• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENUTUP

6. Asal daerah :

7. Jumlah dalam keluarga : 9 orang

8. Jumlah anak : 7 orang

Marta Sinaga ini biasa disebut nande Betty merupakan perantau yang datang dari Toba ke Kabanjahe sudah lama sekali, yaitu sejak dia masih gadis karena mengikuti saudaranya yang memang sudah berdomisili di Kabanjahe dan kemudian menikah dengan Batara Siregar yang berprofesi sebagai penarik becak di pusat pasar Kabanjahe. Mereka menikah sampai sekarang sudah memiliki 7 anak yang cantik-cantik dan ganteng-ganteng. Anak pertama bernama Betty boru Siregar berusia 17 tahun dan duduk di bangku kelas 2 SMA. Anak kedua bernama Nurlela boru Siregar berusia 16 tahun duduk di bangku kelas 3 SMP dan pernah tinggal kelas sekali. Anak ketiga bernama Koramil Siregar berusia 15 tahun duduk di bangku kelas 3 SMP. Anak keempat bernama Sabar Siregar berusia 13 tahun duduk di kelas 1 SMP. Anak kelima Ferdinan Siregar berusia 10 tahun duduk di kelas 4 SD. Anak keenam bernama Yenni boru Siregar duduk di kelas 2 SD dan anak bungsu bernama Agnes boru Siregar yang belum sekolah. Hebatnya

walaupun suami ibu ini bekerja sebagai penarik becak dan ibu ini sendiri bekerja sebagai buruh aron tetapi semua anak mereka sekolah dengan layak.

Ibu Marta ini bekerja sebagai buruh harian lepas sejak tahun 2007 alasannya bekerja sebagai buruh aron adalah karena dia tidak mempunyai skill untuk mencari pekerjaan lain. Sebelum menjadi buruh harian lepas ibu Marta ini membuka kedai sampah di rumahnya dan sebelum berkedai dia pernah berjualan di pajak. Barang yang dijual seperti tomat, cabai kentang wortel dan lain-lain. Kedai sampah yang dikelola oleh ibu Marta ini mengalami pailit dikarenakan modal yang tidak berputar dan banyak sekali pelanggan yang berutang. Adapun orang yang mengajaknya sebagai buruh harian lepas adalah temannya yang tinggal di dekat rumahnya. Bidang yang biasanya dikerjakan oleh ibu ini adalah memanen tetapi tidak menutup kemungkinan dia menerima pekerjaan lain seperti menyiangi dan mencangkul.

Setiap pagi ibu Marta bangun pagi-pagi sekali untuk menyiapkan sarapan untuk keluarga dengan dibantu oleh anak perempuannya dan menyiapkan bekal makan siang yang akan dibawanya untuk bekerja karena makan siang biasanya tidak ditanggung oleh yang mempekerjakan mereka. Setelah bersiap-siap dengan pakaian yang mengenakan lengan panjang dan celana panjang yang lusuh serta menggunakan tudung yang dibuat dari kain panjang dan berguna untuk menutupi kepala dan muka dari sengatan sinar matahari. Setelah itu ibu Marta berangkat ke tempat berkumpulnya para aron yaitu di simpang Laudah sekitar jam 07.00 Wib. Ibu Marta sedapat mungkin selalu berangkat pagi-pagi karena katanya peluang untuk mendapat kerja lebih besar dan supaya rejeki tidak dipatok ayam, dia berujar sambil tertawa. Disana sudah menunggu para buruh aron yang lain untuk

menanti pekerjaan. Mereka sangat berharap ada yang memakai jasa mereka sehingga mereka bisa mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Ibu ini dan para buruh aron yang lainnya menunggu sampai jam sembilan, apabila sudah jam sembilan tidak ada yang memakai jasa mereka maka satu per satu orang bepergian meninggalkan lokasi berkumpul buruh aron begitu juga dengan ibu Marta karena masih banyak pekerjaan yang menunggunya di rumah.

Sistem pekerjaan dan penerimaan upah yang dilakukan adalah sistem upah harian dengan upah sebesar Rp 35.000 per harinya dengan rata-rata kerja dalam seminggu adalah 4 hari. Jika masa panen tiba maka pekerjaan akan banyak dan bisa saja dalam seminggu itu dia bekerja setiap hari. Jika banyak terjadi kegagalan panen maka secara otomatis pekerjaan juga akan sepi bahkan terkadang dalam seminggu satu hari pun tidak bekerja seperti misalnya buah jeruk terkena wabah lalat buah otomatis para petani tidak akan memanen jeruknya karena buahnya rusak dan tidak ada yang akan mau membeli jeruk mereka sehingga buah jeruk dibiarkan berjatuhan begitu saja tanpa dipanen. Secara otomatis hal ini menyebabkan para buruh aron tidak mendapatkan pekerjaan.

Ibu Marta ini tinggal di sebuah rumah sewaan yang terbuat dari papan dan berlantaikan semen dan beratapkan seng. Luas rumah yang mereka tempati hanya seluas 6m x 12m yang hanya mempunyai satu kamar. Tetapi mereka membuat satu kamar lagi dengan memberi sekat lemari dan tirai untuk tempat anak perempuan tidur. Sumber air bersih mereka harus dibeli dengan harga Rp 300 per jerigen. Sedangkan untuk penerangan di rumah mereka sudah menggunakan

meteran listrik sendiri sehingga tidak harus menyalurkan listrik secara khusus dari rumah tetangga.

Ibu Marta ini mengakui bahwa pendapatan yang diperolehnya sebagai buruh harian lepas ini sangat kurang sehingga untuk menambah penghasilan keluarga dia tidak hanya mengharapkan penghasilan dari suaminya yang bekerja sebagai penarik becak tetapi dengan menggarap lahan yang disewanya dekat rumahnya yaitu berupa lahan yang ditanaminya dengan sayuran sawi (sayur manis). Lahan tersebut disewa ibu Marta dengan harga Rp 400.000 setahun kepada tetangganya seluas 44 m². Dari situ dia bisa menambah penghasilan untuk keluarganya. Tanaman sawi ini mudah perawatannya dan bisa dipanen dalam waktu 40 hari dengan harga di pasaran yang selalu stabil sehingga dia lebih memilih untuk menanam sayuran sawi. Setiap panen ibu Marta akan menjualnya ke pasar dengan harga sekitar Rp 3000 – Rp 4000 per kilogram. Hasil panen sawi yang di dapat dari lahannya itu bisa mencapai 30 kg. Hasil dari penjualan tersebut dipakai untuk menutupi biaya kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah anak-anak mereka.

Identitas Responden 2

1. Nama : Kristina Laia

2. Jenis kelamin : Perempuan

3. Umur : 33 tahun

4. Agama : Protestan

6. Asal Daerah : Nias 7. Jumlah dalam keluarga : 5 orang

8. Jumlah anak : 3 orang

Kristina Laia merupakan perantau yang datang dari Nias ke Kabanjahe 3 tahun lalu untuk mengadu nasib. Dia bekerja sebagai buruh harian lepas sejak tahun 2006 alasannya bekerja sebagai buruh aron adalah karena keadaan yang memaksa dan dia tidak mempunyai skill untuk mencari pekerjaan lain. Sebelum menjadi buruh harian lepas ibu ini tidak bekerja. Adapun yang mengajaknya sebagai buruh harian lepas adalah temannya (tetangga). Bidang yang biasanya dikerjakan oleh ibu ini adalah menyusun barang sehingga terkadang pekerjaannya dilakukan sampai larut malam.

Setiap pagi ibu ini bangun pagi-pagi sekali untuk menyiapkan sarapan untuk keluarga dan menyiapkan bekal makan siang yang akan dibawanya untuk bekerja karena makan siang biasanya tidak ditanggung oleh yang mempekerjakan mereka. Setelah bersiap-siap dengan pakaian yang mengenakan lengan panjang dan celana panjang yang lusuh maka ibu ini berangkat ke tempat berkumpulnya para aron yaitu di simpang Laudah sekitar jam 07.00 Wib. Disana sudah menunggu para buruh aron yang lain untuk menanti pekerjaan. Mereka sangat berharap ada yang memakai jasa mereka sehingga mereka bisa mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Ibu ini dan para buruh aron yang lainnya menunggu sampai jam sepuluh, tetapi biasanya apabila sudah jam sembilan tidak ada yang memakai jasa mereka maka satu per satu orang sbepergian meninggalkan lokasi berkumpul buruh aron, yang menunggu sampai jam sepuluh biasanya para ibu-ibu mereka saling bercerita satu sama lain

mengenai keseharian mereka. Setelah itu sekitar jam sebelas ibu Kristina pulang ke rumahnya.

Sistem pekerjaan dan penerimaan upah yang dilakukan adalah sistem upah harian dengan upah sebesar Rp 35.000 per harinya dengan rata-rata kerja dalam seminggu adalah 3 hari. Tetapi waktu kerja tergantung waktu. Jika masa panen maka pekerjaan akan banyak dan bias saja dalam seminggu itu dia bekerja setiap hari tetapi sebaliknya jika pekerjaan sepi. Tidak saat masa panen dan banyak terjadi kegagalan panen maka secara otomatis pekerjaan juga akan sepi bahkan terkadang dalam seminggu satu hari pun tidak bekerja. Rata-rata jam kerja ibu Kristina ini adalah 8 jam tetapi terkadang mau juga sampai 13 jam karena menyusun barang membutuhkan waktu yang sangat lama dan bekerja sampai larut malam.

Ibu Kristina Laia ini tinggal di sebuah rumah sewaan yang dulunya adalah sebuah bengkel. Kondisi bangunan rumah yang ditempati bersama keluarganya terbuat dari papan dengan lantai papan dan beratapkan seng. Luas rumah yanag mereka tempati hanya seluas 4m x 4m yang dihuni oleh 3 orang rumah tersebut tidak memiliki sumber air bersih jadi harus dibeli atau mereka mengambilnya ke air mil yaitu sumber mata air yang airnya bisa didapatkan secara gratis. Biasanya ibu Kristina mengambil air tersebut dengan menggunakan jerigen yang dibuat diatas sebuah sorong. Dengan adanya air tersebut pengeluaran mereka menjadi berkurang sehingga uang yang seharusnya mereka gunakan untuk membeli air bias digunakan untuk keperluan lainnya. Sedangkan untuk penerangan di rumah mereka menggunakan listrik yang disalurkan dari rumah tetangga dan pembayarannya nantinya akan dibagi rata.

Suami ibu Kristina bernama Rudi Telaumbanua umurnya sekitar 37 tahun dan bekerja sebagai penarik becak. 2 orang anaknya tidak kesampaian sekolahnya sedangkan yang ketiga masih sekolah. Anak sulungnya bernama Yenni Telaumbanua usianya 17 tahun hanya menamatkan SMP, setelah itu dia tidak melanjutkan sekolahnya karena kekurangan biaya. Anak nomor dua bernama Herman Telaumbanua berusia 15 tahun dan hanya menamatkan sampai jenjang SD, putus sekolah dikarenakan tidak ada biaya juga. Anak yang nomor tiga bernama Agus Telaumbanua dan duduk di kelas 2 SMP Negeri 2 Kabanjahe. Kedua anaknya yang pertama dan kedua berada di Nias dan tinggal bersama keluarga mereka. Sedangkan yang nomor tiga tinggal bersama mereka.

Pendidikan Ibu Kristina ini tidak tamat SD dikarenakan kurang biaya juga dan keinginan untuk bersekolah di kampung mereka memang masih sangat rendah. Sehingga untuk mencari pekerjaan di sektor formal tidak memungkinkan untuknya. Pekerjaan yang mengandalkan kekuatan fisik merupakan pilihan terakhir baginya karena dia tidak mempunyai keterampilan dan kemampuan di bidang lain. Pendapatan yang diperolehnya sebagai buruh harian lepas ini sangat kurang tetapi dia tidak mencari pekerjaan lain untuk menambah penghasilan keluarga dan hanya mengharapkan penghasilan dari suaminya yang bekerja sebagai penarik becak. Hal ini karena anak tanggungan mereka hanya 1 sedangkan yang dua lagi ditanggung oleh keluarga mereka di kampung. Ibu Kristina ini merasa apa yang diperolehnya untuk saat ini sudah lebih dari cukup.

BAB VI

PENUTUP

Pada bab ini penulis akan berupaya mengemukakan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian berdasarkan analisa dan interpretasi data dari penelitian yang dilakukan mengenai Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas (aron) di Kelurahan Padang mas Kecamatan Kabanjahe. Kemudian setelah itu penulis akan memberikan saran-saran yang sifatnya berupa sumbangan pikiran demi tercapainya kondisi sosial ekonomi buruh harian lepas (aron) yang lebih baik dan mengetahui strategi adaptasi yang digunakan oleh para buruh harian lepas untuk tetap bertahan hidup.

1. Kesimpulan

a. Buruh harian lepas (aron) yang ada di Kelurahan Padang mas berasal dari daerah di luar Tanah Karo dan mayoritas berasal dari suku batak Toba. Tingkat pendidikan mereka pada umumnya sudah lumayan karena sebagian dari mereka sudah tamat SMP dan SMA tetapi karena tidak mempunyai skill maka yang bisa diharapkan hanyalah kekuatan fisik untuk bekerja sebagai buruh harian lepas.

b. Tingkat pendapatan yang diterima oleh para buruh harian ini tergolong masih rendah yang umumya berjumlah dibawah Rp. 450.000, dengan jumlah jam kerja rata-rata adalah 8 jam yaitu dari jam 09.00 – 17.00 Wib dan mereka bekerja sekitar 4 hari kerja dalam seminggu. Dengan jumlah pendapatan yang demikian mereka hidup dengan keadaan yang masih kurang dan sulit sehingga

mereka mempunyai strategi bertahan yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka.

c. Seperti halnya kebiasaan masyarakat Indonesia pada umumnya dalam hal pola makan maka mayoritas keluarga buruh harian lepas makan sebanyak 3 kali dalam sehari. Namun dari pengakuan mereka bahwa kebutuhan gizi keluarga para buruh harian lepas belum memenuhi dikarenakan mereka masih sangat jarang mengkonsumsi daging, susu dan ikan yang diketahui sangat banyak mengandung gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita dikarenakan harganya yang mahal. Tahu tempe merupakan menu yang biasa mereka makan jka keuangan lagi menipis. Tetapi terhadap sayur-sayuran mayoritas dari mereka sering mengkonsumsinya dan terhadap buah-buahan sebagai sumber vitamin pada umumnya mereka dapatkan dari buah jeruk. Pada saat mereka bekerja pada umumnya makanan tidak ditanggung oleh yang mempekerjakan mereka sehingga mereka harus membawa bekal dari rumah. Sementara bahan makanan yang dikonsumsi oleh keluarga buruh harian lepas umumnya masih semua dibeli walaupun mereka bekerja di sektor pertanian tetapi ada juga yang sebagian diambil dari ladang tempat mereka bekerja. d. Pada umumnya buruh harian lepas masih mempunyai status rumah yang

disewa yang mayoritas terbuat dari semi permanen atau papan yang semuanya belum dilengkapi fasilitas sumber air bersih dari PAM sehingga mereka harus membeli air bersih dengan menggunakan jerigen seharga Rp.500 per jerigen. Jumlah kamar di setiap rumah pada umumnya hanya 1 dan bahkan ada yang tidak mempunyai kamar tidur di rumah tersebut. Untuk fasilitas MCK mayoritas telah memilikinya tetapi masih ada juga yang belum mempunyai

fasilitas MCK. Penerangan sudah menggunakan listrik tetapi sebagian dari mereka menyalurkan listrik kerumah mereka dari rumah tetangga. Ventilasi sebagai tempat keluar masuknya udara dan masuknya sinar matahari ke rumah masih belum memadai karena mayoritas sistem ventilasi di rumah merema masih dari pintu dan jendela.

e. Pada umumnya para buruh harian lepas jarang menderita sakit dan jenis penyakit yang dapat menyerang mereka adalah pegal-pegal, flu sakit kepala, dan batuk pilek. Jenis penyakit ini dianggap ringan karena hanya dengan menggunakan obat warung biasanya langsung sembuh. Apabila keluarga buruh harian lepas menderita sakit mereka biasanya pergi ke Puskesmas atau Bidan/Mantri. Sebagian dari mereka tidak menyisihkan pendapatan yang mereka peroleh untuk biaya kesehatan dan sebagian lagi ada juga yang menyisihkan secara khusus untuk berjaga-jaga tetapi terkadang mereka mengambil tabungan tersebut apabila ada kebutuhan secara mendesak.

f. Hampir semua buruh harian lepas mengikuti kegiatan perkumpulan

keagamaan sesuai dengan agama yang mereka anut dan biasanya diikuti secara kontinu tetapi ada juga yang kadang-kadang mengikutinya disebabkan karena status mereka hanya sebagai anggota mereka bekerja sampai larut malam sehingga tidak sempat mengikuti perkumpulan keagamaan. Mayoritas dari mereka juga tidak mendapatkan pelayanan kesehatan gratis yang biasanya mereka memang tidak mengerti untuk mengurus yang namanya askes, ada juga yang malas mengurusnya. Sedangkan perilaku menyimpang yang terjadi di lingkungan mereka pada umumnya tidak ada dan kalaupun ada pada umumnya yang sering terjadi hanya minum-minuman keras dan perjudian.

g. Jumlah anak dalam keluarga pada umumnya adalah 2 atau lebih. Anak-anak mereka diupayakan untuk bersekolah di negeri dikarenakan biaya yang lebih murah. Sebagian dari anak-anak mereka hanya tamat SMP dan SMA bahkan ada yang hanya tamat SD dan sebagian kecil dari mereka dapat menamatkan pendidikan di Perguruan Tinggi. Para buruh harian lepas menganggap menyekolahkan anak merupakan sudah kewajiban sebagai orang tua terbukti dari hampir tiap malam mereka meluangkan waktu untuk membimbing anak-anak mereka untuk belajar dan sebagian dari pendapatan mereka disisihkan untuk keperluan biaya sekolah anak. Sehingga mayoritas dari mereka tidak mengikutkan anak mereka yang masih sekolah untuk bekerja menambah pendapatan keluarga. Namun jika diikutsertakan pun anak disuruh hanya mengerjakan pekerjaan yang ringan dan terkadang mengganggu kesempatan belajar anak karena mereka sudah capek bekerja tetapi ada juga anak yang melakukannya pada waktu libur sekolah.

h. Dengan penghasilan yang minim biasanya para buruh harian lepas melakukan pengiritan atau meminjam uang pada pembunga uang untuk tetap bertahan hidup. Tidak jarang juga mereka sering mengalami kesulitan keuangan sehingga memaksa mereka untuk mencari pinjaman. Tetangga dan pembunga uang merupakan tujuan mereka untuk meminjam uang. Ada juga sebagian yang mendatangi keluarga atau kerabat mereka untuk meminjam uang. Selain itu strategi lain yang mereka gunakan adalah menggarap lahan pertanian yang disewa atau memulung barang-barang bekas. Bantuan yang pernah mereka peroleh adalah dari pemerintah dan keluarga yang mereka dapatkan secara musiman atau spontan. Untuk pola konsumsi terhadap barang pada umumnya

buruh harian lepas lebih memilih membeli yang murah. Strategi lain yang digunakan untuk tetap bertahan ada yang menitipkan anaknya kepada keluarga untuk mengurangi pengeluaran keluarga. Ada yang menitipkan secara permanen ada juga yang secara temporer.

i. Buruh harian lepas sebagai penyuplai tenaga kerja untuk sektor pertanian di Tanah Karo masih hidup dibawah garis kemiskinan. Padahal kontribusi mereka terhadap pertanian di Tanah Karo sangat besar dan berpengaruh. Tidak bisa dibayangkan bagaimana pertanian di Tanah Karo jika tidak ada buruh harian lepas, maka sektor pertanian di Tanah Karo akan mengalami kepincangan, sehingga peran serta mereka dalam sektor pertanian di Tanah Karo sangat besar.

2. Saran Berdasarkan Kesimpulan

a. Untuk lebih mensejahterakan buruh harian lepas dan keluarganya perlu peningkatan pendapatan buruh harian lepas dengan menyesuaikan jumlah jam kerja dengan pendapatan yang diterima oleh pihak petani besar dan pengusaha.

b. Kurangnya perhatian terhadap buruh harian lepas tidak seperti pada buruh kontrak dan tenaga kerja di sektor formal. Keberadaan para buruh harian lepas ini belum terorganisir dan belum ada lembaga yang menaungi mereka secara khusus. Pemerintah setempat juga tidak pernah memberi perhatian khusus terhadap permasalahan yang dihadapi oleh buruh harian lepas ini. Oleh sebab itu perlu dibentuk organisasi berupa serikat buruh yang menaungi mereka guna memberikan jaminan asuransi bagi mereka terutama asuransi kesehatan

dan kecelakaan kerja. Hal ini perlu diperhatikan guna kedepannya dapat meningkatkan kondisi sosial ekonomi buruh harian.

c. Agar dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap buruh harian lepas ini terutama dalam pembentukan organisasi buruh harian lepas (aron) sehingga mereka mempunyai posisi yang kuat terhadap pihak pengusaha dan pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Astarhadi. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

Koentjaraningrat. 1977. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Aksara Baru

Manullang, M dan L.D.Siagian.1982. Ilmu Ekonomi I. Medan: Seminar Harapan Maslow, A. 1994. Motivasi dan Kepribadian. Jakarta: PT. Pustaka Biman

Pressindo

Moestafa. T. 1981. Sekilas Gerakan Buruh di Indonesia. Medan: Fakultas Hukum USU

Muhidin, Syarif. 1992. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: Sekolah Tinggi Kesejahteraan sosial

Nawawi, Hadari. 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajahmada University Press

Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Nurdin, Fadil. 1989. Pengantar Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial. Bandung: Angkasa

Suparlan, Parsudi. 1984. Kemiskinan di Perkotaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Sajogyo dan Pudjiwati Sajogyo. 1995. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Simanjuntak, Payaman J. 1985. Pengangguran dan Setengah Penganggur. Jakarta: PRISMA, No.3, Th.XIV

Singarimbun, Masri. 1981. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES

Soleman, Munandar. 1986, ILMU SOSIAL DASAR Teori dan Konsep Ilmu Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama

Sumardi, Mulyanto, dkk. 1985. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. Jakarta: CV. Rajawali

Sumber Lain:

Farid, Hilmar. Senjata Tuan Makan Kurban 2008 pukul 15:16 Wib

Firmansyah, Edy. Menangisi Nasib Buruh Indonesia. http://pakolescenter. blogspot.com/2008/01/menangisi-nasib-buruh-indonesia.html diakses tanggal 20 November 2008 pukul 20:12 Wib

Miles dan Snow. 2002. Kerangka Konsep Penelitian, Strategi Bertahan. tanggal 20 Desember 2008 pukul 20:22 Wib

Steven, Y, Pailah. Eksploitasi dan Perlawanan.

21:55 Wib

Suhartono, Edi. 2007. Coping Strategies.

___________. 2003. Coping Strategies dan Keberfungsian Sosial:

Mengembangkan Pendekatan Pekerjaan Sosial Dalam Mengkaji dan Menangani Kemiskinan. Artikel-Th.II-No.8-Dan 2009 Aloysius Gunadi

Brata diakses

tanggal 20 Desember 2008 pukul 19:15 Wib

___________. 2006. Pengembangan Masyarakat Dalam Praktek Pekerjaan

Sosial.

diakses tanggal 20 Desember 2008 pukul 19:00 Wib

Torang, Manginar. 2008. Buruh Harian Lepas (BHL) di Perkebunan. http://kpspo r.blogspot.com/2008/07/buruh-harian-lepas-bhl-di-perkebunan.html

Diakses tgl 14 November 2008 pukul 21:19 Wib

Upah Buruh Indonesia di Bawah Upah Internasional

Yulianto, T. 2006. Wib

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Kristina Sembiring

Status : Mahasiswa FISIP USU Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Alamat : Jl.Mandolin No 2 Medan

Dengan segala kerendahan hati, saya mengharapkan sudilah kiranya bapak-bapak dan ibu-ibu untuk mengisi daftar pertanyaan saya berikut ini dengan tepat dan apa adanya, sehingga dapat melengkapi data-data dan informasi yang sangat saya perlukan dalam penulisan skripsi saya ini yang berjudul “KONDISI KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI BURUH HARIAN LEPAS (ARON) DI KELURAHAN PADANG MAS KECAMATAN KABANJAHE KABUPATEN

Dokumen terkait