FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING SAPI DI KOTA MEDAN
SKRIPSI
OLEH:
SAHLA HASANAH 130304071 AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING SAPI DI KOTA MEDAN
SKRIPSI
OLEH:
SAHLA HASANAH 130304071 AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2017
Ketua Komisi Pembimbing
(Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec.) NIP. 196302041997031001
Anggota Komisi Pembimbing
(Siti Khadijah H. N., SP., M.Si)
NIP. 197310111999032002
ABSTRAK
SAHLA HASANAH (130304071), dengan judul skripsi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Daging Sapi di Kota Medan. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Siti Khadijah Hidayati Nasution, SP., M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing. Penentuan daerah dilakukan secara purposive. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi daging sapi di Kota Medan. Metode analisis data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Trend dan Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi daging sapi di Kota Medan pada tahun 2001-2015 mengalami trend positif. Secara serempak pendapatan, produksi, harga daging sapi, dan harga daging ayam berpengaruh nyata terhadap konsumsi daging sapi di Kota Medan. Secara parsial pendapatan dan harga daging berpengaruh nyata terhadap konsumsi daging sapi, sedangkan produksi dan harga daging pesaing tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi daging sapi di Kota Medan.
Kata kunci : daging sapi, trend, konsumsi, faktor ekonomi dan sosial
ABSTRACT
SAHLA HASANAH (130304071) with the thesis entitled, The Influence Factors of Beef Consumption in Medan, supervised by Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec., as the Chairperson of the Supervisory Committee and Ibu Siti Khadijah Hidayati Nasution, SP., M.Si as the Member of the Supervisory Committee. The research location determined purposively, with the objective of the research was to analyze some factors which influenced beef consumption in Medan. The data analyzed by Trend method and multiple linear regression analysis. The result of the research showed that beef consumption in Medan in the period of 2001-2015 had a positive trend. Simultaneously, income, production, price of beef, the price of chicken had the significant influence on beef consumption in Medan. Partially, income and the price of beef had the significant influence on beef consumption, while production and the competitive price of beef had the significant influence on beef consumption in Medan.
Keywords: Beef, Trend, Consumption, Economic and Social Factors
RIWAYAT HIDUP
SAHLA HASANAH lahir di Medan, 21Oktober 1995. Puteri sulung dari dua bersaudara dari pasangan Masrup Sani, SE dan Nila Aswita Ba.
Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
1. Tahun 2001 masuk Sekolah Dasar di SDN 060834 Medan, tamat tahun 2007.
2. Tahun 2007 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Swasta Panca Budi Medan, tamat tahun 2010.
3. Tahun 2010 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 4 Medan, tamat tahun 2013.
4. Tahun 2013 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN.
Kegiatan yang pernah diikuti penulis selama duduk di bangku kuliah, adalah sebagai berikut:
1. Bulan Agustus-September 2016 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Tahun 2017 melaksanakan penelitian di Sumatera Utara.
3. Anggota Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) Departemen Pemberdayaan Wanita Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Daging Sapi di Kota Medan”. Kegunaan dari skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, serta saran dan selalu memberikan banyak nasehat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Ibu Siti Khadijah H. N., SP., M.si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, serta saran dan selalu memberikan banyak nasehat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini pada waktu yang tepat.
3. Ibu Ir. Diana Chalil Msi, PhD selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis yang telah bersedia meluangkan waktunya dari awal sampai akhir perkuliahan untuk memberikan bimbingan, arahan, serta saran dan selalu memberikan banyak nasehat sehingga penulis dapat menyelesaikan masa perkuliahan dengan baik.
4. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Ir. M. Jufri, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
6. Ayahanda Masrup Sani, SE dan Ibunda Nila Aswita, Ba dan adik kandung penulis Hanifah. Penulis mengucapkan terima kasih atas kesetiaan dalam mendoakan, memberikan semangat, dukungan, kasih sayang yang begitu besar sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
7. Sahabat SMP dan SMA terbaik POF, Pje Harahap, Pia Tarigan, Annisa Maharani, Risa Rizky dan Vino Ramadhani yang telah memberikan bantuan dan motivasi serta menemani penulis dalam menghabiskan waktu liburan.
8. Teman-teman PKL terbaik Diwan Hadi Prakoso, Annur Gabriella, dan Astri DS
9. Kepada orang terkhusus yaitu Diwan Hadi Prakoso yang telah memberikan dukungan kepada penulis.
10. Sahabat terbaik Ayu, Vera, Nofri, Siti, Fira, Annisa, Abi, Agung, Arnold, Vicky, Aditya yang telah memberikan motivasi, berbagi suka dan duka serta menemani hari-hari perkuliahan sehingga penulis dapat menikmati masa perkuliahan dengan baik.
11. seluruh teman-teman seangkatan 2013 yang telah memberikan dukungan selama penulis menempuh pendidikan dan menyelesaikan skripsi.
12. Abang dan Kakak SC yang memberikan dukungan dan motivasi selama penulis menempuh pendidikan.
13. Seluruh dosen serta seluruh staf pengajar dan seluruh staf pegawai Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, khususnya staf pegawai yang ada di
Departemen Agribisnis, Kak Runi dan Kak Nita yang telah membantu seluruh proses administrasi.
14. Seluruh pegawai dinas Perternakan Dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam mendapatkan data penelitian
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, November 2017
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Kegunaan Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 7
2.2 Landasan Teori ... 9
2.3 Penelitian Terdahulu ... 14
2.4 Kerangka Pemikiran ... 15
2.5 Hipotesis Penelitian ... 17
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 18
3.2 Metode Penentuan Data ... 18
3.3 Metode Analisis Data ... 18
3.4 Defenisi dan Batasan Operasional ... 21
BAB IV DESKRIPSI WILAYAH 4.1 Deskripsi Letak Geografis Kota Medan ... 23
4.2 Deskripsi Kondisi Iklim ... 23
4.3 Deskripsi Tata Guna/Lahan ... 24
4.4 Deskripsi Kondisi Demografi ... 24
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Konsumsi Daging Sapi di Kota Medan ... 27
5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Daging Sapi di Kota Medan ... 30
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ... 35 6.2 Saran ... 35
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Hal
1.1 Konsumsi Daging Sapi di Kota Medan 2009-2014 2 1.2 Produksi Daging Sapi di Kota Medan 2010-2014 5 4.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan
Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2015 25
5.1 Konsumsi Daging Sapi di Kota Medan pada Tahun 2001 -
2015 27
5.2 Hasil Analisis Regresi Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Daging Sapi di Kota Medan 30
DAFTAR GAMBAR
Gambar Keterangan Hal
1.1 Perkembangan Harga Daging Sapi Nasional dari 1983-
April 2014 4
2.1 Skema Kerangka Pemikiran 16
5.1 Grafik konsumsi daging sapi di Kota Medan 2001-2015 29
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Keterangan
1 Konsumsi daging sapi di Kota Medan 2001-2015 2 Pendapatan per Kapita di Kota Medan 2001-2015 3 Produksi daging sapi di Kota Medan 2001-2015 4 Harga daging sapi di Kota Medan 2001-2015 5 Harga daging ayam di Kota Medan 2001-2015
6 Hasil Output SPSS Uji Regresi Linier Berganda Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Daging Sapi di Kota Medan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi penduduk yang sangat luar biasa. Hal ini bisa dibuktikan dengan tingginya tingkat pembelian dari masyarakat Indonesia terhadap suatu produk atau bisa dibilang jika orang Indonesia sangat loyal dalam berbelanja. Namun, pertumbuhan ekonomi ini ternyata memiliki pengaruh yang besar terhadap kenaikan harga.
Badan Pusat Statistik (2014), menyebutkan bahwa laju pertumbuhan sejak tahun 2016 hingga tahun 2020 mencapai 1,43%. Tentu, ini memiliki dampak positif bagi industri peternakan nasional, karena pertumbuhan penduduk menentukan angka konsumsi daging sapi yang harus dipenuhi.
Peningkatan jumlah penduduk yang diikuti peningkatan penghasilan per-kapita menjadikan masyarakat semakin menyadari arti gizi. Hal ini membuat
pergeseran pola makan masyarakat dari mengkonsumsi karbohidrat ke protein (hewani), berupa daging, telur, dan susu. Kecenderungan ini diduga menjadi penyebab ketidakmampuan produsen sapi potong memenuhi permintaan dalam negeri (Abidin, 2002).
Selama dasawarsa terakhir konsumsi daging sapi cenderung mengalami peningkatan dimana peningkatan konsumsi daging sapi lebih tinggi dari peningkatan produksi daging sapi. Hal ini sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia sehingga konsumsi daging sapi juga meningkat. Sedangkan pertumbuhan populasi sapi nasional yang mendukung produksi daging sapi cenderung mengalami peningkatan secara lamban. Berdasarkan data dari
Kementerian Pertanian selama periode 1999-2012 produksi daging sapi dalam negeri berfluktuasi, meskipun menunjukkan adanya tren kenaikan. Sedangkan konsumsi dalam negeri cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya dengan laju peningkatan konsumsi daging sapi yang mencapai 4,66%, dibandingkan dengan laju peningkatan produksi sapi potong sebesar 3,2%, sehingga dalam jangka panjang akan menyebabkan terjadinya kelebihan permintaan. Kelebihan
permintaan tersebut dipenuhi oleh daging sapi yang berasal dari impor (Harmini, dkk, 2011).
Tabel 1.1. Konsumsi Daging Sapi di Kota Medan Tahun 2009-2014 Tahun Konsumsi Daging Sapi (Kg/kpt/thn)
2010 1,21
2011 1,39
2012 1,85
2013 1,38
2014 1,65
2015 1,68
Sumber: Dinas Peternakan Sumatera Utara, 2016
Dari Tabel 1.1. terlihat bahwa konsumsi daging sapi di tahun 2009-2015 mengalami fluktuasi. Penurunan konsumsi daging sapi terlihat jelas terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 1,38 kg/kpt/thn dibandingkan tahun sebelumnya yaitu tahun 2012 konsumsi daging sapi sebesar 1,85 kg/kpt/thn dan tahun seterusnya mengalami peningkatan.
Permasalahan utama pada komoditas daging sapi adalah masalah fluktuasi harga yang tinggi. Oleh karena itu, upaya stabilisasi harga daging sapi menjadi sangat penting untuk terus dilakukan. Stabilisasi harga dapat diartikan sebagai
kegiatan pengendalian fluktuasi harga agar setidaknya sesuai dengan besaran inflasi nasional atau lebih kecil (Direktorat Bapostrat, 2013).
Kebijakan untuk komoditi daging sapi harus memperhatikan aspek kesinambungan sehingga kebijakan pengendalian harga daging sapi benar-benar mampu menahan pergerakan harga yang bergerak secara tidak terkendali. Kasus melonjaknya harga daging sapi di beberapa daerah pusat konsumsi, salah satu penyebab utamanya adalah karena kelangkaan daging sapi dari sentra produksi ke sentra konsumen. Hal ini menyebabkan tidak tercapainya keseimbangan penawaran dan permintaan. Oleh karena itu untuk melakukan stabilisasi harga daging sapi harus ada upaya-upaya percepatan peningkatan produksi sapi lokal (Saptana, 2014).
Faktor lain juga turut mendongkrak kenaikan harga daging sapi adalah keberadaan program penyebaran ternak sapi oleh berbagai instansi yang pengadaannya bersumber dari pasar hewan domestik. Kebutuhan sapi untuk program tersebut direspon pedagang dengan menaikkan harga jual daging sapi.
Kenaikan harga ini mendorong naiknya harga sapi untuk keperluan pemotongan sehingga pada gilirannya menaikan harga daging sapi di pasar.
Aspek konsumsi, berdasarkan budaya (jenis makanan dan gengsi) dan rasa, posisi daging sapi tidak tergantikan dengan daging lain. Ketersediaan daging sapi selalu dibutuhkan baik pada kelompok kelas pendapatan tinggi, sedang maupun rendah. Perilaku konsumen yang demikian menyebabkan harga daging sapi terus meningkat. Pemicu kenaikan harga terutama terjadi saat menjelang hari besar keagamaan seperti bulan puasa dan hari raya (Ilham, 2016).
Gambar 1.1. Perkembangan Harga Daging Sapi Nasional dari 1983-April 2014
Sumber: BPS, 2014 (Dikutip dalam Saptana, 2014)
Jumlah penduduk dan produksi daging sapi mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Berdasarkan data pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan produksi daging sapi, terlihat ketimpangan pertumbuhan antara populasi ternak dan jumlah penduduk. Ditambah lagi dengan adanya program pola pangan seimbang karena hampir setengah dari jumlah penduduk yang mengkonsumsi daging sapi, maka perlu dikatahui seberapa besar sebenarnya permintaan konsumen Kota Medan untuk daging sapi agar menjaga ketersediaan yang cukup dan tidak terjadi kelangkaan yang menyebabkan harga menjadi naik.
Permintaan daging sapi oleh konsumen rumah tangga di Kota Medan untuk memperoleh daging sapi, ini dapat dilihat pada Tabel 1.2. Dimana pada setiap tahunnya produksi daging sapi di Kota Medan banyak mengalami peningkatan dan penurunan.
Tabel 1.2. Produksi Daging Sapi di Kota Medan Tahun 2009 – 2014
Tahun Produksi Daging Sapi (Ton)
2010 2.775,42
2011 3.233,36
2012 4.345,36
2013 3.257,55
2014 5.778,28
2015 5.480,85
Sumber: Dinas Peternakan Sumatera Utara, 2016
Berdasarkan Tabel 1.2, terlihat bahwa produksi daging sapi pada setiap tahunnya meningkat akan tetapi pada tahun 2013 dan 2015 produksi daging sapi mengalami penurunan dan mengalami peningkatan pada tahun 2014.
Melihat latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses pembelian daging sapi, dan faktor mana yang paling dominan mempengaruhi konsumsi daging sapi di Kota Medan.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana trend konsumsi daging sapi di Kota Medan pada tahun 2001-2015?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumsi daging sapi di Kota Medan?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis trend konsumsi daging sapi di Kota Medan pada tahun 2001-2015.
2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelian daging sapi di Kota Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah:
1. Sebagai bahan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi daging sapi di Kota Medan.
2. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi pemerintah selaku badan pengambil keputusan dan kebijakan.
3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Daging
Daging merupakan bahan pangan yang penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. Selain mutu proteinnya yang tinggi, daging mengandung asam amino esensial yang lengkap dan seimbang serta beberapa jenis mineral dan vitamin. Daging merupakan protein hewani yang lebih mudah dicerna dibanding dengan protein nabati. Bagian yang terpenting yang menjadi acuan konsumen dalam pemilihan daging adalah sifat fisik. Sifat fisik dalam hal ini antara lain warna, keempukan, tekstur, kekenyalan dan kebasahan (Komariah, dkk, 2009).
Daging lebih spesifik, yaitu kumpulan sejumlah otot yang berasal dari ternak yang sudah disembelih dan otot tersebut sudah mengalami perubahan biokimia dan biofisik, sehingga otot yang semasa hidup ternak merupakan energi mekanis berubah menjadi energi kimiawi. Istilah otot dipergunakan pada waktu
ternak masih hidup dan setelah ternak disembelih berubah menjadi daging (Abustam, 2009).
Kualitas pakan dapat mempengaruhi kualitas daging, yaitu dapat mempengaruhi dressing yield, perbandingan daging tulang, perbandingan protein lemak, komposisi asam lemak, nilai kalori, warna, fisika-kimia, masa simpan dan sifat sensori (Kandeepan, dkk, 2009).
2.1.2. Daging Sapi
Daging sapi merupakan salah satu komoditas pertanian penting dan strategis di Indonesia. Terdapat beberapa alasan yang membuat daging sapi
memiliki peran penting dan strategis yaitu (1) pengembangan komoditas daging sapi sebagai bagian dari sub sektor peternakan berpotensi menjadi sumber pertumbuhan baru bagi peningkatan PDB sektor pertanian (sumbangan PDB peternakan dan hasil-hasilnya berkisar 12% terhadap PDB sektor pertanian); (2) terdapat 5,74 juta rumah tangga yang terlibat dalam usaha peternakan sapi potong (Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2013); (3) sentra produksi daging sapi tersebar di banyak daerah, sedangkan sentra konsumsi terpusat di perkotaan sehingga mampu menggerakkan perekonomian regional; (4) pengembangan produksi komoditas daging sapi mendukung upaya peningkatan ketahanan pangan dan ketersediaan pangan (Ilham, 2006).
Daging sapi potong juga telah menjadi salah satu bahan pangan yang dibutuhkan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya konsumsi daging nasional yang harus dipenuhi. Kebijakan impor dilakukan dalam rangka mendukung kekurangan produksi dalam negeri. Sampai saat ini Indonesia masih kekurangan pasokan daging sapi hingga 35% atau 135,1 ribu ton dari kebutuhan 385 ribu ton. Defisit populasi sapi diperkirakan 10,7% dari populasi ideal atau sekitar 1,18 juta ekor. Kekurangan pasokan ini disebabkan sistem pembibitan sapi potong nasional masih parsial sehingga tidak menjamin kesinambungan. Padahal, titik kritis dalam pengembangan sapi potong adalah pembibitan (Prima, 2008).
Ciri-ciri spesifik daging sapi yang sehat menurut Usmiati (2010) adalah berwarna merah terang/cerah, mengkilap, tidak pucat, elastis, tidak lengket dan beraroma “khas”. Sifat spesifik sensori yang dimiliki daging dapat menentukan daya terima bagi konsumen.
Atribut utama perbedaan kualitas fisik daging sapi potong lokal dan impor antara lain rasa dan aroma, warna, perlemakan (marbling), dan tekstur. Warna daging sapi yang baik adalah berwarna merah cerah. Tekstur daging yang baik adalah apabila ditekan dengan jari tangan serat daging tidak akan hancur tapi akan kembali ke bentuk awal, apabila serat daging hancur ketika ditekan berarti daging tersebut sudah rusak. Rasa dan aroma daging yang baik adalah beraroma khas daging sapi (Fathurahman, 2008).
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Teori Konsumsi
Konsumsi merupakan pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan. Pembelanjaan masyarakat atas makan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Pengeluaran rumah tangga untuk memenuhi kebutuhannya disebut konsumsi rumah tangga (Sitanggang, 2014). Dan barang- barang yang di produksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dinamakan barang konsumsi (Dumairy, 2004).
Teori dengan hipotesis siklus hidup dikemukakan oleh Franco Modigliani yang dikenal dengan Hipotesis Daur Hidup atau Life Cycle Hypothesis yang menyatakan bahwa konsumsi seseorang selain dari pendapatan juga bergantung pada kekayaannya, hal mana kekayaan ini di dapat dari penyisihan pendapatan yang tidak dikonsumsi yaitu tabungan dan atau dari kekayaan warisan/ turun temurun. Hipotesis daur hidup melihat bahwa individu merencanakan perilaku konsumsi dan tabungan mereka untuk jangka panjang dengan tujuan
mengalokasikan konsumsi mereka dengan cara terbaik yang mungkin selama masa hidup mereka (Sitanggang, 2014).
Teori konsumsi yang dikemukakan oleh James S. Duesenberry dalam bukunya yang berjudul Income, Saving dan the Theory of Consumer Behaviour tahun 1949 yang dikenal sebagai teori pendapatan relatif tentang konsumsi (relative income theory of consumption) atau lebih dikenal dengan hipotesis pendapatan relatif mengatakan bahwa pengeluaran konsumsi dari individu atau rumah tangga tidak bergantung pada pendapatan sekarang dari individu tetapi lebih tergantung pada tingkat pendapatan tertinggi yang pernah dicapai seseorang sebelumnya (Nanga, 2005).
Teori konsumsi yang dikembangkan oleh Milton Friedman didalam bukunya yang berjudul A Theory of the Consumption Function tahun 1957 yang dikenal dengan teori pendapatan permanen tentang konsumsi mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi sekarang atau current consumption bergantung pada pendapatan sekarang atau current income dan pendapatan yang diperkirakan dimasa yang akan datang atau anticipated future income (Sitanggang, 2014).
2.2.2. Data Deret Waktu (Time Series)
Time series atau runtun waktu adalah himpunan observasi data terurut
dalam waktu. Metode time series adalah metode peramalan dengan menggunakan analisa pola hubungan antara variabel yang akan dipekirakan dengan variabel waktu. Peramalan suatu data time series perlu memperhatikan tipe atau pola data.
Secara umum terdapat empat macam pola data time series, yaitu horizontal, trend, musiman, dan siklis. Pola horizontal merupakan kejadian yang tidak terduga dan
series. Pola trend merupakan kecenderungan arah data dalam jangka panjang,
dapat berupa kenaikan maupun penurunan. Pola musiman merupakan fluktuasi dari data yang terjadi secara periodik dalam kurun waktu satu tahun, seperti triwulan, kuartalan, bulanan, mingguan, atau harian. Sedangkan pola siklis
merupakan fluktuasi dari data untuk waktu yang lebih dari satu tahun (Agnes, 2012).
2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Konsumsi juga dipengaruhi oleh:
1. Pendapatan Per Kapita
Pendapatan (income) adalah uang yang diterima seseorang dalam perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa, bunga, laba dalain sebagainya, bersama dengan tunjangan pengangguran, uang pensiun dan lain sebagainya.
Senada dengan definisi di atas, pendapatan atau income dari seseorang adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi. pendapatan memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan hidup, dimana pendapatan merupakan ukuran yang dipakai untuk melihat apakah kehidupan seseorang itu layak atau tidak layak. Dengan pendapatan yang tinggi, setidaknya semua kebutuhan pokok terpenuhi sehingga dapat mencapai suatu tingkat kehidupan yang layak (Widodo, 2006).
Tingkat pendapatan mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat.
Hubungan antara pendapatan dan konsumsi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam berbagai permasalahan ekonomi. Kenyataan menunjukkan bahwa pengeluaran konsumsi meningkat dengan naiknya pendapatan, dan sebaliknya jika pendapatan turun, pengeluaran konsumsi juga turun. Tinggi rendahnya
pengeluaran sangat tergantung kepada kemampuan keluarga dalam mengelola penerimaan atau pendapatannya (Danil, 2013).
2. Produksi
Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat. Kegiatan produksi tidak akan dapat dilakukan kalau tidak ada bahan yang memungkinkan dilakukannya proses produksi itu sendiri. Untuk bisa melakukan produksi, orang memerlukan tenaga manusia, sumber-sumber alam, modal dalam segala bentuknya, serta kecakapan. Semua unsur itu disebut faktor-faktor produksi (factors of production). Jadi, semua unsur yang menopang usaha penciptaan nilai atau usaha memperbesar nilai barang disebut sebagai faktor-faktor produksi (Napitupulu, 2013).
Pengertian produksi lainnya yaitu hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi diartikan sebagai aktivitas dalam menghasilkan output dengan menggunakan teknik produksi tertentu untuk mengolah atau memproses input sedemikian rupa (Sukirno, 2002).
3. Harga
Menurut Agusty (2000), harga merupakan salah satu variabel penting dalam pemasaran, dimana harga dapat mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli suatu produk, karena berbagai alasan.
Alasan ekonomis akan menunjukkan bahwa harga yang rendah atau harga yang selalu berkompetisi merupakan salah satu pemicu penting untuk meningkatkan kinerja pemasaran, tetapi alasan psikologis dapat menunjukkan bahwa harga
justru merupakan indikator kualitas dan karena itu dirancang sebagai salah satu instrumen penjualan sekaligus sebagai instrumen kompetisi yang menentukan.
Teori permintaan menerangkan tentang sifat permintaan para pembeli terhadap suatu barang. Teori permintaan menerangkan tentang ciri-ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Adapun hukum permintaan adalah semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut, dan sebaliknya apabila semakin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit permintaan terhadap barang itu (Mankiw, 2003).
4. Harga Pesaing
Dalam ekonomi kita mengenal kita mengenal ada pasar tempat perusahaan memproduksi barang dalam skala kecil yang harus menghadapi banyak pesaing yang meproduksi barang dalam skala besar, dan ada pula pasar tempat perusahaan memproduksi barang dalam skala besar yang harus menghadapi banyak pesaing yang memproduksi barang dalam skala kecil. Perbedaan jumlah dan besarnya skala produksi berbagai perusahaan di suatu negara dapat dikatan sebagai struktur pasar.
Selanjutnya kita akan membahas struktur pasar tersebut dan kemampuan perusahaan-perusahaan yang ada di dalamnya untuk memengaruhi harga dan jumlah barang di pasar. Disini kita akan membicarakan keanekaragaman pasar dalam hal jenis barang, jumlah perusahaan, kebebasan perusahaan masuk dan keluar pasar, dan hal-hal lainnya. Pembahasan akan mencakup pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak sempurna dan pasar persaingan tidak sempurna, antara lain pasar monopoli, pasar oligopoli, dan pasar persaingan monopolistik (Alam, 2006).
Suatu barang dinamakan sebagai barang pengganti kepada barang lain apabila ia dapat menggantikan fungsi barang lain tersebut. Harga barang pengganti dapat mempengaruhi permintaan barang yang dapat digantikannya. Jika harga barang pengganti bertambah murah, maka barang yang digantikannya akan mengalami pengurangan dalam permintaannya. Oleh sebab itu, barang pengganti ini sering kita sebut dengan barang substitusi (Nainggolan, 2007).
2.3. Penelitian Terdahulu
Agus Yuniawan (2010), dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging Ayam di Kabupaten Ciamis menyatakan
bahwa harga ikan dan pendapatan tidak berpengaruh terhadap permintaan terhadap daging ayam. Harga daging ayam, harga daging sapi, harga telur, dan harga susu berpengaruh signifikan terhadap permintaan terhadap daging ayam, sedangkan harga beras berpengaruh sangat signifikan terhadap permintaan terhadap daging ayam.
Fatmawati, Rostin, dan Jamal Nasir Baso (2016), dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging Sapi di Indonesia menyatakan bahwa Nilai X1 = 0,002 positif artinya setiap penambahan
produksi daging sapi sebesar 1 ton dengan asumsi faktor lain konstan, maka akan
meningkatkan permintaan daging sapi sebesar 0,002 ton. Selanjutnya Nilai X2 = 0,649 positif artinya setiap penambahan konsumsi daging sapi sebesar 1 ton
dengan asumsi faktor lain konstan, maka akan meningkatkan permintaan daging sapi sebesar 0,649 ton. Kemudian Nilai X3= 0,003 positif artinya setiap penambahan pendapatan sebesar Rp 1000 dengan asumsi faktor lain konstan, maka akan meningkatkan permintaan daging sapi. dari ketiga variabel yang
diproxi sebagai faktor yang mempengaruhi permintaan daging sapi, hanya variabel konsumsi dan pendapatan yang menunjukkan signifikan. Variabel produksi menunjukkan nilai yang tidak signifikan.
Rizki Andini (2013), dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Permintaan Daging Sapi di Kota Medan menyatakan bahwa:
1. Harga daging sapi berpengaruh negatif terhadap permintaan daging sapi, namun harga daging kambing/domba dan harga ayam kampung berpengaruh positif terhadap permintaan daging sapi dan ketiga variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan daging sapi.
2. Permintaan daging sapi bersifat elastis terhadap harga. Artinya, persentase perubahan jumlah daging sapi yang diminta lebih besar dari pada persentase perubahan harga daging sapi, sehingga pedagang tidak bisa sembarangan menaikkan harga, karena sedikit saja mengalami kenaikan harga maka sangat menurunkan jumlah permintaan di masyarakat.
3. Permintaan daging sapi di Kota Medan elastis terhadap harga daging sapi itu sendiri dan harga daging kambing/domba, sedangkan untuk harga ayam kampong bersifat inelastis
2.4. Kerangka Pemikiran
Daging sapi merupakan salah satu bahan makanan di Indonesia.
Masyarakat di Kota Medan mengkonsumsi daging sapi sebagai makanan yang mengandung protein tinggi. Tingkat konsumsi daging sapi cenderung terus meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi konsumsi daging sapi dapat terus meningkat. Adapun
hal yang mempengaruhi konsumsi daging sapi dipengaruhi oleh pendapatan, produksi, harga daging sapi, dan harga daging pesaing.
Oleh karena itu, peneliti ingin melihat apakah terdapat pengaruh antara pendapatan, produksi, harga daging sapi, dan harga daging pesaing terhadap konsumsi daging sapi di Kota Medan. Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Daging Sapi di Kota Medan Konsumsi Daging Sapi
Pendapatan Per Kapita (Rp/tahun) Produksi (kg/tahun) Harga Pesaing
(Rp/kg)
Keterangan:
: Menyatakan Pengaruh
Harga Daging Sapi (Rp/kg)
Trend Konsumsi Daging Sapi Tahun
2001-2015
2.5. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, maka hipotesis penelitian adalah:
1. Konsumsi daging sapi di Kota Medan pada tahun 2001-2015 mengalami trend positif.
2. Ada pengaruh yang signifikan antara pendapatan, produksi, harga daging sapi, dan harga daging pesaing terhadap konsumsi daging sapi di Kota Medan baik secara serempak maupun secara parsial.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan lokasi daerah penelitan ini dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu pemilihan lokasi berdasarkan penilaian pribadi peneliti. Penelitian ini dilakukan di Kota Medan yang terdiri dari 21 kecamatan dan 151 desa/kelurahan dengan pertimbangan bahwa Kota Medan sebagai konsumsi terbanyak di Sumatera Utara.
3.2. Metode Penentuan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dengan range tahun 2001-2015 yang dianalisis dengan alat bantuan program SPSS
(Statistical Package for Social Science) dan berupa data sekunder.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder. Menurut Rokhmana (2012), data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah lembaga atau instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Peternakan dan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara dan lain sebagainya.
3.4. Metode Analisis Data
Untuk menjawab identifikasi masalah 1 yakni untuk mengetahui trend konsumsi daging sapi di Kota Medan pada tahun 2001-2015, digunakan analisis deskriptif yakni berupa penyajian data time series dengan grafik atau gambar dan
penjelasan terhadap data dalam kurun waktu 2001-2015 yang diperoleh sesuai dengan kondisi sebenarnya.
Untuk menjawab identifikasi masalah 2 dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan Model Regresi Linier Berganda untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor (Pendapatan, produksi, harga daging sapi dan harga daging pesaing) terhadap konsumsi daging sapi. Pengolahan data digunakan alat bantu software spss 17. Setelah data diolah menggunakan SPSS 17, maka dilakukan interpretasi hasil dengan model persamaan sebagai berikut:
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + ɛ Keterangan :
Y = Konsumsi Daging Sapi (kg/kapita/tahun) b0 = Konstanta
X1 = Pendapatan Per Kapita (Rp/kapita/tahun) X2 = Produksi (kg/tahun)
X3 = Harga Daging Sapi (Rp/kg) X4 = Harga Pesaing (Rp/kg)
b1, b2, ... bi = Koefisien regresi untuk masing-masing variabel ɛ = Error
Persamaan regresi dianalisis untuk menjelaskan hubungan sebab akibat dari faktor-faktor produksi terhadap output yang dihasilkan. Nilai yang diperoleh dari analisis regresi yaitu besarnya nilai t-hitung, F-hitung dan koefisien determinan (R2). Pengujian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Koefisien Determinasi (R²)
Apabila R adalah koefisien korelasi yang menyatakan hubungan antara variabel x dan y maka ada perubahan korelasi sebesar 100 persen, R2 persen perubahan dari pada variabel y disebabkan oleh variabel y di sebut dengan koefisien determinasi (Sigit, 2010).
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel bebas dalam menerangkan variasi variabel terikat. Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui kekuatan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat.
2. Uji F (Uji Serempak)
H0 : secara serempak faktor-faktor dari X1 sampai X4 tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Y (konsumsi daging sapi).
H1 :secara serempak faktor-faktor dari X1 sampai X4 berpengaruh secara signifikan terhadap Y (konsumsi daging sapi).
Kriteria Pengujian :
Jika Sig. F >0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Jika Sig. F ≤ 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Jika H0 diterima maka secara serempak faktor-faktor dari X1 sampai X4 tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Y (konsumsi daging sapi).
Jika H1 diterima maka secara serempak faktor-faktor dari X1 sampai X4
berpengaruh secara signifikan terhadap Y (konsumsi daging sapi).
3. Uji t (Uji Parsial)
Selanjutnya dianalisis dengan mengunakan SPSS untuk menguji signifikan nilai koefisien regresi secara parsial yang diperoleh dengan metode OLS adalah statistik uji t (t test).
H0 :tidak ada pengaruh nyata secara parsial variabel bebas terhadap variabel terikat.
H1 :ada pengaruh nyata secara parsial variabel bebas terhadap variabel terikat.
Kriteria Pengujian
Jika t hitung ≤ t tabel atau Sig. t > 0,05, maka H0 diterima, dan dan H1 ditolak.
Jika t hitung ≥ t tabel atau Sig t < 0,05, maka H0 ditolak, dan dan H1 diterima.
Jika H0 diterima, maka berarti tidak ada pengaruh nyata secara parsial variabel bebas terhadap variabel terikat .
Jika H1 diterima, maka berarti ada pengaruh nyata secara parsial variabel bebas terhadap variabel terikat.
3.5. Definisi dan Batasan Operasional
Untuk memperjelas dan menghindari kesalah pahaman dalam menafsirkan penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:
3.5.1. Definisi
1. Time series adalah jumlah konsumsi daging sapi di Kota Medan yang berurutan selama 15 tahun yakni dari tahun 2001-2015.
2. Konsumsi adalah jumlah kebutuhan daging sapi dan pengukurnya didasarkan pada jumlah pemotongan ternak sapi setelah diambil daging murninya dan dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg).
3. Pendapatan per kapita (Rp) adalah sebagai jumlah nilai yang dihasilkan oleh seluruh masyarakat di Kota Medan.
4. Produksi (Kg) adalah hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input.
5. Harga (Rp) adalah harga daging sapi murni yang berada di Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara di tingkat konsumen.
6. Harga pesaing (Rp) adalah harga daging daging ayam yang berada di Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara di tingkat konsumen.
3.5.2. Batasan Operasional
1. Penelitian ini menggunakan data time series dalam kurun waktu tahun 2001 sampai 2015 yang meliputi populasi dan konsumsi daging sapi.
2. Waktu penelitian adalah tahun 2017.
3. Penelitian dilakukan di wilayah Kota Medan.
BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH
4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kota Medan
Penelitian dilakukan di Kota Medan yang merupakan Ibu Kota Provinsi
Sumatera Utara. Kota Medan terletak antara 30.27’- 40.47’ Lintang Utara dan 980.35’- 980.44’ Bujur Timur dengan ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas
permukaan laut. Kota medan memiliki luas 26.510 hektar atau 265,10 km² atau sama dengan 3,6 persen dari total luas wilayah Provinsi Sumatera Utara.
Secara administrative Kota Medan berbatasan dengan:
a. Sebelah Utara : bebatasan dengan Selat Malaka
b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang c. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang d. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
Kota Medan merupakan salah satu dari 33 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km² dan memiliki 21 kecamatan. Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di Sebelah Utara, Selatan, Barat, dan Timur. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan daratan rendah yang merupakan termpat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.
4.2. Kondisi Iklim
Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun BBMKG Wilayah I pada tahun 2015 yaitu 21,2ºC dan suhu maksimum
yaitu 35,1ºC serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya yaitu 21,8ºC dan suhu maksimum yaitu 34,3ºC.
Kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata 81-82%, dan kecepatan angin rata-rata sebesar 2.3m/sec, sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 108,2 mm. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2015 per bulan 14 hari dengan rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 141 mm.
4.2. Tata Guna Tanah/Lahan
Pola penggunaan tanah di Kota Medan sangat beragam jenisnya.
Penggunaan tanah terdiri dari bangunan-bangunan yang menjulang tinggi dan sangat besar yaitu mulai dari bangunan permukiman, perkantoran, pemerintahan, tempat ibadah, pusat-pusat perbelanjaan modern, pasar-pasar tradisional, fasilitas umum, bangunan pendidikan, tempat rekreasi, restoran, hotel dan lahan pertanian di pinggiran kota. Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia sehingga keadaan bangunan sangat padat dan rapat dengan jumlah penduduk yang banyak.
4.3. Kondisi Demografi
Penduduk Kota Medan pada tahun 2015 berjumlah 2.210.624 orang dengan rumah tangga yang tersebar di setiap kecamatan dan kelurahan di Kota Medan. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai jumlah dan persentase penduduk kota Medan berdasarkan golongan kecamatan, luas wilayah dan kepadatan penduduk dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel. 4.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2015
No Kecamatan Luas Wilayah Area (Km²)
Penduduk (jiwa)
Kepadatan Penduduk Per
Km²
1 Medan Tuntungan 20,68 85.613 4.140
2 Medan Johor 14,58 132.012 9.054
3 Medan Amplas 11,19 123.850 11.068
4 Medan Denai 9,05 146.061 16.139
5 Medan Area 5,52 98.992 17.933
6 Medan Kota 5,27 74.439 14.125
7 Medan Maimun 2,98 40.663 13.645
8 Medan Polonia 9,01 55.949 6.210
9 Medan Baru 5,84 40.540 6.942
10 Medan Selayang 12,81 106.150 8.286
11 Medan Sunggal 15,44 115.785 7.499
12 Medan Helvetia 13,16 150.721 11.453
13 Medan Petisah 6,82 63.374 9.292
14 Medan Barat 5,33 72.683 13.637
15 Medan Timur 7,76 111.420 14.358
16 Medan Perjuangan 4,09 95.882 23.443
17 Medan Tembung 7,99 137.178 17.169
18 Medan Deli 20,84 181.460 8.707
19 Medan Labuhan 36,67 117.472 3.203
20 Medan Marelan 23,82 162.267 6.812
21 Medan Belawan 26,25 98.113 3.738
Kota Medan 265,1 2.210.624 8.339
Sumber: BPS Kota Medan, 2015
Tabel 4.1 di atas, memperlihatkan bahwa pada tahun 2015 luas wilayah Kota Medan adalah 265,1 km². Kecamatan Medan Labuhan merupakan wilayah terluas di Kota Medan dengan luas 36,67 km² atau 13,83% dari luas Kota Medan dan Kecamatan Medan Perjuangan merupakan wilayah terkecil di Kota Medan dengan luas 4,09 km² atau 1,54% dari luas Kota Medan. Total jumlah penduduk di Kota Medan pada tahun 2015 adalah sebesar 2.210.624 jiwa. Kecamatan Medan Deli memiliki jumlah penduduk terbanyak yaitu sebesar 181.460 jiwa atau 8,2%
dari jumlah penduduk di Kota Medan sedangkan Kecamatan Medan Baru merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil yaitu 40.540 jiwa atau
1,83% dari jumlah penduduk di Kota Medan, kota Medan memiliki kepadatan penduduk sebesar 8.339 jiwa/km². Kepadatan penduduk terbesar di wilayah Kota Medan adalah Kecamatan Medan Perjuangan yaitu 23.443 jiwa/km² dan yang terkecil adalah Kecamatan Medan Labuhan yaitu 3.203 jiwa/km².
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Konsumsi Daging Sapi di Kota Medan
Konsumsi daging sapi di Kota Medan pada tahun 2001 – 2015 adalah tidak stabil atau mengalami fluktuasi. Konsumsi daging sapi di Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut:
Tabel 5.1 Konsumsi Daging Sapi di Kota Medan pada Tahun 2001 - 2015 Tahun Konsumsi Daging Sapi
(Kg/kapita/tahun)
Pertumbuhan (%)
2001 0,59 -
2002 0,58 -1,69
2003 0,58 0
2004 0,58 0
2005 0,81 39,65
2006 0,82 1,23
2007 0,75 -8,53
2008 0,99 32
2009 1,03 4,04
2010 1,21 22,22
2011 1,39 14,87
2012 1,85 33,09
2013 1,38 -25,40
2014 1,65 19,56
2015 1,68 1,81
Total 15,89 132,85
Rataan 1,06 8,85
Sumber: Dinas Peternakan Sumatera Utara, 2017
Berdasarkan Tabel 5.1 terlihat bahwa konsumsi daging Kota Medan pada tahun 2001-2015 mengalami peningkatan kecuali di tahun 2002, 2007 dan 2013.
Pada tahun 2001 konsumsi daging sapi adalah 0,59 kg/kapita/tahun kemudian di tahun 2002 menurun menjadi 0,58 kg/kapita/tahun dengan pertumbuhan -1,69%.
Di tahun 2003 dan 2004 mengalami penetapan dengan angka 0,58 kg/kapita/tahun
dengan pertumbuhan 0% dan meningkat dengan tinggi pada tahun 2005 menjadi 0,81 kg/kapita/tahun dengan pertumbuhan 39,65%.
Pada tahun 2006 naik menjadi 0,82 kg/kapita/tahun dengan pertumbuhan 1,23%. Kembali menurun pada tahun 2007 menjadi 0,75 kg/kapita/tahun dengan pertumbuhan -8,53% dan pada tahun selanjutnya kembali mengalami peningkatan pada tahun 2008 dengan angka 0,99 pertumbuhannya 32%. Di tahun 2009 dengan pertumbuhan 4,04% dengan konsumsi sebanyak 1,03 kg/kapita/tahun dan di tahun 2010 dengan pertumbuhan yang cukup meningkat sebesar 22,22% dengan konsumsi sebanyak 1,21 kg/kapita/tahun.
Di tahun selanjutnya juga tetap meningkat menjadi 1,39 kg/kapita/tahun
dengan pertumbuhan 14,87% dan pada tahun 2012 naik menjadi 1,85 kg/kapita/tahun dengan pertumbuhan 33,09%. Lalu menurun -25,40%
sebanyak 1,38 kg/kapita/tahun pada tahun 2013 dan konsumsi kembali naik pada tahun 2014 sebanyak 1,65 kg/kapita/tahun dengan pertumbuhan 19,56%. Dan di tahun akhir konsumsi daging sapi di Kota medan meningkat, pada tahun 2015 konsumsi menjadi 1,68 kg/kapita/tahun dengan pertumbuhan 1,81%.
Gambar 5.1 Grafik Konsumsi Daging Sapi di Kota Medan Tahun 2001 – 2015
Pada Gambar 5.1 dapat dilihat bahwa konsumsi daging sapi di Kota Medan mengalami keadaan yang fluktuasi. Dimulai pada tahun 2001, 2002, 2003, dan 2004 konsumsi daging sapi mengalami penurunan yang tidak terlalu jelas dan signifikan, dan meningkat pada tahun 2005 dan 2006. Pada tahun 2007 mengalami penurunan sedikit. Di tahun 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2012 terlihat dengan jelas mengalami peningkatan yang stabil. Di tahun selanjutnya, pada tahun 2013 menurun dengan drastis dan sangat terlihat jelas pada grafik, lalu kembali naik pada tahun 2014 dan 2015.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terjadi peningkatan konsumsi daging sapi di Kota Medan pada tahun 2001-2015, dengan demikian hipotesis tersebut adalah h0 ditolak dan h1 diterima. Artinya, hipotesis pertama yang menyatakan konsumsi daging sapi di Kota Medan pada tahun 2001-2015 positif diterima.
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2
Konsumsi Daging Sapi
Konsumsi Daging Sapi
5.2. Hasil Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Daging Sapi di Kota Medan
Dari metode analisis data diketahui bahwa variabel – variabel yang dapat mempengaruhi konsumsi daging sapi di Kota Medan adalah pendapatan (X1), produksi (X2), harga daging sapi (X3), dan harga daging pesaing yaitu ayam (X4).
Dari variabel – variabel bebas tersebut akan terlihat seberapa besar pengaruh terhadap konsumsi daging sapi sebagai variabel terikat atau variabel dependen.
Setelah diuji menggunakan SPSS diketahui bahwa pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dilihat pada uji berikut ini:
Konsumsi daging sapi dipengaruhi variabel antara lain pendapatan, produksi, harga daging sapi dan harga daging pesaing yaitu ayam. Untuk menguji pengaruhnya, maka perlu dilakukan pengujian dengan metode regresi linier berganda dengan menggunakan bantuan SPSS 17.0 baik secara serempak maupun secara parsial.
Tabel 5.2 Hasil Analisis Regresi Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Daging Sapi di Kota Medan
No Variabel Koefisien
Regresi t Sig
1 (Constant) 0,320 1,252 0,239
2 Pendapatan (X1) 0,043 2,534 0,030
3 Produksi (X2) 4,008E-8 0,906 0,386
4 Harga Daging sapi (X3) -1,940E-5 -2,162 0,056 5 Harga Daging Ayam (X4) 2,241E-5 0,747 0,472
5 R2 0,944
6 Uji F 42,520
7 Sig 0,000
Sumber: Lampiran 2 Hasil Output SPSS
Berdasarkan Tabel 5.2 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 0,320 + 0,043 X1 + 4,008E-8 X2 – 1,940E-5 X3 + 2,241E-5 X4 Keterangan:
Y : Konsumsi daging sapi (kg/kapita/tahun) X1 : Pendapatan Per Kapita (Rp/kapita/tahun) X2 : Produksi (kg/tahun)
X3 : Harga daging sapi (Rp/kg) X4 : Harga daging pesaing (Rp/kg) 1. Koefisien Determinasi (R2)
Dari Tabel 5.2 diperoleh nilai R2 sebesar 0,944 yang berarti 94,4%
variabel terikat yaitu konsumsi daging sapi dapat dijelaskan oleh variabel – variabel bebas yaitu pendapatan, produksi, harga daging sapi dan harga
daging ayam. Sedangkan sisanya sebesar 0,560 yang berarti 5,6 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam model.
2. Uji F (Uji Serempak)
Dari hasil Analisis Regresi Linier Berganda pada Tabel 5.2 menunjukkan
bahwa nilai F hitung sebesar 42,520 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000 < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima, yang
berarti variabel bebas pendapatan, produksi, harga daging sapi dan harga daging ayam berpengaruh nyata terhadap varibel terikat yaitu konsumsi sapi.
3. Uji t (Uji Parsial)
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dintepretasikan pengaruh variabel bebas yaitu pendapatan, produksi, harga daging sapi dan harga daging ayam terhadap konsumsi daging sapi di Kota Medan sebagai berikut:
a. Pengaruh pendapatan terhadap konsumsi daging sapi
Hasil estimasi menunjukkan nilai signifikansi t pendapatan (X1) adalah sebesar 0,030 < (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti variabel bebas pendapatan secara parsial berpengaruh nyata terhadap konsumsi daging sapi di Kota Medan.
Hasil estimasi menunjukkan nilai koefisien regresi pendapatan (X1) adalah sebesar 0,043 yang diartikan bahwa terdapat pengaruh positif antara pendapatan dengan konsumsi daging sapi (Y). Jika pendapatan naik sebesar Rp 1.000, maka konsumsi daging sapi akan naik sebanyak 43 Kg/Kapita.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Danil (2013), bahwa pengeluaran konsumsi meningkat dengan naiknya pendapatan, dan sebaliknya jika pendapatan turun, pengeluaran konsumsi juga turun.
b. Pengaruh produksi terhadap konsumsi daging sapi
Hasil estimasi menunjukkan nilai signifikasi t produksi (X2) adalah sebesar 0,386 > (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima dan H1 ditolak, yang berarti variabel bebas produksi secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi daging sapi di Kota Medan.
Hasil estimasi menunjukkan nilai koefisien regresi produksi (X2) adalah sebesar 4,008E-8 yang diartikan bahwa terdapat pengaruh positif antara produksi dengan konsumsi daging sapi (Y). Jika produksi naik sebesar 1 ton, maka konsumsi daging sapi akan naik sebanyak 4,008E-5 Kg/Kapita.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fatmawati, Rostin, dan Jamal Nasir Baso (2016), menyatakan bahwa hubungan antara produksi dengan
konsumsi adalah positif, artinya setiap penambahan produksi daging sapi dengan asumsi faktor lain konstan, maka akan meningkatkan permintaan daging sapi.
c. Pengaruh harga daging sapi terhadap konsumsi daging sapi
Hasil estimasi menunjukkan nilai signifikansi t harga daging sapi (X3) adalah sebesar 0,056 < (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti variabel bebas harga daging sapi secara parsial berpengaruh nyata terhadap konsumsi daging sapi di Kota Medan.
Hasil estimasi menunjukkan nilai koefisien regresi harga daging sapi adalah sebesar -1,940E-5 yang diartikan bahwa terdapat pengaruh negatif antara harga daging sapi dengan konsumsi daging sapi. Jika harga daging sapi bertambah
sebanyak Rp.1.000, maka konsumsi daging sapi akan berkurang sebanyak -1,940E-2 Kg/Kapita.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori permintaan yang menerangkan tentang ciri-ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Adapun hukum permintaan adalah semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut dan sebaliknya apabila semakin tinggi harga suatu barang tersebut maka semakin sedikit permintaan terhadap barang itu (Mankiw, 2003).
d. Pengaruh harga daging ayam terhadap konsumsi daging sapi.
Hasil estimasi menunjukkan nilai signifikansi t harga daging ayami (X3) adalah sebesar 0,472 > (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima dan H1
ditolak, yang berarti variabel bebas harga daging ayam secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi daging sapi di Kota Medan.
Hasil estimasi menunjukkan nilai koefisien regresi harga daging ayam adalah sebesar 2,241E-5 yang diartikan bahwa terdapat pengaruh positif antara harga daging ayam dengan konsumsi daging sapi. Jika harga daging ayam bertambah sebanyak Rp.1.000, maka konsumsi daging sapi akan bertambah sebanyak 2,241E-5 Kg/Kapita.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan teori yang menyatakan bahwa jika harga barang pengganti bertambah murah, maka barang yang digantikannya akan mengalami pengurangan dalam permintaannya (Nainggolan, 2007). Hal ini disebabkan karena harga daging ayam setiap tahunnya terus meningkat sedangkan konsumsi daging sapi mengalami fluktuasi.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada tahun 2001-2015 konsumsi daging sapi di Kota Medan mengalami trend positif.
2. Dari hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi adalah:
a. Secara serempak, pendapatan, produksi, harga daging sapi dan harga daging ayam berpengaruh nyata terhadap konsumsi daging sapi di Kota Medan.
b. Secara parsial pendapatan dan harga daging sapi berpengaruh nyata terhadap konsumsi daging sapi di Kota Medan, sedangkan produksi dan harga daging ayam tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi daging sapi di Kota Medan.
6.2 Saran
1) Bagi peternak dan pedagang diharapkan lebih mengerti dalam memprediksi permintaan konsumen.
2) Bagi pemerintah, diharapkan peran pemerintah dalam menjaga kestabilan harga daging sapi dalam bentuk penentuan (semacam Harga Pembelian Pemerintah atau HPP) dan mendorong atau memfasilitasi pengembangan lembaga pemasaran di tingkat peternak (seperti koperasi).
3) Bagi peneliti selanjutnya yang akan melanjutkan penelitian agar dapat melakukan penambahan beberapa variabel lain dalam penelitian dan juga melanjutkan penelitian mengenai permintaan pada komoditi lain agar dapat diketahui kebijakan yang paling berpengaruh terhadap permintaan.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. 2002. Penggemukan sapi Potong. Jakarta: AgroMedia Pustaka Abustam, E. 2009. Penyedian Daging. www.kualitas-daging.html. Diakses pada
Maret 2017.
Agnes, Lisnawati. 2012. Model Exponential Smoothing Holt-Winter dan Model Sarima untuk Peramalan Tingkat Hunian Hotel Di Propinsi Diy. S1 thesis, Universitas Negeri Yogyakarta.
Agusty, F. 2000. Manajemen Pemasaran: Sebuah Pendekatan Strategik. Research Paper Series, BP. UNDIP.
Alam, S. 2006. Ekonomi untuk SMA dan MA Kelas X. ESIS
Barata, A. A. 2003. Dasar-dasar Perlayanan Prima. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.
Chapra, Umar. 2001. The Future Of Economics: An Islamic Perspective. Gema Insani Press. Jakarta.
Danil, Mahyu. 2013. Pengaruh Pendapatan Terhadap Tingkat Konsumsi pada Pegawai Negeri Sipil di Kantor Bupati Kabupaten Bireuen. Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen. Aceh.
Direktorat Bapostrat. 2013. Profil Komoditi Daging Sapi. Direktorat Bahan Pokok dan Barang Strategis, Kementerian Perdagangan. Jakarta.
Dumairy, 2004, Perekonomian Indonesia, Cetakan Keempat, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Fathurahman, E. 2008. Penanganan daging sapi. FoodReview.
Fatmawati, Rostin, dan Jamal Nasir Baso. 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging Sapi di Indonesia. Jurnal Ekonomi Fakultas Ilmu Ekonomi, Universitas Halu Oleo.
Harmini RW, Asmarantaka, Atmakusuma J. 2011. Model Dinamis Sistem Ketersediaan Daging Sapi Nasional. Jurnal Ekonomi Pembangunan, IPB.
Bogor.
Ilham, N. 2006. Analisis Ekonomi dan Strategi Pencapaian Swasembada Daging 2010. Makalah dipresentasikan pada pertemuan Koordinasi Teknis Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia Ditjen Peternakan, Bogor.
Ilham, N. 2016. Kebijakan Pengendalian Harga Daging Sapi Nasional. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor.
Kandeepan,G., A. S. R. Anjaneyulu, V. K. Rao, U. K. Pal, P. K. Mondal dan C.
K. Das. 2009. Feeding Regimens Affecting Meat Quality Characteristics.
Meso.
Komariah, Rahayu S, Sarjito. 2009. Sifat fisik daging sapi, kerbau dan domba pada lama postmortem yang berbeda. Buletin Peternakan. Lestari CMS, Adiwi.
Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makro Ekonomi Terjemahan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Muchtadi, T.R. dan Sugiono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Nainggolan, HL. 2007. Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Komoditi Kopi Di Sumatera Utara. Medan.
Nanga, Muara, 2005, Makro Ekonomi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Napitupulu, Dewi A. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Gula dalam Negeri dan Proyeksi Produksi dan Konsumsi Gula di Indonesia.
Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
Nitisusastro, Mulyadi. 2012. Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Kewirausahaan. Alfabeta, Bandung.
Prima, I. B. 2008. Kebijakan impor daging sapi dan ketahanan pangan. Detik News.
Rangkuti, Freddy. 2009. Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus Integrated Marketing Communication. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Saptana, dkk. 2014. Laporan Akhir Analisis Kebijakan Stabilisasi Harga Daging Sapi. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian. Bogor.
Simamora B. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen.Jakarta [ID]: PT.
Gramedia Pustaka Umum.
Sitanggang, H. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi di Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Tabularasa PPS Universitas Negeri Medan.
Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Sukirno, Sadono. 2002. Pengantar Ekonomi, Cetakan Ketujuh belas, PT. Raja Grafindo, Yogyakarta.
Syaadah, N. 2014. Analisis Dampak Pertambahan Penduduk Terhadap Penyerapan Angkatan Kerja. Mahasiswa Pendidikan Geografi IKIP Veteran Semarang.
Usmiati,S. 2010. Pengawetan Daging Segar dan Olahan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor.
Widodo, Tri. 2006. Perencanaan Pembangunan: Aplikasi Komputer (Era Otonomi Daerah). Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Yuniawan, Agus. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging Ayam di Kabupaten Ciamis. Universitas Galuh.
Lampiran 1. Konsumsi Daging Sapi di Kota Medan pada Tahun 2001 – 2015
Tahun Konsumsi Daging Sapi (Kg)
2001 0,59
2002 0,58
2003 0,58
2004 0,58
2005 0,81
2006 0,82
2007 0,75
2008 0,99
2009 1,03
2010 1,21
2011 1,39
2012 1,85
2013 1,38
2014 1,65
2015 1,68
Lampiran 2. Pendapatan, Produksi, Harga Daging Sapi, dan Harga Daging Ayam
TAHUN PENDAPATAN
(JutaRp/kpt/thn)
PRODUKSI (Kg)
HARGA DAGING SAPI (Rp)
HARGA DAGING
AYAM (Rp)
2001 8.90 336.129 26.289 11500
2002 10.01 336.555 29.695 12.500
2003 11.31 271.532 33.542 12.500
2004 16.51 275.248 37.887 12.500
2005 21.02 278.807 42.796 12.166
2006 23.63 304.096 52.750 14.291
2007 26.62 275.276 57.183 15.364
2008 31.05 235.645 60.253 19.322
2009 34.24 241.152 65.583 19.489
2010 39.72 277.542 73.105 21.583
2011 44.21 323.336 74.000 23.000
2012 47.65 434.536 80.000 25.000
2013 52.12 325.755 100.000 26.159
2014 55.70 577.828 100.000 27.868
2015 60.42 548.085 100.000 30.000
Lampiran 3. Hasil Analisis SPSS Log Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .972a .944 .922 .12300
a. Predictors: (Constant), harga daging pesaing, produksi, harga daging sapi, pendapatan
b. Dependent Variable: konsumsi
Lampiran 4. Hasil Analisis SPSS Log Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2.573 4 .643 42.520 .000a
Residual .151 10 .015
Total 2.724 14
a. Predictors: (Constant), harga daging pesaing, produksi, harga daging sapi, pendapatan b. Dependent Variable: konsumsi
Lampiran 5. Hasil Analisis SPSS Log Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardiz ed Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta
Toleranc
e VIF
1 (Constant) .320 .255 1.252 .239
pendapatan .043 .017 1.680 2.534 .030 .013 79.168
produksi 4.008E-8 .000 .095 .906 .386 .509 1.963
harga daging sapi
-1.940E-5 .000 -1.123 -2.162 .056 .021 48.581 harga daging
pesaing
2.241E-5 .000 .325 .747 .472 .029 34.150 a. Dependent Variable: konsumsi