• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Kenaikan Harga Daging Sapi Terhadap Konsumsi Daging Sapi Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Dampak Kenaikan Harga Daging Sapi Terhadap Konsumsi Daging Sapi Di Kota Medan"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK KENAIKAN HARGA DAGING SAPI TERHADAP

KONSUMSI DAGING SAPI DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

OLEH :

IRMA YUSNITA HASIBUAN 080304086

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

DAMPAK KENAIKAN HARGA DAGING SAPI TERHADAP

KONSUMSI DAGING SAPI DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Oleh:

IRMA YUSNITA HASIBUAN 080304086

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Salmiah M.s ) (Ir. Sinar Indra Kesuma. M.Si Nip : 195702171986032001 NIP : 196509261993031002

)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ABSTRAK

IRMA YUSNITA HASIBUAN (080304086/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi

Dampak Kenaikan Harga Daging Sapi Terhadap Konsumsi Daging Sapi Di Kota Medan. Penelitian ini di bimbing oleh Dr.Ir.Salmiah, M.S dan Ir.Sinar Indra Kesuma, M.Si yang bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi kenaikkan harga daging sapi di daerah penelitian, (2) Menganalisis dampak kenaikkan harga daging sapi terhadap permintaan daging sapi di daerah penelitian, dan (3) Mengetahui fluktuasi harga daging sapi di daerah penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Medan. Lokasi penelitian dilakukan secara

purposive, pengambilan sampel penelitian ini dilakukan secara accidental sample, dengan jumlah sampel sebanyak 67. Data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari konsumen yang membeli daging sapi di pasar – pasar tradisional di Kota Medan melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan. Penelitian ini menggunakan analisis regresi dengan metode taksiran OLS (Ordinary Least Square).

Dari hasil penelitian diperoleh : (1) harga beli, biaya penunjang, biaya tenaga kerja dan pendapatan berpengaruh nyata terhadap kenaikan harga daging sapi, (2) naiknya harga daging sapi berdampak pada turunnya permintaan konsumsi daging sapi, dan (3) perkembangan harga daging sapi berfluktuasi setiap tahunnya.

(4)

RIWAYAT HIDUP

IRMA YUSNITA HASIBUAN lahir di Banyuwangi pada tanggal 20 Januari 1990, sebagai anak pertama dari empat bersaudara, seorang putri dari

Ayahanda H.Ir.Yusnan Effendi Hasibuan dan Ibunda Hj.Yuniana Cendrayani Bsc.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1996 masuk Sekolah Dasar di SDN 050651 Bungara dan tamat pada

tahun 2002.

2. Tahun 2002 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Medan dan tamat

pada tahun 2005.

3. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Swasta Al - Azhar

Medan dan tamat pada tahun 2008.

4. Tahun 2008 penulis diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara melalui jalur Reguler - Mandiri.

Kegiatan yang pernah diikuti penulis adalah sebagai berikut:

1. Anggota Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

2. Anggota Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara.

3. Bulan Juli 2012 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Rawang Pasar V,

Kecamatan Rawang Panca Arga, Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara.

4. Bulan Agustus 2013 penulis melaksanakan penelitian skripsi di, kota Medan,

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmat dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “DAMPAK KENAIKAN HARGA DAGING SAPI TERHADAP KONSUMSI DAGING SAPI DI KOTA MEDAN” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agribisinis,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Secara khusus penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada Ayahanda tercinta H. Ir. Yusnan Effendi Hasibuan dan

Ibunda tercinta Hj. Yuniana Cendrayani Bsc, atas seluruh perhatian dan dukungan

baik secara materi, moril maupun doa yang diberikan kepada penulis, serta kepada

adik penulis Yudi F. Putra Hasibuan, M. Taufiq Hasibuan dan Intan Novia Rizka

Hasibuan atas doa dan dukungan yang diberikan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

• Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk mengajar dan membimbing serta memberikan masukan yang

berharga dalam menyelesaikan skripsi ini.

• Ir. Sinar Indra Kesuma, Msi selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah mengayomi dan memberikan masukan yang sangat berarti kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

• Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua program studi Agribisnis, FP-USU dan Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Sekertaris program studi Agribisnis,

(6)

• Seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis, FP-USU khususnya Kak Yani, Kak Lisbeth, Kak Seruni dan Kak Nita yang memberikan

kelancaran dalam hal administrasi.

• Bapak dan ibu peternak, pedagang dan konsumen daging sapi yang telah bersedia meluangkan waktu sehingga penulis dapat memperoleh data guna

menyempurnakan proses pengerjaan skripsi ini.

• Rekan-rekan mahasiswa stambuk 2008 di Program Studi Agribisnis, khususnya Lolisa Efa Matovai, SP, Lailan Syafina, SP, Sri Ardianti Pratiwi Srg, SP, Giska

Rizky Aulia, SP, Sri Novi Yanti, SP, Izzatul Dwina Mahsaiba, SP, Rizki Utami

SP, Arini Pebristya Duha, SP, Rafika Zahara, SP, dll yang tidak bisa

disebutkan satu persatu serta kepada kakak-kakak dan abang-abang senior yang

telah memberikan dukungan dan membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini. Terima kasih kepada Ferry Sanjaya, S.Si yang selama ini dengan

setia memberikan dukungan, doa dan motivasi serta nasehat kepada penulis.

Penulis juga menyadari kekurangan dan keterbatasan dalam skripsi ini. Oleh

karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang

membangun dari pembaca. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pihak yang membutuhkan dan penelitian selanjutnya.

Medan, 2013

(7)

DAFTAR ISI

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 8

2.1. Tinjauan Pustaka ... 8

2.2. Landasan Teori ... 16

2.3. Kerangka Pemikiran ... 22

2.4. Hipotesis ... 24

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 25

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 25

3.2. Metode Penentuan Sampel ... 25

3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 29

3.5.1. Definisi ... 29

3.5.2. Batsan Operasional... 30

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL ... 31

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 31

4.1.1. Letak dan Keadaan Geografis ... 31

(8)

4.1.3. Sarana dan Prasarana... 35

4.2. Karakteristik Sampel ... 37

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

5.1. Faktor – factor yang Mempengaruhi Kenaikan Harga Daging Sapi ... 40

5.1.1. Faktor – factor yang Mempengaruhi Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak ... 40

5.1.2. Faktor – factor yang Mempengaruhi Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Pedagang ... 48

5.2. Dampak Kenaikan Harga Daging Sapi Terhadap Permintaan Daging Sapi 56 5.3. Fluktuasi Konsumsi Daging Sapi dengan Fluktuasi Harga Daging Sapi di Kota Medan ... 58

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

6.1. Kesimpulan ... 62

6.2. Saran ... 63

(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1. Konsumsi Daging Sapi Per Kapita Sumatera Utara ... 3

2. Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi pada Daging Sapi ... 10

3. Pasar Tradisional dan Jumlah Penduduk Tahun 2012 ... 25

4. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2011 ... 32

5. Penduduk Menurut Kelompok Umur ... 33

6. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan... 34

7. Sarana dan Prasaran ... 35

8. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur ... 37

9. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Tingkat Pendidikan ... 38

10. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Jumlah Pendapatan ... 39

11. Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas Model Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak ... 41

12. Hasil Analisis Faktor – factor yang Memepengaruhi Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak ... 44

13. Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas Model Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Pedagang ... 49

14. Hasil Analisis Faktor – factor yang Memepengaruhi Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Pedagang ... 52

15. Pemakaian Daging Sapi di Kota Medan 2010 – 2011 ... 58

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1. Kurva Permintaan ... 16

2. Kurva Penawaran ... 19

3. Kurva Equilibrium ... 21

4. Skema Kerangka Pemikiran ... 23

5. Grafik Uji Asumsi Heterokedastisitas Model Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak ... 41

6. Grafik Uji Asumsi Normalitas Model Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak ... 42

7. Histogram Normalitas Model Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak ... 43

8. Grafik Uji Asumsi Heterokedastisitas Model Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Pedagang ... 49

9. Grafik Uji Asumsi Normalitas Model Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Pedagang ... 50

10. Histogram Normalitas Model Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Pedagang ... 51

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Karakteristik Sampel Peternak ... 66

2. Karakteristik Sampel Pedagang ... 66

3. Karakteristik Sampel Konsumen... 67

4. Input Data Spss Peternak ... 68

5. Upah Tenaga Kerja Peternak ... 68

6. Total Harga Bahan Baku ... 69

7. Total Biaya Bahan Penunjang ... 69

8. Input Data Spss Pedagang ... 70

9. Upah Tenaga Kerja Pedagang ... 71

10. Harga Daging Sapi Tahun 2009 – 2011 ... 73

11. Jumlah Konsumsi Daging Sapi Sebelum dan Sesudah Kenaikan Harga ... 74

12. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak ... 75

(12)

ABSTRAK

IRMA YUSNITA HASIBUAN (080304086/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi

Dampak Kenaikan Harga Daging Sapi Terhadap Konsumsi Daging Sapi Di Kota Medan. Penelitian ini di bimbing oleh Dr.Ir.Salmiah, M.S dan Ir.Sinar Indra Kesuma, M.Si yang bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi kenaikkan harga daging sapi di daerah penelitian, (2) Menganalisis dampak kenaikkan harga daging sapi terhadap permintaan daging sapi di daerah penelitian, dan (3) Mengetahui fluktuasi harga daging sapi di daerah penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Medan. Lokasi penelitian dilakukan secara

purposive, pengambilan sampel penelitian ini dilakukan secara accidental sample, dengan jumlah sampel sebanyak 67. Data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari konsumen yang membeli daging sapi di pasar – pasar tradisional di Kota Medan melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan. Penelitian ini menggunakan analisis regresi dengan metode taksiran OLS (Ordinary Least Square).

Dari hasil penelitian diperoleh : (1) harga beli, biaya penunjang, biaya tenaga kerja dan pendapatan berpengaruh nyata terhadap kenaikan harga daging sapi, (2) naiknya harga daging sapi berdampak pada turunnya permintaan konsumsi daging sapi, dan (3) perkembangan harga daging sapi berfluktuasi setiap tahunnya.

(13)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Daging Sapi adalah bahan makanan hewani yang biasa dikonsumsi oleh

masyarakat Indonesia. Daging Sapi mengandung energi sebesar 207 kilokalori,

protein 18,8 gram, karbohidrat 0 gram, lemak 14 gram, kalsium 11 miligram,

fosfor 170 miligram, dan zat besi 3 miligram. Selain itu di dalam Daging Sapi

juga terkandung vitamin A sebanyak 30 IU, vitamin B1 0,08 miligram dan

vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap

100 gram Daging Sapi, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 %.

Separuh dari bagian bahan kering manusia adalah protein. Kebutuhan protein

untuk pria dewasa 55 g/hari dan untuk wanita dewasa 44 g/hari. Tubuh manusia

tidak dapat menyimpan protein sehingga memerlukan suplai dari pangan.

Recomendation Daily Allowance (RDA) untuk protein telur dan daging sapi

adalah sebesar 0,75 g/kg berat badan (bb) orang dewasa muda yang sehat dan 1

g/kg bb orang dewasa tua ( BBPP Batu, 2012).

Berdasarkan data Susenas BPS 2011, tingkat kebutuhan konsumsi daging sapi

bagi penduduk Indonesia (terbesar ke-4 dunia), rata-rata sebesar 1,83

kg/kapita/tahun atau meningkat konsumsi dari tahun sebelumnya sebesar 0,14 kg.

Sedangkan jumlah total kebutuhan konsumsi daging sapi domestik selama tahun

2012 (tidak termasuk industri dan hotel, restoran serta katering) angkanya

mencapai 441.605 ton. Jika dibandingkan dengan jumlah total produksi daging

sapi yang dihasilkan di dalam negeri, masih mengalami kelebihan produksi

(14)

awal, dengan kelebihan jumlah produksi tersebut diharapkan akan dapat

mencukupi dan memenuhi permintaan kebutuhan daging sapi baik untuk

konsumsi rumah tangga, industri dan sektor horeka selama satu tahun.

Konsumsi daging sapi per kapita bangsa Indonesia saat ini mencapai 1,87 kg.

Angka ini termasuk rendah bila dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia

Tenggara. Konsumsi yang rendah itu pun, Indonesia memerlukan setidaknya

448.000 ton daging sapi per tahun. Dari jumlah tersebut, baru sekitar 85% yang

dapat dipenuhi oleh produksi daging sapi dalam negeri dan sisanya masih berasal

dari impor negara lain. Hal ini amatlah mengkhawatirkan mengingat dengan

bergantungnya negara kita terhadap suplai impor, maka posisi tawar kita dalam

percaturan politik dunia menjadi lebih lemah. Selain itu, impor dari negara lain

juga membuka peluang bagi masuknya penyakit-penyakit ternak yang belum

pernah ada sebelumnya di Indonesia. Oleh karena itu, untuk mencegah hal ini,

Kementerian Pertanian Indonesia mencanangkan program PSDSK (Program

Swasembada Daging Sapi dan Kerbau). Sebelumnya, program ini dicanangkan

untuk tahun 2010, tetapi karena satu dan lain hal direvisi menjadi tahun 2014

(BPS, 2011).

Data dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dari total

produksi daging sapi menurut propinsi di Indonesia secara keseluruhan tercatat

untuk tahun 2011 sebesar 485.333 ton dan di tahun 2012 tercatat sebesar 505.447

ton dengan pertumbuhan kenaikan produksi daging sapi sebesar 4,15%. Secara

agregat, produksi daging sapi di beberapa propinsi masih akan terus mengalami

(15)

Sedangkan untuk ketersediaan bagi propinsi sentra konsumsi daging sapi di

Indonesia, berdasarkan data urutan dari jumlah permintaan yang tinggi, yaitu

Propinsi Jawa Barat pada tahun 2010 permintaan untuk konsumsi daging sapi

sebesar 344.267 ton, dan terbesar ke dua adalah Propinsi Jawa Timur sebesar

222.682 ton, selanjutnya Propinsi Jawa Tengah pada urutan ke tiga dengan jumlah

permintaan sebesar 146.458 ton. Sedangkan Propinsi DKI Jakarta dan Bali serta

Sumatera Utara jumlah permintaan untuk komsumsi rata-rata sebesar 80.000 ton

(Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2011).

Data konsumsi daging sapi perkapita di sumatera utara dapat dilihat dari tabel

berikut :

Tabel. 1 Konsumsi Daging Sapi Perkapita Sumatera Utara

Tahun Komoditi Daging Sapi (%)

2007 0.75

Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sumatera Utara 2011

Dari data di atas dapat dilihat bahwa setiap tahunnya konsumsi daging sapi di

sumatera utara mengalami kenaikkan.

Harga komoditas daging sapi di dalam negeri dari tahun ke tahun kenyataannya

terus mengalami kenaikan. Kenaikan harga tersebut dipengaruhi oleh berbagai

faktor diantaranya sangat berhubungan erat dengan kenaikan permintaan, jumlah

pasokan yang berkurang, serta impor dan harga daging sapi yang berlaku di pasar

(16)

saat menghadapi Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN) dan berpotensi pada

harga daging sapi menjadi naik, apalagi jika tidak diimbangi dengan pasokan yang

cukup maka lonjakan kenaikan harga akan semakin meningkat tajam

(Kabid Ketahanan Pangan dan PDT, Deputi Bidang Perekonomian, 2013).

Selama periode tahun 2012, terpantau rata-rata harga daging sapi di tingkat eceran

angkanya telah mencapai Rp 74.991/kg atau mengalami kenaikan sebesar 7,6%

dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, jika menjelang hari Lebaran,

harga daging sapi di beberapa kota di Indonesia dipastikan akan terus meningkat,

angkanya sempat menyentuh Rp 85.000/kg sampai dengan Rp 100.000/kg atau

mengalami kenaikan sekitar 20% dari bulan sebelumnya

(Kabid Ketahanan Pangan dan PDT, Deputi Bidang Perekonomian, 2013).

Rata-rata kenaikan harga komoditas daging sapi per tahun mencapai 9,0%.

Dengan kenaikan harga tertinggi terjadi pada tahun 2008 yang mencapai angka

14,4% dibandingkan pada tahun sebelumnya, yaitu dari Rp 50.036/kg menjadi Rp

57.259/kg. Harga daging sapi pada periode tahun 2003-2012 mengalami gejolak

kenaikan harga dengan tingkat koefisien variasi sebesar 27,3%. Secara nasional,

perkembangan situasi harga daging sapi pada tahun 2012 (sampai dengan bulan

September 2012) berangsur-angsur mengalami kenaikan dari awal Januari dan

mulai mengalami lonjakan harga pada bulan Juli (menjelang puasa), yaitu

mencapai angka 3,36% dari Rp 74.393/kg menjadi Rp 76.895/kg. Sedang tingkat

harga pada bulan Agustus 2012 terus bergerak naik mencapai 3,78% dari Rp

(17)

Dalam Medan Bisnis 2013, Harga daging sapi di Kota Medan berpotensi

mengalami kenaikan yang signifikan. Pasalnya, pasokan daging yang diterima

pedagang terus berkurang, karena itu harganya pun mulai mengalami kenaikan.

hingga saat ini, pasokan daging sapi yang masuk ke pedagang berkurang sekitar

20% dari keadaan normal. Harga pengambilan juga mengalami kenaikan.

Saat ini, harga daging sapi di Medan bertahan tinggi berkisar Rp 83.000-Rp

85.000 per kg. Angka tersebut masih sama dengan harga menjelang Lebaran dan

Natal tahun lalu, padahal harga normal berkisar Rp 75.000-Rp 78.000 per kg.

Mahalnya harga daging sapi karena pasokan yang masuk ke pedagang belum

normal. Sebelumnya, pasokan daging sapi juga berkurang sejak Oktober 2012.

Bahkan, saat itu harga daging sapi melonjak hingga mendekati Rp 100.000 per kg

akibat langkanya sapi impor yang masuk. Saat ini pedagang hanya bisa memasok

daging tidak lebih dari 500 kg setiap hari, padahal dalam keadaan normal, paling

sedikit pedagang memasok 700 kg. Bahkan, jika permintaan tinggi, pedagang bisa

memasok lebih dari angka itu. Kondisi ini, memicu kenaikan harga daging.

(Medan Bisnis, 2013).

Harga daging sapi normal nya berkisar Rp.70.000 tetapi pada pertengahan tahun

2012 di saat mendekati lebaran harga daging sapi menjadi Rp.80.000 per kg dan

harga ini bertahan hingga awal tahun 2013. Lebaran tahun 2013 di perkirakan

harga daging sapi akan semakin naik bahkan mungkin mencapai harga Rp.

100.000 per kg. Naiknya harga daging sapi dipasaran diperkirakan akan

mempengaruhi konsumsi konsumen terhadap daging sapi. Oleh karena itu, maka

penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Dampak Kenaikan

(18)

1.2Identifikasi Masalah

Adapun yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Faktor – faktor yang mempengaruhi kenaikkan harga daging sapi di daerah

penelitian?

a. Di tingkat peternak variabel yang mempengaruhi harga bahan baku

sapi, biaya penunjang, biaya tenaga kerja, dan pendapatan peternak.

b. Di tingkat pedagang variabel yang mempengaruhi harga beli pedagang,

biaya penunjang, biaya tenaga kerja, dan pendapatan.

2. Bagaimana dampak kenaikan harga daging sapi terhadap permintaan

daging sapi di daerah penelitian?

3. Bagaimana fluktuasi konsumsi daging sapi dengan fluktuasi harga daging

sapi di daerah penelitian?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengidentifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi kenaikkan

harga daging sapi di daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis dampak kenaikkan harga daging sapi terhadap

permintaan daging sapi di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui fluktuasi konsumsi daging sapi dengan fluktuasi harga

(19)

1.4Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan masukkan dan informasi bagi pedagang daging sapi dan

pihak – pihak yang berkepentingan.

2. Sebagai bahan informasi dan refrensi bagi peneliti lainnya yang

berhubungan dengan substansi penelitian ini

3. Sebagai bahan masukkan dan pertimbangan bagi pemerintah dalam

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Protein merupakan salah satu sumber gizi yang penting bagi tubuh manusia,

protein berperan sangat penting selain untuk menunjang keberadaan setiap sel

tubuh juga sebagai proses kekebalan tubuh. Setiap orang dewasa sedikitnya wajib

mengkonsumsi 1 gr protein per kg sesuai berat tubuhnya. Kebutuhan terhadap

protein akan bertambah pada perempuan yang sedang mengandung dan para atlet.

Protein sangat berbeda dari karbohidarat dan lemak.

Keberadaan protein dalam tubuh merupakan komponen terbesar dalam tubuh

manusia setelah air. Jumlah protein 1/6 dari berat tubuh manusia, dan tersebar di

dalam otot, tulang, kulit, serta berbagai cairan tubuh manusia. Mineral protein

merupakan sumber utama dari nitrogen yang merupakan elemen yang sangat

penting dari setiap mahluk hidup ( Anonimous, 2011).

Protein berperan sangat penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk

hidup dan virus. Selain itu, protein memiliki peran penting dalam pembentukan

sistem kekebalan tubuh (imunitas) bertujuan sebagai antibodi, dan juga berfungsi

sebagai sistem kendali dalam bentuk hormon. Fungsi utamanya adalah

membentuk jaringan pada tubuh dengan kandungan asam aminonya. Protein

sangat penting bagi tubuh manusia. Kebutuhan protein bagi tubuh sangat wajib

terpenuhi. Kekurangan protein dapat menyebabkan penyakit dan kekurangan

seimbangan tubuh. Protein diperlukan oleh tubuh sebagai zat pembangun,

(21)

• Sebagai Zat pembangun, protein adalah bahan pembentuk jaringan baru di

dalam tubuh;

• Sebagai Zat pengatur, protein berperan mengatur berbagai sistem di dalam

tubuh;

• Sebagai Bahan bakar, protein akan dibakar ketika kebutuhan energi tubuh

tidak dapat dipenuhi oleh hidrat arang dan lemak ( Anonimous , 2011).

Sumber Protein • susu;

• daging;

• tumbuhan yang berbiji;

• ikan;

• kacang polong-polongan;

• telur;

• kentang;

Kualitas daging sebagai sumber protein:

• Protein daging mudah dicerna oleh manusia.

• Protein hewani mengandung semua asam amino esensial.

• Asam amino pada daging lebih banyak dan dapat mudah dicerna.

• Kecernaan protein daging (NPU) daging 0,75 sedangkan protein nabati 0,5

– 0,6.

• Kandungan lysine pada daging tersedia sangat cukup bagi konsumsi/diet

(22)

Tabel 2 Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Daging Sapi :

Banyaknya Daging Sapi yang diteliti (FoodWeight) Bagian Daging Sapi yang dapat dikonsumsi (Bdd /

Food Edible)

100 gr

100 %

Jumlah Kandungan Energi Daging Sapi 207 kkal Jumlah Kandungan Protein Daging Sapi 18,8 gr

Jumlah Kandungan Lemak Daging Sapi 14 gr

Jumlah Kandungan Karbohidrat Daging Sapi 0 gr

Jumlah Kandungan Kalsium Daging Sapi 11 mg

Jumlah Kandungan Fosfor Daging Sapi 170 mg

Jumlah Kandungan Zat Besi Daging Sapi 3 mg

Jumlah Kandungan Vitamin A Daging Sapi 30 mg Jumlah Kandungan Vitamin B1 Daging Sapi 0,08 mg Jumlah Kandungan Vitamin C Daging Sapi 0 mg

Sumber : BBPP Batu 2012

Jenis Potongan Daging Sapi

Pemotongan sapi di setiap negara agak berbeda dari negara yang lain karena

tergantung dari pemakaian/permintaan di negara tersebut. Potongan utama, atau

primal cuts, adalah potongan-potangan besar pada karkas sapi menjadi sampil,

sandung lamur, lamusir depan, rusuk, has luar, samcan, shortloin, betak daging

paha belakang, pinggul tebal, penutup serta betis depan dan belakang. Potongan

utama kemudian dibagi menjadi sub-primal cuts dan terkadang sub-primal cuts

(23)

● Sampil

Sampil. dalam bahasa Inggris chuck, didapat dari daging paha atas, bahu dan

punuk. Sampil merupakan daging yang kurang lunak namun penuh rasa karena

kandungan kolagen yang cukup tinggi.

Sampil kecil, dalam bahasa Inggris blade tetapi juga disebut clod, oyster atau

oyster blade, merupakan sampil bagian bahu atas dan bawah yang berbentuk segi

empat. Kijen atau chuck tender berbentuk kerucut yang terlapis kulis luar yang

tipis.

Sandung lamur

Sandung lamur, dalam bahasa Inggris brisket, adalah potongan dari bagian dada.

Potongan ini agak berlemak. Potongan sandung lamur lainnya adalah sandung

lamur bagian pangkal (brisket naval end) dan sandung lamur bagian ujung (brisket

point end)

Iga

Lamusir depan, atau cube roll, diambil dari bagian punggung, dipotong dari rusuk

keempat hingga rusuk keduabelas. Lamusir termasuk daging yang lunak karena

terdapat butir-butir lemak didalamnya. Iga adalah potongan daging yang berasal

sekitar tulang rusuk, yaitu dari rusuk keenam hingga keduabelas.

● Shortloin, striploin, sirloin

Shortloin dan striploin adalah potongan daging bagian belakang sapi. Sirloin

adalah bagian daging yang terletak persis di belakang shortloin dan di atasnya

tenderloin atau has dalam. Di Indonesia sirloin juga disebut sebagai has luar..

Otot dari bagian sapi ini masih bekerja cukup keras, namun beban pekerjaannya

(24)

Has dalam

Has dalam, dalam bahasa Inggris tenderloin atau fillet, adalah potongan daging

yang paling empuk dan kandungan lemaknya tidak besar. Lokasi potongan daging

ini ditengah-tengah sirloin. Harga jenis potongan ini adalah yang paling mahal

dibandingkan dengan potongan yang lainnya.

Samcan

Samcan atau flank, adalah potongan dari bagian otot perut. Bentuknya panjang

dan datar, dan kurang lunak. Di Prancis daging ini dinamakan bavette.

Penutup, tanjung, kelapa, pendasar, gandik

Dari paha belakang sapi, atau rump, terdapat beberapa potongan yaitu rump

(tanjung), kelapa (knuckle), penutup (inside, topside), silverside, gandik (eye of

round), dan pendasar (outside). Tanjung adalah bagian pinggang sapi yang

dilapisi oleh lemak yang cukup tebal. Daging tanjung termasuk jenis daging yang

lunak. Silverside terdapat di paha belakang bagian bawah. Dagingnya padat dan

tidak banyak mengandung lemak.

Sengkel

Sengkel, dari bahasa Belanda schenkel, dalam bahasa Inggris shank atau shin

merupakan daging yang terdapat di bagian atas betis sapi. Potongan daging ini

(25)

Jenis penyimpangan daging sapi

Daging Sapi Glonggongan

Daging sapi glonggongan adalah daging sapi yang berasal dari hewan sapi yang

sebelum disembelih diberi minum sebanyak-banyaknya sampai lemas. Penyiksaan

hewan seperti itu bertujuan untuk menggenjot berat daging dengan air yang

di-glonggongkan ke hewan. Daging glonggongan tidak pantas untuk dikonsumsi.

Meskipun secara teoritis bukan bangkai tetapi daging jenis ini telah diharamkan

oleh MUI karena dalam proses penyembelihannya terlalu kejam dan tidak

berperikehewanan. Daging jenis “glonggongan” (yang sering disebut sebagai

daging basah) dijual lebih murah dari daging biasa (daging kering). Selisihnya

sekitar Rp. 5000,- tetapi dari segi ekonomis sebetulnya lebih mahal karena 30%

dari beratnya adalah air. Selain itu kadar air yang terlalu tinggi juga rentan

terinfeksi bakteri penyakit.

Ciri-ciri Daging Glonggongan, sebagai berikut :

1. Berwarna pucat

2. Konsistensi daging lembek

3. Permukaan daging basah

4. Biasanya penjual tidak menggantung daging tersebut karena bila digantung air

akan banyak menetes dari daging

Pemalsuan Daging Sapi

Daging sapi oplos daging babi marak terjadi menjelang lebaran dikarenakan

permintaan daging sapi meningkat. Daging oplosan umumnya muncul dan

diperdagangkan di pasar tradisional, di luar kios resmi penjualan dengan harga

(26)

Menurut Dr. Ir. Joko Hermanianto (ahli daging di Dep. Ilmu dan Teknologi

Pangan, Fateta, IPB), secara kasat mata ada lima aspek yang terlihat berbeda

antara daging babi dan sapi yaitu warna, serat daging, tipe lemak, aroma dan

tekstur.

Daging Sapi Bangkai

Dari segi kehalalan hukum bangkai ini adalah haram. Penyembelihan bangkai ini

dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan ilegal.

Adapun ciri-ciri daging bangkai:

1. Daging kelihatan kusam dan berlendir. Pada umumnya disebabkan oleh bakteri

genus Pseudomonas, Achromobacter, Streptococcus, Leuconostoc, Bacillus dan

Microccocus.

2. Daging berwarna kehijau-hijauan (seperti isi usus). Pada umumnya disebabkan

oleh bakteri dari genus Lactobacillus dan Leuconostoc

3. Daging menjadi tengik akibat penguraian lemak. Pada umumnya disebabkan

oleh bakteri genus Pseudomonas dan Achromobacter.

(Dinas peternakan ,2012)

Harga daging sapi semakin hari semakin membahana ke arah paling tinggi.

Sehingga tidak heran,kecurangan dalam pengadaan sumber protein itu mengalami

kecurangan agar selalu laku dalam berjualan. Conothnya dengan mencampurkan

daging dengan formalin,pewarna buatan ataupun melumuri daging beku dengan

darah,sebagaimana yang kita ketahui,darah merupakan tempat hidup yang bagus

bagi mikroorganisme.

Tujuan Dokter Hewan di seluruh Indonesia bahkan dunia salah satunya yaitu

(27)

ke meja makan setiap keluarga,akan tetapi dengan praktek yang demikian bisa

membuat citra dokter hewan di Indonesia khususnya menjadi bobrok bagaikan

longsor yang siap menggusur pemukiman di bawahnya. Oleh sebab itu,perlulah

kerjasama Dokter Hewan dan masyarakat khususnya,yakni harus teliti memilih

bahan yang baik dan tidak. Berikut beberapa fakta yang harus diketahui tentang

daging :

Bebas dari Cacing

Manusia maupun makluk hidup lainnya,sangat rawan terserang cacingan. Begitu

juga hewan ternak yang ada di pasaran. Ciri-ciri daging yang bebas dari cacing

yakni daging mulus dan minimnya lobang-lobang. Kemudian hindarkan membeli

daging yang mempunyai bercak-bercak yang mencurigakan.

Bebas dari bahan kimia

Kenakalan penjual kebanyakan memakai bahan kimia yang berbahaya bagi

konsumennya. Jadi,cara mengetahui daging yang bebas dari bahan berbahaya

sebagai berikut : Daging warnanya tidak mencolok dan tidak terlalu putih.

Kemudian jika di baui rasa daging segar tercium kuat. Dan indikator paling hebat

: Daging tanpa bahan kimia biasanya dikerubungi oleh lalat dan yang tidak berarti

dicurigai memakai bahan berbahaya. Banyak lalat berarti daging bagus

Dari Harga

Perbedaan hargapun bisa dijadikan pertimbangan. Logikanya : daging bagus akan

dijual agak mahal dan daging yang kurang bagus atau kualitas jelek akan dijual

(28)

2.2Landasan Teori

2.2.1 Permintaan (demand)

Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan

dan harga. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang

menyatakan : makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan

terhadap barang tersebut. Sebaliknya , makin tinggi harga suatu barang maka

makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut.

( Sukirno, 2003)

Adapun bentuk kurva permintaan adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Kurva permintaan

Dimana :

P : Harga

Q : Jumlah yang diminta

Menurut kadriah (1994), kurva permintaan menggambarkan hubungan antara

jumlah yang diminta dan harga. Dimana semua variabel lainnya dianggap tetap

kurva ini memiliki slope negatif, yang menunjukkan bahwa jumlah yang diminta

(29)

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan, yaitu :

1.Harga barang itu sendiri

Naik turunnya harga barang / jasa akan mempengaruhi banyak / sedikitnya

terhadap barang yang diminta. Kuantitas akan menurun ketika harganya

meningkat dan kuantitas yang diminta meningkat ketika harganya menurun, dapat

dikatakan bahwa kuantitas yang diminta berhubungan negative (negatively

related) dengan harga (Djojodipuro,1991)

Sesuai dengan hukum permintaan hubungan antara harga barang dan jumlah

barang yang diminta adalah negative. Bila harga naik maka permintaan turun dan

sebaliknya bila harga turun permintaan akan naik dengan asumsi cateria paribus.

Dengan demikian perubahan harga terhadap permintaan mempunyai arah yang

berkebalikan. (Pracoyo, 2006)

2.Pendapatan

Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi / rendahnya

pendapatan masyarakta akan mempengaruhi kualiatas maupun kuantitas

permintaan, pendaptan yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada

uang yang sedikit untuk dibelanjakkan, sehinngga masyarakat akan

membelanjakkan sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap

sebagian besar barang. Jika permintaan terhadapap suatu barang berkurang ketika

pendapatan berkurang, barang tersebut dinamakan barang normal (normal good)

Hubungan anatara pendapatan dengan jumlah barang yang diminta adalah positif.

Bila pendapatan seorang meningkat maka akan meningkatkan permintaan

(30)

berkualitas tinggi maka dengan adanya kenaikkan pendapatan, kpnsumen justru

akan mengurangi permintaan terhadap barang tersebut. (Pracoyo, 2006)

3.Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan akan mempengaruhi jumlah permintaan. Makin banyak

tanggungan, maka jumlah permintan akan meningkat. Hal ini berkaitan dengan

usaha pemenuhan akan kecukupan kebutuhan setiap individu yang ada di suatu

tempat.

Permintaan berhubungan positif dengan jumlah tanggungan. Pertambahan jumlah

tanggungan / penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan

permintaan. Tetapi biasanya pertambahan jumlah tanggungan / pendududuk

diikuti oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian lebih

banyak orang yang menerima pendapatan dan ini menambah daya beli dalam

masyarakat. Pertambahan daya beli ini akan menambah permintaan

( sukirno, 2003).

4.Harga komoditi lain ( barang subtitusi )

Permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi oleh perubahan harga barang

– barang lain, baik atas barang subtitusi maupun terhadap harga barang

komplementer. Sifat dan pengaruh terhadap barang subtitusi dan komplementer

ini diakarenakan permintaan suatu barang memiliki kaitan dan pengaruh yang

langsung maupun tidak langsung. Pengaruh mempengaruhi atas suatu barang dari

harga barang lain ini dikarenakan masing – masing barang mempunyai hubungan

saling menggantikan fungsi kegunaan dan juga saling melengkapi. Jika barang

(31)

permintaan barang penggantinya juga akan ikut mengalami kenaikkan.

(Sukirno,2003)

Penawaran (supply)

Fungsi penawaran adalah fungsi yang menunjukan hubungan antara harga barang

di pasaran dengan jumlah barang yang ditawarkan ke produsen. Hukum

penawaran menjelaskan Semakin tinggi harga suatu barang, semakin banyak

jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, makin

rendah harga suatu barang, semakin sedikit jumlah barang tersebut yang

ditawarkan. ( Joesron dan Fathrrozi, 2003)

Adapun bentuk kurva penawaran sebagai berikut :

Gambar 2. Kurva penawaran

Dimana :

P : Harga

(32)

Adapun beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran:

1. Harga komoditi itu sendiri

Jika harga suatu barang naik, maka produsen cenderung akan menambah jumlah

barang yang dihasilkan. Hal ini kembali lagi pada hukum penawaran. Kuantitas

akan meningkat ketika harganya meningkat dan kuantitas yang diminta menurut

ketika harganya menurun. (djojodipuro,1991)

2. Harga komoditi lain yang (subtitusi)

Apabila harga barang subtitusi naik, maka penawaran suatu barang akan

bertambah, dan sebaliknya. Sedangkan untuk barang complement, dapat

dinyatakan bahwa apabila harga barang komplemen naik, maka penawaran suatu

barang berkurang, atau sebaliknya.

3. Biaya produksi

Kenaikan harga input juga mempengaruhi biaya produksi. Bila biaya produksi

meningkat, maka produsen akan menbgurangi hasil produksinya, berarti

penawaran barang berkurang. Kenaikan harga faktor produksi akan menyebabkan

perusahaan memproduksi outputnya lebih sedikit dengan jumlah anggaran yang

tetap yang nantinya akan mengurangi laba perusahaan sehingga produsen akan

pindah ke industry lain dan akan mengakibatkan berkurangnya penwaran barang.

4. Teknologi produksi

Kemajuan teknologi menyebabkan penurunan biaya produksi, dan menciptakan

barang-barang baru sehingga menyebabkan kenaikan dalam penawaran barang.

(33)

Dimana meningkat tingkat harga keseimbangan akan menyebabkan naiknya

jumlah penawaran. Dengan kata lain. Makin tinggi tingkat harga suatu komoditas

maka semakin besar jumlah komoditas yang ditawarkan

Ekuilibrium terjadi jika jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang

ditawarkan. Harga ekuilibrium adalah harga yang terjadi ketika jumlah yang

diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan. Harga ekuilibrium merupakan titik

potong antara kurva permintaan dengan kurva penawaran. Yang dapat dilihat pada

gambar berikut:

Gambar 3. Kurva Ekuilibrium

Dimana :

P : Harga

Q : Jumlah yang ditawarkan

S : Penawaran

D : Permintaan

(34)

2.3 Kerangka Pemikiran

Kebutuhan protein untuk manusia sangat penting untuk kesehatan tubuh. Daging

sapi mengandung protein yang penting untuk meningkatkan kemampuan generasi

muda selain ikan dan daging ayam. Permintaan daging sapi terus naik seiring

dengan pertambahan jumlah penduduk, peningkatan daya beli, dan faktor

musiman menyambut hari besar keagamaan nasional. Akan tetapi pada tahun

pertengahan tahun 2012 yang lalu harga daging sapi melonjak drastis di

Indonesia. Dan kenaikkan harga daging sapi ini juga dirasakan di Sumatera Utara.

Pedagang menjual daging sapi di pasar tradisional kepada konsumen. Harga

daging sapi yang melonjak dipasaran dipengaruhi oleh harga beli pedagang dari

peternak ,biaya pemotongan, pendapatan, ketersediaan daging sapi. barang

subtitusi. Dan harga yang di peroleh dari peternak dipengaruhi oleh harga bibit,

biaya perawatan, biaya tenaga kerja, pendapatan dan jumlah ketersediaan sapi.

Oleh karena itu hal ini perlu dianalisis faktor – faktor yang mempengaruhi

kenaikkan harga daging sapi.

Konsumen daging sapi adalah mereka yang melakukan kegiatan pembelian

(mengkonsumsi) daging sapi untuk memenuhi kebutuhannya. Adapun yang

mempengaruhi permintaan daging sapi salah satunya yaitu harga beli konsumen.

Oleh karena itu harga daging sapi yang naik apakah berdampak pada tingkat

(35)

Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4. Skema kerangka pemikiran

Keterangan :

: menyatakan hubungan

: menyatakan pengaruh Peternak

Konsumen Pedagang Daging Sapi

Faktor – faktor yang mempengaruhi :

1. Harga beli pedagang 2. Biaya penunjang 3. Biaya tenaga kerja 4. Pendapatan pedagang

Harga

Harga

Faktor – faktor yang mempengaruhi :

(36)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran dapat dirumuskan

hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Kenaikkan harga daging sapi di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

harga beli pedagang, biaya penunjang, biaya tenaga kerja dan pendapatan .

2. Adanya dampak naiknya harga daging sapi terhadap permintaan daging

sapi.

(37)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Medan provinsi Sumatera Utara. Daerah

penelitian ini dipilih secara sengaja dengan mempertimbangkan bahwa daerah ini

merupakan daerah dengan penduduk tertinggi di provinsi Sumatera utara yakni

2.102.105 jiwa dan jumlah kepala keluarga sebanyak 472.025 KK (data BPS

Dalam Angka 2010) dan pastinya mempunyai tingkat konsumsi daging sapi yang

tinggi untuk kebutuhan baik rumah tangga maupun industry (rumah makan,

catering dll). Lokasi penelitian di tentukan secara sengaja ( purposive sampling )

dibeberapa pasar tradisional yang ada di Kota Medan.

Tabel 3. Pasar Tradisional dan Jumlah Penduduk Tahun 2012

Kecamatan Penduduk Penduduk Jumlah Pasar (jiwa) (rumah tangga) (unit)

1. Medan Johor 116.220 27.918 1

2. Medan Petisah 68.120 15.320 1

3. Medan Helvetia 145.376 30.824 1

4. Medan Denai 139.939 32.511 1

5. Medan Marelan 126.619 32.527 1

Jumlah 596.274 139.100 5

(38)

3.2 Metode Penentuan Sampel 3.2.1 Konsumen

Metode penentuan responden dilakukan dengan metode Accedental (secara tidak

sengaja). Konsumen diambil dari kelompok populasi (Rumah Tangga) di kota

Medan. Dimana setiap anggota populasi (Rumah tangga) mempunyai probability

yang sama untuk dijadikan sebagai responden (Bungin, 2005).

Dari seluruh populasi rumah tangga penduduk kota Medan diambil 30 responden

yaitu yang hanya ditujukan kepada konsumen daging sapi saja. Pengambilan

responden dengan metode ini sesuai dengan Teori Bailey yang menyatakan untuk

penelitian yang menggunakan analisa statistic, ukuran responden paling minimum

30. (Hasan, 2002)

3.2.2 Pedagang

Untuk responden pedagang daging sapi diambil 30 kios pedagang daging sapi..

Sesuai dengan Teori Bailey yang menyatakan untuk penelitian yang menggunakan

analisa statistic, ukuran responden paling minimum 30. (Hasan, 2002)

3.2.3 Peternak

Untuk responden peternak sapi penentuan sampel adalah sensus, dimana terdapat

sekitar 7 peternak yang memtong sapi di RPH yang seluruh hasil pemotongan

(39)

3.3 Metode Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada

responden dengan menggunakan daftar pertanyaan yang dibuat terlebih dahulu.

Data sekunder diperoleh dari Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota

Medan, dan Kantor Badan Pusat Statistik Kota Medan.

3.4 Metode Analisis Data

Hipotesis 1 untuk melihat faktor – faktor yang mempengaruhi kenaikkan harga daging sapi peternak ke pedagang maka diuji dengan menggunakkan analisis

regresi linear berganda. Data yang dibutuhkan adalah harga bahan baku(sapi),

biaya penunjang, biaya tenaga kerja, dan pendapatan dengan menggunakan

rumus:

Y = a + b1 X1 + b2X2 + b3X3+b4 X4+ µ

Keterangan :

Y = Harga daging sapi

a = Koefisien intersep

b1, b2, b3, b4, = Koefisien regresi

X1 = Barga beli bahan baku /sapi (Rp/ekor)

X2 = Biaya penunjang (Rp/ekor)

�3 = Biaya tenaga kerja (Rp)

�4 = Pendapatan peternak (Rp)

(40)

pengambil keputusan :

jika ; jika th ≤ t tabel. tolak H1 ; terima H0

jika th ≥ t tabel. tolak H0 ; terima H1

Untuk melihat faktor – faktor yang mempengaruhi kenaikkan harga daging sapi di

pedagang daging sapi kepada konsumen, maka diuji dengan menggunakkan

analisis regresi linear berganda. Data yang dibutuhkan adalah harga beli

pedagang, biaya penunjang. biaya tenaga kerja, dan pendapatan dengan

menggunakan rumus :

(41)

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Definisi dan batasan operasional dimaksudkan untuk menghindari

kesalahpahaman istilah – istilah yang terdapat di skripsi ini.

3.5.1 Definisi

1. Permintaan daging sapi adalah jumlah daging sapi yang dibeli konsumen

dalam jumlah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.

2. Konsumsi daging sapi masyarakat kota Medan adalah jumlah kebutuhan

daging sapi konsumsi yang dibutuhkan oleh masyarakat kota medan

3. Jumlah daging sapi yang terserdia adalah jumlah rata – rata daging sapi

yang bisa di dapat pedagang daging sapi dari pemasok setiap harinya

4. Harga beli pedagang adalah harga yang dibayarkan pedagang daging sapi

kepada pemasok daging sapi

5. Pasar adalah tempat pedagang dan konsumen melakukan transaksi jual beli

daging sapi.

6. Pedagang daging sapi adalah pedagang yang hanya berjualan daging sapi

7. Harga daging sapi adalah harga daging yang berada di kota Medan.

3.5.2 Batasan Operasional

Adapun batasan Operasional dari penelitian ini adalah :

1. Penelitian diadakan di pasar tradisional yang menjual daging sapi di kota

Medan, Sumatera Utara.

2. Sampel penelitian adalah konsumen, pedagang dan peternak daging sapi.

(42)

IV.

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis

Penelitian dilakukan di Kota Medan yang merupakan Ibu Kota dari Provinsi

Sumatera Utara. Kota Medan terletak antara 2°27'-2°47'LU - 98°35' - 98°44'BT.

Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut.

Kota medan merupakan salah satu dari 30 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara

dengan luas daerah sekitar 265,10 km2. Kota ini merupakan pusat pemerintahan

Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten

Deli Serdang di sebelah utara, selatan, barat dan timur. Sebagian besar wilayah

Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua

sungai penting yaitu Sungai Barbura dan Sungai Deli.

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun

Polonia berkisar antara 23,04°C – 24,08°C dan suhu maksimum berkisar antara

32,73°C – 34,47°C serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya berkisar

antara 22,6°C – 24,4°C dan suhu maksimum berkisar antara 32,3°C – 33,9°C.

Rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 133,75 mm dan pada

(43)

4.1.2 Keadaan Penduduk a. Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk Kota Medan tahun 2011 sebanyak 2.097.610 jiwa, jika

dibandingkan dengan lahan seluas 265,10 Km2 dapat digambarkan kepadatan

penduduk Kota Medan adalah sebanyak 7.913 jiwa/Km2. Angka ini

menggambarkan bahwa setiap 1 Km2 terdapat 7.913 jiwa. Secara rinci, kepadatan

penduduk Kota Medan menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4. :

Tabel 4. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahu 2011

(44)

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa, kepadatan penduduk paling tinggi adalah

Kecamatan Medan Perjuangan yaitu sebesar 22.819 Jiwa/Km2, hal ini disebabkan

oleh luas wilayah yang dimiliki oleh Kecamatan Medan Perjuangan relatif sangat

kecil dibandingkan jumlah penduduk yang ada. Sedangkan kepadatan penduduk

paling rendah berada pada Kecamatan Medan Labuhan yaitu sebesar 3.032

Jiwa/Km2.

b. Penduduk Menurut Kelompok Umur

Penduduk Kota Medan berjumlah 2.097.610 orang dengan rumah tangga yang

tersebar di setiap kecamatan dan kelurahan di Kota Medan, dan berdasarkan

golongan umur sampel penduduk Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Penduduk Menurut Kelompok Umur

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (jiwa) Jumlah (%)

1 0-14 574.129 27,37

2 15-54 1.337.435 63,76

3 >55 186.046 8,87

Jumlah 2.097.610 100

Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2012

Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2011

sebesar 2.097.610 orang. Jumlah usia non produktif bayi, balita, anak-anak dan

remaja (0-14 tahun) sebesar 574.129 orang (27,37 persen) manula (>55 tahun)

sebesar 1.337.435 orang (63,76 persen). Jumlah usia produktif (15-54 tahun)

adalah sebesar 1.337.435 orang (8,87 persen). Usia produktif adalah usia dimana

orang memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan barang

dan jasa dengan efektif, dari data tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan

(45)

c. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Penduduk Kota Medan menurut tingkat pendidikan terdiri dari tamat SD, SLTP,

SLTA, Perguruan Tinggi. Untuk mengetahui lebih jelas mengenal tingkat

pendidikan penduduk Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 6 berikut :

Tabel 6. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 SD 268.921 32.27

2 SMP 114.381 13.72

3 SMA 121.843 14.62

4 Perguruan Tinggi 328.185 39.38

Jumlah 833.330 100

Sumber : BPS, Medan dalam angka 2012

Tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Kota Medan paling

besar berada pada tingkat pendidikan menengah yaitu Sekolah Menengah Atas

(SMA) yaitu sebesar 121.843 orang (14,62 persen), Sekolah Menengah Pertama

(SMP) yaitu sebesar 114.381 orang (13,72 persen), Sekolah Dasar (SD) yaitu

sebesar 268.921 orang (32,27 persen), dan Perguruan Tinggi berjumlah 328.185

orang (39,38 persen).

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di Kota Medan sekarang ini sangat baik, hal ini dapat dilihat

dari jenis-jenis sarana yang tersedia baik sarana pendidikan, kesehatan, tempat

peribadatan, transportasi dan pasar yang cukup memadai. Secara rinci sarana dan

(46)

Tabel 7. Sarana dan Prasarana

No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1 Sekolah

3 Tempat Peribadatan

a. Mesjid/Musholla 1.706

Sumber: BPS, Medan Dalam Angka 2012

Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat sarana pendidikan di Kota Medan sangat lengkap

mulai dari Play group, Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar berjumlah 805 unit,

Sekolah Menengah Pertama berjumlah 353 unit, Sekolah Menengah Atas

berjumlah 205 unit, Sekolah Menengah Kejuruan berjumlah 134 unit, hingga ke

Perguruan Tinggi berjumlah 33 unit dengan berbagai tingkat strata. Status sekolah

pun beragam mulai dari negeri, swasta, maupun sekolah luar negeri yang tersebar

(47)

Sarana Kesehatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar seperti Kota

Medan yang berpenduduk besar. Sarana kesehatan yang ada yaitu Puskesmas 39

unit, Pustu 41 unit, BPU 349 unit, Rumah Bersalin 117 unit dan Rumah Sakit 76

unit yang tersebar di seluruh kecamatan.

Sarana peribadatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar seperti Kota

Medan yang berpenduduk beragama. Sarana peribadatan yang ada yaitu

Mesjid/Musholla 1.706 unit, Gereja 634 unit, Kuil 26 unit, Wihara 21 unit, dan

Klenteng 5 unit yang tersebar di seluruh kecamatan.

Sarana transportasi sangat lengkap di dalam Kota, angkutan kota sangat banyak

kesegala penjuru Kota Medan. Panjang jalan Kota Medan 3.191,5 km, jalan yang

dalam kondisi baik sepanjang 3.254,3 km, jalan dalam kondisi sedang 15,8 km

dan 20,1 km rusak sedangkan yang dalam kondisi rusak berat 1,3 km.

Pasar tradisonal maupun pasar modern banyak sekali terdapat di Kota Medan.

Masyarakat dengan mudah memilih tempat berbelanja di pasar tradisional atau di

pasar modern. Pasar tradisional ada 56 unit dan pasar modern ada 239 uniit yang

terdiri dari supermarket/minimarket dan mall/plaza yang tersebar di seluruh

kecamatan.

4.2 Karakteristik Sampel

Sampel dalam penelitian ini meliputi peternak, pedagang dan konsumen daging

sapi yang terdapat di kota medan . Karakteristik peternak sampel meliputi umur,

tingkat pendidikan, lama berusaha, dan jumlah tenaga kerja. Karakteristik

pedagang sampel meliputi umur , tingkat pendidikan , lama berusaha dan tenaga

kerja. Karakteristik konsumen sampel meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah

(48)

a. Umur

Adapun keadaan umur sampel di daerah penelitian dapat dilihat berdasarkan tabel

8 berikut ini.

Tabel 8. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur

No Kelompok Umur

Sumber : data diolah dari lampiran 1,2 dan 3

Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat jumlah peternak sampel terbesar pada kelompok

umur 40 – 50 tahun dengan jumlah 4 orang (57,14%) dan yang terkecil pada umur

51 – 60 tahun dengan jumlah 3 orang (42,86%).

Sedangkan jumlah pedagang sampel terbesar pada kelompok umur 41 – 50 tahun

dengan jumlah 16 orang (53,33%) dan pada kelompok umur 31 – 40 tahun dan 51

–60 tahun jumlahnya sama yaitu 7 orang (23,33%).

Dan pada jumlah konsumen sampel kelompok umur terbesar terdapat pada range

51 – 60 tahun dengan jumlah 11 orang (36,67%) dan terkecil pada range 41 – 50

(49)

b. Tingkat Pendidikan

Adapun keadaan tingkat pendidikan sampel di daerah penelitian dapat dilihat

berdasarkan tabel 9 berikut ini.

Tabel 9. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Tingkat Pendidikan No. Tingkat

Sumber : diolah dari lampiran 1,2 dan 3

Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat tingkat pendidikan peternak yang terbesar

berada pada tingkat sarjana dengan jumlah 4 orang (57,14%) dan terkecil pada

tingkat diploma dengan jumlah 1 orang (14,29%).

Sedangkan tingkat pendidikan pada pedagang sampel terbesar pada tingkat sma

dengan jumlah 19 jiwa (63.33) dan terkecil pada tingkat sarjana dengan jumlah 3

jiwa (10%).

Dan tingkat pendidikan pada konsumen sampel yang terbesar pada tingkat sarjana

dengan jumlah 13 orang (43,33%) dan yang terkecil pada tingkat sma dengan

(50)

c. Pendapatan

Adapun keadaan pendapatan sampel di daerah penelitian dapat dilihat berdasarkan

tabel 10 berikut ini.

Tabel 10. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Jumlah Pendapatan No Pendapatan

Sumber : diolah dari lampiran 1,2 dan 3

Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat jumlah pendapatan peternak sampel diatas Rp.

5.000.000 per bulan.

Sedangkan jumlah pendapatan pada pedagang sampel rata – rata diatas Rp.

5.000.000 per bulan dengan jumlah 25 orang (83.33%)

Dan jumlah pendapatan pada konsumen sampel rata – rata Rp 3.100.000 –

(51)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kenaikkan Harga Daging Sapi 5.1.1 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kenaikkan Harga Daging Sapi

di Tingkat Peternak

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kenaikkan harga daging sapi di

tingkat peternak dianalisis dengan metode analisis regresi berganda. Kenaikkan

harga daging sapi (Y) diduga dipengaruhi oleh harga beli bahan baku (X1), biaya

penunjang(X2), biaya tenaga kerja (X3) dan pendapatan(X4).

5.1.1.1. Uji asumsi Ordinary Least Square (OLS)

Sebelum dilakukan uji kesesuaian (goodness of fit) model, perlu dilakukan uji

asumsi untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi – asumsi dalam model regresi

linear naiknya harga daging sapi ditingkat peternak yang dispesifikasi. Hasil

pengujian asumsi klasik diuraikan pada bagian berikut.

1. Uji asumsi multikolinearitas

Hasil uji asumsi multikolinearitas untuk model naiknya harga daging sapi

ditingkat peternak disajikan pada tabel 11. Tabel 11 menunjukkan bahwa masing

– masing variable eksogen memiliki nilai toleransi (tolerance) lebih besar dari 0.1

dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Hal ini menunjukkan tidak terjadinya

multikolinearitas. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi liniear naiknya

(52)

Tabel 11. Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas Model Kenaikkan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak Menggunakan Statistik Kolinearitas

No. Variabel Eksogen Collinearity Statistics Tolerance VIF

1. Harga Bahan Baku Sapi (Rp/Kg) 0,747 1,339

2. Biaya Penunjang (Rp) 0,593 1.686

3. Biaya Tenaga Kerja (Rp) 0,527 1.899

4. Pendapatan (Rp) 0,751 1.332

Sumber: Lampran 12 Analisis Data Primer, 2013

2. Uji asumsi heteroskedastistas

Gambar 5. Grafik Uji Asumsi Heteroskedastisitas Model Kenaikkan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak

Sumber: Lampiran 12 Analisis Data Primer, 2013

Hasil uji heteroskedastistas dengan menggunakan analisis grafik untuk model

naiknya harga daging sapi ditingkat peternak disajikan pada gambar 5. Gambar 5

menunjukkan bahwa penyebarab titik – titik varian residual adalah sebagai

berikut.

a. Titik – titik menyebar diatas dan dibawah atau disekitar 0.

(53)

c. Penyebaran titik – titik data tidak membentuk pola bergelombang

menyebar kemudian menyempit dan melebar kembali.

d. Penyebaran titik – titik data tidak berpola.

Hal ini menunjukkan tidak terjadinya heteroskedastistas. Maka dapat dinyatakan

bahwa model regresi linier naiknya harga daging sapi ditingkat peternak terbebas

dari masalah heteroskedastistas.

3. Uji asumsi normalitas

a. Analisis Grafik

Gambar 6. Grafik Uji Asumsi Normalitas Model Kenaikkan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak

(54)

Gambar 7. Histogram Normalitas Model Kenaikkan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak

Sumber:Lampiran 12 Analisis Data Primer, 2013

Hasil uji asumsi normalitas residual model naiknya harga daging sapi ditingkat

peternak dengan menggunakan analisis grafik disajikan pada gambar 6 dan 7.

Gambar 6 dan 7 menunjukan bahwa data terlihat menyebar mengikuti garis

diagonal dan diagram histogram yang tidak condong ke kiri maupun ke kanan.

Hal ini menunjukkan bahwa data residual model terdistribusi dengan normal.

Maka dapat dinyatakan bahwa model regresi linear naiknya harga daging sapi

ditingkat peternak memenuhi asumsi normalitas.

5.1.1.2 Uji kesesuaian (test goodness of fit) model dan uji hipotesis

Setelah dilakukan uji asumsi, maka dilakukan uji kesesuaian model dan uji

hipotesis. Hasil analisis faktor – faktor yang memepengaruhi kenaikkan harga

daging sapi ditingkat peternak disajikan pada tabel 12. Tabel 12 menunjukkan

(55)

harga daging sapi (Y) , yaitu harga beli bahan baku (X1), biaya penunjang(X2),

biaya tenaga kerja (X3) dan pendapatan(X4).

Tabel 12. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenaikkan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak

No. Variabel Koefisien

Regresi Thitung Sig. 5%

Konstanta 47420,896 8,533 0,013

1. Harga Bahan Baku Sapi (Rp/Kg) 1,312 8,026 0,015 N

Signifikansi F 0,043

Keterangan:

TN = Tidak berpengaruh nyata N = Berpengaruh nyata

Sumber: Lampiran Analisis Data Primer, 2013

Untuk mempermudah pembacaan hasil dan interpretasi analisis regresi, maka

digunakan bentuk persamaan yang berisis konstanta dan koefisien – koefisein

regresi yang didapat dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya.

Persamaan regresi faktor – faktor yang memepengaruhi kenaikkan harga daging

sapi ditingkat peternak adalah sebagai berikut.

Y = 47420,896 + 1,312 - 0,002 - 0,009 - 0.018

Pada model regresi ini, nilai konstanta yang tercantum adalah sebesar 47420,896.

Hal ini menunjukkan bahwa besar efek rata – rata dari seluruh variabel eksogen

terhadap variabel kenaikkan harga daging sapi ditingkat peternak sebesar

47420,896.

Tabel 12 menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (�2) yang diperoleh

adalah sebesar 0,935. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 93,5% variasi

(56)

bahan baku (X1), biaya penunjang (X2), biaya tenaga kerja (X3), dan pendapatan

(X4). Sedangkan sisanya, sebesar 6,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang belum

dimasukkan kedalam model.

Untuk menguji hipotesis secara serempak, dilakukan dengan uji F, dan secara

parsial dilakukan dengan uji t, dengan tingkat signifikasi dalam penelitian ini

menggunakan α 5% atau 0,05. Hasil pengujian hipotesis diuraikan dalam bagian

berikut.

1. Uji pengaruh variabel secara serempak

Hasil uji pengaruh variabel secara serempak dengan menggunakan Uji F disajikan

pada tabel 12. Tabel 12 menunjukkan bahwa nilai signifikasi adalah sebesar

0,043. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolerir,

yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan Ho ditolak atau H1 diterima, yaitu

variabel kenaikkan harga daging sapi ditingkat peternak (Y), yaitu harga beli

bahan baku (X1), biaya penunjang (X2), biaya tenaga kerja (X3), dan pendapatan

(X4) secara serempak, berpengaruh nyata terhadap variabel kenaikkan harga

daging sapi ditingkat peternak (Y).

2. Uji pengaruh variabel secara parsial

Setelah dilakukan uji pengaruh variabel secara serempak, pembahasan dilanjutkan

dengan pengujian pengaruh variabel secara parsial. Hasil uji pengaruh variabel

secara parsial dengan menggunakan Uji t disajikan pada tabel 12.

a. Harga Beli Bahan Baku Sapi (X1)

Pada tabel menunjukkan bahwa variabel harga beli bahan baku sapi memiliki nilai

signifikasi t sebesar 0,015. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas

(57)

diterima atau H1 ditolak, yaitu variabel harga bahan baku sapi (X1) secara parsial,

berpengaruh nyata terhadap variabel kenaikkan harga daging sapi(Y).

Nilai koefisien regresi sebesar 1,312 menunjukkan bahwa setiap adanya

peningkatan harga bahan baku sebesar 1 rupiah, maka terjadi kanaikkan harga

daging sapi sebesar 1,312 . Dan sebaliknya, jika terjadi penurunan harga bahan

baku akan menyebabkan turunnya harga daging sapi.

b. Biaya Penunjang (X2)

Pada tabel menunjukkan bahwa variabel biaya penunjang memiliki nilai

signifikansi t sebesar 0,766. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas

kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho

diterima atau H1 ditolak, yaitu variabel biaya penunjang (X2) secara parsial tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel kenaikkan harga daging sapi (Y).

Nilai koefisien regresi sebesar – 0,002 menunjukkan bahwa setiap adanya

peningkatan biaya penunjang sebesar 1 rupiah, maka terjadi penurunan harga

daging sapi sebesar Rp.0,002 per kg. Sebaliknya, jika terjadi penurunan biaya

penunjang, akan menyebabkan kenaikkan harga daging sapi.

c. Biaya Tenaga Kerja (X3)

Pada tabel menunjukkan bahwa variabel biaya tenaga kerja memiliki nilai

signifikansi t sebesar 0,551. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas

kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho

diterima atau H1 ditolak, yaitu variabel biaya tenaga kerja (X3) secara parsial

tidak berpengaruh nyata terhadap variabel kenaikkan harga daging sapi (Y).

Nilai koefisien regresi sebesar – 0,009 menunjukkan bahwa setiap adanya

(58)

daging sapi sebesar Rp.0,009 per kg. Sebaliknya, jika terjadi penurunan biaya

tenaga kerja, akan menyebabkan kenaikkan harga daging sapi.

d. Pendapatan (X4)

Pada tabel menunjukkan bahwa variabel biaya pendapatan memiliki nilai

signifikansi t sebesar 0,106. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas

kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho

diterima atau H1 ditolak, yaitu variabel pendapatan (X4) secara parsial tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel kenaikkan harga daging sapi (Y).

Nilai koefisien regresi sebesar – 0,018 menunjukkan bahwa setiap adanya

peningkatan pendapatan sebesar 1 rupiah, maka terjadi penurunan harga daging

sapi sebesar Rp.0,018 per kg. Sebaliknya, jika terjadi penurunan biaya penunjang,

akan menyebabkan kenaikkan harga daging sapi.

Hipotesis 1a diterima, yaitu harga beli bahan baku , biaya tenaga kerja ,biaya penunjang dan pendapatan mempengaruhi kenaikkan harga daging sapi.

5.1.1 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kenaikkan Harga Daging Sapi di Tingkat Pedagang

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kenaikkan harga daging sapi di

tingkat pedagang dianalisis dengan metode analisis regresi berganda. Kenaikkan

harga daging sapi (Y) diduga dipengaruhi oleh harga beli (X1), biaya penunjang

(59)

5.1.1.1. Uji asumsi Ordinary Least Square (OLS)

Sebelum dilakukan uji kesesuaian (goodness of fit) model, perlu dilakukan uji

asumsi untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi – asumsi dalam model regresi

linear naiknya harga daging sapi ditingkat pedagang yang dispesifikasi. Hasil

pengujian asumsi klasik diuraikan pada bagian berikut.

1. Uji asumsi multikolinearitas

Hasil uji asumsi multikolinearitas untuk model naiknya harga daging sapi

ditingkat pedagang disajikan pada tabel 13. Tabel 13 menunjukkan bahwa masing

– masing variable eksogen memiliki nilai toleransi (tolerance) lebih besar dari 0.1

dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Hal ini menunjukkan tidak terjadinya

multikolinearitas. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi liniear naiknya

harga daging sapi ditingkat pedagang terbebas dari masalah multikolinearitas.

Tabel 13. Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas Model Kenaikkan Harga Daging Sapi di Tingkat Pedagang Menggunakan Statistik Kolinearitas

No. Variabel Eksogen Collinearity Statistics Tolerance VIF

1. Harga Beli (Rp/Kg) 0,531 1,883

2. Biaya Penunjang (Rp) 0,543 1.840

3. Biaya Tenaga Kerja (Rp) 0,513 1.950

4. Pendapatan (Rp) 0,517 1.936

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Ronald (1998:71), rumah bagi keluarga Jawa mempunyai nilai tersendiri, yaitu sebagai suatu bentuk pengakuan umum bahwa keluarga tersebut telah mantap

membantu dalam hal ekonomi. selain itu dengan metode kedok Pemilik dan penggaap mempunyai hak dan kewajiban yang berbeda. Pemilik mempunyai hak diantaranya adalah

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi lansia tentang peran kader dengan intensitas kunjungan ke posyandu lansia di Dusun

Bahwa dalam pasal 87 ayat (1) menyebutkan, setiap penanggung jawab usaha/atau kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan

Berdasarkan hasil penelitian dapat dipahami bahwa orang tua yang memiliki perilaku cukup dalam pemilihan makanan bergizi pada anak usia pra sekolah seperti

Industri Agro Azahra pada tahun-tahun sebelumnya hanya mempunyai satu jenis kemasan produk bawang goreng. Namun, dikarenakan permintaan terhadap produk bawang goreng semakin

Menyadari akan berbagai kekurangan yang ada penulis, maka untuk meningkatkan profesionalisme yang penulis rasakan masih kurang, selama tahun 2013 / 2014 ini

Penulis menggunakan metode UML (Unified Modelling Language) dalam merancang sistem aplikasi website Buku Online dan menggunakan PHP untuk membuat program serta MySQL sebagai