• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PROF IL KADER PKS KOTA MEDAN

Foto 8: Afiliasi PKS Medan dengan organisasi KAMMI sebagai poros

perekrutan jama’i PKS Kota Medan di kampus. Sumber: Facebook KAMMI Merah Putih Komisariat USU

4.1.2 Sistem Rekrutmen Fardhi

Sistem perekrutan kedua PKS adalah rekutmen fardhi.Rekrutmen fardhiadalah rekrutmen yang dilakukan oleh anggota tarbiyah terhadap suatu atau dua orang dengan pendekatan pribadi atas inisiatif sendiri atau atas rekomendasi seorang murrabbi. Rekutemen ini dilakukan dengan cara seseorang anggota tarbiyah mencari calon peserta tarbiyah, dimana calon tersebut kemudian dikondisikan melalui tahap tahap, antara lain: ta’arif (pengenalan dan pendekatan kepada calon kader), taqwin(upaya mempengaruhi dan penanaman nilai keislaman dan tarbiyah kepada calon kader), dan tanfidz(penugasan bahwa dakwah dan tarbiyah merupakan kewajiban). Hasil dari upaya pemantauan ini kemudian dilaporkan, dibicarakan, dan dianalisis dalam forum halaqohberdasarkan standar syarat syarat peserta tarbiyah. Jika memenuhi syarat maka ia akan diarahkan untuk mengikuti tarbiyah49.

Hal-hal yang diperhatikan dalam diri seseorang yang layak di rekrut menjadi kader dari metode fardhi, harus memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Aktif dalam beriibadah wajib, khususnya sholat lima waktu 2. Cendrung memperbaiki diri

3. Memiliki potensi/keahlian tertentu 4. Simpatisan lembaga/organisasi dakwah 5. Mau mendengarkan dakwah.

49

Rahmad Immanuddin M. (2012) Ideologi Politik PKS, dari masjid kampus ke gedung parlemen. Jakarta: LKis (hal:278)

Dari kedua sistem rekrutmen yang dilakukan PKS khususnya Kota Medan, sistem rekrutmen fardhi lah yang memiliki peran penting dan vital daripada sistem rekrutmen jama’i.Dari sistem rekrutmen fardhi, memiliki peran yang sangat vital dalam perekrutan, pembentukan watak kader yang Islami dan paham teoritis politik.Sistem rekrutmen jama’i yang dilakukan di dua ranah, formal dan informal terdapat ketidaktranparanan status apakah nama kader itu ada di database tiap struktural partai atau tidak. Contohnya di ranah formal (lembaga pendidikan), organisasi dakwah seperti KAMMI setiap kampus atau komisariat (fakultas/gabungan fakultas) database kader hanya dikelola oleh organisasi tiap fakultas/gabungan fakultas khususnya Bidang Kaderisasi. Jika kader yang hanya berada pada jenjang (marhalah) satu tidak dapat mengambil keputusan/kebijakan, dan juga kurangnya koordinasi yang kuat dan database yang up to date antara DPD PKS Kota Medan dengan organisasi underbrow PKS dikampus dalam pengelolaan kader yang stagnan (tetap) berada di marhalah tingkat satu.

Alumni-alumni organisasi underbrow PKS lebih sering “lepas tangan” dalam pembinaan kader yang dibawahnya karena telah sibuk masing-masing meniti karir di politik instant seperti menjadi “tangan kanan” anggota DPRD Sumatera Utara/Kota Medan dan menjalani usaha yang mereka geluti.

4.2 Pola Kaderisasi PKS Kota Medan

Dalam sebuah sistem penegrtian sederhana sistem adalah hal-hal yang terkait cara, metode dan aturan yang telah disepakati dan berlaku dalam suatu kelompok atau organisasi. Biasanya dalam sistem tersebut memiliki pola yang membuat sistem itu berjalan. Misalnya sistem pengkaderan di sebuah partai, ada sebuah cara, atau metode dalam mendidik dan menempah watak kader untuk tetap bertahan di partai dan sebagai penerus generasi pengurus partai selanjutnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian pola adalah bentuk atau struktur yang tetap. Secara harfiah pola adalah bentuk atau model dan yang lebih abstrak yang terdiri dari satu set peraturan yang bias dipakai untuk membuat atau menghasilkan sesuatu atau bagian dari sesuatu, khususnya jika sesuatu yang ditimbulkan cukup mempunyai suatu yang sejenis untuk pola dasar yang dapat ditunjukkan/terlihat.

Pola yang merupakan bentuk-bentuk dan metode dalam perekrutan juga merupakan metode dalam mendidik dan memeilihara kader-kader yang berfunsi sebagai katalisator penanaman nilai-nilai dan prilaku kader sebagai sebuah sumber daya yang dimiliki partai agar tetap hidup dan bertahan.

Selanjutnya, secara umum pola pengkaderan PKS Kota Medan terbagi 3 yaitu, tarbiyah, pengkaderan underbrow PKS, dan yang terakhir adalah pengkaderan formal kepartaian PKS sendiri50. Tiga jenis pengkaderan ini merupakan kesatuan yang saling menopang dan bahkan sering sekali bertemu

50

dalam satu bentuk dan satu iven yang sama sehingga tiga lapis pengkaderan ini acap kali terlihat tumpang tindih.

4.2.1 Pola Tarbiyah

Tarbiyah dalam definisi Muhammad Sayyid Quthb dalam ManhajTarbiyah Islamiyah adalah “seni membentuk manusia”.Sedangkan menurut Hasan Al-Banna (tokoh pergerakan Ikhwanul Muslimin) tarbiyah adalah pendidikan yang sempurna dan komprehensif yang dilakukan secara berkesinambungan.Tarbiyah sendiri memiliki arti “belajar” dan merupakan long life education (pendidikan seumur hidup), dimana setiap yang dikatakan kader sampai tua harus tetap mengikuti pendidikantarbiyah.Dari definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa Gerakan Tarbiyah atau gerakan pendidikan adalah gerakan dalam membentuk, mengajarkan atau menanamkan nilai-nilai Islam kepada anak, siswa ataupun orang-orang yang kita tuju dalam kepentingan dakwah. Dari pola inilah terlihat jelas apa yang dikatakan oleh Van Baal mengenai religi adalah basis kekuasaan, dan dimensi kekuasaan yang niscaya tercapai jika kader-kader paham akan nilai-nilai Islam secara utuh dan menjadi modal para kader sebagai penerus perjuangan senioran partai nantinya.Dalam pola pengkaderan tarbiyah ini dapat kita lihat banyaknya unsur-unsur religi yang diajukan Emile Durkheim, dalam aktivitas mendidik kadernya seperti sistem ritus dan upacara keagamaan seperti mabit (malam bina iman dan taqwa), kelompok keagamaan (halaqah) dan alat-alat

fisik yang digunakan dalam ritus dan upacara keagamaan yaitu Al-Qur‟an. Berikut pernyataan Pak Hamzah Sagimun mengenai definisi tarbiyah:

Tarbiyah itu seni, cara membentuk manusia secara berkelanjutan, dari mulai manusia lahir sampai ia mati. Bisa dibilang tarbiyah itu longlife education atau pendidikan seumur hidup.

Dalam pola pengkaderan tarbiyah, tarbiyah itu sendiri memiliki 6 sarana. Sarana tersebutlah yang membantu menciptakan, dan mencetak kader-kader yang terdidik dan memiliki kapasitas kognitif dan motorik yang baik. Sarana tersebut antara lain:

1. Halaqah/Liqo

Halaqahberasal dari Bahasa Arab yang berarti “lingkaran” dan liqomerupakan aktivitas kegiatan dan berasal dari Bahasa Arabyang berarti(pertemuan) merupakan pintu gerbang awal yang harus dilewati seorang kader jika ia ingin melanjutkannya rasa simpatik dan ingin menjadi internal PKS di Kota Medan serta awal seseorang menjadi seorang kader PKS di Kota Medan. Liqo ini berbentuk seperti jaringan yang membentuk sel-sel seperti jaringan telepon seluler atau bisnis MLM. Liqo ini dipimpin oleh seorang murabbi (guru) dan dihadiri oleh minimal sekitar 5 sampai 11 orang mutarabbi (murid/binaan). Sebagai contoh alumni mahaiswa memiliki beberapa mutarabbi tingkat 8 ataupun 7, mahasiswa tingkat 7 juga diarahkan untuk juga memiliki mutarabbi tingkatan di bawahnya seperti mahasiswa tingkat 2 ataupun 1. Mahasiswa tingkat 1 juga diarahkan memiliki mutarabbi di tingkat SMA. Sebagai catatan yang tidak boleh dilupakan, setiap anggota

liqo tidak diperkenankan memiliki 2 tempat atau berpindah-pindah liqo sesuka hati, hal ini dikarenakan sebagai menjaga etika dan memudahkan seorang murabbi melakukan evaluasi ibadah dan tingkah laku mutarabbinya. Agenda ini dilakukan di masyarakat umum (informal) maupun ranah kampus (formal) dan dilakukan sekali dalam seminggu dan pertemuan awal dilakukan di masjid namun dapat dilakukan di rumah murabbi ataupun rumah-rumah para mutarabbi sesuai dengan kesepakatan bersama.Liqo’ biasanya dilakukan pada waktu malam hari khususnya untuk laki-laki, jika untuk perempuan liqo’ biasanya sering dilaksanakan pada sore hari, dan untuk tempat berkumpulnya pada awal pertemuan dilakukukan di masjid kemudian setelah beberapa lama berlangsung, disepakati bersama dapat juga dilakukan di masing-masing rumah para kader secara bergantian.

Berikut ini beberapa agenda yang dilakukan saat halaqah/liqo:

1. Pembukaan yang dilakukan oleh amir (pemimpin kelompok halaqah).

2. Tilawah (pembacaan ayat suci Al-Qur‟an.

3. Muroja’ah (setoran hafalan surat di dalam Al-Qur‟an). 4. Penyampaian materi oleh murabbi.

5. Tadabur surat/ayat Al-Qur‟an (menjelaskan isi kandungan surat/ayat Al-Qur‟an yang telah disepakati pada pertemuan sebelumnya.

6. Muttaba’ah Yaumiyah (evaluasi ibadah wajib dan sunnah sehari hari seperti: membaca Al-Qur‟an, sholat 5 waktu, sholat sunnah dhuha ataupun sholat sunnah tahajjud.

7. Khabar (berbicara ringan dan kabar masing-masing mutarabbi seminggu terakhir).

Pada agenda liqo’ ini terjadinya proses kenaikan tingkat (marhalah) pada setiap kader. Segala materi-materi, amalan/ibadah kader di buku

muttaba’ah yaumiyah di periksa oleh seorang murabbi yang telah disampaikan pada pertemuan pertemuan sebelumnya di evaluasi setelah itu juga dilakukan sesi tanya jawab dari murabbi kepada mutarrabbi. Hasil dari evaluasi tersebut nantinya di serahkan kepada ketua DPC PKS kemudian laporan itu dibawa dan dikoreksi oleh SPO (lembaga yang menangani liqo’) disetiap teritorial cada (cabang dakwah) yang ada di Kota Medan. Hasil kelulusannya kemudian diberikan lagi nanti kepada setiap DPC PKS yang ada di Kota Medan dan kembali ke masing-masing murabbi. Sebagai nilai tambahan yang sangat menentukan, kehadiran seorang kader dalam agenda liqo’ menentukan ia lulus atau tidak ke jenjang kader berikutnya.

Urgensi dari halaqah/liqo ini adalah menambah wawasan keagamaan Islam dan bukan mencetak ahli syari‟ah tetapi menambah pengetahuan tentang agama Islam dan politik yang tidak dapat dipisahkan, karena segala aktivitas harus berdasarkan aturan-aturan yang telah ditetapkan Allah dalam

Berikut ini diperkuat pernyataan Pak Fitrah Ginting (42 tahun), S.P selaku murabbi penulis:

Dalam halaqah ini kita isi agenda-agenda seperti tilawah, muroja‟ah, pembahasan materi tentang Wikipedia ke-Islaman, tadabur ayat, hafalan supaya kader-kader kita bisa menjadi manusia-manusia dan khalifah (pemimpin) di dunia ini dengan memegang nilai-nilai Islam yang kaffah (utuh) karena dunia ini di wariskan untuk orang-orang yang shaleh seperti janji Allah di dalam Al-Qur‟an surat Al-Anbiya ayat 105.

Untuk Kota Medan, kelemahan pola tarbiyah ini tidak meratanya persebaran Sumber Daya Manusia (SDM) murabbi yang memiliki tingkat pengetahuan dan keagamaan yang tidak sama di setiap Kecamatan yang ada di Kota Medan. Contohnya saja, di Kecamatan Medan Johor lebih banyak kader madya (muntasib) nya daripada kader tamhidi (pemula) dan kader muayyin (muda), sedangkan di Kecamatan Medan Polonia lebih banyak kader tamhidi dan muayyin nya daripada kader madya nya. Hal ini maksudnya tingkat kader yang lebih atas seperti kader madya membimbing kader tamhidi atau kader muayyin.Berikut pernyataan Fitrah Ginting (42 tahun) yang juga seorang murabbi di Kecamatan Medan Polonia:

Ya kalo untuk persebaran SDM murabbi di Medan ini beda-beda, ya contohnya kayak di Medan Polonia ini, banyak kader tamhidi dan mu‟ayyin nya tapi sedikit kader madya nya, kalo di Medan Tuntungan banyak kader madyanya tapi sedikit

kader tamhidi dan mu‟ayyinnya. Bisa dibilang

banyak pembinanya tapi sedikit yang mau dibina.Ya itulah tugas kita semua kader dakwah harus mulai berani kalo kita udah di tingkat mu‟ayyin pegang binaan supaya nambah kader kita.

Foto 9. Kegiatan halaqah/liqo di masyarakat maupun di ranah

Dokumen terkait