• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.7 Aditif minyak Pelumas

Aditif minyak pelumas (oil additives) atau bahan tambahan minyak pelumas, yang sering disebut juga oil treatment, adalah sejenis zat kimia yang jika ditambahkan ke dalam minyak pelumas baik yang memiliki bahan dasar (base oil) minyak bumi maupun sintetis akan mempertinggi atau memperbaiki sifat yang ada dari minyak pelumas tersebut. Atau dapat juga memberikan sifat yang baru pada minyak pelumas, yang tidak dimiliki sebelumnya.

Minyak pelumas awalnya ada yang diberikan aditif, namun dalam jumlah yang sangat sedikit, agar terjaga keseimbangan komposisi kimia dalam pelumas.

Penambahan aditif haruslah dalam takaran yang sesuai dengan rekomendasi pabrikan pembuat aditif tersebut.

2.7.1 Tujuan Penambahan Terhadap Minyak Pelumas

Penambahan aditif sering dilakukan pada minyak pelumas, untuk tujuan tertentu, misalnya adalah:

•Memperbaiki kualitas/mutu minyak pelumas yang terlalu lama disimpan di dalam gudang, sebelum dimasukkan ke dalam mesin atau sistem yang memerlukan pelumasan.

•Untuk meningkatkan kembali performa mesin atau sistem yang sudah tua, sehingga didapat karakteristik pelumasan yang menuju atau mendekati kondisi seperti saat mesin/sistem masih baru atau performa yang dianggap baik.

•Memberikan sifat-sifat tertentu pada minyak pelumas awal, yang tidak dimiliki minyak pelumas itu sebelumnya. Misalnya anti-korosi, demulsifier, dan pour point depresant.

•Manambah daya tahan atau waktu pemakaian minyak pelumas, sehingga selang waktu pergantian minyak pelumas bertambah, yang menghemat biaya untuk perawatan.

2.7.2 Pengaruh Penambahan Aditif Terhadap Minyak Pelumas

Secara umum pengaruh penambahan aditif ke dalam minyak pelumas

adalah sebagai berikut:

 Peningkatan kekentalan.

Hampir semua tipe aditif yang ditambahkan ke dalam minyak pelumas mengakibatkan peningkatan kekentalan minyak pelumas tersebut, baik tipe viscosity index improver, anti-wear, anti-oxidant dll.

Peningkatan yang terjadi berkisar antara 5 % - 35 %, peningkatan bervariasi tergantung dari jenis bahan dasar pelumas dan komposisi kimianya.

 Perubahan warna dan bau.

Perubahan warna yang terjadi tergantung adalah efek samping dari penambahan aditif, yang perubahannya tergantung pada warna aditif yang ditambahkan. Perubahan warna yang terjadi mungkin lebih gelap maupun lebih terang. Sedangkan perubahan bau yang lebih harum diharapkan dapat menambah daya jual produk aditif tersebut.

 Perubahan komposisi kimia.

Komposisi kimia yang berubah akibat penambahan aditif adalah sangat penting untuk meningkatkan kemampuan dari minyak pelumas dalam melindungi minyak pelumas itu sendiri, maupun sistem yang dilumasinya. Komposisi kimia aditif yang baik dapat merubah komposisi kimia pelumas tanpa merusak komposisi kimia awal minyak pelumas tersebut.

2.7.3 Tipe Aditif dan Penggunaannya

Beberapa tipe aditif umum yang sering diaplikasikan pada minyak pelumas adalah sebagai berikut:

 Alkaline

Fungsinya adalah mencegah kontaminasi (menetralisir) asam terhadap minyak pelumas dan sistem yang dilumasi, sehingga tidak bereaksi dengan minyak pelumas maupun mesin. Kontaminasi asam dapat disebabkan kontaminasi dari luar sistem maupun akibat dari dalam sistem itu sendiri.

 Anti-corrosion

Fungsinya adalah mencegah reaksi kimia yang menyebabkan korosi terhadap bantalan/mesin. Aditif anti-corrosion akan memebentuk lapisan pelindung pada permukaan yang dilumasi. Biasanya ditambahkan untuk sistem yang bekerja pada lingkungan yang korosif.

 Anti-foam

Fungsinya adalah mencegah terjadinya pembentukan buih (foam) pada minyak pelumas saat mesin beroperasi.

Pembentukan buih terjadi akibat minyak pelumas mengikat udara, misalnya pada bantalan hidrodinamis, sehingga terbentuk gelembung-gelembung udara. Jika lapisan bagian yang bergelembung-gelembung tersebut berada pada elemen mesin yang saling bergesekan, maka gelembung-gelembung udara pada minyak pelumas tersebut akan pecah dan terjadi kontak langsung antar elemen. Buih pada minyak pelumas dapat menyebabkan keluarnya minyak pelumas dari kontainernya (overflow). Overflow dapat diilustrasikan pada mesin cuci yang tidak menggunakan detergen anti-foam, dimana jika tidak menggunakan anti-foam pada detergennya maka cairan detergen/buih akan keluar dari kontainernya.

 Anti-oxidant

Meningkatkan daya tahan minyak pelumas terhadap oksidasi pada temperatur tinggi. Oksidasi yang terjadi pada minyak pelumas dapat menyebabkan kerusakan pada komposisi kimia minyak, sehingga dapat merusak komponen yang dilumasi. Selain temperatur, pengaruh waktu operasi juga dapat mempengaruhi tingkat oksidasi minyak pelumas.

 Anti-Wear

Lebih tepatnya adalah anti-wear improver, fungsinya mengurangi tingkat keausan pada elemen mesin, khususnya yang berada pada pelumasan bidang batas (boundary lubrication), seperti kam (cam) dan ring piston.  Demulsifier

Fungsi utamanya adalah mencegah kontaminasi air pada minyak pelumas. Misalnya pada fluida transmisi, fluida hirolik, maupun roda gigi pada industri, dimana kandungan air pada pelumas dapat menimbulkan masalah/kegagalan.

 Detergant & Dispersant

Fungsi utamanya adalah membersihkan dan mencegah kontaminasi jelaga. Detergant berguna dalam membersihkan permukaan yng dilumasi, sedangkan dispersant mencegah jelaga merusak minyak pelumas, misalnya jelaga akibat pembakaran pada motor bakar.

 Metal-deactivator

Fungsinya mencegah kontaminasi partikel logam merusak permukaan yang dilumasi. Cara kerja aditif ini adalah dengan membentuk lapisan pelindung jika beinteraksi dengan partikel logam, misalnya dengan adsorpsi kimia.

 Pour Point Depresant

Pada temperatur rendah, misalnya pada musim dingin, minyak

akan mengental, karena akan terbentuk waxy crystals. Hal tersebut dikarenakan minyak pelumas umumnya terdiri dari rantai panjang hidrokarbon parafin, yang akan membentuk waxy crystal pada temperatur

rendah, sehingga minyak pelumas akan sulit dituang atau mengalir. Oleh sebab itu ditambahkan pour point depresant ke dalam minyak pelumas.  Viscosity Index Improver

Pertimbangan utama dalam memilih minyak pelumas adalah adalah kekentalan dan variasi kekentalan tersebut terhadap temperatur. Semakin rendah temperatur maka kekentalan akan semakin tinggi (semakin kental), demikian juga jika semakin tinggi temperatur maka kekentalan akan semakin rendah (semakin encer). Tujuan dari viscosity index improver ini adalah memperkecil pengaruh dari temperatur terhadap kekentalan minyak pelumas.

Selain tipe aditif diatas masih ada lagi aditif khusus yang dapat di tambahkan pada minyak pelumas, dengan seperti :

 Extreme-pressure agents, yang dapat meningkatkan kekuatan lapisan minyak pelumas pada tekanan yang ekstrim (sangat tinggi).

 Viscosity Improver, berfungsi meningkatkan kekentalan secara ekstrim, biasanya dapat meningkatkan kekentalan diatas 30%.

 Colour stabilizers

Minyak pelumas dan minyak gemuk sering ditambahkan dengan colour stabilizers untuk mencegah minyak pelumas ataupun minyak gemuk berubah warna (menjadi lebih gelap) dengan cepat, misalnya saat berinteraksi dengan panas dan oksidasi. Dengan penambahan colour stabilizers, perubahan warna terhadap pelumas dapat ditekan sedemikian rupa.

 Seal-swell agent

Tujuan utamanya adalah mengisolasi lingkungan yang dilumasi dari elemen-elemen berpotensi yang merusak minyak pelumas dan lingkungan yang dilumasi.

Sering ditemukan di pasaran, dalam satu kemasan aditif yang memiliki 2 atau lebih sifat tambahan sekaligus. Misalnya pada satu kemasan terdapat aditif alkaline dan detergent/dispersant, VI Improver dan anti-wear, atau anti-oxidant dan anti-corrosion dan sebagainya.

2.8 Bantalan Luncur dan Pelumasan pada Bantalan Luncur

Dokumen terkait