• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Permintaan Daging Sapi Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Permintaan Daging Sapi Di Kota Medan"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

DIONICA PUTRI TAMPUBOLON

090304032

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

OLEH:

DIONICA PUTRI TAMPUBOLON 090304032

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh, Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

H M. Mozart B. Darus, M.Sc

NIP. 196210051987031005 NIP.196411021989032001

DR. Ir. Tavi Supriana, MS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

DIONICA PUTRI TAMPUBOLON (090304032/AGRIBISNIS) dengan judul

penelitian “ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN”.

Studi kasus Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak H.M Mozart B. Darus, M.Sc, dan Ibu DR. Ir. Tavi Supriana, MS.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan harga dan permintaan daging sapi di Kota Medan; dan untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor harga daging sapi, PDRB per kapita, jumlah penduduk dan produksi daging sapi terhadap permintaan daging sapi.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi linier berganda dengan menggunakan alat bantu SPSS 16. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive. Teknik pengambilan data dengan metode time series dengan jumlah sampel 22 tahun. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juli tahun 2013.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil estimasi dapat diperoleh nilai determinasi (R2) sebesar 0,998. Hal ini berarti 99,80 % variasi yang terjadi pada variabel harga daging sapi, PDRB per kapita, jumlah penduduk dan produksi daging sapi dapat menjelaskan jumlah permintaan daging sapi; sedangkan 0,20 % lagi dipengaruhi oleh variabel lain. Secara serempak menunjukkan bahwa dari keseluruhan variabel bebas memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah permintaan daging sapi. Secara parsial variabel jumlah penduduk dan produksi daging sapi berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan daging sapi, sedangkan pada harga daging sapi dan PDRB per kapita tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan daging sapi.

(4)

RIWAYAT HIDUP

DIONICA PUTRI TAMPUBOLON, lahir di Medan pada tanggal

7 Juli 1991. Anak dari Bapak Alm. Ir. D. Tampubolon dan Ibu E.D. Simarmata. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : 1. Tahun 1997 masuk Sekolah Dasar di SD Swasta Methodist Tanjung Morawa

dan tamat tahun 2003.

2. Tahun 2003 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Swasta Khatolik Santa Maria Medan dan tamat tahun 2006.

3. Tahun 2006 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Swasta Khatolik Santo Thomas 1 Medan dan tamat tahun 2009.

4. Tahun 2009 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bulan Mei s/d Juli 2013 mengambil data untuk skripsi di Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara dan Badan Pusat Statistik Kota Medan.

Pertengahan bulan Juli s/d Agustus 2013 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Bahilang, Kecamatan Tebing Syahbandar, Kabupaten Serdang Bedagai.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus karena atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “ANALISIS PERMINTAAN

DAGING SAPI DI KOTA MEDAN”. Studi kasus Kota Medan, Provinsi

Sumatera Utara. Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu

syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak H M. Mozart B. Darus, M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan waktu untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Ibu DR. Ir. Tavi Supriana MS. selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan waktu untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.S. selaku Ketua Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

(6)

Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada

Papa Alm. Ir. D TAMPUBOLON dan Mama E.D SIMARMATA atas motivasi,

kasih sayang, dan dukungan baik secara materi maupun doa yang diberikan kepada penulis selama menjalani kuliah. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada adik-adik tercinta Yustina Tampubolon dan Yustica Tampubolon atas semangat dan motivasi yang diberikan.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman di Program Studi Agribisnis Stambuk 2009, yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dalam penyusunannya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua orang.

Medan, September 2013

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 6

2.2.2 Permintaan Hasil-Hasil Pertanian ... 12

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan ... 14

2.2.4 Regresi Linier Berganda ... 19

2.2.5 Pengujian Parameter Model Regresi Linier Berganda ... 20

2.3 Kerangka Pemikiran ... 22

2.4 Hipotesis Penelitian ... 23

BAB III METODODOLOGI PENELITIAN ... 24

3.1 Metode Penentuan Daerah Sampel ... 24

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 24

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 24

3.4 Metode Analisis Data ... 25

3.4 Defenisi dan Batasan Operasional... 28

(8)

3.4.2 Batasan Operasional ... 29

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL ... 30

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 30

4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis ... 30

4.1.2 Tata Guna Tanah/ Lahan ... 31

4.1.3 Keadaan penduduk ... 32

4.1.4 Tenaga Kerja ... 33

4.1.5 Sarana dan Prasarana ... 34

4.2 Karakteristik Sampel ... 36

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

5.1 Perkembangan Permintaan dan Harga Daging Sapi di Kota Medan ... 37

5.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Daging Sapi di Kota Medan ... 42

5.2.1 Uji Kesesuaian ... 44

5.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 48

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

6.1 Kesimpulan ... 49

6.2 Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Konsumsi Daging Sapi di Kota Medan (Kg/Kapita/Tahun) 2 2. Jumlah Penduduk Kota Medan menurut Kelompok Umur dan

Jenis Kelamin Tahun 2011 32

3. Penduduk menurut tingkat pendidikan Tahun 2011 33

4. Sarana dan Prasarana 34

5. Perkembangan Harga dan Konsumsi Daging Sapi 22 Tahun Terakhir

di Kota Medan 38

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

1. Skema Kerangka Pemikiran 23

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1. Konsumsi Daging Sapi di Kota Medan 2. Input Data SPSS

(12)

ABSTRAK

DIONICA PUTRI TAMPUBOLON (090304032/AGRIBISNIS) dengan judul

penelitian “ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN”.

Studi kasus Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak H.M Mozart B. Darus, M.Sc, dan Ibu DR. Ir. Tavi Supriana, MS.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan harga dan permintaan daging sapi di Kota Medan; dan untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor harga daging sapi, PDRB per kapita, jumlah penduduk dan produksi daging sapi terhadap permintaan daging sapi.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi linier berganda dengan menggunakan alat bantu SPSS 16. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive. Teknik pengambilan data dengan metode time series dengan jumlah sampel 22 tahun. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juli tahun 2013.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil estimasi dapat diperoleh nilai determinasi (R2) sebesar 0,998. Hal ini berarti 99,80 % variasi yang terjadi pada variabel harga daging sapi, PDRB per kapita, jumlah penduduk dan produksi daging sapi dapat menjelaskan jumlah permintaan daging sapi; sedangkan 0,20 % lagi dipengaruhi oleh variabel lain. Secara serempak menunjukkan bahwa dari keseluruhan variabel bebas memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah permintaan daging sapi. Secara parsial variabel jumlah penduduk dan produksi daging sapi berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan daging sapi, sedangkan pada harga daging sapi dan PDRB per kapita tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan daging sapi.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan suatu bangsa, terutama pada Negara-negara yang sedang berkembang. Pentingnya peranan sektor pertanian ditunjukkan oleh beberapa faktor. Pertama, sektor pertanian memberikan andil yang besar terhadap pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Kedua, sektor pertanian menyerap banyak tenaga kerja terutama tenaga kerja di pedesaan. Ketiga, sektor pertanian menyiapkan bahan kebutuhan pokok untuk memenuhi permintaan penduduk. Dan kempat, sektor pertanian menyediakan bahan baku bagi kepentingan industri.

Salah satu peranan pertanian adalah menyediakan kebutuhan pokok untuk dikonsumsi penduduk. Kebutuhan konsumsi pokok penduduk salah satunya adalah kebutuhan akan protein yang terdapat pada daging. Salah satu daging yang memiliki kandungan gizi terbaik adalah daging sapi.

(14)

Faktor penunjang lain yaitu dengan semakin digalakkannya subsektor pariwisata, yang memang pada kenyataannya membutuhkan ketersediaan daging berkualitas tinggi. Hal ini jugalah yang menyebabkan permintaan akan daging sapi meningkat dari tahun ke tahun.

Arus permintaan daging sapi ini sebenarnya telah lama dihadapi oleh peternak yang dikarenakan peternak sendiri mengalami banyak kendala sehingga belum mampu mengembangkan dan meningkatkan populasi ternak sapi potong untuk memenuhi seluruh permintaan pasar. Karena ketidakmampuan ini, pemerintah mengimpor daging sapi agar dapat memenuhi kebutuhan permintaan penduduk.

Walapun permintaan daging sapi di Indonesia umumnya, dan di Kota Medan khususnya meningkat, tetapi tingkat konsumsi protein asal hewani ini masih jauh di bawah standard Nasional yaitu 6,5 kg/kapita/tahun. Permintaan daging sapi di Kota Medan dapat dilihat pada tabel 1 berikut.

Tabel 1. Permintaan daging Sapi di Kota Medan (Kg/Kapita/Tahun)

No Tahun Permintaan

1 2007 1.321

2 2008 1.121

3 2009 1.137

4 2010 1.323

5 2011 1.522

Sumber : Dinas Peternakan Sumatera Utara,2011

(15)

Dalam hal pemenuhan permintaan daging sapi, penduduk tidak mengalami kendala yang cukup berarti, karena daging sapi dapat ditemui dengan mudah di pasar tradisional atau pun di pasar modern. Mudahnya penduduk mendapatkan daging sapi untuk dikonsumsi dikarenakan pemerintah telah menetapkan melalui MOU (Memorandum of Understanding) yang berisi bahwa peternak harus memasarkan ternaknya kepada pengusaha mitra. Kemudian mitra usaha berkewajiban memasarkan hasil dari penggemukan sapi kepada pembeli atau pedagang besar (agen). Disamping itu, mudahnya daging sapi ditemukan karena masih tingginya permintaan pasar terhadap daging sapi potong.

Kendala yang umumnya dirasakan penduduk dalam mengkonsumsi daging sapi adalah pada sisi harga. Harga daging sapi cenderung berfluktuasi. Hal ini karena dipengaruhi oleh tinggi rendahnya permintaan pasar. Pada bulan – bulan tertentu menjelang hari besar keagamaan seperti lebaran, lebaran haji, natal, tahun baru, serta upacara adat; maka permintaan daging sapi akan mengalami peningkatan yang cukup drastis. Peningkatan permintaan daging sapi yang melonjak seperti ini mengakibatkan kenaikan harga yang sangat signifikan dari harga awal. Biasanya peningkatan harga ini akan berlangsung cukup lama, hingga beberapa hari atau minggu setelah perayaan hari besar selesai. Setelah selesai hari raya besar, biasanya permintaan akan daging sapi berangsur turun sehingga harga daging sapi akan mengalami penurunan sedikit demi sedikit, hingga harga menjadi stabil. Peningkatan dan penurunan permintaan tersebut mengakibatkan harga daging sapi menjadi fluktuatif (Sudarmono dan Bambang, 2008).

(16)

yang dihadapi adalah manajemen dan teknologi ternak yang rendah, dan masih kurang mendapat perhatian dari pemerintah dan alokasi anggaran pembangunan. Disisi lain, permintaan konsumen terhadap daging sapi terus mengalami peningkatan.

Ketidakseimbangan produksi dan permintaan berdampak terhadap kenaikan harga. Khususnya harga daging sapi tipikalnya, setelah mengalami kenaikan harga, tidak pernah terjadi penurunan harga kembali ke posisi awal. Kalaupun turun masih tetap pada harga diatas harga awal, tidak seperti komoditas pertanian lain. Perilaku ini disebabkan perubahan harga yang cepat tidak diikuti oleh perubahan pada sisi produksi.

Berdasarkan hal tersebut perlu ada pengendalian agar kenaikan harga yang terjadi pada daging sapi tidak melonjak tajam. Jika harga terlalu tinggi maka daya beli konsumen akan menurun dan permintaan akan daging sapi pasti akan menurun. Sebaliknya, jika harga terlalu rendah, maka produsen akan mengalami kerugian. Pengendalian harga dapat dilakukan dengan pengendalian penawaran. Tanpa upaya tersebut harga daging sapi akan terus naik dan dapat menyebabkan dua hal. Pertama, jika daya beli konsumen tetap membaik maka kenaikan harga daging sapi tidak akan mempengaruhi jumlah permintaan daging sapi untuk dikonsumsi. Kedua, jika daya beli menjadi masalah, maka permintaan akan daging sapi mengalami penurunan atau bergeser ke produk substitusi yaitu daging kambing atau daging ayam.

(17)

perkembangan harga dan permintaan daging sapi di Kota Medan serta faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi besar kecilnya permintaan daging sapi.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana perkembangan harga dan permintaan daging sapi di Kota Medan? 2. Apakah faktor – faktor harga daging sapi, PDRB per kapita, jumlah penduduk

dan produksi mempengaruhi jumlah permintaan daging sapi di Kota Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis perkembangan harga dan permintaan daging sapi di Kota Medan.

2. Untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor harga daging sapi, PDRB per kapita, jumlah penduduk dan produksi terhadap permintaan daging sapi di Kota Medan.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan informasi dalam bentuk penelitian kepada pihak-pihak yang membutuhkan.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Dalam tulisan Anonimous (2012) dikatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia diperlukan asupan gizi yang baik. Salah satunya adalah dari bahan pangan hewani. Kebutuhan konsumsi hewani erat kaitannya dengan supply daging dalam negeri. Saat ini, permintaan daging dalam negeri masih belum diimbangi oleh supply yang memadai.

Pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu tujuan pembangunan Indonesia. Hal ini berkaitan erat dengan perbaikan gizi masyarakat, kesehatan dan tingkat pendidikan. Salah satu sumber gizi adalah pangan asal hewani yang berupa protein, dimana salah satunya terdapat pada daging sapi.

Hampir semua orang suka makan daging sapi. Semakin tinggi tingkat penghasilan individu, biasanya permintaan daging sapi pun meningkat. Hal ini dikarenakan adanya kemampuan individu untuk membeli daging sapi, yang memang harganya jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga daging kambing ataupun harga daging ayam.

(19)

hingga beberapa hari atau minggu setelah perayaan hari besar selesai. Setelah selesai hari raya besar, biasanya permintaan akan daging sapi berangsur turun sehingga harga daging sapi akan mengalami penurunan sedikit demi sedikit, hingga harga menjadi stabil. Walaupun banyak orang yang menyukai dan mengkonsumsi daging sapi, konsumsi daging sapi di Indonesia masih tergolong rendah taitu 1,8 – 2 kg/kapita/tahun. Angka ini masih jauh dari konsumsi daging Negara tetangga, seperti Malaysia yaitu 7 kg/kapita/tahun.

Pada tahun 2011, Dinas Peternakan Sumatera Utara menyebutkan bahwa populasi sapi potong di Kota Medan hanya 2.542 ekor dengan produksi daging sapi mencapai 3.233,36 ton. Sementara permintaan daging sapi di kota Medan hanya 1,522 kg/kapita/tahun. Ini masih jauh dibawah standard konsumsi daging di Indonesia yaitu 6,5 kg/kapita/tahun (Simamora, 2008).

2.1.1 Kandungan Gizi dalam Daging Sapi

Sapi atau lembu adalah hewan ternak anggota suku Bovidae dan anak suku Bovinae. Sapi dipelihara terutama untuk dimanfaatkan susu dan dagingnya sebagai pangan manusia. Hasil sampingan, seperti kulit, jeroan, dan tanduknya juga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia.

Adapun dalam tulisan Anonimous (2012) , kandungan dan manfaat yang terdapat dalam daging sapi adalah sebagai berikut :

a. Zat Besi

(20)

Zat besi pada daging sapi bermanfaat untuk meningkatkan metabolisme dalam tubuh, mempengaruhi semangat belajar anak dan juga sebagai benteng bagi tubuh kita karena zat besi bisa meningkatkan kekebalan tubuh.

b. Protein

Daging sapi juga mengandung kandungan gizi yang tidak kalah pentingnya dari zat besi, yaitu proetin. Protein sangat penting karena bisa membantu perkembangan otak pada anak. Selain itu protein juga bisa membantu tubuh Anda untuk membentuk jaringan baru pada otot-otot Anda.

c. Selenium

Kandungan gizi lainnnya pada daging sapi adalah selenium. Selenium sangat dibutuhkan untuk membentuk zat antioksidan dan meningkatkan imunitas anak. d. Seng atau Zinc

Zat seng juga terdapat pada daging sapi. Zat ini memiliki fungsi untuk meningkatkan metabolisme dan fungsi kekebalan tubuh. Kekurangan zat seng bisa menyebabkan gangguan pada pengembangan fungsi reproduksi laki-laki dan pembentukan sperma serta mengganggu fungsi kekebalan tubuh.

e. Vitamin B Kompleks

Konsentrasi dan daya ingat bisa menjadi masalah tersendiri bagi kita. Vitamin B kompleks pada daging sapi membantu kerja sistem saraf otak sehingga mampu membantu menjaga konsentrasi dan meningkatkan daya ingat.

f. Omega 3

(21)

2.1.2 Permintaan Daging Sapi

Rasyaf (2010) menuliskan bahwa masyarakat kita telah biasa menyertakan daging sapi dalam menu makanan harian dikarenakan oleh kebutuhan gizi yang baik dan rasa nikmat. Keperluan ini tidak hanya satu atau dua orang saja, tetapi banyak anggota keluarga. Kebutuhan dalam jumlah besar terhadap daging sapi ini akan menghasilkan permintaan.

Di masa mendatang, permintaan daging sapi diperkirakan akan semakin meningkat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Dengan elastisitas yang semakin tinggi, perbaikan perekonomian nasional yang terus berlangsung akan menyebabkan permintaan daging sapi semakin tinggi. Apalagi jika dibandingkan dengan negara lain, permintaan daging sapi untuk dikonsumsi di Indonesia masih rendah. Hal ini membuka peluang bagi pemasaran daging sapi secara nasional. Santoso dan Titik (2011) menuliskan bahwa jumlah penduduk di Indonesia yang lebih dari 225 juta jiwa dengan pertumbuhan di atas 1,5% merupakan potensi pasar domestik yang luar biasa.

Pembeli daging sapi bisa dibilang cukup banyak karena penduduk di Indonesia sudah banyak yang mulai sadar akan kebutuhan gizi. Mereka berasal dari berbagai wilayah dengan berbagai tingkatan pendapatan. Bahkan, saat ini pembeli dari kelas menengah ke bawah sudah terbiasa dengan menu daging sapi. Masalah banyaknya konsumen itulah yang kurang ditangkap oleh para distributor dan peternak. Hal ini dapat dimaklumi karena menurut (Rasyaf, 2011) adanya dua hal yang menjadi pertimbangan, yakni:

(22)

tidak heran bila pemasar daging sapi banyak dilakukan di kota-kota besar yang dianggap potensial.

2. Alasan lain adalah biaya transportasi dan potensi daya beli masyarakat di wilayah pemasaran. Memang pemasaran antar wialayah itu dilakukan pada daerah sekitar peternakan atau terbatas pada kemampuan yang layak secara ekonomis. Itulah sebabnya banyak peternakan yang berdiri di sekitar kota besar saja, sekalipun pasarnya sudah jenuh.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Permintaan

Kegunaan yang dimiliki oleh suatu barang untuk memenuhi kebutuhan manusia menyebabkan barang tersebut dikonsumsi. Konsumsi seseorang terhadap suatu barang dalam jangka waktu tertentu pada harga tertentu menunjukkan kuantitas (jumlah) barang yang di minta. Bila harga barang dihubungkan dengan dimensi waktu, maka harga barang dapat berubah-ubah sepanjang waktu. Perubahan harga tersebut dimungkinkan karena adanya perubahan dalam biaya produksi, persaingan, keadaan perekonomian, dan sebagainya. Dengan demikian, harga suatu barang dapat berbeda – beda pada jangka waktu tertentu. Kuantitas barang yang diminta dalam jangka waktu tertentu pada harga tertentu disebut permintaan (Wijaya, 1991).

(23)

maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Hukum permintaan tersebut tentunya menggunakan asumsi bahwa faktor selain harga dianggap tetap. Asumsi inilah yang disebut dengan ceteris paribus (Sukirno, 1994 ).

Hubungan antara kedua variabel, yaitu antara harga dengan jumlah barang yang di minta atas suatu barang dapat dilihat melalui kurva permintaan. Kurva permintaan adalah suatu kurva atau garis yang menggambarkan hubungan antara harga suatu barang tertentu dengan jumlah barang tersebut yang diminta para pembeli. Pada kurva tersebut dapat dilihat bahwa terjadi perubahan jumlah permintaan atas suatu barang pada berbagai tingkat harga tertentu. Konsep permintaan didasarkan pada hukum utilitas marjinal yang semakin menurun (law of diminishing marginal utility), yang menyatakan bahwa dengan makin banyaknya produk yang dikonsumsi, makin berkurang kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan selanjutnya. Hal ini merupakan penyebab dari kemiringan negatif kurva permintaan dan hubungan terbalik antara harga dan jumlah yang diminta.

Menurut Nasution (2008), perubahan permintaan terjadi disebabkan oleh perubahan beberapa faktor, apakah sebagai faktor utama (harga barang itu sendiri) maupun faktor lainnya sebagai pendukung. Faktor-faktor tersebut antara lain, harga barang lain yang mempunyai kaitan dengan suatu barang tertentu, pendapatan masyarakat, daya tarik suatu barang, jumlah penduduk, dan perkiraan harga di masa yang akan datang.

(24)

Dalam praktek ekonomi sehari-hari, perilaku permintaan relatif mendominasi dalam perekonomian baik dalam skala mikro maupun makro. Kekuatan permintaan berdampak pada tingkat kemakmuran suatu rumah tangga atau negara (Putong, 2005).

Komoditi dipakai untuk memenuhi keinginan dan keperluan, dan hampir selalu ada lebih dari satu komoditi yang dapat memenuhi setiap keinginan atau keperluan. Komoditi-komoditi semacam itu bersaing satu sama lain untuk memperoleh perhatian pembeli (Kadariah, 1994).

Bila harga suatu barang berubah, hal ini tidak hanya mempengaruhi permintaan barang tersebut, tetapi juga mempengaruhi permintaan barang lain. Perubahan yang terjadi selalu bisa dipecah menjadi dua komponen, yaitu komponen substitusi dan komponen pendapatan (Nicholson, 1994).

Kurva permintaan terhadap suatu komoditi mempunyai lereng yang menurun (dari kiri atas ke kanan bawah) karena makin rendah harga komoditi, makin murah komoditi itu dibandingkan dengan komoditi lain yang dapat memuaskan keperluan atau keinginan yang sama. Komoditi-komoditi yang lain itu disebut substitusi (Kadariah, 1994).

2.2.2 Permintaan Hasil – Hasil Pertanian

(25)

• Subsektor perkebunan • Subsektor perikanan • Subsektor peternakan.

Putong (2005) menuliskan bahwa hasil dari sektor pertanian adalah produk yang bersifat tidak tahan lama, sangat dibutuhkan tetapi permintaannya bersifat tidak elastis (turun naiknya harga tidak terlalu berpengaruh pada permintaan).

(26)

2.2.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan

Permintaan konsumen terhadap suatu barang tidak hanya berhubungan erat dengan harga barang tersebut, tetapi berhubungan erat dengan faktor lainnya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi permintaan selain harga barang tersebut. Faktor selain harga barang itu sendiri adalah pendapatan rumah tangga, harga barang lain, selera konsumen, jumlah penduduk, faktor advertensi yang dilakukan pemerintah dan sebagainya (Muslich, 1997).

Awalnya dalam penelitian ini faktor-faktor yang diduga mempengaruhi besarnya permintaan daging sapi di Kota Medan adalah harga daging sapi, harga barang substitusi, harga barang komplementer, PDRB per kapita dan jumlah penduduk.

a. Harga daging sapi

Harga merupakan nilai dari suatu barang yang bisa diberikan oleh konsumen karena barang tersebut memberikan manfaat tertentu untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Semakin tinggi nilai suatu barang atau jasa maka semakin tinggi harganya. Sebaliknya. Semakin rendah nilai suatu barang atau jasa maka semakin rendah harganya (Mushlich, 1997).

(27)

Semakin tinggi harga daging sapi, maka jumlah daging sapi yang diminta semakin sedikit. Sedangkan, semakin rendah harga daging sapi, maka jumlah daging sapi yang diminta semakin meningkat.

b. Harga barang substitusi

Permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi oleh perubahan harga barang-barang lain, yaitu harga barang substitusi. Sifat dan pengaruh ketergantungan terhadap barang substitusi karena permintaan suatu barang memiliki kaitan dan pengaruh secara langsung atau tidak langsung. Pengaruh mempengaruhi atas sesuatu barang dari harga barang lain ini dikarenakan masing-masing barang tersebut memiliki hubungan yang saling menggantikan fungsi kegunaannya (Mushlich, 1997).

Jika harga daging sapi naik, maka jumlah permintaan barang substitusi juga akan mengalami kenaikan. Dan sebaliknya, jika harga daging sapi menurun, maka jumlah permintaan barang substitusi juga akan mengalami penurunan.

c. Harga barang komplementer

(28)

Jika harga daging sapi menurun, maka permintaan terhadap barang komplementer meningkat. Sebaliknya, jika harga daging sapi naik, maka permintaan terhadap barang komplementer menurun.

d. PDRB per kapita

Pendapatan menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh setiap rumah tangga selama jangka waktu tertentu. Pendapatan perkapita merupakan hasil bagi antara PDRB dengan jumlah penduduk dalam suatu daerah. Besarnya pendapatan perkapita akan mempengaruhi daya beli setiap rumah tangga (Mushlich, 1997). Apabila pendapatan perkapita tinggi, maka daya beli masyarakat terhadap daging sapi juga meningkat. Sebaliknya, apabila pendapatan perkapita rendah, maka daya beli masyarakat terhadap daging sapi juga menurun.

e. Jumlah penduduk

Jumlah penduduk merupakan faktor yang dapat mempengaruhi permintaan konsumen. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin besar kecenderungan bertambahnya jumlah permintaan konsumen. Ini juga menunjukkan bahwa kebutuhan atas barang tersebut yang memenuhi keperluan penduduk yang bertambah semakin banyak jumlahnya. Ini berarti, hubungan jumlah penduduk dan barang yang diminta adalah positif (Mushlich, 1997).

Semakin tinggi jumlah penduduk, maka jumlah daging sapi yang diminta akan semakin banyak. Sebaliknya, semakin rendah jumlah penduduk, maka jumlah daging sapi yang diminta semakin sedikit.

(29)

saat data diolah, terjadi multikolinearitas yang dikarenakan kelima faktor diatas memeliki hubungan yang sangat kuat.

Karena itu, agar tidak terjadi multikolinearitas, maka digunakanlah faktor-faktor dibawah ini.

a. Harga daging sapi

Harga merupakan nilai dari suatu barang yang bisa diberikan oleh konsumen karena barang tersebut memberikan manfaat tertentu untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Semakin tinggi nilai suatu barang atau jasa maka semakin tinggi harganya. Sebaliknya. Semakin rendah nilai suatu barang atau jasa maka semakin rendah harganya (Mushlich, 1997).

Terhadap faktor harga, perilaku konsumen memiliki kecenderungan bereaksi negatif. Artinya, jika harga suatu barang atau jasa semakin tinggi maka konsumen akan menurunkan jumlah barang yang diminta. Sebaliknya, jika harga suatu barang atau jasa semakin rendah maka konsumen akan meningkatkan jumlah barang yang diminta (Mushlich, 1997).

Semakin tinggi harga daging sapi, maka jumlah daging sapi yang diminta semakin sedikit. Sedangkan, semakin rendah harga daging sapi, maka jumlah daging sapi yang diminta semakin meningkat.

b. PDRB per kapita

(30)

Apabila pendapatan perkapita tinggi, maka daya beli masyarakat terhadap daging sapi juga meningkat. Sebaliknya, apabila pendapatan perkapita rendah, maka daya beli masyarakat terhadap daging sapi juga menurun.

c. Jumlah penduduk

Jumlah penduduk merupakan faktor yang dapat mempengaruhi permintaan konsumen. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin besar kecenderungan bertambahnya jumlah permintaan konsumen. Ini juga menunjukkan bahwa kebutuhan atas barang tersebut yang memenuhi keperluan penduduk yang bertambah semakin banyak jumlahnya. Ini berarti, hubungan jumlah penduduk dan barang yang diminta adalah positif (Mushlich, 1997).

Semakin tinggi jumlah penduduk, maka jumlah daging sapi yang diminta akan semakin banyak. Sebaliknya, semakin rendah jumlah penduduk, maka jumlah daging sapi yang diminta semakin sedikit.

d. Produksi

Produksi adalah banyaknya jumlah barang yang dihasilkan. Semakin tinggi jumlah barang yang diproduksi, maka semakin tinggi permintaan terhadap barang tersebut.

(31)

2.2.4 Regresi Linier Berganda

Yang dapat digunakan untuk memprediksi permintaan di masa yang akan mendatang dengan menggunakan data masa lalu. Data masa lalu ini diolah dengan menggunakan metode analisis regresi.

Analisis regresi bertujuan untuk meramalkan nilai variabel terikat dengan adanya perubahan dari variabel bebas. Analisis regresi ini merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Analisis regresi yang paling banyak digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi linier. Analisis regresi linier merupakan hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas dengan menggunakan persamaan linier. Jika menggunakan satu variabel bebas maka disebut analisis regresi linier sederhana dan jika menggunakan lebih dari satu variabel bebas maka disebut analisis regresi linier berganda.

Penambahan variabel bebas ini diharapkan dapat lebih menjelaskan karakteristik hubungan yang ada walaupun masih saja ada variabel yang terabaikan.

Menurut (Siregar, 2013) bentuk umum dari persamaan linier berganda dapat dituliskan sebagai berikut.

�= �0+�11+�22+�33 +�44+ µ

Dimana : Y = variabel terikat a = Konstanta

b1-b4 = Koefisien variable regresi X1-X4 = variabel bebas

(32)

2.2.5 Pengujian Parameter Model Regresi Linier Berganda

Menurut (Siregar, 2013), pengujian parameter ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas, baik secara serentak maupun secara parsial.

a. Pengujian Parameter secara Serentak/Simultan (Uji F)

Prosedur pengujian parameter secara serempak adalah sebagai berikut : - Membuat hipotesis

H0 : Tidak terdapat pengaruh yang nyata secara serempak antara kelompok variabel bebas terhadap kelompok variabel terikat.

H1 : Terdapat pengaruh yang nyata secara serempak antara kelompok variabel bebas terhadap kelompok variabel terikat.

- Membuat hipotesis dalam bentuk model statistik H0: β = 0

H1: β ≠ 0

- Membuat taraf signifikansi α - Kaidah pengujian

Jika Fhitung≤ Ftabel atau sig > 0,05, maka H0 diterima Jika Fhitung > Ftabel sig < 0,05, maka H1 diterima - Menghitung Fhitung dan Ftabel

- Membandingkan Fhitung dan Ftabel dan signifikan

(33)

Tujuan dari membuat keputusan adalah untuk mengetahui hipotesis mana yang terpilih apakah H0 atau H1.

b. Pengujian Parameter secara Parsial (Uji t)

Prosedur pengujian parameter secara individual adalah sebagai berikut : - Membuat hipotesis

H0 : Tidak terdapat pengaruh yang nyata secara parsial antara kelompok variabel bebas terhadap kelompok variabel terikat.

H1 : Terdapat pengaruh yang nyata secara parsial antara kelompok variabel bebas terhadap kelompok variabel terikat.

- Membuat hipotesis dalam bentuk model statistik H0: β = 0

H1: β ≠ 0

- Membuat taraf signifikansi α - Kaidah pengujian

Jika thitung≤ ttabel atau sig > 0,05, maka H0 diterima Jika thitung > ttabel atau sig < 0,05, maka H1 diterima - Menghitung thitung dan ttabel

- Membandingkan thitung dan ttabel dan signifikansi

(34)

- Mengambil keputusan

Tujuan dari membuat keputusan adalah untuk mengetahui hipotesis mana yang terpilih apakah H0 atau H1.

2.3 Kerangka Pemikiran

Salah satu hasil dari subsektor peternakan yang memiliki peran penting dan berpotensi untuk memenuhi kebutuhan pangan adalah daging sapi. Dewasa ini permintaan daging sapi di Kota Medan sebagai bahan makanan pokok semakin meningkat. Namun sampai saat ini produksi daging sapi belum mampu memenuhi kebutuhan daging sapi.

Upaya peningkatan produksi daging sapi di Kota Medan dapat dilakukan dengan meningkatkan produktivitas dan perluasan areal produksi. Hal ini bertujuan agar dapat memenuhi kebutuhan permintaan dan meningkatkan kebutuhan permintaan masyarakat. Disamping itu, pertambahan jumlah penduduk dan PDRB per kapita juga mempengaruhi besarnya permintaan daging sapi di Kota Medan.

Di Pasar, harga daging sapi selalu berubah sesuai dengan kondisi pasar. Perubahan harga daging sapi inilah yang nantinya akan mengakibatkan perubahan permintaan akan daging sapi.

(35)

Keterangan : : Pengaruh

: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Gambar1. Kerangka Hubungan Antar Variabel

2.4 Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah :

Harga daging sapi, PDRB per kapita, jumlah penduduk, dan produksi berpengaruh nyata terhadap perubahan permintaan daging sapi di Kota Medan.

Permintaan Daging Sapi (Y)

Harga Daging Sapi

(X1)

Tingkat Pendapatan Per

Kapita (X2)

Jumlah Penduduk (X3)

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) di Kota Medan. Hal ini dikarenakan produksi daging sapi terbesar di Sumatera Utara terdapat di kota Medan. Permintaan daging sapi di kota Medan mengalami fluktuasi. Permintaan daging sapi di kota Medan sempat mengalami penurunan namun, pada dua tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup besar.

3.2 Metode Penentuan Data

Data menurut asal sumbernya digolongkan menjadi dua yaitu data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek yang akan diteliti dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari lembaga atau institusi tertentu.

Dalam penelitian ini digunakan data sekunder berupa permintaan daging sapi, harga daging sapi, PDRB per kapita, jumlah penduduk dan produksi. Data-data tersebut diperoleh dari Dinas Peternakan Sumatera Utara dan Badan Pusat Statistik Kota Medan.

3.3 Metode Pengumpulan Data

(37)

3.4 Metode Analisis Data

Untuk mengidentifikasi harga dan permintaan daging sapi, data yang diperoleh dianalisa secara statistik. Untuk mengetahui besarnya harga dan permintaan daging sapi digunakan tabulasi. Selanjutnya dijelaskan secara deskriptif.

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging sapi digunakan analisa regresi linear berganda dengan model sebagai berikut :

Y= b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + µ Dimana :

Y = Permintaan daging sapi (kg/kapita/tahun) b0 = Konstanta

b1-5 = Koefisien regresi X1 = Harga daging sapi (Rp) X2 = PDRB Per kapita (Rp) X3 = Jumlah Penduduk (Jiwa) X4 = Produksi (Kg)

µ = Kesalahan pengganggu

(38)

Uji t ini digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh secara individu atau masing-masing variabel bebas (X1, X2, X3, X4) terhadap variabel terikat apakah nyata atau tidak.

Uji t

Hipotesis:

H0 : Variabel bebas (X1, X2, X3, X4) secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Y).

H1 : Variabel bebas (X1, X2, X3, X4) secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Y).

Kriteria uji adalah sebagai berikut:

Jika thitung < ttabel atau sig > 0,05 maka H0 diterima

Jika thitung > ttabel sig < 0,05 maka H1 diterima

Uji F ini digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh secara serempak variabel bebas (X1, X2, X3, X4) terhadap variabel terikat (Y) apakah nyata atau tidak.

Uji F

Hipotesis :

Ho : Variabel bebas (X1, X2, X3, X4) secara serempak tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Y).

H1, : Variabel bebas (X1, X2, X3, X4) secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel Y.

Kriteria Uji :

Fhitung < Ftabel atau sig > 0,05, maka H0 diterima

(39)

Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala heterokedastisitas, gejala multikolinearitas, auto hubungan regresi, normalitas, dan linearitas. Jika terdapat hal – hal yang disebutkan sebelumnya dapat menyebabkan biasnya standard error. Jika terdapat multikolinearitas, maka akan sulit untuk mengisolasi pengaruh – pengaruh individual dari variabel, sehingga tingkat signifikansi koefisien regresi sangat rendah. Dengan adanya auto hubungan regresi mengakibatkan penaksiran masih tetap bias dan masih tetap konsisten hanya saja menjadi tidak efisien.

Erlina (2011) menuliskan uji asumsi klasik yang perlu dilakukan terhadap pengujian data sekunder adalah sebagai berikut.

1. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah situasi adanya hubungan regresi diantara variabel independen. Model hubungan regresi yang baik seharusnya tidak terjadi hubungan regresi diantara variabel independen. Konsekuensi jika terjadi multikolinearitas adalah koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir, nilai standard error menjadi besar dan tidak terhingga. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas adalah dengan melihat nilai toleransi yang lebih kecil dari 0,1 dan nilai VIF lebih besar dari 10.

2. Uji Autokorelasi

(40)

regresi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan metode Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut.

a. Jika d < dL atau d > 4-dL maka terdapat autokorelasi b. Jika du < d < 4 – dU maka tidak terdapat autokorelasi

c. Jika dU < d < dL atau 4 – dU < d < 4 – dL maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

Nilai dU dan dL dapat diperoleh dari tabel Durbin-Watson yang bergantung pada banyaknya observasi dan variabel yang digunakan.

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menjelaskan dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.5.1 Defenisi

1. Pengukuran terhadap permintaan daging sapi didasarkan pada jumlah pemotongan tenak sapi setelah diambil daging murninya dan dinyatakan dalam satuan kilogram (kg).

2. Pengukuran terhadap harga daging sapi yang dimaksud adalah harga daging sapi murni dan dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

3. Pengukuran tingkat pendapatan perkapita adalah besarnya PDRB dibagi

dengan jumlah penduduk Kota Medan dan dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

(41)

5. Produksi diukur dengan melihat banyaknya jumlah sapi yang dihasilkan oleh para peternak.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian dilaksanakan di Kota Medan.

2. Data sampel yang digunakan adalah data time series dari tahun 1990 sampai 2011.

3. Data yang digunakan adalah data permintaan daging sapi, harga daging sapi, PDRB per kapita, jumlah penduduk dan produksi.

(42)

BAB IV

DESKRIPTIF DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Letak dan Keadaan Geogarafis

Penelitian dilakukan di Kota Medan yang merupakan Ibu Kota dari Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan terletak antara 3°27'-3°47'LU - 98°35' - 98°44'BT. Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan berbatasan dengan Selat Malaka di sebelah Utara dan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Selatan, Barat dan Timur.

Kota medan merupakan salah satu dari 30 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km2. Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara, selatan, barat dan timur. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Polonia berkisar antara 22,49°C – 23,97°C dan suhu maksimum berkisar

(43)

4.1.2 Tata Guna Tanah/Lahan

Pola penggunaan tanah di Kota Medan sangat beragam jenisnya. Penggunaan tanah terdiri dari bangunan-bangunan yang menjulang tinggi dan sangat besar yaitu mulai dari bangunan permukiman, perkantoran, pemerintahan, tempat ibadah, pusat-pusat perbelanjaan modern, pasar-pasar tradisional, fasilitas umum, bangunan pendidikan, tempat rekreasi, restoran, hotel dan lahan pertanian di pinggiran kota. Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia sehingga keadaan bangunan sangat padat dan rapat dengan jumlah penduduk yang banyak.

4.1.3 Keadaan Penduduk

a. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Medan

(44)

Tabel 2. Jumlah Penduduk Kota Medan menurut Kelompok Umur dan Jenis

Sumber: BPS Medan dalam Angka 2012

(45)

b. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Penduduk Kota Medan menurut tingkat pendidikan terdiri dari tamat SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi. Untuk mengetahui lebih jelas mengenal tingkat pendidikan penduduk Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

Tabel 3. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2011

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 SD 266.756 32,00

2 SMP 116.076 14,00

3 SMA 125.639 15,00

4 Perguruan Tinggi 331.567 39.00

Jumlah 840.038 100

Sumber : BPS Medan dalam angka 2012

Tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Kota Medan paling besar berada pada tingkat pendidikan menengah yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebesar 125.639 orang (15%), Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu sebesar 116.076 orang (14%), Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 266.756 orang (32%), dan Perguruan Tinggi berjumlah 331.567 orang (39%).

4.1.4 Tenaga Kerja

Walaupun pembangunan Kota Medan menghasilkan kemajuan di berbagai bidang, masalah ketenagakerjaan tetap belum terselesaikan secara mendasar. Sebagai salah satu upaya untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan tersebut diambil langkah pembaharuan dengan menempatkan peran manusia (tenaga kerja) sebagai sasaran dan sekaligus motor utama pembangun kota.

(46)

lokasi usaha, kemudahan usaha, pemberian insentif fiskal, infrastruktur perkotaan yang modern dan sebagainya, guna menarik investasi baik lokal, nasional maupun asing.

4.1.5 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju pembangunan. Sarana dan prasarana di Kota Medan sekarang ini sangat baik, hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis sarana yang tersedia baik sarana pendidikan, kesehatan, tempat peribadatan, transportasi dan pasar yang cukup memadai.

Tabel 4. Sarana dan Prasarana

No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1 Sekolah 3 Tempat Peribadatan

(47)

4 Transportasi a. Jalan Baik (km) b. Jalan Sedang (km) c. Jalan Rusak (km) d. Jalan rusak berat (km)

3.154,3

Sarana pendidikan di Kota Medan sangat lengkap mulai dari Play group, Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar berjumlah 816 unit, Sekolah Menengah Pertama berjumlah 348 unit, Sekolah Menengah Atas berjumlah 344 unit, Sekolah Menengah Kejuruan berjumlah 144 unit, hingga ke Perguruan Tinggi berjumlah 33 unit dengan berbagai tingkat strata. Status sekolah pun beragam mulai dari negeri, swasta, maupun sekolah luar negeri yang tersebar di setiap sudut dan pelosok Kota Medan dengan kualitas yang beragam.

Sarana Kesehatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar seperti Kota Medan yang berpenduduk besar. Sarana kesehatan yang ada yaitu Puskesmas 39 unit, Pustu 41 unit, BPU 357 unit, Rumah Bersalin 175 unit dan Rumah Sakit 75 unit yang tersebar di seluruh kecamatan.

Sarana peribadatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar seperti Kota Medan yang berpenduduk beragama. Sarana peribadatan yang ada yaitu Mesjid/Musholla 1.744 unit, Gereja 751 unit, Kuil 34 unit, Wihara 21 unit, dan Klenteng 23 unit yang tersebar di seluruh kecamatan.

(48)

jalan yang dalam kondisi baik sepanjang 3.154,3 km, jalan dalam kondisi sedang 15,8 km dan 20,1 km rusak sedangkan yang dalam kondisi rusak berat 1,3 km.

Pasar tradisonal maupun pasar modern banyak sekali terdapat di Kota Medan. Masyarakat dengan mudah memilih tempat berbelanja di pasar tradisional atau di pasar modern. Pasar tradisional ada 56 unit dan pasar modern ada 239 unit yang terdiri dari supermarket/minimarket dan mall/plaza yang tersebar di seluruh kecamatan.

4.2 Karakteristik Data

(49)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Perkembangan Harga dan Permintaan Daging Sapi di Kota Medan

Permintaan daging sapi berkembang pesat, walaupun kadang mengalami penurunan dan peningkatan setiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya permintaan daging sapi, salah satunya adalah harga daging sapi. Bagi rumah tangga masyarakat di Indonesia umumnya dan Kota Medan khususnya daging sapi telah menjadi salah menu utama, untuk hidangan pesta pernikahan, ulang tahun, syukuran, wisata kuliner, dan sebagainya.

Peranan alokasi dari harga daging sapi yaitu membantu pembeli memutuskan cara memperoleh utilitas maksimal sesuai dengan daya belinya. Sedangkan peranan informasi dari harga tersebut, dapat menunjukkan pada konsumen mengenai faktor-faktor produk, misalnya kualitas.

Perkembangan permintaan daging sapi dapat dilihat dari jumlah rata-rata konsumsinya per tahun, dimana jumlah konsumsi daging sapi berbanding lurus terhadap perkembangan permintaan daging sapi itu sendiri. Semakin meningkat jumlah konsumsi maka dapat diasumsikan semakin meningkat pula permintaannya, begitu juga sebaliknya apabila jumlah konsumsi berkurang dapat diasumsikan permintaan akan menurun pula.

(50)

Tabel 5. Perkembangan Harga dan Permintaan Daging Sapi 22 Tahun Terakhir di Kota Medan

TAHUN HARGA PERMINTAAN

1990 5,565 0.967

Sumber : Dinas Peternakan Sumatera Utara ,2011

Dari Tabel 5 diperoleh bahwa perkembangan harga daging sapi terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, namun pada tahun tertentu harga daging sapi mengalami penurunan.. Sedangkan permintaan daging sapi berfluktuasi setiap tahunnya.

Pada tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa pada saat harga naik, permintaan penduduk terhadap daging sapi menurun. Namun, ada juga pada saat harga naik, permintaan penduduk justru naik. Hal ini mungkin disebabkan karena peningkatan pendapatan penduduk, hari besar keagamaan, atau karena sudah tingginya kesadaran mereka terhadap pentingnya kesehatan.

(51)

bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya harga daging sapi mengalami penurunan, dan mungkin karena masyarakat mulai sadar akan pentingnya kesehatan.

- Perkembangan Harga

Harga daging sapi mengalami kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 1990 harga daging sapi hanya Rp 5,565/kg. Harga daging sapi ini terus mengalami kenaikan setiap tahunnya, hingga pada tahun 2011, harga daging sapi mencapai Rp 55,979/kg.

Selisih kenaikan harga daging sapi setiap tahunnya mengalami perbedaan.

Kenaikan harga tertinggi terdapat pada tahun 2000 ke 2001 yaitu sebesar Rp 10,000. Pada tahun 2000 harga daging sapi hanya Rp 28,000/kg yang

mengalami peningkatan harga pada tahun 2011 menjadi Rp 38,000/kg.

Selisih kenaikan harga terendah terdapat pada tahun 1990 ke 1991 yaitu sebesar Rp 379. Pada tahun 1990 harga daging sapi hanya Rp 5,565/kg mengalami peningkatan harga pada tahun 1992 menjadi Rp 5,944/kg.

(52)

Sumber:Dinas Peternakan Sumatera Utara, 2011

Gambar 2 . Perkembangan Harga Daging Sapi di Kota Medan

- Perkembangan Permintaan

Permintaan daging sapi mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 1990 permintaan daging sapi hanya 0,967 kg/kapita/tahun. Permintaan daging sapi ini terus mengalami fluktuasi setiap tahunnya, hingga pada tahun 2011, permintaan daging sapi mencapai 1.522 kg/kapita/tahun.

Selisih kenaikan permintaan daging sapi setiap tahunnya mengalami perbedaan. Peningkatan permintaan tertinggi terdapat pada tahun 1993 ke 1994 yaitu sebesar 0,547 kg/kapita/tahun. Pada tahun 1993 permintaan daging sapi hanya 1.288 kg/kapita/tahun yang mengalami peningkatan permintaan pada tahun 1994 menjadi 1.835 kg/kapita/tahun.

Selisih penurunan permintaan daging sapi setiap tahunnya mengalami perbedaan. Penurunan permintaan terbesar terdapat pada tahun 2002 ke 2003 yaitu

-10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000

Harga Daging Sapi

(53)

sebesar –(0,352)kg/kapita/tahun. Pada tahun 2002 permintaan daging sapi sebesar 1.714 kg/kapita/tahun mengalami penurunan permintaan menjadi 1.362 kg/kapita/tahun pada tahun 2003.

Secara grafik konsumsi daging sapi dapat digambarkan sebagai berikut.

Sumber: Dinas Peternakan Sumatera Utara, 2011

Gambar 3 . Perkembangan Konsumsi Daging Sapi di Kota Medan

Berdasarkan kedua grafik diatas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan harga daging sapi terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sedangkan permintaan daging sapi berfluktuasi setiap tahun.

Awalnya permintaan daging sapi meningkat dikarenakan harga daging sapi yang tidak mahal. Namun lama kelamaan, walaupun harga daging sapi meningkat, konsumen tetap meningkatkan permintaan mereka. Hal ini mungkin diakibatkan oleh pendapatan konsumen yang semakin meningkat atau karena kesadaran konsumen akan kebutuhan gizi semakin baik.

Dengan semakin modern dan pintarnya penduduk sekarang ini, baiknya pemerintah memberikan penyuluhan atau menyampaikan informasi kepada penduduk akan pentingnya mengkonsumsi daging sapi. Dengan begini,

0 0,5 1 1,5 2 2,5

19901992199419961998200020022004200620082010

Permintaan Daging Sapi

Konsumsi Daging Sapi

(54)

permintaan akan daging sapi akan terus meningkat dan tingkat permintaan perkapita daging sapi untuk dikonsumsi akan memenuhi standar nasional.

5.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Daging Sapi Di Kota

Medan

Dari hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan data sekunder dari Dinas Peternakan dan Badan Pusat Statistik Kota Medan, telah ditetapkan beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan daging sapi khususnya di kota Medan yaitu harga daging sapi (X1), PDRB per Kapita (X2), Jumlah Penduduk (X3), dan Produksi (X4). Dari variabel bebas tersebut akan dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap permintaan daging sapi (Y) sebagai variabel terikat.

Untuk mengetahui adanya pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap permintaan daging sapi digunakan analisis Regresi Linier Berganda, yang dimana dapat dibentuk persamaan sebagai berikut:

�= �0+�1�1+�2�2+�3�3 +�4�4+ µ

Keterangan:

Y = Permintaan daging sapi (kg/kapita/tahun) a = Konstanta

b1-b4 = Koefisien variable regresi X1 = Harga Daging Sapi (Rupiah) X2 = PDRB Per kapita (Rupiah) X3 = Jumlah Penduduk (Jiwa) X4 = Produksi (Kg)

(55)

Analisis regresi bertujuan untuk meramalkan suatu nilai variabel terikat dengan adanya perubahan dari variabel bebas. Analisis regresi ini merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Analisis regresi yang paling banyak digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi linier. Analisis regresi linier merupakan hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas dengan menggunakan persamaan linier. Jika menggunakan satu variabel bebas maka disebut analisis regresi linier sederhana dan jika menggunakan lebih dari satu variabel bebas maka disebut analisis regresi linier berganda.

Untuk mengetahui hasil Regresi Linier Berganda dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 6. Hasil Penduga Model Fungsi Permintaan Daging Sapi Kota Medan

Variabel Koefisien

F-Hitung= 1,894E3 0,000a

F-Tabel= 3,16 T-Tabel= 2,100

Keterangan : * = tidak nyata ** = nyata

Sumber : Data diolah dari lampiran 2

Persamaan yang diperoleh dari hasil analisis Tabel 7 adalah :

Y = 1,167 – 2,624E-7X1 + 1,242E-12X2 – 6,152E-7X3 + 5,259E-7X4

(56)

bebas adala nol (yaitu harga daging sapi, PDRB per kapita, jumlah penduduk dan produksi) maka jumlah permintaan daging sapi (Y) akan bernilai 1,167.

Nilai koefisien X1 (harga daging sapi) sebesar –2,624E-7 artinya setiap kenaikan satu Rupiah harga daging sapi maka akan terjadi pengurangan permintaan daging sapi sebesar 2,624E-7.

Nilai koefisien X2 (PDRB per kapita) sebesar 1,242E-12 artinya setiap kenaikan satu Rupiah PDRB per kapita maka akan terjadi penambahan permintaan daging sapi sebesar 1,242E-12.

Nilai koefisien X3 (jumlah penduduk) sebesar –6,152E-7 artinya setiap penambahan satu jiwa penduduk maka akan terjadi pengurangan permintaan daging sapi sebesar 6,152E-7.

Nilai koefisien X4 (produksi) sebesar 5,259E-7 artinya setiap penambahan satu ekor sapi maka akan terjadi penambahan permintaan daging sapi sebesar 5,259E-7.

5.2.1 Uji Kesesuaian

(57)

Secara Serempak

Secara serempak faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan daging sapi (harga daging sapi, PDRB per kapita, jumlah penduduk, dan produksi) memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah permintaan daging sapi. Hal

ini disimpulkan berdasarkan nilai F-hitung yang didapatkan sebesar 1,894E3 > F-tabel sebesar 3,16. Dalam pengambilan keputusan diketahui bahwa

apabila F-hitung > F-tabel berarti H1 diterima, artinya ada pengaruh faktor harga daging sapi, PDRB per kapita, jumlah penduduk dan produksi secara bersama-sama terhadap jumlah permintaan daging sapi.

Secara Parsial

Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dapat dilihat secara parsial yaitu dengan melihat nilai signifikansi uji-t dengan tingkat kepercayaan 0,05. 1. Variabel harga daging sapi tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan jumlah

permintaan daging sapi. Hal ini disimpulkan berdasarkan nilai t-hitung sebesar 0,515 < nilai t-tabel sebesar 2,100 pada taraf kepercayaan 95 % dan nilai

(58)

2. Variabel PDRB per kapita tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan daging sapi. Hal ini disimpulkan berdasarkan nilai t-hitung sebesar 0,716 < nilai t-tabel sebesar 2,100 pada taraf kepercayaan 95 % dan nilai signifikansi 0,487 > 0,05. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terima H0 dan tolak H1. Artinya, tidak ada pengaruh nyata perubahan PDRB per kapita terhadap perubahan permintaan. Hal ini menunjukkan bahwa bertambahnya PDRB per kapita tidak mendorong konsumen untuk meningkatkan permintaannya terhadap daging sapi.

3. Variabel jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi daging sapi. Hal ini disimpulkan berdasarkan nilai t-hitung sebesar 7,065 > nilai t-tabel sebesar 2,100 pada taraf kepercayaan 95 % dan nilai signifikansi 0,00 < 0,05. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terima H1 dan tolak H0. Artinya, ada pengaruh nyata perubahan jumlah penduduk terhadap perubahan permintaan. Hal ini menunjukkan bahwa bertambahnya jumlah penduduk mendorong untuk meningkatkan permintaan terhadap daging sapi. Hal ini sesuai dengan teori dimana semakin meningkatnya jumlah penduduk maka permintaan akan suatu barang semakin meningkat.

(59)
(60)

5.2.2 Uji Asumsi Klasik

Model regresi linier berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi kriteria BLUE (Best Liniear Unbised Estimator). Blue dapat dicapai apabila memenuhi asumsi klasik.

1. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi diantara variabel bebas pada model regresi terjadi hubungan linier yang sempurna atau mendekati sempurna. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah multikolinearitas. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas yaitu :

- Nilai toleransi < 0.1 - Nilai VIF > 10

Pada lampiran output spss dapat dilihat bahwa nilai toleransi > 0.1 dan nilai VIF < 10, sehingga tidak terjadi multikolinearitas.

2. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Pada tabel Durbin-Watson yang ada di lampiran, diperoleh nilai d sebasar

1,313 dengan nilai dU sebesar 1,83 dan nilai dL sebesar 0,90. Dengan begini nilai d > dL yaitu 1,313 > 0,90. Ini berarti tidak terjadi autokorelasi pada persamaan

(61)

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari analisis yang dilakukan terhadap permintaan daging sapi di Kota Medan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Perkembangan harga dan permintaan daging sapi di Kota Medan mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun.

2. Secara serempak faktor – faktor harga daging sapi, PDRB per kapita, jumlah penduduk dan produksi memberikan pengaruh nyata terhadap permintaan daging sapi. Sedangkan secara parsial, faktor harga daging sapi, PDRB per kapita dan jumlah penduduk tidak memberikan pengaruh nyata terhadap permintaan daging sapi, tetapi faktor produksi memberikan pengaruh nyata terhadap permintaan daging sapi di Kota Medan.

6.2 Saran

1. Sebaiknya produksi daging sapi lebih ditingkatkan lagi agar dapat memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat dari tahun ke tahun.

2. Sebaiknya pemerintah memberikan penyuluhan atau menyampaikan informasi kepada penduduk akan pentingnya mengkonsumsi daging sapi. Dengan begini, permintaan akan daging sapi akan terus meningkat dan tingkat permintaan perkapita daging sapi untuk dikonsumsi akan memenuhi standar nasional.

(62)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2012. Kandungan Gizi dan Manfaat Daging Sapi. (http://bukamata.net/kandungan-gizi-dan-manfaat-daging-sapi/2826/). Dikutip pada tanggal 17-03-2013 pukul 19.22 WIB.

A.S. Sudarmono, dan Y. Bambang Sugeng. Sapi Potong + Pemeliharaan, Perbaikan Produksi, Prospek Bisnis, Analisis Penggemukan, Jakarta : Penebar Swadaya, 2008

Bangun, W. 2007. Teori Ekonomi Mikro. Bandung: Rafika Aditama. BPS Indonesia. 2008. Indikator Ekonomi. Jakarta.

BPS Sumatera Utara. 2012. Medan Dalam Angka. Medan

Dinas Peternakan Sumatera Utara. 2011. Statistik Peternakan. Medan.

Fikar, Samsul dan Dadi Ruhyadi. 2012. Penggemukan Sapi. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.

Kadariah. 1994. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI. Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.

Mushlich.1997. Ekonomi Manajerial. Yogyakarta : PT Samudra Ilmu Nasution, S. H. 2008. Pengantar Ekonomi Mikro. Medan: USU Press. Nicholson, W. 1994. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Rajawali Pers. Putong, I. 2005. Ekonomi Mikro. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Rasyaf, Muhammad. 2010. Manajemen Peternakan Ayam Kampung. Yogyakarta: Kanisius

_________________. 2011. Beternak Ayam Kampung. Jakarta: Penebar Swadaya Ratni, 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen.

pukul 20.53 WIB.

Santoso, Hari dan Titik Sudaryani. 2011. Pembesaran Ayam Pedaging Hari per Hari di Kandang Panggung Terbuka. Jakarta: Penebar Swadaya.

(63)

Simamora, B. 2008. Paduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Soelistyo. 2000. Dasar-Dasar Ekonometrika. Yogyakarta : BPFE Yogya

Sukirno, Sadono. 1994. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sumarwan, Ujang. 2004. Perilaku Kosumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia.

Supranto dan Limakrisna, Nandan. 2007. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Susilorini, dkk. 2008. Budidaya 22 Ternak Potensial. Jakarta: Penebar Swadaya. Suyanto,dkk. 2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Kencana

(64)
(65)
(66)

Lampiran 3. Output SPSS

Lampiran 3. Output SPSS

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N Konsumsi Sapi 1.4522 .28827 22 Harga Sapi 29,101.2105 19,881.63651 22 PDRB kapita 2.6800E9 2.10761E9 22 Jumlah Penduduk 1.95E6 115987.457 22 Produksi 2.83E6 562543.484 22

Correlations

Konsumsi Sapi Harga Sapi PDRB kapita Jumlah Penduduk Produksi Pea

Model Variables Entered Variables Removed Method 1 Produksi, Harga

Sapi, PDRB kapita,

Jumlah Penduduka . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Konsumsi Sapi

Correlations

(67)

PDRB kapita .292 .098 . .202 .236

a. Predictors: (Constant), Produksi, Harga Sapi, PDRB kapita, Jumlah Penduduk b. Dependent Variable: Konsumsi Sapi

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 1.741 4 .435 1.894E3 .000a

Residual .004 17 .000 Total 1.745 21

a. Predictors: (Constant), Produksi, Harga Sapi, PDRB kapita, Jumlah Penduduk b. Dependent Variable: Konsumsi Sapi

(68)

Gambar

Tabel 1. Permintaan daging Sapi di Kota Medan (Kg/Kapita/Tahun)
Gambar1. Kerangka Hubungan Antar Variabel
Tabel 2. Jumlah Penduduk Kota Medan menurut Kelompok Umur dan Jenis    Kelamin Tahun 2011
Tabel 3. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2011
+6

Referensi

Dokumen terkait

Jenis komoditas wajib periksa karantina ikan, pengendalian mutu dan hasil perikanan yang selanjutnya disebut jenis komoditas wajib periksa karantina ikan adalah

Berdasarkan hasil penelitian dapat dipahami bahwa orang tua yang memiliki perilaku cukup dalam pemilihan makanan bergizi pada anak usia pra sekolah seperti

Sampul depan laporan kegiatan pengabdian masyarakat yang akan dilaporkan harus sesuai dengan Warna sampul proposal usulan kegiatan pengabdian masyarakat untuk di

[r]

Kearifan lokal yang dimiliki petani Bakumpai di lahan pasang surut tidak hanya dilihat pada kemampuan bertani, tetapi juga pemilihan lokasi pertanian. Hal tersebut

membantu dalam hal ekonomi. selain itu dengan metode kedok Pemilik dan penggaap mempunyai hak dan kewajiban yang berbeda. Pemilik mempunyai hak diantaranya adalah

Bahwa dalam pasal 87 ayat (1) menyebutkan, setiap penanggung jawab usaha/atau kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan

Dalam penulisan ilmiah ini penulis akan mencoba menjelaskan cara pembuatan Website Fashion Dengan Menggunakan PHP dan MySQL. Dengan memanfaatkan fasilitas internet sehingga