• Tidak ada hasil yang ditemukan

AGAMA DAN FASILITAS PERIBADATAN

Dalam dokumen Kajian Degradasi Yamdena 1998 2008 (Halaman 33-40)

TERBESAR (KNOT) ARAH

2.11. AGAMA DAN FASILITAS PERIBADATAN

Tiga jenis agama dianut oleh penduduk Kepulauan Tanimbar ialah Kristen Protestan, Kristen Katholik dan Islam. Mayoritas penduduk memeluk Agama Kristen Protestan, disusul oleh pemeluk Agama Kristen Katholik dan Islam. Dari jumlah penduduk yang tercatat menganut kepercayaan lain. Desa-desa yang berada di pantai Timur P. Yamdena yang termasuk dalam wilayah administratsi Kecamatan Tanimbar Selatan, seluruhnya menganut Agama Kristen Katholik. Adapun desa-desa yang termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Tanimbar Utara, pada wilayah pantai yang sama, ada pula yang menganut agama Kristen Protestan.

Wilayah pantai Barat P. Yamdena yang berada di dalam admintrasi Kecamatan Tanimbar Selatan, seluruhnya dihuni oleh penduduk yang menganut Agama Kristen Protestan. Di wilayah pantai Barat dalam administrasi Kecamatan Tanimbar Utara, ada pula desa-desa yang berpenduduk Islam selain Protestan.

Penduduk yang menganut Agama Islam tersebar di 6 desa dalam wilayah Kecamatan Tanimbar Selatan dan di 11 desa di wilayah Kecamatan Tanimbar Utara. Desa Kampung Bugis dan Labobar merupakan desa yang penganut Islamnya terbanyak, disusul oleh Desa Kilon. Penyebaran pemeluk Agama Islam terutama di daerah Ibukota Kecamatan dan di daerah sekitar pantai Barat P. Yamdena tersebut diduga karena mereka adalah pendatang yang pada waktu menetap di wilayah Kepulauan Tanimbar sudah memeluk Agama Islam, sedang para pemeluk agama lainnya asalnya adalah penduduk asli yang kemudian memeluk agama Kristen dengan datangnya misi Agama Kristen Protestan dan Kristen Katholik.

Itulah sebabnya pula mengapa penyebaran mereka mengelompok di satu wilayah pantai Barat. Oleh karena wilayah pantai Timur P. Yamdena sudah terlebih dahulu penuh oleh pemukim, maka pendatang baru mencari daerah-daerah yang masih memungkinkan

mereka untuk menetap. Dalam hal ini kawasan pantai Barat beserta pulau-pulau disekitarnya merupakan tempat yang dapat lebih leluasa mereka huni.

Desa Labobar yang terletak di pulau Labobar merupakan daerah yang sangat terkenal sejak masa dahulu karena bajak lautnya. Diperoleh keterangan bahwa hanya satu- satunya desa yang ada di P. Lalobar dihuni oleh penduduk pendatang dari P. Buton yang beragama Islam. Adapun Desa Kilon terletak berseberangan dengan Desa Labobar di P. Labobar. Salah satu kemungkinan ialah bahwa Desa Kilon dihuni oleh penduduk yang sama asalnya dengan yang bermukim di Desa Labobar sehingga mereka juga beragama Islam. Kemungkinan yang lain adalah bahwa penduduk Desa Kilon umumnya menganut Agama Islam karena pengaruh penduduk di Desa Labobar.

Penganut Agama Islam di wilayah Kecamatan Tanimbar Selatan terutama berada di Ibukota Kecamatan Saumlaki. Penganut Agama Islam di desa-desa lainnya dari kelima desa yang ada penganut Islamnya, boleh dikatakan sangat sedikit, yaitu maksimum 8

orang.

Gereja dapat dijumpai di setiap desa Kristen Protestan dan Katholik. Bangunan gereja pada umumnya jauh lebih baik/megah dari pada perumahan penduduk sendiri. Dilihat dari sudut letak, kualitas bangunan serta luas bangunan dan arsitekturnya, bangunan gereja adalah superior. Gereja dibangun oleh masyarakat dengan jalan sumbangan/gotong royong.

Di seluruh kecamatan Tanimbar Utara terdapat 48 buah gereja sedangkan desa yang berpenduduk Kristen ada 32 buah, yang berarti di suatu desa terdapat lebih dari satu buah gereja. Mesjid hanya 6 buah di wilayah Kecamatan Tanimbar Utara dan hanya satu buah terdapat di Kecamatan Tanimbar Selatan, yaitu di Saumlaki.

2.12. PEREKONOMIAN

Perekonomian lokal terdiri atas perekonomian rumah tangga dan perekonomian kecamatan. Perekonomian rumah tangga ini menjadi landasan bagi perkembangan ekonomi desa dan selanjutnya ekonomi kecamatan.

a. Perekonomian Rumah Tangga

Perekonomian rumah tangga ditentukan oleh sumber daya alam, teknologi dan ketrampilan (skill) yang dimiliki oleh rumah tangga tersebut. Secara kolektif ekonomi

rumah tangga ini akan membentuk perekonomian daerah/regional yang dalam konteks masyarakat yang diteliti ialah desa dan kecamatan. Sumber daya alam yang dapat menjadi landasan bagi perkembangan ekonomi rumah tangga ialah lahan, perikanan, peternakan, industri kerajinan.

Lahan merupakan sumber daya alam yang baku bagi masyarakat agraris seperti halnya yang terjadi di Kepulauan Tanimbar. Bentuk-bentuk lahan yang dimanfaatkan guna menunjang ekonomi rumah tangga ialah lahan pekarangan, ladang dan kebun. Pekarangan di kebanyakan desa dimanfaatkan sebagai sumber penghasilan tidak langsung yaitu dengan menanaminya dengan jenis-jenis tanaman bahan makanan, sekedar untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan bukan untuk dijual, kecuali di desa-desa yang berdekatan dengan Ibukota kecamatan dengan produksi tanaman yang melebihi kebutuhan untuk dikonsumsi sendiri. Jenis tanaman yang biasa diusahakan di lahan pekarangan ialah yang menghasilkan bahan makanan pokok mereka seperti sukun, pisang dan ubi kayu. Baik karena produksi maupun pemasaran yang sangat terbatas, produksi dari lahan pekarangan belum merupakan komoditi pasar (cash crop).

Ladang ialah lahan yang diusahakan dengan cara bercocok tanam tidak permanen. Selain pekarangan, ladang juga menjadi sumber ekonomi keluarga, karena bahan makanan yang dihasilkannya. Jenis tanaman yang biasa ditanam di ladang ialah ubi jalar, kumbili, jagung, padi dan sayur-sayuran terutama cabe kecil, bawang dan sejenis labu. Di beberapa desa, kacang hijau ditanam selain untuk di konsumsi sendiri juga dijual karena kacang hijau merupakan komoditi pertanian yang bernilai tinggi (industrial commodity).

Apabila ladang tersebut sudah tidak berproduksi baik lagi, maka ia berubah status menjadi kebun. Baru ketika itulah ladang menjadi aset yang relatif berharga bagi keluarga dengan produksi yang dihasilkannya. Jenis tanaman yang paling umum diusahakan di kebun ialah kelapa dan pisang.

Kelapa dan pisang pada umumnya menjadi tumpuan ekonomi rumah tangga. Mereka merupakan komoditi pasar (cash crops), yang nantinya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan keperluan yang lainnya seperti untuk membiayai anak-anak mereka sekolah di luar daerah maupun bagi keperluan hidup mereka sendiri. Kopra biasa mereka jual ke Surabaya sedang pisang ke pulau-pulau lain sampai juga ke Ambon. Akhir-akhir ini, penduduk juga mengusahakan tanaman kemiri dalam areal yang tidak terlalu luas, dan juga jambu mete.

Perikanan pada umumnya belum merupakan mata pencaharian pokok. Karena uang belum banyak beredar, masyarakat belum dapat menggantikan usaha pertanian dengan yang lainnya. Selama ini pada umumnya penduduk mencari ikan apabila keadaan laut tenang dan mereka memerlukan untuk konsumsi sendiri. Jadi mencari ikan bukanlah merupakan kegiatan yang rutin. Kecuali bagi mereka yang mempunyai sarana jaring dan perahu yang sesuai, seperti yang didapati di desa-desa pantai Barat P. Yamdena, penangkapan ikan merupakan sumber yang berarti dalam ekonomi rumah tangga.

Seperti halnya perikanan, peternakan merupakan usaha yang bersifat subsisten. Ternak dipelihara hanya untuk konsumsi sendiri. Dalam kondisi tertentu, bagi yang tinggal di desa yang akses terhadap pasar, ternak juga dijual. Ternak yang dimiliki umumnya ayam. Kambing dan babi merupakan ternak yang komersial.

Tenun tradisional Tanimbar merupakan industri rumah tangga yang terdapat di hampir semua desa. Sejauh ini tenun belum sampai dipasarkan, baru terbatas untuk pemakaian sendiri berhubung pasar untuk tenun belum berkembang.

b. Perekonomian Daerah

Unsur-unsur yang mempengaruhi berkembangnya suatu perekonomian ialah tersedianya pasar, produksi, sarana perhubungan, tingkat pendapatan dan kemudahan-kemudahan.

1) Perdagangan

Pasar merupakan motor dari perdagangan. Pasar dapat berbentuk pasar lokal dan pasar luar. Bagi kondisi negara-negara yang kurang berkembang, pasar luar lebih berperan nyata dalam perkembangan perekonomiannya, dari pada pasar lokal. Hal ini juga berlaku bagi keadaan di P. Yamdena.

Dari konfigurasi yang ada, pasar lokal hanya terdapat di Saumlaki dan Larat, kedua Ibukota kecamatan. Secara fisik maupun konseptual, pasar di kedua ibukota kecamatan tersebut sudah lengkap. Kegiatan perekonomian di kedua ibukota kecamatan tersebut merupakan faktor penarik bagi berkembangnya perekonomian di desa-desa di P.Yamdena. Bangunan pasar semi-permanen terdapat di Saumlaki. Para pedagang menempati halaman depan toko-toko yang ada, dalam menawarkan barang dagangannya. Walaupun demikian, fungsi pasar telah terpenuhi dengan sempurna dan kegiatan jual beli sudah berlangsung tiap hari (7 hari dalam seminggu). Di Larat, pasar semi-permanen tidak tersedia.

Di kedua ibukota kecamatan, barang-barang yang tahan lama didatangkan langsung dari Surabaya termasuk beras, sedang bahan pangan yang tidak tahan lama, yang dipasarkan ialah yang diproduksi di P. Yamdena, seperti sayur-sayuran, buah-buahan serta ikan segar hasil tangkapan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa para pedagang besar yang memiliki toko/tempat usaha biasanya berasal dari luar P. Yamdena yaitu dari Padang, Sulawesi Selatan, Surabaya dan Cina dari P. Jawa (terutama dari Surabaya). Dapat dilihat bahwa perekonomian di kedua ibukota kecamatan cukup berkembang terbukti dari tersedianya barang-barang yang biasa diperdagangkan di kota-kota di P. Jawa.

2). Pendapatan

Pendapatan merupakan unsur penting baik dalam ekonomi rumah tangga maupun dalam ekonomi lokal. Tabel 2.20menyajikan tingkat pendapatan per kapita pada desa sample di Kecamatan Tanimbar Selatan dan di Kecamatan Tanimbar Utara. Pendapatan per kapita di Kecamatan Tanimbar Utara kecuali untuk Kampung Bugis, tidak terlihat perbedaan yang nyata. Tidak demikian halnya dengan keadaan di Kecamatan Tanimbar Selatan.

Pendapatan per kapita di Kecamatan Tanimbar Utara lebih besar bila dibandingkan dengan pendapatan per kapita di Kecamatan Tanimbar Selatan. Hal ini disebabkan karena pendapatan yang diperoleh dari sektor perikanan di Kecamatan Tanimbar Utara lebih tinggi terutama untuk desa-desa yang ada di Pulau Larat sebab hasil yang diperoleh dari Pulau Larat lebih beragam dan bernilai tinggi (misalnya lala, tripang dan lain-lain). Akan tetapi untuk hasil pertanian pendapatan per kapita di kedua kecamatan tersebut relatif sama.

Tabel 2.20. Pendapatan Perkapita dari Beberapa Desa Sample untuk Kecamatan Tanimbar Utara dan Tanimbar Selatan

Kecamatan Nama Desa Pendapatan/kapita/ tahun Pengeluaran/kapita/ tahun Ridol 207,41 Kampung Bugis 312,75 272,63 Alusi Batjas 225,24 79,04 Tanimbar Utara Tutukembun 207,54 Olilit Lama 165,00 164,46 Lingei 152,94 147,16 Wowonda 141,78 123,87 Tanimbar Selatan Arui Das 184,35 173,00

Kecamatan Nama Desa Pendapatan/kapita/ tahun Pengeluaran/kapita/ tahun Adaut 177,30 175,86 Sangliat Krawain 336,07 234,82 Welutu 155,31 147,18 Rumasalut 176,62 146,53 Kawatubun 235,66 211,03

Sumber : Maluku Tenggara Barat dalam Angka 2006/ 2007

c. Rencana Pengembangan Perekonomlan Lokal

Seiring dengan program Pemerintah untuk lebih mendayagunakan sumber daya yang ada, maka dilakukan usaha-usaha untuk menarik investor ke daerah ini. Melihat potensi yang ada di daerah P. Yamdena dan sekitarnya, Pemerintah Daerah telah membuat rencana pengembangannya. Diharapkan dengan adanya investasi tersebut, penduduk setempat dapat memperoleh manfaat yang nyata dengan kenaikan standar kehidupan mereka, peningkatan kemampuan mereka dan berubahnya kebiasaan serta tata cara hidup mereka menuju ke keadaan yang lebih positif.

Rencana-rencana yang sudah disusun oleh Pemerintah Daerah untuk pengembangan daerah tersebut adalah sebagai berikut :

(1). Untuk mengembangkan potensi perikanan, akan dibangun pabrik yang mengolah ikan menjadi tepung di Kelapa Dua (Kec. Tanimbar Selatan) dan di Kelapa Satu (Kec. Tanimbar Utara). Budi daya teripang akan dilakukan oleh CV. Budhi Dharma Maluku di P. Seira.

(2). Pengembangan usaha di sektor perkebunan mulai digalakkan yaitu pertanaman kelapa dengan jenis kelapa genjah. Dua perusahaan telah memperoleh ijin prinsip dari BKPMD, yaitu PT. Tanimbar Indah untuk perluasan pertanaman kelapa hibrida seluas 15 ha, sedang PT. Perintis Lima Puluh Makmur untuk pembangunan pertanaman coklat seluas 15 ha. Rencana penanaman tebu dalam rangka perluasan areal dan dengan demikian pembangunan pabrik gula baru dalam taraf percobaan. Percobaan penanaman tebu telah dirintis sejak tahun 1982 dan pertumbuhannya cukup baik. Perluasannya ketingkat perkebunan menghadapi kendala air, sehingga usaha ini belum dapat dilanjutkan.

(3). Pengembangan tempat-tempat yang berpotensi untuk menjadi objek wisata. Keindahan alam di sekitar P.Yamdena mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi objek wisata pantai. Adanya jenis hewan yang spesifik

bakau, serta berbagai jenis anggrek dapat merupakan tambahan potensi daerah ini.

Daerah-daerah di Kecamatan Tanimbar Utara seperti Watidal dan Lamdesar Timur merupakan daerah pantai yang berpasir putih yang cukup luas sehingga dapat dijadikan obyek wisata yang sangat bagus. Begitu juga daerah Romean merupakan pantai dengan batu-batu karang yang sangat indah. Di Tanimbar Selatan, desa Olilit adalah sebuah daerah dengan panorama pantai ditambah dengan adanya hutan bakau yang di waktu air surut merupakan daerah berpasir putih yang berbakau. Pantai Olilit membentang sepanjang ± 2 km dengan lebar pantai yang cukup luas. Di dalam rencana pengembangan Kecamatan Tanimbar Selatan, Pantai Olilit akan dijadikan objek wisata yang nantinya akan dilengkapi dengan sarana dan prasarananya. Objek-objek wisata lainnya yang dapat dikembangkan terdapat di Arui Bab dan Makatian. Di kedua daerah tersebut terdapat susunan batu yang berbentuk perahu. ini merupakan salah satu nilai budaya yang patut dilestarikan dan sekaligus juga dapat dijadikan objek wisata.

(4). Guna menunjang pembangunan ekonomi, fasilitas telekomunikasi serta perbankan perlu mendapat perhatian. Telah ada dalam rencana, pembangunan SBK (Stasiun Bumi Kecil) di Larat serta bank yang dapat melayani pertumbuhan ekonomi.

BAB III

Dalam dokumen Kajian Degradasi Yamdena 1998 2008 (Halaman 33-40)

Dokumen terkait