• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. Gereja dan Internet: Sejarah dan Perkembangannya

2. Agama dan Teknologi: Perjumpaan yang Menghidupkan

Jurgen Habermas mengatakan bahwa perkembangan teknologi di dalam masyarakat merupakan proses rasionalisasi modernitas. Di dalam masyarakat pra- modern, rasionalitas terbagi menjadi tiga yaitu rasionalitas kognitif-instrumental, rasionalitas moral-praktis, dan rasionalitas estetis-praktis. Pada saat itu, ketiganya dapat diseimbangkan oleh pandangan dunia yang mistis-religius. Dalam konteks masyarakat modern, pandangan mistis-religius hancur sehingga peran agama digantikan dan diungguli oleh moralitas-rasional dan etika dalam masyarakat modern.9 Modernisasi pun seolah mematikan agama sehingga ketika agama ingin tetap hidup dan berkembang, maka ia harus menghindari modernisasi itu sendiri.

Pada awalnya memang agama dan teknologi rasanya merupakan dua hal yang sama sekali tidak terkait. Keduanya seolah terpisahkan oleh dikotomi antara yang sakral dengan yang profan. Teknologi komunikasi seperti internet berurusan dengan relasi intra-manusia di dunia, sementara agama mengatur relasi extra- numena antara Sang Pencipta dengan ciptaan-Nya di dunia. Internet, dengan segala kecanggihannya, mampu menghubungkan satu manusia dengan manusia

9 A. Widyarsono, Masyarakat Teknologi Modern dan Gereja”, Rohani, 044: 000

lainnya secara real time. Dengan bahasa pemrograman dan algoritma tertentu, penduduk yang berada di Jawa kini dapat terhubung dengan mereka yang berada di Papua secara langsung dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Di lain pihak, agama menghubungkan manusia dengan Sang Kudus yang mengatur kehidupan dunia manusia. Agama menyediakan bahasa yang membuat manusia mampu mendengar dan mengerti kehendak dari Sang Kudus itu. Jika seseorang ingin mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat, maka ia harus memeluk agama dan kepercayaan tertentu supaya ia dapat ’diselamatkan’. Bahkan tidak jarang, konsep soteriologis seperti ini mengharuskan seseorang yang beragama untuk hidup memisahkan diri dari hal-hal yang duniawi, termasuk dari produk hasil kemajuan teknologi. Dalam rangka askese rohani dan mengarahkan hati kepada kehendak Ilahi, manusia beragama hidup terpisah dari dunia.

Namun, pemisahan ini sudah tidak dapat lagi dilakukan terutama di tengah era computer-mediated information society, di mana kehidupan manusia telah termediasi oleh jaringan digital komputer. Perjumpaan manusia dengan Sang Khalik pun dapat dilakukan di ruang virtual, dalam koneksi jaringan mesin komputer. Bahasa program yang terdiri dari algoritma rumit yang membentuk program dalam komputer pun saat ini juga diadaptasi menjadi bahasa teologia, di mana Sang Pencipta dapat bersabda di dalamnya. Agama menggunakan internet sebagai medium bagi pemberitaan sabda Ilahi sehingga mampu menjangkau sebanyak mungkin orang, baik yang sudah percaya ataupun yang belum percaya. Sebaliknya, internet menghidupi dan mengasuh agama di dalamnya demi akseptabilitas yang lebih luas di tengah dunia yang sebagian besarnya masih menghidupi agama dalam kehidupan masyarakatnya.

Lorne Dawson, salah satu peneliti mula-mula tentang internet dan agama mengatakan bahwa masuknya agama ke dalam medium internet adalah paralel dengan terhisabnya agama ke dalam media informasi lainnya, yaitu mengudaranya siaran keagamaan di radio dan tele-evangelisasi. Semuanya membentuk rangkaian tak terputus bagaimana agama selalu berelasi dengan media elektronik. Agama tidak ingin meninggalkan media elektronik sebagai sarana ekspansi dan menjangkau umat. Sebaliknya, salah satu fungsi media elektronik sebagai media syiar agama membuat media dapat diterima dan digunakan oleh semua orang di semua tempat. Media seolah dibaptis menjadi media suci.

Ketika berselancar di dunia internet, pengguna internet tentu akan menemukan ribuan bahkan jutaan situs, forum, dan pembicaraan di chat room yang terkait dengan agama. Hampir semua aliran keagamaan mencatatkan namanya di dalam mesin jaringan internet, baik itu agama-agama besar maupun agama-agama lokal yang jumlah umatnya hanya sedikit. Berbagai denominasi dari masing-masing agama pun ikut mencatatkan diri. Misalnya, terkait sejarah panjang kekristenan, pengguna internet dapat menemukan banyak hal tentang sejarah dan ajaran dari Katolik Roma, juga ihwal kemunculan Protestantisme di dalam kekristenan, serta ajaran Kristen Pentakostal Karismatik yang menekankan kepada manifestasi kuasa Roh Kudus dalam kehidupan rohani umat.

Hadirnya internet membuat setiap orang dapat menemukan segala hal dalam satu ketukan jari, termasuk agama dan kepercayaan. Mulai dari agama samawi-monoteistik seperti Yahudi, Kristen, dan Islam, sampai kepada agama politeistik layaknya Hindu dan agama-agama suku. Kita dapat menemukan informasi mengenai sejarah terbentuknya agama, termasuk para pendiri dan

pembawa beserta perkembangannya dari awal hingga saat ini.10 Selain itu, ada pula situs-situs di dalam internet yang dikelola langsung oleh aliran keagamaan tertentu dan memuat informasi spesifik seputar doktrin dan ajaran dari aliran tersebut. Misalnya saja, situs www.vatican.va yang memuat informasi tentang sejarah, ajaran dan doktrin, serta struktur kepemimpinan dari Gereja Katolik Roma. Situs ini merupakan situs resmi Gereja Katolik Roma dan dikelola langsung oleh tahta suci Vatikan. Di Indonesia, ada sebuah situs www.ahlulbaitindonesia.org yang merupakan situs yang berisi informasi tentang aliran Islam Syiah dan perkembangannya di Indonesia. Walau kerap mendapatkan stigma negatif, cap sesat oleh berbagai kalangan muslim, bahkan menjadi korban konflik horizontal di berbagai daerah, tetapi mereka mempertahankan eksistensi mereka di dunia maya dan menggunakannya sebagai corong politik mereka. Masih banyak lagi situs lainnya yang berisi hal serupa yang dimiliki atau berafiliasi kepada satu kelompok agama tertentu.

Perkembangan teknologi media dan informasi secara gradual dan masif membuat agama juga ikut menyesuaikan diri terhadap trend teknologi ini. Menurut Carolyn Marvin, setiap kali terjadi perubahan pada peralatan komunikasi juga mengakibatkan perubahan besar dalam sistem sosial masyarakat, termasuk agama.11 Perubahan ini terkait cara orang memandang dirinya dan masyarakat. Contohnya, perubahan dan pergeseran dari budaya komunikasi oral ke budaya tulisan, lalu kemudian ke budaya komunikasi percetakan, dan kemudian ke

10Ada beberapa situs di internet yang sifatnya menyajikan informasi, seperti

www.wikipedia.com dan www.religionfacts.com. Selain itu, ada juga beberapa situs pencari yang dapat membantu para pengguna untuk menemukan informasi seputar agama-agama dan

kepercayaan di seluruh dunia, seperti www.google.com dan www.yahoo.com.

11Carolyn Marvin, ”When Old Technologies Were New: Implementing the Future”, dalam Hugh Mackay & Tim O’Suliivan (eds), The Media Reader: Continuity and Transformation,

budaya media elektronik. Ketika budaya tulisan muncul, masyarakat pun terdorong untuk melakukan pembakuan-pembakuan dan pencatatan sejarah serta kearifan lokal yang sebelumnya dituturkan secara lisan. Ajaran dan sejarah agama pun menjadi baku dan tetap, walau diajarkan dari generasi ke generasi. Begitu pula ketika mesin cetak ditemukan, proses replikasi dari tulisan-tulisan pun menjadi lebih cepat dan mudah. Kitab Suci yang sebelumnya hanya dimiliki oleh kaum klerus pun dapat disebarluaskan dan dimiliki oleh kaum awam. Otoritas kaum berjubah untuk membaca dan menafsir ayat-ayat suci pun terbuka bagi semua orang yang memiliki Kitab Suci. Produksi pengetahuan secara masif pun dapat dilakukan. Buku-buku keilmuan tidak lagi hanya berada di lingkungan sekolah, tetapi mencapai daerah yang terpencil sekalipun. Ketika masuk ke dalam era komunikasi elektronik, distribusi pengetahuan dan informasi pun menjadi lebih cepat dan mudah. Transmisi gelombang radio dan siaran televisi mampu memangkas jarak yang terbentang cukup jauh dan waktu yang lama untuk dijangkau oleh ekspedisi pengiriman surat dan barang. Semua orang, di waktu yang bersamaan dapat mendengarkan berbagai informasi yang diberikan oleh berita. Agama pun akhirnya menjadi terbuka bagi semua orang, tidak lagi eksklusif bagi para penganutnya saja karena akses tak terbatas akibat perkembangan teknologi komunikasi ini.

Dokumen terkait