• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISA DATA

5.3 Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas (aron)

5.3.3 Kondisi Perumahan

TABEL 48

JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN STATUS KEPEMILIKAN RUMAH YANG DITEMPATI

No Kategori Frekuensi Persentase

1 2 3 4

Milik sendiri (warisan)

Milik sendiri (hasil keringat sendiri) Menyewa Menumpang - 1 21 - - 4,54 95,45 - Jumlah 22 100,00 Sumber: Kuesioner, 2009

Berdasarkan status kepemilikan rumah hampir semua responden menyewa rumah sebagai tempat tinggal mereka. Rumah yang mereka tempati umumnya disewa kepada pemilik rumah yang umumnya adalah warga penduduk asli daerah ini. Biaya sewa kontrak yang harus mereka keluarkan sesuai dengan keadaan rumah yang mereka tempati untuk jangka waktu setahun tetapi ada juga yang sistem pembayarannya per bulan karena mereka tidak mempunyai uang untuk membayar kontan. Harga yang ditawarkan sangat bervariasi mulai dari Rp 50.000/bulan dengan lantai tanah dan dinding papan, ada juga yang Rp 1.500.000/tahun dengan lantai semen dan memiliki 1 kamar. Menurut mereka untuk membeli rumah di daerah ini tidak mempunyai biaya karena untuk kebutuhan sehari-hari saja mereka harus berusaha keras untuk memenuhinya sehingga jalan terbaik adalah menyewa rumah.

Sementara itu responden yang sudah memiliki rumah tempat tinggal atas hasil keringat sendiri adalah mereka yang sudah lama menetap di daerah tersebut dan dulunya dia adalah penjual ikan dan mempunyai kehidupan yang mapan sehingga mampu untuk mengumpulkan duit dan membeli rumah tetapi karena bangkrut dan kehabisan modal maka dia bekerja sebagai buruh aron

TABEL 49

JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN KONDISI BANGUNAN YANG DITEMPATI

No Kategori Frekuensi Persentase

1 2 3 4 Permanen Semi permanen Papan Tepas 2 12 8 - 9,09 54,55 36,36 - Jumlah 22 100,00 Sumber: Kuesioner, 2009

Berdasarkan kondisi fisik rumah tempat tinggal responden paling banyak terbuat dari papan. Rumah -rumah tersebut juga masih berlantai papan dan semen. Sementara atap dari rumah tersebut semuanya terbuat dari bahan seng. Rumah yang permanen biasanya sangat jarang seperti yang terlihat dari tabel diatas.

Sementara responden yang menjawab rumah berbahan tepas tidak ada. Tetapi selama penelitian yang penulis lakukan langsung ke lokasi penelitian masih ada juga rumah yang sangat memprihatinkan yang terbuat dari tepas dan berlantaikan tanah. Kira-kira rumah yang mereka tempati 2,5m x 3 m. Jika dilihat dari keadaan tersebut penulis merasa sangat kasihan. Biasanya lantai tanah tersebut mereka lapisi dengan karpet plastik supaya lebi rapi dan bersih tetapi ada juga yang memang langsung tanah tanpa lapis. Atap yang mereka gunakan ada yang dari seng dan ada juga yang beratapkan rumbia. Tetapi disini ada pemandangan yang unik salah satu rumah di lingkungan para buruh tinggal ada rumah yang berdinding tepas dan beratapkan rumbia, mempunyai TV dan

parabola dengan menyalurkan listrik dari rumah tetangga. Disini penulis sangat heran dan ketika penulis datangi rumah mereka ternyata mereka lebih sering menjadi buruh kasar seperti mengkeruk pasir dari sungai Laudah tersebut untuk digunakan sebagai bahan bangunan.

TABEL 50

JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN LUAS RUMAH YANG DITEMPATI

No Kategori Frekuensi Persentase

1 2 3 4 7,5 – 30 m² 35 – 60 m² 65 – 90 m² 95 m² ke atas 8 9 2 3 36,36 40,91 9,09 13,64 Jumlah 22 100,00 Sumber: Kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel 56 dapat dilihat bahwa mayoritas responden mempunyai luas rumah 7,5 - 60 m². sebagian besar dari rumah mereka tidak memenuhi standart rumah sehat. Rumah yang sempit itu biasanya tidak sebanding dengan jumlah penghuninya. Hanya sebagian dari responden yang memiliki rumah 65 - 95 m² ke atas dan ada dua orang responden yang mempunyai rumah bertingkat tetapi terbuat dari papan dan satunya lagi permanen.

TABEL 51

JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN JUMLAH KAMAR DI RUMAH YANG DITEMPATI

No Kategori Frekuensi Persentase

1 2 3 4

Tidak ada kamar 1 buah 2 buah 3 buah 3 15 3 1 13,64 68,18 13,64 4,54 Jumlah 22 100,00 Sumber: Kuesioner, 2009

Mengenai jumlah kamar yang ada di rumah responden umumnya ada 1 buah. Biasanya orang tua tidur di kamar dan anak-anak tidur di luar atau yang perempuan tidur di dalam kamar dan laki-laki di luar kamar dengan menggelar tikar sebagai alas tidur. Hal ini terjadi bagi mereka yang sudah mempunyai anak remaja. Kamar-kamar tersebut sesuai dengan yang penulis amati tidak terlalu luas sekitar 3m x 3m. bahkan ada responden yang tidak memiliki kamar biasanya mereka menyewa satu rumah dan itu digunakan untuk tempat tidur dan bagian belakangnya digunakan untuk dapur. Ada juga rumah responden yang memang berukuran kecil tetapi memaksakan membuat sebuah kamar berukuran 1m x 2m dengan disekat menggunakan triplek. Responden yang memiliki kamar 2 atau lebih hanya sebagian saja dan yang memiliki 3 buah kamar disebabkan karena rumah yang mereka tempati bertingkat 2.

TABEL 52

JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN JUMLAH ANGGOTA KELUARGA YANG MENEMPATI PER KAMAR

No Kategori Frekuensi Persentase

1 2 3 2 orang 3 orang 4 orang 6 10 3 31,58 52,63 15,79 Jumlah 19 100,00 Sumber: Kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel 58 dapat dilihat bahwa rata-rata kamar yang ada di rumah responden di tempati oleh 3 orang anggota keluarga. Kamar tersebut dihuni oleh orang tua yang biasanya ditemani oleh anak yang paling kecil. Sementara kamar yang lain ditempati oleh anak yang lain secara bersama-sama. Tetapi tidak semua poenghuni rumah tidur di dalam kamar sebagian dari mereka menggelar tikar untuk tidur di ruang tamu dan setelah pagi tikar yang digunakan digulung lagi dan ditempatkan dibawah tempat tidur atau disudut ruangan. Sebagian responden menggunakan cara yang tidur di dalam kamar adalah semua perempuan dan laki-laki tidur di luar kamar.

TABEL 53

JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN SUMBER AIR BERSIH DI RUMAH

No Kategori Frekuensi Persentase

1 2 3 PAM Doorsmer Air hujan 21 1 - 95,45 4,54 - Jumlah 22 100,00 Sumber: Kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel 59 dapat dilihat bahwa mayoritas responden menggunakan air PAM sebagai sumber air bersih dirumah mereka. Tetapi disini mayoritas dari mereka tidak memiliki air ledeng langsung dirumah mereka tetapi biasanya mereka membeli air ke tetangga yang mempunyai air PAM dengan harga Rp.500 per dirigen. Ada juga responden yang menampung air dari selang yang terletak ditengah-tengah pemukiman mereka, ibu-ibu mengangkati air tersebut ke rumah dengan menggunakan ember, setiap bulannya mereka membayar uang air seharga Rp 9.000. Air PAM ini biasanya digunakan untuk masak, terkadang digunakan juga untuk air mandi. Untuk keperluan mencuci piring dan pakaian biasanya mereka menampung air hujan pada sebuah tong. Responden yang tinggal dekat dengan sungai Laudah biasanya memperoleh air bersih dari sebuah mata air yang disebut “air mil” air itu diambil dengan menggunakan dirigen dan diperoleh secara gratis. Tetapi air itu tidak digunakan untuk mandi, mencuci pakaian dan piring karena mereka mengakui capek kalau harus mengangkati lagi hanya untuk mandi dan mencuci. Biasanya kegiatan

mandi dan mencuci dilakukan di sungai Laudah tersebut karena dekat dengan tempat tinggal mereka. Padahal air Laudah tersebut sangat tidak baik untuk digunakan karena merupakan air pembuangan atau tempat berkumpulnya air parit seluruh Kabanjahe.

Salah seorang responden mengatakan mereka menggunakan air doorsmeer sebagai sumber air bersih dirumah mereka karena tidak ada air PAM dan terkadang malas untuk membeli air bersih ke tetangga yang memiliki air PAM karena harus mengangkati lagi satu per satu dengan menggunakan sorong. Tetapi dengan membeli air doorsmeer seharga Rp 5000 per tongnya maka tidak terlalu merepotkan apalagi dekat rumah mereka ada doorsmeer.

TABEL 54

JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN TERSEDIANYA FASILITAS MCK DI RUMAH

No Kategori Frekuensi Persentase

1 2 3

Tersedia

Hanya kamar mandi Tidak ada 14 3 5 63,64 13,64 22,73 Jumlah 22 100,00 Sumber: Kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel 60 menunjukkan bahwa sebagian responden sudah mempunyai fasilitas MCK di rumah mereka. Namun sebagian responden hanya memiliki kamar mandi saja tetapi tidak ada sarana kakus. Sarana kakus yang digunakan adalah sarana kakus umum yaitu berupa bilik-bilik bambu dengan cara menggali tanah sedalam 2 meter dan di lapisi dengan papan sebagai tempat

berpijak dan jongkok sedangkan air yang dipakai dibawa sendiri dari rumah. Tetapi sebagian responden yang tidak memiliki sarana kakus mereka menggunakan sungai Laudah tersebut untuk segala aktivitas kamar mandi.

TABEL 55

JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN SISTEM PEMBUANGAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA

No Kategori Frekuensi Persentase

1 2

Melalui parit

Dibuang begitu saja di pekarangan rumah

12 10 54,55 45,45 Jumlah 22 100,00 Sumber: Kuesioner, 2009

Sebanyak 54,55% responden sudah menggunakan parit sebagai tempat pembuangan air limbah rumah tangga. hal ini membuat lingkungan jadi terlihat bersih dan tidak tidak menimbulkan kesan jorok karena tidak ada air yang tergenang di pekarangan ataupun di belakang rumah. Air limbah rumah tangga disalurkan melalui sebuah parit yang mengalir di lingkungan tersbeut. Air limbah yang dimaksud adalah air sisa masak, air cucian dan air bekas mandi .

Sementara itu setengah responden lagi membuang air limbah rumah tangga begitu saja di belakang rumah mereka. Umumnya responden tersebut tidak memiliki kamar mandi sehingga sulit untuk menyalurkan limbah ke parit karena jarak dari rumah ke parit cukup jauh sehingga untuk membuat parit pun akan sangat merepotkan. Tetapi air limbah yang dibuang begitu saja tidak begitu banyak karena hanya limbah dari dapur seperti sisa memasak. Sebab untuk limbah air mandi dan mencuci terkadang mereka lebih sering mencuci ke kamar mandi

umum seperti ke doorsmeer dengan biaya mencuci Rp.5000 sehingga lebih sering para responden menunggu pakaian kotor sampai banyak sehingga sekali mencuci saja karena biaya Rp 5000 tersebut tidak melihat banyak sedikitnya jumlah pakaian yang akan dicuci.

TABEL 56

JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN SUMBER PENERANGAN DI RUMAH

No Kategori Frekuensi Persentase

1 2 3 Listrik Lampu teplok Lampu petromaks 21 1 - 95,45 4,54 - Jumlah 22 100,00 Sumber: Kuesioner, 2009

Sumber fasilitas penerangan yang ada di rumah hampir semua responden adalah listrk dari jaringan PLN. Semua responden merasa lebih praktis dan hemat bila menggunakan listrik dibandingkan dengan lampu minyak. Selain itu walaupun status rumah mereka masih menyewa tetapi telah dilengkapi dengan jaringan listrik oleh si pemilik rumah. Dengan sarana tersebut mereka jadi lebih mudah untuk menggunakan alat-alat rumah tangga seperti televisi, radio, tape. Namun ada juga sebagian responden yang rumah sewaannya tidak difasilitasi jaringan listrik sehingga mereka menyalurkan listrik dari tetangga yang mempunyai meteran listrik dan soal pembagian iuran listrik mereka akan bagi dua pada setiap akhir bulan. Biaya iuran listrik setiap bulannya rata-rata Rp.15.000.

Tetapi ada juga responden yang memakai sumber penerangan dengan memakai lampu teplok hal ini disebabkan karena mereka tidak mempunyai uang untuk membayar uang listrik dan mereka merasa nyaman dengan lampu teplok yang hanya mereka gunakan pada malam hari dan pagi-pagi buta tetapi pada saat tidur mereka mematikan lampu untuk mengirit minyak.

TABEL 57

JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN SISTEM VENTILASI TEMPAT UDARA DAN SINAR MATAHARI MASUK KE RUMAH

No Kategori Frekuensi Persentase

1 2

Pintu dan jendela Ventilasi 18 4 81,82 18,18 Jumlah 22 100,00 Sumber: Kuesioner, 2009

Seperti tabel 63 mengungkapkan bahwa sistem sirkulasi udara di rumah responden umumnya belum memenuhi syarat sesuai dengan rumah sehat. Mayoritas rumah responden hanya menggunakan pintu dan jendela sebagai sistem sirkulasi udara serta masuknya sinar matahari ke rumah. Rumah responden yang hanya memiliki 2 buah pintu yaitu pintu depan dan pintu belakang serta sebuah jendela di bagian depan rumah sehingga mengakibatkan sirkulasi udara kurang baik. Rumah yang ditempati biasanya semi permanent dan sebagian besar bahannya terbuat dari papan dan berlantaikan semen. Ada juga rumah yang mempunyai ventilasi tetapi ukuran ventilasinya sangat kecil sehingga sama saja dengan tidak mempunyai ventilasi bahkan ada ventilasi yang asal jadi udara pun tidak bisa masuk ked al;am rumah apalagi sinar matahari. Sementara rumah yang

memiliki ventilasi yang cukup biasanya rumah yang sudah permanent dan rumah semi permanent yang agak luas. Ventilasi ditempatkan diatas pintu rumah dan diatas jendela rumah sistem sirkulasi udara dan sinar matahari dapat masuk walaupun pintu atau jendela tidak dibuka. hal ini menyebabkan sirkulasi udara di dalam rumah berputar dan orang yang menempati rumah tersebut pun sehat.

Dokumen terkait