mengandung energi sebesar 207 kilokalori,
protein 18,8 gram, karbohidrat 0 gram, lemak 14 gram, kalsium 11 miligram,
fosfor 170 miligram, dan zat besi 3 miligram. Selain itu di dalam Daging Sapi
juga terkandung vitamin A sebanyak 30 IU, vitamin B1 0,08 miligram dan
vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap
100 gram Daging Sapi, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 %.
Separuh dari bagian bahan kering manusia adalah protein. Kebutuhan protein
untuk pria dewasa 55 g/hari dan untuk wanita dewasa 44 g/hari. Tubuh manusia
tidak dapat menyimpan protein sehingga memerlukan suplai dari pangan.
Recomendation Daily Allowance (RDA) untuk protein telur dan daging sapi
adalah sebesar 0,75 g/kg berat badan (bb) orang dewasa muda yang sehat dan 1
g/kg bb orang dewasa tua ( BBPP Batu, 2012).
Berdasarkan data Susenas BPS 2011, tingkat kebutuhan konsumsi daging sapi
bagi penduduk Indonesia (terbesar ke-4 dunia), rata-rata sebesar 1,83
kg/kapita/tahun atau meningkat konsumsi dari tahun sebelumnya sebesar 0,14 kg.
Sedangkan jumlah total kebutuhan konsumsi daging sapi domestik selama tahun
2012 (tidak termasuk industri dan hotel, restoran serta katering) angkanya
mencapai 441.605 ton. Jika dibandingkan dengan jumlah total produksi daging
sapi yang dihasilkan di dalam negeri, masih mengalami kelebihan produksi
awal, dengan kelebihan jumlah produksi tersebut diharapkan akan dapat
mencukupi dan memenuhi permintaan kebutuhan daging sapi baik untuk
konsumsi rumah tangga, industri dan sektor horeka selama satu tahun.
Konsumsi daging sapi per kapita bangsa Indonesia saat ini mencapai 1,87 kg.
Angka ini termasuk rendah bila dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia
Tenggara. Konsumsi yang rendah itu pun, Indonesia memerlukan setidaknya
448.000 ton daging sapi per tahun. Dari jumlah tersebut, baru sekitar 85% yang
dapat dipenuhi oleh produksi daging sapi dalam negeri dan sisanya masih berasal
dari impor negara lain. Hal ini amatlah mengkhawatirkan mengingat dengan
bergantungnya negara kita terhadap suplai impor, maka posisi tawar kita dalam
percaturan politik dunia menjadi lebih lemah. Selain itu, impor dari negara lain
juga membuka peluang bagi masuknya penyakit-penyakit ternak yang belum
pernah ada sebelumnya di Indonesia. Oleh karena itu, untuk mencegah hal ini,
Kementerian Pertanian Indonesia mencanangkan program PSDSK (Program
Swasembada Daging Sapi dan Kerbau). Sebelumnya, program ini dicanangkan
untuk tahun 2010, tetapi karena satu dan lain hal direvisi menjadi tahun 2014
(BPS, 2011).
Data dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dari total
produksi daging sapi menurut propinsi di Indonesia secara keseluruhan tercatat
untuk tahun 2011 sebesar 485.333 ton dan di tahun 2012 tercatat sebesar 505.447
ton dengan pertumbuhan kenaikan produksi daging sapi sebesar 4,15%. Secara
agregat, produksi daging sapi di beberapa propinsi masih akan terus mengalami
Sedangkan untuk ketersediaan bagi propinsi sentra konsumsi daging sapi di
Indonesia, berdasarkan data urutan dari jumlah permintaan yang tinggi, yaitu
Propinsi Jawa Barat pada tahun 2010 permintaan untuk konsumsi daging sapi
sebesar 344.267 ton, dan terbesar ke dua adalah Propinsi Jawa Timur sebesar
222.682 ton, selanjutnya Propinsi Jawa Tengah pada urutan ke tiga dengan jumlah
permintaan sebesar 146.458 ton. Sedangkan Propinsi DKI Jakarta dan Bali serta
Sumatera Utara jumlah permintaan untuk komsumsi rata-rata sebesar 80.000 ton
(Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2011).
Data konsumsi daging sapi perkapita di sumatera utara dapat dilihat dari tabel
berikut :
Tabel. 1 Konsumsi Daging Sapi Perkapita Sumatera Utara
Tahun Komoditi Daging Sapi (%)
2007 0.75
Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sumatera Utara 2011
Dari data di atas dapat dilihat bahwa setiap tahunnya konsumsi daging sapi di
sumatera utara mengalami kenaikkan.
Harga komoditas daging sapi di dalam negeri dari tahun ke tahun kenyataannya
terus mengalami kenaikan. Kenaikan harga tersebut dipengaruhi oleh berbagai
faktor diantaranya sangat berhubungan erat dengan kenaikan permintaan, jumlah
pasokan yang berkurang, serta impor dan harga daging sapi yang berlaku di pasar
saat menghadapi Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN) dan berpotensi pada
harga daging sapi menjadi naik, apalagi jika tidak diimbangi dengan pasokan yang
cukup maka lonjakan kenaikan harga akan semakin meningkat tajam
(Kabid Ketahanan Pangan dan PDT, Deputi Bidang Perekonomian, 2013).
Selama periode tahun 2012, terpantau rata-rata harga daging sapi di tingkat eceran
angkanya telah mencapai Rp 74.991/kg atau mengalami kenaikan sebesar 7,6%
dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, jika menjelang hari Lebaran,
harga daging sapi di beberapa kota di Indonesia dipastikan akan terus meningkat,
angkanya sempat menyentuh Rp 85.000/kg sampai dengan Rp 100.000/kg atau
mengalami kenaikan sekitar 20% dari bulan sebelumnya
(Kabid Ketahanan Pangan dan PDT, Deputi Bidang Perekonomian, 2013).
Rata-rata kenaikan harga komoditas daging sapi per tahun mencapai 9,0%.
Dengan kenaikan harga tertinggi terjadi pada tahun 2008 yang mencapai angka
14,4% dibandingkan pada tahun sebelumnya, yaitu dari Rp 50.036/kg menjadi Rp
57.259/kg. Harga daging sapi pada periode tahun 2003-2012 mengalami gejolak
kenaikan harga dengan tingkat koefisien variasi sebesar 27,3%. Secara nasional,
perkembangan situasi harga daging sapi pada tahun 2012 (sampai dengan bulan
September 2012) berangsur-angsur mengalami kenaikan dari awal Januari dan
mulai mengalami lonjakan harga pada bulan Juli (menjelang puasa), yaitu
mencapai angka 3,36% dari Rp 74.393/kg menjadi Rp 76.895/kg. Sedang tingkat
harga pada bulan Agustus 2012 terus bergerak naik mencapai 3,78% dari Rp
Dalam Medan Bisnis 2013, Harga daging sapi di Kota Medan berpotensi
mengalami kenaikan yang signifikan. Pasalnya, pasokan daging yang diterima
pedagang terus berkurang, karena itu harganya pun mulai mengalami kenaikan.
hingga saat ini, pasokan daging sapi yang masuk ke pedagang berkurang sekitar
20% dari keadaan normal. Harga pengambilan juga mengalami kenaikan.
Saat ini, harga daging sapi di Medan bertahan tinggi berkisar Rp 83.000-Rp
85.000 per kg. Angka tersebut masih sama dengan harga menjelang Lebaran dan
Natal tahun lalu, padahal harga normal berkisar Rp 75.000-Rp 78.000 per kg.
Mahalnya harga daging sapi karena pasokan yang masuk ke pedagang belum
normal. Sebelumnya, pasokan daging sapi juga berkurang sejak Oktober 2012.
Bahkan, saat itu harga daging sapi melonjak hingga mendekati Rp 100.000 per kg
akibat langkanya sapi impor yang masuk. Saat ini pedagang hanya bisa memasok
daging tidak lebih dari 500 kg setiap hari, padahal dalam keadaan normal, paling
sedikit pedagang memasok 700 kg. Bahkan, jika permintaan tinggi, pedagang bisa
memasok lebih dari angka itu. Kondisi ini, memicu kenaikan harga daging.
(Medan Bisnis, 2013).
Harga daging sapi normal nya berkisar Rp.70.000 tetapi pada pertengahan tahun
2012 di saat mendekati lebaran harga daging sapi menjadi Rp.80.000 per kg dan
harga ini bertahan hingga awal tahun 2013. Lebaran tahun 2013 di perkirakan
harga daging sapi akan semakin naik bahkan mungkin mencapai harga Rp.
100.000 per kg. Naiknya harga daging sapi dipasaran diperkirakan akan
mempengaruhi konsumsi konsumen terhadap daging sapi. Oleh karena itu, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Dampak Kenaikan
1.2Identifikasi Masalah
Adapun yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Faktor – faktor yang mempengaruhi kenaikkan harga daging sapi di daerah
penelitian?
a. Di tingkat peternak variabel yang mempengaruhi harga bahan baku
sapi, biaya penunjang, biaya tenaga kerja, dan pendapatan peternak.
b. Di tingkat pedagang variabel yang mempengaruhi harga beli pedagang,
biaya penunjang, biaya tenaga kerja, dan pendapatan.
2. Bagaimana dampak kenaikan harga daging sapi terhadap permintaan
daging sapi di daerah penelitian?
3. Bagaimana fluktuasi konsumsi daging sapi dengan fluktuasi harga daging
sapi di daerah penelitian?
1.3Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengidentifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi kenaikkan
harga daging sapi di daerah penelitian.
2. Untuk menganalisis dampak kenaikkan harga daging sapi terhadap
permintaan daging sapi di daerah penelitian.
3. Untuk mengetahui fluktuasi konsumsi daging sapi dengan fluktuasi harga
1.4Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan masukkan dan informasi bagi pedagang daging sapi dan
pihak – pihak yang berkepentingan.
2. Sebagai bahan informasi dan refrensi bagi peneliti lainnya yang
berhubungan dengan substansi penelitian ini
3. Sebagai bahan masukkan dan pertimbangan bagi pemerintah dalam
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Protein merupakan salah satu sumber gizi yang penting bagi tubuh manusia,
protein berperan sangat penting selain untuk menunjang keberadaan setiap sel
tubuh juga sebagai proses kekebalan tubuh. Setiap orang dewasa sedikitnya wajib
mengkonsumsi 1 gr protein per kg sesuai berat tubuhnya. Kebutuhan terhadap
protein akan bertambah pada perempuan yang sedang mengandung dan para atlet.
Protein sangat berbeda dari karbohidarat dan lemak.
Keberadaan protein dalam tubuh merupakan komponen terbesar dalam tubuh
manusia setelah air. Jumlah protein 1/6 dari berat tubuh manusia, dan tersebar di
dalam otot, tulang, kulit, serta berbagai cairan tubuh manusia. Mineral protein
merupakan sumber utama dari nitrogen yang merupakan elemen yang sangat
penting dari setiap mahluk hidup ( Anonimous, 2011).
Protein berperan sangat penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk
hidup dan virus. Selain itu, protein memiliki peran penting dalam pembentukan
sistem kekebalan tubuh (imunitas) bertujuan sebagai antibodi, dan juga berfungsi
sebagai sistem kendali dalam bentuk hormon. Fungsi utamanya adalah
membentuk jaringan pada tubuh dengan kandungan asam aminonya. Protein
sangat penting bagi tubuh manusia. Kebutuhan protein bagi tubuh sangat wajib
terpenuhi. Kekurangan protein dapat menyebabkan penyakit dan kekurangan
seimbangan tubuh. Protein diperlukan oleh tubuh sebagai zat pembangun,
• Sebagai Zat pembangun, protein adalah bahan pembentuk jaringan baru di
dalam tubuh;
• Sebagai Zat pengatur, protein berperan mengatur berbagai sistem di dalam
tubuh;
• Sebagai Bahan bakar, protein akan dibakar ketika kebutuhan energi tubuh
tidak dapat dipenuhi oleh hidrat arang dan lemak ( Anonimous , 2011).
Sumber Protein • susu;
• daging;
• tumbuhan yang berbiji;
• ikan;
• kacang polong-polongan;
• telur;
• kentang;
Kualitas daging sebagai sumber protein:
• Protein daging mudah dicerna oleh manusia.
• Protein hewani mengandung semua asam amino esensial.
• Asam amino pada daging lebih banyak dan dapat mudah dicerna.
• Kecernaan protein daging (NPU) daging 0,75 sedangkan protein nabati 0,5
– 0,6.
• Kandungan lysine pada daging tersedia sangat cukup bagi konsumsi/diet
Tabel 2 Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Daging Sapi :
Banyaknya Daging Sapi yang diteliti (FoodWeight) Bagian Daging Sapi yang dapat dikonsumsi (Bdd /
Food Edible)
100 gr
100 %
Jumlah Kandungan Energi Daging Sapi 207 kkal Jumlah Kandungan Protein Daging Sapi 18,8 gr
Jumlah Kandungan Lemak Daging Sapi 14 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat Daging Sapi 0 gr
Jumlah Kandungan Kalsium Daging Sapi 11 mg
Jumlah Kandungan Fosfor Daging Sapi 170 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi Daging Sapi 3 mg
Jumlah Kandungan Vitamin A Daging Sapi 30 mg Jumlah Kandungan Vitamin B1 Daging Sapi 0,08 mg Jumlah Kandungan Vitamin C Daging Sapi 0 mg
Sumber : BBPP Batu 2012
Jenis Potongan Daging Sapi
Pemotongan sapi di setiap negara agak berbeda dari negara yang lain karena
tergantung dari pemakaian/permintaan di negara tersebut. Potongan utama, atau
primal cuts, adalah potongan-potangan besar pada karkas sapi menjadi sampil,
sandung lamur, lamusir depan, rusuk, has luar, samcan, shortloin, betak daging
paha belakang, pinggul tebal, penutup serta betis depan dan belakang. Potongan
utama kemudian dibagi menjadi sub-primal cuts dan terkadang sub-primal cuts
● Sampil
Sampil. dalam bahasa Inggris chuck, didapat dari daging paha atas, bahu dan
punuk. Sampil merupakan daging yang kurang lunak namun penuh rasa karena
kandungan kolagen yang cukup tinggi.
Sampil kecil, dalam bahasa Inggris blade tetapi juga disebut clod, oyster atau
oyster blade, merupakan sampil bagian bahu atas dan bawah yang berbentuk segi
empat. Kijen atau chuck tender berbentuk kerucut yang terlapis kulis luar yang
tipis.
● Sandung lamur
Sandung lamur, dalam bahasa Inggris brisket, adalah potongan dari bagian dada.
Potongan ini agak berlemak. Potongan sandung lamur lainnya adalah sandung
lamur bagian pangkal (brisket naval end) dan sandung lamur bagian ujung (brisket
point end)
●Iga
Lamusir depan, atau cube roll, diambil dari bagian punggung, dipotong dari rusuk
keempat hingga rusuk keduabelas. Lamusir termasuk daging yang lunak karena
terdapat butir-butir lemak didalamnya. Iga adalah potongan daging yang berasal
sekitar tulang rusuk, yaitu dari rusuk keenam hingga keduabelas.
● Shortloin, striploin, sirloin
Shortloin dan striploin adalah potongan daging bagian belakang sapi. Sirloin
adalah bagian daging yang terletak persis di belakang shortloin dan di atasnya
tenderloin atau has dalam. Di Indonesia sirloin juga disebut sebagai has luar..
Otot dari bagian sapi ini masih bekerja cukup keras, namun beban pekerjaannya
●Has dalam
Has dalam, dalam bahasa Inggris tenderloin atau fillet, adalah potongan daging
yang paling empuk dan kandungan lemaknya tidak besar. Lokasi potongan daging
ini ditengah-tengah sirloin. Harga jenis potongan ini adalah yang paling mahal
dibandingkan dengan potongan yang lainnya.
●Samcan
Samcan atau flank, adalah potongan dari bagian otot perut. Bentuknya panjang
dan datar, dan kurang lunak. Di Prancis daging ini dinamakan bavette.
●Penutup, tanjung, kelapa, pendasar, gandik
Dari paha belakang sapi, atau rump, terdapat beberapa potongan yaitu rump
(tanjung), kelapa (knuckle), penutup (inside, topside), silverside, gandik (eye of
round), dan pendasar (outside). Tanjung adalah bagian pinggang sapi yang
dilapisi oleh lemak yang cukup tebal. Daging tanjung termasuk jenis daging yang
lunak. Silverside terdapat di paha belakang bagian bawah. Dagingnya padat dan
tidak banyak mengandung lemak.
●Sengkel
Sengkel, dari bahasa Belanda schenkel, dalam bahasa Inggris shank atau shin
merupakan daging yang terdapat di bagian atas betis sapi. Potongan daging ini
Jenis penyimpangan daging sapi
●Daging Sapi Glonggongan
Daging sapi glonggongan adalah daging sapi yang berasal dari hewan sapi yang
sebelum disembelih diberi minum sebanyak-banyaknya sampai lemas. Penyiksaan
hewan seperti itu bertujuan untuk menggenjot berat daging dengan air yang
di-glonggongkan ke hewan. Daging glonggongan tidak pantas untuk dikonsumsi.
Meskipun secara teoritis bukan bangkai tetapi daging jenis ini telah diharamkan
oleh MUI karena dalam proses penyembelihannya terlalu kejam dan tidak
berperikehewanan. Daging jenis “glonggongan” (yang sering disebut sebagai
daging basah) dijual lebih murah dari daging biasa (daging kering). Selisihnya
sekitar Rp. 5000,- tetapi dari segi ekonomis sebetulnya lebih mahal karena 30%
dari beratnya adalah air. Selain itu kadar air yang terlalu tinggi juga rentan
terinfeksi bakteri penyakit.
Ciri-ciri Daging Glonggongan, sebagai berikut :
1. Berwarna pucat
2. Konsistensi daging lembek
3. Permukaan daging basah
4. Biasanya penjual tidak menggantung daging tersebut karena bila digantung air
akan banyak menetes dari daging
●Pemalsuan Daging Sapi
Daging sapi oplos daging babi marak terjadi menjelang lebaran dikarenakan
permintaan daging sapi meningkat. Daging oplosan umumnya muncul dan
diperdagangkan di pasar tradisional, di luar kios resmi penjualan dengan harga
Menurut Dr. Ir. Joko Hermanianto (ahli daging di Dep. Ilmu dan Teknologi
Pangan, Fateta, IPB), secara kasat mata ada lima aspek yang terlihat berbeda
antara daging babi dan sapi yaitu warna, serat daging, tipe lemak, aroma dan
tekstur.
●Daging Sapi Bangkai
Dari segi kehalalan hukum bangkai ini adalah haram. Penyembelihan bangkai ini
dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan ilegal.
Adapun ciri-ciri daging bangkai:
1. Daging kelihatan kusam dan berlendir. Pada umumnya disebabkan oleh bakteri
genus Pseudomonas, Achromobacter, Streptococcus, Leuconostoc, Bacillus dan
Microccocus.
2. Daging berwarna kehijau-hijauan (seperti isi usus). Pada umumnya disebabkan
oleh bakteri dari genus Lactobacillus dan Leuconostoc
3. Daging menjadi tengik akibat penguraian lemak. Pada umumnya disebabkan
oleh bakteri genus Pseudomonas dan Achromobacter.
(Dinas peternakan ,2012)
Harga daging sapi semakin hari semakin membahana ke arah paling tinggi.
Sehingga tidak heran,kecurangan dalam pengadaan sumber protein itu mengalami
kecurangan agar selalu laku dalam berjualan. Conothnya dengan mencampurkan
daging dengan formalin,pewarna buatan ataupun melumuri daging beku dengan
darah,sebagaimana yang kita ketahui,darah merupakan tempat hidup yang bagus
bagi mikroorganisme.
Tujuan Dokter Hewan di seluruh Indonesia bahkan dunia salah satunya yaitu
ke meja makan setiap keluarga,akan tetapi dengan praktek yang demikian bisa
membuat citra dokter hewan di Indonesia khususnya menjadi bobrok bagaikan
longsor yang siap menggusur pemukiman di bawahnya. Oleh sebab itu,perlulah
kerjasama Dokter Hewan dan masyarakat khususnya,yakni harus teliti memilih
bahan yang baik dan tidak. Berikut beberapa fakta yang harus diketahui tentang
daging :
●Bebas dari Cacing
Manusia maupun makluk hidup lainnya,sangat rawan terserang cacingan. Begitu
juga hewan ternak yang ada di pasaran. Ciri-ciri daging yang bebas dari cacing
yakni daging mulus dan minimnya lobang-lobang. Kemudian hindarkan membeli
daging yang mempunyai bercak-bercak yang mencurigakan.
●Bebas dari bahan kimia
Kenakalan penjual kebanyakan memakai bahan kimia yang berbahaya bagi
konsumennya. Jadi,cara mengetahui daging yang bebas dari bahan berbahaya
sebagai berikut : Daging warnanya tidak mencolok dan tidak terlalu putih.
Kemudian jika di baui rasa daging segar tercium kuat. Dan indikator paling hebat
: Daging tanpa bahan kimia biasanya dikerubungi oleh lalat dan yang tidak berarti
dicurigai memakai bahan berbahaya. Banyak lalat berarti daging bagus
●Dari Harga
Perbedaan hargapun bisa dijadikan pertimbangan. Logikanya : daging bagus akan
dijual agak mahal dan daging yang kurang bagus atau kualitas jelek akan dijual
2.2Landasan Teori
2.2.1 Permintaan (demand)
Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan
dan harga. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang
menyatakan : makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan
terhadap barang tersebut. Sebaliknya , makin tinggi harga suatu barang maka
makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut.
( Sukirno, 2003)
Adapun bentuk kurva permintaan adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Kurva permintaan
Dimana :
P : Harga
Q : Jumlah yang diminta
Menurut kadriah (1994), kurva permintaan menggambarkan hubungan antara
jumlah yang diminta dan harga. Dimana semua variabel lainnya dianggap tetap
kurva ini memiliki slope negatif, yang menunjukkan bahwa jumlah yang diminta
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan, yaitu :
1.Harga barang itu sendiri
Naik turunnya harga barang / jasa akan mempengaruhi banyak / sedikitnya
terhadap barang yang diminta. Kuantitas akan menurun ketika harganya
meningkat dan kuantitas yang diminta meningkat ketika harganya menurun, dapat
dikatakan bahwa kuantitas yang diminta berhubungan negative (negatively
related) dengan harga (Djojodipuro,1991)
Sesuai dengan hukum permintaan hubungan antara harga barang dan jumlah
barang yang diminta adalah negative. Bila harga naik maka permintaan turun dan
sebaliknya bila harga turun permintaan akan naik dengan asumsi cateria paribus.
Dengan demikian perubahan harga terhadap permintaan mempunyai arah yang
berkebalikan. (Pracoyo, 2006)
2.Pendapatan
Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi / rendahnya
pendapatan masyarakta akan mempengaruhi kualiatas maupun kuantitas
permintaan, pendaptan yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada
uang yang sedikit untuk dibelanjakkan, sehinngga masyarakat akan
membelanjakkan sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap
sebagian besar barang. Jika permintaan terhadapap suatu barang berkurang ketika
pendapatan berkurang, barang tersebut dinamakan barang normal (normal good)
Hubungan anatara pendapatan dengan jumlah barang yang diminta adalah positif.
Bila pendapatan seorang meningkat maka akan meningkatkan permintaan
berkualitas tinggi maka dengan adanya kenaikkan pendapatan, kpnsumen justru
akan mengurangi permintaan terhadap barang tersebut. (Pracoyo, 2006)
3.Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan akan mempengaruhi jumlah permintaan. Makin banyak
tanggungan, maka jumlah permintan akan meningkat. Hal ini berkaitan dengan
usaha pemenuhan akan kecukupan kebutuhan setiap individu yang ada di suatu
tempat.
Permintaan berhubungan positif dengan jumlah tanggungan. Pertambahan jumlah
tanggungan / penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan
permintaan. Tetapi biasanya pertambahan jumlah tanggungan / pendududuk
diikuti oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian lebih
banyak orang yang menerima pendapatan dan ini menambah daya beli dalam
masyarakat. Pertambahan daya beli ini akan menambah permintaan
( sukirno, 2003).
4.Harga komoditi lain ( barang subtitusi )
Permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi oleh perubahan harga barang
– barang lain, baik atas barang subtitusi maupun terhadap harga barang
komplementer. Sifat dan pengaruh terhadap barang subtitusi dan komplementer
ini diakarenakan permintaan suatu barang memiliki kaitan dan pengaruh yang
langsung maupun tidak langsung. Pengaruh mempengaruhi atas suatu barang dari
harga barang lain ini dikarenakan masing – masing barang mempunyai hubungan
saling menggantikan fungsi kegunaan dan juga saling melengkapi. Jika barang
permintaan barang penggantinya juga akan ikut mengalami kenaikkan.
(Sukirno,2003)
Penawaran (supply)
Fungsi penawaran adalah fungsi yang menunjukan hubungan antara harga barang
di pasaran dengan jumlah barang yang ditawarkan ke produsen. Hukum
penawaran menjelaskan Semakin tinggi harga suatu barang, semakin banyak
jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, makin
rendah harga suatu barang, semakin sedikit jumlah barang tersebut yang
ditawarkan. ( Joesron dan Fathrrozi, 2003)
Adapun bentuk kurva penawaran sebagai berikut :
Gambar 2. Kurva penawaran
Dimana :
P : Harga
Adapun beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran:
1. Harga komoditi itu sendiri
Jika harga suatu barang naik, maka produsen cenderung akan menambah jumlah
barang yang dihasilkan. Hal ini kembali lagi pada hukum penawaran. Kuantitas
akan meningkat ketika harganya meningkat dan kuantitas yang diminta menurut
ketika harganya menurun. (djojodipuro,1991)
2. Harga komoditi lain yang (subtitusi)
Apabila harga barang subtitusi naik, maka penawaran suatu barang akan
bertambah, dan sebaliknya. Sedangkan untuk barang complement, dapat
dinyatakan bahwa apabila harga barang komplemen naik, maka penawaran suatu
barang berkurang, atau sebaliknya.
3. Biaya produksi
Kenaikan harga input juga mempengaruhi biaya produksi. Bila biaya produksi
meningkat, maka produsen akan menbgurangi hasil produksinya, berarti
penawaran barang berkurang. Kenaikan harga faktor produksi akan menyebabkan
perusahaan memproduksi outputnya lebih sedikit dengan jumlah anggaran yang
tetap yang nantinya akan mengurangi laba perusahaan sehingga produsen akan
pindah ke industry lain dan akan mengakibatkan berkurangnya penwaran barang.
4. Teknologi produksi
Kemajuan teknologi menyebabkan penurunan biaya produksi, dan menciptakan
barang-barang baru sehingga menyebabkan kenaikan dalam penawaran barang.
Dimana meningkat tingkat harga keseimbangan akan menyebabkan naiknya
jumlah penawaran. Dengan kata lain. Makin tinggi tingkat harga suatu komoditas
maka semakin besar jumlah komoditas yang ditawarkan
Ekuilibrium terjadi jika jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang
ditawarkan. Harga ekuilibrium adalah harga yang terjadi ketika jumlah yang
diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan. Harga ekuilibrium merupakan titik
potong antara kurva permintaan dengan kurva penawaran. Yang dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar 3. Kurva Ekuilibrium
Dimana :
P : Harga
Q : Jumlah yang ditawarkan
S : Penawaran
D : Permintaan
2.3 Kerangka Pemikiran
Kebutuhan protein untuk manusia sangat penting untuk kesehatan tubuh. Daging
sapi mengandung protein yang penting untuk meningkatkan kemampuan generasi
muda selain ikan dan daging ayam. Permintaan daging sapi terus naik seiring
dengan pertambahan jumlah penduduk, peningkatan daya beli, dan faktor
musiman menyambut hari besar keagamaan nasional. Akan tetapi pada tahun
pertengahan tahun 2012 yang lalu harga daging sapi melonjak drastis di
Indonesia. Dan kenaikkan harga daging sapi ini juga dirasakan di Sumatera Utara.
Pedagang menjual daging sapi di pasar tradisional kepada konsumen. Harga
daging sapi yang melonjak dipasaran dipengaruhi oleh harga beli pedagang dari
peternak ,biaya pemotongan, pendapatan, ketersediaan daging sapi. barang
subtitusi. Dan harga yang di peroleh dari peternak dipengaruhi oleh harga bibit,
biaya perawatan, biaya tenaga kerja, pendapatan dan jumlah ketersediaan sapi.
Oleh karena itu hal ini perlu dianalisis faktor – faktor yang mempengaruhi
kenaikkan harga daging sapi.
Konsumen daging sapi adalah mereka yang melakukan kegiatan pembelian
(mengkonsumsi) daging sapi untuk memenuhi kebutuhannya. Adapun yang
mempengaruhi permintaan daging sapi salah satunya yaitu harga beli konsumen.
Oleh karena itu harga daging sapi yang naik apakah berdampak pada tingkat
Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4. Skema kerangka pemikiran
Keterangan :
: menyatakan hubungan
: menyatakan pengaruh Peternak
Konsumen Pedagang Daging Sapi
Faktor – faktor yang mempengaruhi :
1. Harga beli pedagang 2. Biaya penunjang 3. Biaya tenaga kerja 4. Pendapatan pedagang
Harga
Harga
Faktor – faktor yang mempengaruhi :
2.4 Hipotesis
Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran dapat dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Kenaikkan harga daging sapi di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
harga beli pedagang, biaya penunjang, biaya tenaga kerja dan pendapatan .
2. Adanya dampak naiknya harga daging sapi terhadap permintaan daging
sapi.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kota Medan provinsi Sumatera Utara. Daerah
penelitian ini dipilih secara sengaja dengan mempertimbangkan bahwa daerah ini
merupakan daerah dengan penduduk tertinggi di provinsi Sumatera utara yakni
2.102.105 jiwa dan jumlah kepala keluarga sebanyak 472.025 KK (data BPS
Dalam Angka 2010) dan pastinya mempunyai tingkat konsumsi daging sapi yang
tinggi untuk kebutuhan baik rumah tangga maupun industry (rumah makan,
catering dll). Lokasi penelitian di tentukan secara sengaja ( purposive sampling )
dibeberapa pasar tradisional yang ada di Kota Medan.
Tabel 3. Pasar Tradisional dan Jumlah Penduduk Tahun 2012
Kecamatan Penduduk Penduduk Jumlah Pasar (jiwa) (rumah tangga) (unit)
1. Medan Johor 116.220 27.918 1
2. Medan Petisah 68.120 15.320 1
3. Medan Helvetia 145.376 30.824 1
4. Medan Denai 139.939 32.511 1
5. Medan Marelan 126.619 32.527 1
Jumlah 596.274 139.100 5
3.2 Metode Penentuan Sampel 3.2.1 Konsumen
Metode penentuan responden dilakukan dengan metode Accedental (secara tidak
sengaja). Konsumen diambil dari kelompok populasi (Rumah Tangga) di kota
Medan. Dimana setiap anggota populasi (Rumah tangga) mempunyai probability
yang sama untuk dijadikan sebagai responden (Bungin, 2005).
Dari seluruh populasi rumah tangga penduduk kota Medan diambil 30 responden
yaitu yang hanya ditujukan kepada konsumen daging sapi saja. Pengambilan
responden dengan metode ini sesuai dengan Teori Bailey yang menyatakan untuk
penelitian yang menggunakan analisa statistic, ukuran responden paling minimum
30. (Hasan, 2002)
3.2.2 Pedagang
Untuk responden pedagang daging sapi diambil 30 kios pedagang daging sapi..
Sesuai dengan Teori Bailey yang menyatakan untuk penelitian yang menggunakan
analisa statistic, ukuran responden paling minimum 30. (Hasan, 2002)
3.2.3 Peternak
Untuk responden peternak sapi penentuan sampel adalah sensus, dimana terdapat
sekitar 7 peternak yang memtong sapi di RPH yang seluruh hasil pemotongan
3.3 Metode Pengambilan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada
responden dengan menggunakan daftar pertanyaan yang dibuat terlebih dahulu.
Data sekunder diperoleh dari Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota
Medan, dan Kantor Badan Pusat Statistik Kota Medan.
3.4 Metode Analisis Data
Hipotesis 1 untuk melihat faktor – faktor yang mempengaruhi kenaikkan harga daging sapi peternak ke pedagang maka diuji dengan menggunakkan analisis
regresi linear berganda. Data yang dibutuhkan adalah harga bahan baku(sapi),
biaya penunjang, biaya tenaga kerja, dan pendapatan dengan menggunakan
rumus:
Y = a + b1 X1 + b2X2 + b3X3+b4 X4+ µ
Keterangan :
Y = Harga daging sapi
a = Koefisien intersep
b1, b2, b3, b4, = Koefisien regresi
X1 = Barga beli bahan baku /sapi (Rp/ekor)
X2 = Biaya penunjang (Rp/ekor)
�3 = Biaya tenaga kerja (Rp)
�4 = Pendapatan peternak (Rp)
pengambil keputusan :
jika ; jika th ≤ t tabel. tolak H1 ; terima H0
jika th ≥ t tabel. tolak H0 ; terima H1
Untuk melihat faktor – faktor yang mempengaruhi kenaikkan harga daging sapi di
pedagang daging sapi kepada konsumen, maka diuji dengan menggunakkan
analisis regresi linear berganda. Data yang dibutuhkan adalah harga beli
pedagang, biaya penunjang. biaya tenaga kerja, dan pendapatan dengan
menggunakan rumus :
3.5 Definisi dan Batasan Operasional
Definisi dan batasan operasional dimaksudkan untuk menghindari
kesalahpahaman istilah – istilah yang terdapat di skripsi ini.
3.5.1 Definisi
1. Permintaan daging sapi adalah jumlah daging sapi yang dibeli konsumen
dalam jumlah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.
2. Konsumsi daging sapi masyarakat kota Medan adalah jumlah kebutuhan
daging sapi konsumsi yang dibutuhkan oleh masyarakat kota medan
3. Jumlah daging sapi yang terserdia adalah jumlah rata – rata daging sapi
yang bisa di dapat pedagang daging sapi dari pemasok setiap harinya
4. Harga beli pedagang adalah harga yang dibayarkan pedagang daging sapi
kepada pemasok daging sapi
5. Pasar adalah tempat pedagang dan konsumen melakukan transaksi jual beli
daging sapi.
6. Pedagang daging sapi adalah pedagang yang hanya berjualan daging sapi
7. Harga daging sapi adalah harga daging yang berada di kota Medan.
3.5.2 Batasan Operasional
Adapun batasan Operasional dari penelitian ini adalah :
1. Penelitian diadakan di pasar tradisional yang menjual daging sapi di kota
Medan, Sumatera Utara.
2. Sampel penelitian adalah konsumen, pedagang dan peternak daging sapi.
IV.
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis
Penelitian dilakukan di Kota Medan yang merupakan Ibu Kota dari Provinsi
Sumatera Utara. Kota Medan terletak antara 2°27'-2°47'LU - 98°35' - 98°44'BT.
Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut.
Kota medan merupakan salah satu dari 30 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara
dengan luas daerah sekitar 265,10 km2. Kota ini merupakan pusat pemerintahan
Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten
Deli Serdang di sebelah utara, selatan, barat dan timur. Sebagian besar wilayah
Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua
sungai penting yaitu Sungai Barbura dan Sungai Deli.
Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun
Polonia berkisar antara 23,04°C – 24,08°C dan suhu maksimum berkisar antara
32,73°C – 34,47°C serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya berkisar
antara 22,6°C – 24,4°C dan suhu maksimum berkisar antara 32,3°C – 33,9°C.
Rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 133,75 mm dan pada
4.1.2 Keadaan Penduduk a. Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk Kota Medan tahun 2011 sebanyak 2.097.610 jiwa, jika
dibandingkan dengan lahan seluas 265,10 Km2 dapat digambarkan kepadatan
penduduk Kota Medan adalah sebanyak 7.913 jiwa/Km2. Angka ini
menggambarkan bahwa setiap 1 Km2 terdapat 7.913 jiwa. Secara rinci, kepadatan
penduduk Kota Medan menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4. :
Tabel 4. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahu 2011
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa, kepadatan penduduk paling tinggi adalah
Kecamatan Medan Perjuangan yaitu sebesar 22.819 Jiwa/Km2, hal ini disebabkan
oleh luas wilayah yang dimiliki oleh Kecamatan Medan Perjuangan relatif sangat
kecil dibandingkan jumlah penduduk yang ada. Sedangkan kepadatan penduduk
paling rendah berada pada Kecamatan Medan Labuhan yaitu sebesar 3.032
Jiwa/Km2.
b. Penduduk Menurut Kelompok Umur
Penduduk Kota Medan berjumlah 2.097.610 orang dengan rumah tangga yang
tersebar di setiap kecamatan dan kelurahan di Kota Medan, dan berdasarkan
golongan umur sampel penduduk Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Penduduk Menurut Kelompok Umur
No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (jiwa) Jumlah (%)
1 0-14 574.129 27,37
2 15-54 1.337.435 63,76
3 >55 186.046 8,87
Jumlah 2.097.610 100
Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2012
Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2011
sebesar 2.097.610 orang. Jumlah usia non produktif bayi, balita, anak-anak dan
remaja (0-14 tahun) sebesar 574.129 orang (27,37 persen) manula (>55 tahun)
sebesar 1.337.435 orang (63,76 persen). Jumlah usia produktif (15-54 tahun)
adalah sebesar 1.337.435 orang (8,87 persen). Usia produktif adalah usia dimana
orang memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan barang
dan jasa dengan efektif, dari data tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan
c. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Penduduk Kota Medan menurut tingkat pendidikan terdiri dari tamat SD, SLTP,
SLTA, Perguruan Tinggi. Untuk mengetahui lebih jelas mengenal tingkat
pendidikan penduduk Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 6 berikut :
Tabel 6. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1 SD 268.921 32.27
2 SMP 114.381 13.72
3 SMA 121.843 14.62
4 Perguruan Tinggi 328.185 39.38
Jumlah 833.330 100
Sumber : BPS, Medan dalam angka 2012
Tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Kota Medan paling
besar berada pada tingkat pendidikan menengah yaitu Sekolah Menengah Atas
(SMA) yaitu sebesar 121.843 orang (14,62 persen), Sekolah Menengah Pertama
(SMP) yaitu sebesar 114.381 orang (13,72 persen), Sekolah Dasar (SD) yaitu
sebesar 268.921 orang (32,27 persen), dan Perguruan Tinggi berjumlah 328.185
orang (39,38 persen).
4.1.3 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana di Kota Medan sekarang ini sangat baik, hal ini dapat dilihat
dari jenis-jenis sarana yang tersedia baik sarana pendidikan, kesehatan, tempat
peribadatan, transportasi dan pasar yang cukup memadai. Secara rinci sarana dan
Tabel 7. Sarana dan Prasarana
No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)
1 Sekolah
3 Tempat Peribadatan
a. Mesjid/Musholla 1.706
Sumber: BPS, Medan Dalam Angka 2012
Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat sarana pendidikan di Kota Medan sangat lengkap
mulai dari Play group, Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar berjumlah 805 unit,
Sekolah Menengah Pertama berjumlah 353 unit, Sekolah Menengah Atas
berjumlah 205 unit, Sekolah Menengah Kejuruan berjumlah 134 unit, hingga ke
Perguruan Tinggi berjumlah 33 unit dengan berbagai tingkat strata. Status sekolah
pun beragam mulai dari negeri, swasta, maupun sekolah luar negeri yang tersebar
Sarana Kesehatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar seperti Kota
Medan yang berpenduduk besar. Sarana kesehatan yang ada yaitu Puskesmas 39
unit, Pustu 41 unit, BPU 349 unit, Rumah Bersalin 117 unit dan Rumah Sakit 76
unit yang tersebar di seluruh kecamatan.
Sarana peribadatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar seperti Kota
Medan yang berpenduduk beragama. Sarana peribadatan yang ada yaitu
Mesjid/Musholla 1.706 unit, Gereja 634 unit, Kuil 26 unit, Wihara 21 unit, dan
Klenteng 5 unit yang tersebar di seluruh kecamatan.
Sarana transportasi sangat lengkap di dalam Kota, angkutan kota sangat banyak
kesegala penjuru Kota Medan. Panjang jalan Kota Medan 3.191,5 km, jalan yang
dalam kondisi baik sepanjang 3.254,3 km, jalan dalam kondisi sedang 15,8 km
dan 20,1 km rusak sedangkan yang dalam kondisi rusak berat 1,3 km.
Pasar tradisonal maupun pasar modern banyak sekali terdapat di Kota Medan.
Masyarakat dengan mudah memilih tempat berbelanja di pasar tradisional atau di
pasar modern. Pasar tradisional ada 56 unit dan pasar modern ada 239 uniit yang
terdiri dari supermarket/minimarket dan mall/plaza yang tersebar di seluruh
kecamatan.
4.2 Karakteristik Sampel
Sampel dalam penelitian ini meliputi peternak, pedagang dan konsumen daging
sapi yang terdapat di kota medan . Karakteristik peternak sampel meliputi umur,
tingkat pendidikan, lama berusaha, dan jumlah tenaga kerja. Karakteristik
pedagang sampel meliputi umur , tingkat pendidikan , lama berusaha dan tenaga
kerja. Karakteristik konsumen sampel meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah
a. Umur
Adapun keadaan umur sampel di daerah penelitian dapat dilihat berdasarkan tabel
8 berikut ini.
Tabel 8. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur
No Kelompok Umur
Sumber : data diolah dari lampiran 1,2 dan 3
Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat jumlah peternak sampel terbesar pada kelompok
umur 40 – 50 tahun dengan jumlah 4 orang (57,14%) dan yang terkecil pada umur
51 – 60 tahun dengan jumlah 3 orang (42,86%).
Sedangkan jumlah pedagang sampel terbesar pada kelompok umur 41 – 50 tahun
dengan jumlah 16 orang (53,33%) dan pada kelompok umur 31 – 40 tahun dan 51
–60 tahun jumlahnya sama yaitu 7 orang (23,33%).
Dan pada jumlah konsumen sampel kelompok umur terbesar terdapat pada range
51 – 60 tahun dengan jumlah 11 orang (36,67%) dan terkecil pada range 41 – 50
b. Tingkat Pendidikan
Adapun keadaan tingkat pendidikan sampel di daerah penelitian dapat dilihat
berdasarkan tabel 9 berikut ini.
Tabel 9. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Tingkat Pendidikan No. Tingkat
Sumber : diolah dari lampiran 1,2 dan 3
Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat tingkat pendidikan peternak yang terbesar
berada pada tingkat sarjana dengan jumlah 4 orang (57,14%) dan terkecil pada
tingkat diploma dengan jumlah 1 orang (14,29%).
Sedangkan tingkat pendidikan pada pedagang sampel terbesar pada tingkat sma
dengan jumlah 19 jiwa (63.33) dan terkecil pada tingkat sarjana dengan jumlah 3
jiwa (10%).
Dan tingkat pendidikan pada konsumen sampel yang terbesar pada tingkat sarjana
dengan jumlah 13 orang (43,33%) dan yang terkecil pada tingkat sma dengan
c. Pendapatan
Adapun keadaan pendapatan sampel di daerah penelitian dapat dilihat berdasarkan
tabel 10 berikut ini.
Tabel 10. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Jumlah Pendapatan No Pendapatan
Sumber : diolah dari lampiran 1,2 dan 3
Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat jumlah pendapatan peternak sampel diatas Rp.
5.000.000 per bulan.
Sedangkan jumlah pendapatan pada pedagang sampel rata – rata diatas Rp.
5.000.000 per bulan dengan jumlah 25 orang (83.33%)
Dan jumlah pendapatan pada konsumen sampel rata – rata Rp 3.100.000 –
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kenaikkan Harga Daging Sapi 5.1.1 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kenaikkan Harga Daging Sapi
di Tingkat Peternak
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kenaikkan harga daging sapi di
tingkat peternak dianalisis dengan metode analisis regresi berganda. Kenaikkan
harga daging sapi (Y) diduga dipengaruhi oleh harga beli bahan baku (X1), biaya
penunjang(X2), biaya tenaga kerja (X3) dan pendapatan(X4).
5.1.1.1. Uji asumsi Ordinary Least Square (OLS)
Sebelum dilakukan uji kesesuaian (goodness of fit) model, perlu dilakukan uji
asumsi untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi – asumsi dalam model regresi
linear naiknya harga daging sapi ditingkat peternak yang dispesifikasi. Hasil
pengujian asumsi klasik diuraikan pada bagian berikut.
1. Uji asumsi multikolinearitas
Hasil uji asumsi multikolinearitas untuk model naiknya harga daging sapi
ditingkat peternak disajikan pada tabel 11. Tabel 11 menunjukkan bahwa masing
– masing variable eksogen memiliki nilai toleransi (tolerance) lebih besar dari 0.1
dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Hal ini menunjukkan tidak terjadinya
multikolinearitas. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi liniear naiknya
Tabel 11. Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas Model Kenaikkan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak Menggunakan Statistik Kolinearitas
No. Variabel Eksogen Collinearity Statistics Tolerance VIF
1. Harga Bahan Baku Sapi (Rp/Kg) 0,747 1,339
2. Biaya Penunjang (Rp) 0,593 1.686
3. Biaya Tenaga Kerja (Rp) 0,527 1.899
4. Pendapatan (Rp) 0,751 1.332
Sumber: Lampran 12 Analisis Data Primer, 2013
2. Uji asumsi heteroskedastistas
Gambar 5. Grafik Uji Asumsi Heteroskedastisitas Model Kenaikkan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak
Sumber: Lampiran 12 Analisis Data Primer, 2013
Hasil uji heteroskedastistas dengan menggunakan analisis grafik untuk model
naiknya harga daging sapi ditingkat peternak disajikan pada gambar 5. Gambar 5
menunjukkan bahwa penyebarab titik – titik varian residual adalah sebagai
berikut.
a. Titik – titik menyebar diatas dan dibawah atau disekitar 0.
c. Penyebaran titik – titik data tidak membentuk pola bergelombang
menyebar kemudian menyempit dan melebar kembali.
d. Penyebaran titik – titik data tidak berpola.
Hal ini menunjukkan tidak terjadinya heteroskedastistas. Maka dapat dinyatakan
bahwa model regresi linier naiknya harga daging sapi ditingkat peternak terbebas
dari masalah heteroskedastistas.
3. Uji asumsi normalitas
a. Analisis Grafik
Gambar 6. Grafik Uji Asumsi Normalitas Model Kenaikkan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak
Gambar 7. Histogram Normalitas Model Kenaikkan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak
Sumber:Lampiran 12 Analisis Data Primer, 2013
Hasil uji asumsi normalitas residual model naiknya harga daging sapi ditingkat
peternak dengan menggunakan analisis grafik disajikan pada gambar 6 dan 7.
Gambar 6 dan 7 menunjukan bahwa data terlihat menyebar mengikuti garis
diagonal dan diagram histogram yang tidak condong ke kiri maupun ke kanan.
Hal ini menunjukkan bahwa data residual model terdistribusi dengan normal.
Maka dapat dinyatakan bahwa model regresi linear naiknya harga daging sapi
ditingkat peternak memenuhi asumsi normalitas.
5.1.1.2 Uji kesesuaian (test goodness of fit) model dan uji hipotesis
Setelah dilakukan uji asumsi, maka dilakukan uji kesesuaian model dan uji
hipotesis. Hasil analisis faktor – faktor yang memepengaruhi kenaikkan harga
daging sapi ditingkat peternak disajikan pada tabel 12. Tabel 12 menunjukkan
harga daging sapi (Y) , yaitu harga beli bahan baku (X1), biaya penunjang(X2),
biaya tenaga kerja (X3) dan pendapatan(X4).
Tabel 12. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenaikkan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak
No. Variabel Koefisien
Regresi Thitung Sig. 5%
Konstanta 47420,896 8,533 0,013
1. Harga Bahan Baku Sapi (Rp/Kg) 1,312 8,026 0,015 N
Signifikansi F 0,043
Keterangan:
TN = Tidak berpengaruh nyata N = Berpengaruh nyata
Sumber: Lampiran Analisis Data Primer, 2013
Untuk mempermudah pembacaan hasil dan interpretasi analisis regresi, maka
digunakan bentuk persamaan yang berisis konstanta dan koefisien – koefisein
regresi yang didapat dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya.
Persamaan regresi faktor – faktor yang memepengaruhi kenaikkan harga daging
sapi ditingkat peternak adalah sebagai berikut.
Y = 47420,896 + 1,312�� - 0,002�� - 0,009�� - 0.018��
Pada model regresi ini, nilai konstanta yang tercantum adalah sebesar 47420,896.
Hal ini menunjukkan bahwa besar efek rata – rata dari seluruh variabel eksogen
terhadap variabel kenaikkan harga daging sapi ditingkat peternak sebesar
47420,896.
Tabel 12 menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (�2) yang diperoleh
adalah sebesar 0,935. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 93,5% variasi
bahan baku (X1), biaya penunjang (X2), biaya tenaga kerja (X3), dan pendapatan
(X4). Sedangkan sisanya, sebesar 6,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang belum
dimasukkan kedalam model.
Untuk menguji hipotesis secara serempak, dilakukan dengan uji F, dan secara
parsial dilakukan dengan uji t, dengan tingkat signifikasi dalam penelitian ini
menggunakan α 5% atau 0,05. Hasil pengujian hipotesis diuraikan dalam bagian
berikut.
1. Uji pengaruh variabel secara serempak
Hasil uji pengaruh variabel secara serempak dengan menggunakan Uji F disajikan
pada tabel 12. Tabel 12 menunjukkan bahwa nilai signifikasi adalah sebesar
0,043. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolerir,
yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan Ho ditolak atau H1 diterima, yaitu
variabel kenaikkan harga daging sapi ditingkat peternak (Y), yaitu harga beli
bahan baku (X1), biaya penunjang (X2), biaya tenaga kerja (X3), dan pendapatan
(X4) secara serempak, berpengaruh nyata terhadap variabel kenaikkan harga
daging sapi ditingkat peternak (Y).
2. Uji pengaruh variabel secara parsial
Setelah dilakukan uji pengaruh variabel secara serempak, pembahasan dilanjutkan
dengan pengujian pengaruh variabel secara parsial. Hasil uji pengaruh variabel
secara parsial dengan menggunakan Uji t disajikan pada tabel 12.
a. Harga Beli Bahan Baku Sapi (X1)
Pada tabel menunjukkan bahwa variabel harga beli bahan baku sapi memiliki nilai
signifikasi t sebesar 0,015. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas
diterima atau H1 ditolak, yaitu variabel harga bahan baku sapi (X1) secara parsial,
berpengaruh nyata terhadap variabel kenaikkan harga daging sapi(Y).
Nilai koefisien regresi sebesar 1,312 menunjukkan bahwa setiap adanya
peningkatan harga bahan baku sebesar 1 rupiah, maka terjadi kanaikkan harga
daging sapi sebesar 1,312 . Dan sebaliknya, jika terjadi penurunan harga bahan
baku akan menyebabkan turunnya harga daging sapi.
b. Biaya Penunjang (X2)
Pada tabel menunjukkan bahwa variabel biaya penunjang memiliki nilai
signifikansi t sebesar 0,766. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas
kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho
diterima atau H1 ditolak, yaitu variabel biaya penunjang (X2) secara parsial tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel kenaikkan harga daging sapi (Y).
Nilai koefisien regresi sebesar – 0,002 menunjukkan bahwa setiap adanya
peningkatan biaya penunjang sebesar 1 rupiah, maka terjadi penurunan harga
daging sapi sebesar Rp.0,002 per kg. Sebaliknya, jika terjadi penurunan biaya
penunjang, akan menyebabkan kenaikkan harga daging sapi.
c. Biaya Tenaga Kerja (X3)
Pada tabel menunjukkan bahwa variabel biaya tenaga kerja memiliki nilai
signifikansi t sebesar 0,551. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas
kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho
diterima atau H1 ditolak, yaitu variabel biaya tenaga kerja (X3) secara parsial
tidak berpengaruh nyata terhadap variabel kenaikkan harga daging sapi (Y).
Nilai koefisien regresi sebesar – 0,009 menunjukkan bahwa setiap adanya
daging sapi sebesar Rp.0,009 per kg. Sebaliknya, jika terjadi penurunan biaya
tenaga kerja, akan menyebabkan kenaikkan harga daging sapi.
d. Pendapatan (X4)
Pada tabel menunjukkan bahwa variabel biaya pendapatan memiliki nilai
signifikansi t sebesar 0,106. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas
kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho
diterima atau H1 ditolak, yaitu variabel pendapatan (X4) secara parsial tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel kenaikkan harga daging sapi (Y).
Nilai koefisien regresi sebesar – 0,018 menunjukkan bahwa setiap adanya
peningkatan pendapatan sebesar 1 rupiah, maka terjadi penurunan harga daging
sapi sebesar Rp.0,018 per kg. Sebaliknya, jika terjadi penurunan biaya penunjang,
akan menyebabkan kenaikkan harga daging sapi.
Hipotesis 1a diterima, yaitu harga beli bahan baku , biaya tenaga kerja ,biaya penunjang dan pendapatan mempengaruhi kenaikkan harga daging sapi.
5.1.1 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kenaikkan Harga Daging Sapi di Tingkat Pedagang
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kenaikkan harga daging sapi di
tingkat pedagang dianalisis dengan metode analisis regresi berganda. Kenaikkan
harga daging sapi (Y) diduga dipengaruhi oleh harga beli (X1), biaya penunjang
5.1.1.1. Uji asumsi Ordinary Least Square (OLS)
Sebelum dilakukan uji kesesuaian (goodness of fit) model, perlu dilakukan uji
asumsi untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi – asumsi dalam model regresi
linear naiknya harga daging sapi ditingkat pedagang yang dispesifikasi. Hasil
pengujian asumsi klasik diuraikan pada bagian berikut.
1. Uji asumsi multikolinearitas
Hasil uji asumsi multikolinearitas untuk model naiknya harga daging sapi
ditingkat pedagang disajikan pada tabel 13. Tabel 13 menunjukkan bahwa masing
– masing variable eksogen memiliki nilai toleransi (tolerance) lebih besar dari 0.1
dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Hal ini menunjukkan tidak terjadinya
multikolinearitas. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi liniear naiknya
harga daging sapi ditingkat pedagang terbebas dari masalah multikolinearitas.
Tabel 13. Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas Model Kenaikkan Harga Daging Sapi di Tingkat Pedagang Menggunakan Statistik Kolinearitas
No. Variabel Eksogen Collinearity Statistics Tolerance VIF
1. Harga Beli (Rp/Kg) 0,531 1,883
2. Biaya Penunjang (Rp) 0,543 1.840
3. Biaya Tenaga Kerja (Rp) 0,513 1.950
4. Pendapatan (Rp) 0,517 1.936