• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORITIS

A. Tinjauan Pustaka 1. Mutu Pendidikan

5. Administrasi Siswa

Prinsip- prinsip yang berlaku daam administrasi personil yang telah dibicarakan di muka pada dasarnya terpakai juaga dalam administrasi siswa. Kegiatan- kegiatan yang dilakukan dalam rangka ini antara lain Penetuan daya tampung sekolah, Penentuan syarat- syarat, prosedur dan pelaksanaan pendaftaran dll.

Hadari Nawawi (1989:15) mengklasifikasikan garapan administrasi pendidikan ke dalam dua bidang, yakni (1) bidang manajemen administratif, (2) bidang manajemen operatif. Bidang manajemen administrative memfokuskan pada kegiatan; perencanaan; organisasi; bimbingan/ pengarahan; koordinasi dan pengawasan serta komunikasi. Adapun manajemen operatif memfokuskan pada kegiatan tata usaha perbekalan, kepegawaian, keuangan dan hubungan masyarakat.

Ruang lingkup administrasi dapat pula ditinjau dari bidang garapannya. Daryanto (1998: 26) mengelompokan ruang lingkup administrasi pendidikan menjadi tiga bidang garapan, yaitu: 1) bidang administrasi material, 2) bidang administrasi personal, dan 3) bidang administrasi kurikulum. Dasuqi Somantri (1992: 16-20) mengemukakan

administrasi pendidikan dalam operasionalnya memiliki bidang garapan sebagai berikut: 1) program pendidikan, 2) murid atau peserta didik, 3) personil lembaga pendidikan, 4) kantor dan fasilitas lembaga pendidikan, 5) keuangan lembaga pendidikan, 6) pelayanan bantuan lembaga pendidikan, 7) hubungan lembaga dan masyarakat.

Dengan demikian manajemen pendidikan dalam konteks kelembagaan pendidikan mempunyai cakupan yang luas, disamping itu bidang- bidang yang harus ditanganinya juga cukup banyak dan kompleks dari mulai sumber daya fisik, keunangan, dan manusia yang terlibat dalam proses pendidikan di pendidikan tinggi.

Menurut consortium on Renewing Education (Murphy dan Louis, ed. 1999:515) Pendidikan tinggi (lembaga pendidikan) mempunyai lima bentuk modal yang perlu dikelola untuk keberhasilan pendidikan yaitu : 1. Integrative capital

2. Human capital 3. Financial capital 4. Social capital 5. Political capital

Modal integratif adalah modal ynag berkaitan dengan pengintegrasian empat modal lainnya untuk dapat dimanfaatkan bagi pencapaian program/ tujuan pendidikan. Modal manusia adalah sumber

daya manusia yang kemampuan umtu menggunakan pengetahuan bagi kepentingan proses pendidikan/ pembelajaran. Modal keuangan adalah dana yang diperlukan untuk menjalankan dan memperbaiki proses pendidikan. Modal social adalah ikatan kepercayaan dan kebiasaan yang menggambarkan pendidikan tinggi sebagai komunitas, dan modal politik adalah dasar otoritas legal yang dimiliki untuk melakukan proses pendidikan/ pembelajaran.

Dengan pemahaman sebagaimana dikemukakan di atas, nampak bahwa salah satu fungsi penting dari manajemen pendidikan adalah berkaitan dengan proses pembelajaran, hal ini mencakup dari mulai aspek persiapan sampai dengan evaluasi untuk melihat kualitas dari suatu proses tersebut, dalam hubungan ini Pendidikan tinggi sebagai suatu lembaga pendidikan yang melakukan kegiatan/ proses pembelajaran jelas perlu mengelola kegiatan tersebut dengan baik karena proses belajar mengajar ini merupakan kegiatan utama dar suatu pendidikan tinggi (Hoy dan Miskel, 2001).

Administrasi pendidikan adalah pengelolaan terhadap seluruh kepentingan institusional yang bersifat administratif. Dalam setiap institusi atau organisasi terdapat aktivitas- aktivitas tertentu yang dilaksanakan secara fungsional dalam rangka mencapai tujuan tertentu (Herabudin, 2009).

Dengan demikian, terdapat hubungan erat antara organisasi, administrasi dan manajemen. Organisasi adalah sekumpulan orang dengan ikatan tertentu yang merupakan wadah dan merupakan alat untuk mencapai cita- cita dan tujuan yang disepakati oleh para anggotanya. Para anggota organisasi mula- mula mengintegrasikan sumber- sumber materi maupun sikap yang dikenal sebagai manajemen, kemudian para anggota melaksanakan kegiatan- kegiatan untuk mencapai tujuan.

Administrasi pendidikan mengungkapkan tindakan mengatur atau mengolah seluruh pekerjaan yang berkaitan dengan administrasi. Langkap- langkah dalam proses administrasi pendidikan yang dikemukakan oleh beberapa pakar, antara lain sebagai berikut :

a. Pendapat Henry Fayol

Ia adalah seorang industrialis dari Perancis yang pertama kali menganalisi proses administrasi menjadi enam fungsi, yang kemudian dikenal dengan sebutan Fayol‟s elements. Enam langkah itu adalah :

a. Merencanakan (Planning) b. Mengorganisasikan (Organizing) c. Mengarahkan (Directing) d. Mengoordinasikan (coordinating) e. Pengendalian (Controlling) f. Mengevaluasi (Evaluating)

b. Pendapat Gullick dan Urwick

Langkah administrasi darinya lebih dikenal dengan akronim POSDCORDE, yang merupakan huruf pertama dari 7 unsur proses manajemen. Tujuh unsur itu adalah:

a. Planning (Perencanaan)

b. Organizing (Pengorganisasian) c. Staffing (Penyusunan Staf) d. Directing (Pengarahan)

e. Coordinating (Pengordinasian) f. Reporting (Penyusunan Laporan)

g. Budgeting (Penyususnan anggaran biaya)

Djam‟an Satori (2011) berpendapat bahwa manajemen pendidikan bergerak dalam proses penyelenggaraan pendidikan berkepentingan dengan menjamin penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dengan pengelolaan yang efisien. Pengembangan teori dan praktek manajemen pendidikan terjadi di mana- mana, di semua negara. Dalam konteks ini, perspektif globalisasi dalam manajemen pendidikan bisa diposisikan dalam wilayah kajian sebagai berikut:

Pertama, wilayah kajian filsafat ilmu administrasi pendidikan. Ilmu dan metodologinya merupakan bidang kajian universal. Ada tiga gugus

masalah yang harus dijawab: (1) Hakikat apa yang dikaji oleh ilmu administrasi pendidikan (ontologi), (2) Bagaimana cara yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan yang benar dalam wilayah kajian administrasi pendidikan (epistemologi), dan (3) Apa manfaat utama ilmu administrasi pendidikan (axiologi).

Para ahli filsafat ilmu terus mengingatkan bahwa fenomena kehidupan itu sangat kompleks. Pada prinsipnya gugus fenomena itu terdiri dari fenomena alam yang menjadi kajian Ilmu Pengetahuan Alam dan fenomena kehidupan manusia yang menjadi kajian Ilmu Pengetahuan Sosial. Ilmu Administrasi Pendidikan tergolong kajian ilmu- ilmu social. Sebagaimana halnya ilmu- ilmu social lainnya, maka upaya menemukan kebenaran dan penerapannya dalam ilmu administrasi pendidikan berlaku

in what conditions.

Administrasi Pendidikan adalah bidang kajian yang mempelajari bagaimana upaya untuk mencapai produktivitas pendidikan, dengan memobilisasi sumber- sumber daya yang tersedia melalui penciptaan suasana kerja yang kondusif dan bermartabat. Untuk memperhitungkan in

what conditions,pengembangan ilmu administrasi pendidikan harus

disertai asumsi- asumsi pengembangannya.

Kedua, wilayah kajian teori dan praktek. Wilayah kajian ini berkaitan dengan filsafat dan tujuan pemdidikan. Bagaimana nilai- nilai

kebenaran yang ingin diwujudkan pada manusia sebagai subjek pendidikan. Apakah rumusan tujuan pendididikan seperti tercantum dalam UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dianggap memadai sebagai referensi untuk mewujudkan sosok manusia Indonesia. Bagaimana elaborasi tujuan tersebut dikaitkan dengan lingkungan pendidikan (keluarga, pendidikan tinggi dan masyarakat) serta tingkat dan jenis pendidikan (taman kanak- kanak, pendidikan tinggi dasar, pendidikan tinggi menengah pertama, pendidikan tinggi menengah atas dan perguruan tinggi).

Bagaimana negara-negara lain melakukan jaminan bahwa referensi nilai atau teori pendidikan yang dianut dapat diwujudkan dalam praktek pendidikan mereka. Administrasi pendidikan berkepentingan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan bagaimana proses belajar dilakukan dengan benar. Ilmu Admnistrasi Pendidikan dikembangkan dan dilaksanakan atas keyakinan bahwa teori dan praktek pendidikan (pembelajaran) yang dilakukan oleh suatu negara merupakan realisasi dari teori yang benar.

Ketiga, wilayah kajian Sistem Pendidikan. Dalam berbagai kajian regional dan internasional pasca krisis moneter, kinerja sistem pendidikan nasional kita menunjukan peringkat keterpurukan, yang memberi isyarat bahwa ada sesuatu yang salah. Permasalahan sesungguhnya bisa diperjelas

manakala kita mempersoalkan business core sistem pendidikan nasional, yaitu kegiatan belajar mengajar. Mutu kegiatan belajar- mengajar ditentukan oleh kinerja professional guru (yang dapat dikaji dari aspek kompetensi, komitmen, motivasi, kreativitas). Profesionalisme guru berkaitan dengan mutu pendidikan pra-jabatan guru.

Mutu pendidikan pra-jabatan ditentukan terutama oleh mutu input calon guru dan pembinaan karakter profesi selama mengikuti pendidikan. Sementara itu menurut teori motivasi (expectation theory), mutu input pendidikan pra- jabatan guru berkaitan dengan ekspektasi kompensasi yang akan diterima. Dalam lima tahun terakhir terjadi perubahan fenomena sebagai akibat dari implementasi Undang- Undang Guru dan Dosen, yang mengatur pendidikan profesi guru serta hak- haknya bagi guru bersertifikasi. Input calon mahasiswa lembaga pendidikan tenaga kependidikan menunjukan prediksi profesi guru ysng lebih baik.

Perspektif internasional, khususnya di negara- negara maju, menunjukan bahwa perhatian terhadap martabat guru merupakan prasyarat untuk meningkatkan kinerja sistem pendidikan. Administrasi pendidikan sebgai “alat” pendukung kinerja sistem di masa depan diperkuat oleh mutu kehidupan kerja guru yang lebih baik.

Keempat, wilayah kajian profesionalisme manajer pendidikan. Prinsip the right men in the right position bukan konsep baru. Sejak kajian

teori birokrasi, konsep ini telah mendapat penerimaan dalam praktek. Kajian profesionalisme administrasi pendidikan dapat dipilah ke dalam dua level, yaitu building level untuk posisi kepala pendidikan tinggi dan struktur level untuk posisi manajemen sistem pendidikan, yaitu jabatan- jabatan pada tingkat kantor dinas pendidikan kabupaten/ kota, propinsi dan pusat.

Rektor meripakan posisi kunci bagi kemajuan universitas, school

principal makes the difference, yang mengandung arti bahwa seorang

rektor dengan kinerja baik dapat menjadikan pendidikan tinggi bersangkutan tampil beda. Di negara maju manapun, posisi rektor mendapat perhatian serius dari aspek kebijakan. Posisi jabatan headmaster ini dilindungi dari kemungkinan diisi oleh orang tidak kompeten. Rekruitmen dan seleksi merupakan tahapan kritis dalam pencarian kepala sekolah, yang telah menjadi perhatian serius dan dipraktekan di negara- negara maju.

Bagaimana pula dengan praktek sertifikasi kepala pendidikan tinggi ditempatkan sebagai bagian perolehan kredit bagi program gelar magister pendidikan yang banyak dilakukan di negara- negara maju. Selama ini, pendidikan khusus penyiapan atau penguatan posisi kepala pendidikan tinggi belum merupakan kebijakan yang mengikat jika dilihat dari kebijakan pemerintah pusat, propinsi, maupun kabupaten/ kota. Berbagai

posisi jabatan manajer pendidikan dalam struktur organisasi dinas pendidikan di lingkungan pemerintah daerah dan departemen pendidikan nasional belum menjadi kajian professionalism manajer pendidikan secara serius.

Dalam praktek otonomi daerah, kondisi tersebut telah melahirkan keprihatinan. Posisi jabatan yang seharusnya dihampiri dari kacamata profesionalisme, seringkali dilihat dari kacamata kepentingan politik Gejala ini melahirkan ketidakpuasan dari banyak pihak yang menekuni pendidikan sebagai profesi; dan yang paling membahayakan adalah dilihat dari segi perspektif pembangunan pendidikan.

Kelima, wilayah kajian pengembangan teori administrasi pendidikan. Administrasi pendidikan sebagai disiplin ilmu didukung oleh kerangka berfikir logis yang diisi oleh konsep dan teori- teori Administrasi pendidikan. Pertanyaannya adalah apakah yang dimaksud dengan teori dan konsep dalam ilmu administrasi pendidikan itu. Secara historis respon untuk mempelajari manajemen pendidikan dilakukan oleh orang- orang yang menekuni profesi pendidikan, seperti halnya manajemen rumah sakit. “Orang- orang pendidikan” adalah mereka yang menekuni sebagai profesi “teaching profession” sebagai business core-nya.

Literatur administrasi pendidikan (manajemen pendidikan) menjelaskan bahwa pengembangan teori dan konsep yang membantu

pengembangan ilmu administrasi pendidikan berasal dari kajian ilmu manajemen bisnis. Fungsi- fungsi manajemen pendidikan seperti planning, organizing, actuatuing dan controlling (POAC), atatu planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting dan budgeting (POSDCORB) diperoleh dari literatur ilmu manajemen (administrasi).

Demikian pula konsep- konsep kepemimpinan, teori organisasi, analisis kebijakan perencanaan, dan lain- lain diperoleh dari literatur manajemen/ administrasi. Para pelajar ilmu administrasi pendidikan di masa depan harus lebih bereksplorasi terhadap berbagai pemikiran yang berkembang sebagai hasil penelitian administrasi bisnis. HELTS menekankan kepada: Pendidikan tinggi dan daya saing bangsa, kualitas dan relevansi serta kuantitas. Ketika komponen tersebut dijadikan sebagai pilar dalam mengembangkan kualitas perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Walaupun durasi waktu dari dokumen rencana tersebut telah terlewati namun isu-isu strategis pembangunan pendidikan tinggi masih dipandang sangat relevan. Terlebih apabila kontestersebut dikaitkan dengan wancana pengembangan universitas kelas dunia yang menekankan kepada kualitas, daya saing dan relevansi maka dokumen tersebut sangatlah sejalan. Berdasarkan kepada hal tersebut penulis memandang dokumen rencana HELTS harus dijadikan sebagai roh dalam pengembangan universitas kelas dunia.