• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agenda Penangulangan Kemiskinan

Dalam dokumen PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI (Halaman 133-136)

F. Respon yang Diperlukan atas Kondisi dan Tekanan terhadap Lingkungan Hidup Selain upaya pengelolaan lingkungan hidup yang sudah dilakukan di atas,

F.1. Agenda Penangulangan Kemiskinan

Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 III - 133 Tabel UP-15.

Jumlah Staf Fungsional Bidang Lingkungan di Kabupaten Buleleng

No. Nama Instansi Nama Jabatan Fungsional Jumlah Staf

Laki-Laki Perempuan

1. Dinas Kesehatan Sanitarian 18 11

Penyuluh Kesehatan 1 0

2. Rumah Sakit Umum Daerah Sanitarian 3 0

3. Dinas Kehutanan/Perkebunan Penyuluh Pertanian

Penyelia 2 0

Penyuluh Pertanian dan

Pelaksana Lanjutan 2 0 Penyuluh Kehutanan Madya 2 0 Penyuluh Kehutanan Pratama 5 0 Penyuluh Kehutanan Pelaksana 1 0 Penyuluh Kehutanan Pelaksana Lanjutan 5 1 Penyuluh Kehutanan Penyelia 6 1 Keterangan : -

Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Buleleng (2010)

F. Respon yang Diperlukan atas Kondisi dan Tekanan terhadap Lingkungan Hidup Selain upaya pengelolaan lingkungan hidup yang sudah dilakukan di atas, Pemerintah Kabupaten Buleleng juga memiliki agenda pengelolaan lingkungan hidup. Agenda pengelolaan lingkungan hidup merupakan respons yang harus dilakukan atau akan dilakukan melalui instansi relevan yang membidangi, masyarakat dan dunia usaha untuk mengelola lingkungan hidup agar tetap memiliki daya dukung yang optimal bagi kehidupan secara berkelanjutan.

F.1. Agenda Penangulangan Kemiskinan

Kabupaten Buleleng saat ini memiliki 45.187 Rumah Tangga Miskin (RTM); 26,25% dari jumlah rumah tangga yang ada di Kabupaten Buleleng. Banyaknya RTM menjadikan masalah kemiskinan sebagai isu penting yang terus direspons oleh Pemerintah Kabupaten Buleleng dan stakeholders lainnya. Penanganan kemiskinan merupakan salah satu isu penting yang telah menjadi salah satu dasar penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Kabupaten Buleleng.

Respons yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Buleleng untuk mengatasi kemiskinan selain melaksanakan program tanggap darurat juga melalui

Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 III - 134

pemberdayaan masyarakat, pembangunan dan perbaikan infrastruktur, kemudahan memperoleh akses pendidikan dan kesehatan, dan lain sebagainya. Melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2007-2012, Pemerintah Kabupaten Buleleng memproyeksikan penurunan kemiskinan sebesar 6,47% pada tahun 2012. Untuk mencapai proyeksi itu, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada membuat Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Kerja (Renja) yang diarahkan dan memberi kontribusi kepada penurunan kemiskinan.

Sebagaimana diketahui, masalah kemiskinan merupakan masalah yang kompleks, penyebabnya multi faktor. Pertama, dapat berupa faktor alamiah yang berkaitan dengan sumber daya alam yang tidak mendukung sehingga masyarakat menjadi miskin. Kedua, faktor kultural yaitu sistem nilai yang dianut, sikap mental, kebiasaan masyarakt yang kurang mendukung sehingga masyarakat menjadi miskin. Ketiga, dapat juga karena faktor kebijakan pemerintah yang kurang tepat sehingga ada lapisan masyarakat yang tidak mampu mengakses berbagai kebijakan, yang akhirnya menjadikan mereka miskin.

Respons dalam upaya penanggulangan kemiskinan selain melalui program tanggap darurat, juga ditujukan kepada upaya mengatasi penyebabnya. Upaya dilakukan melalui perbaikan dan penyempurnaan kebijakan pemerintah yang kurang tepat. Ini penting karena penyebab kemiskinan yang lain seperti faktor alam dan kultural dapat juga diatasi melalui perbaikan kebijakan pemerintah yang diarahkan untuk mengubah faktor alam dan faktor kultural yang kurang mendukung.

Secara singkat respons yang diupayakan dilakukan sebagai agenda untuk penanggulangan kemiskinan adalah sebagai berikut.

1. Kebijakan berupa program pengadaan teknologi yang memungkinkan mengatasi keterbatasan sumber daya alam yang semula kurang mendukung menjadi sumber daya alam yang mampu mendukung kehidupan. Seperti pengadaan teknologi yang memungkinkan mengubah lahan kering menjadi lahan yang lebih produktif, teknologi produksi pertanian yang lebih hemat input luar termasuk air, teknologi pemulihan lahan kritis, dan sebagainya.

2. Kebijakan berupa pendidikan formal maupun non formal untuk semua lapisan masyarakat yang mampu mengubah sistem nilai, sikap mental, kebiasaan kurang mendukung menjadi sistem nilai, sikap mental, dan kebiasaan yang responsif terhadap perubahan lingkungan.

3. Kebijakan berupa program yang memberi akses yang sama kepada semua lapisan masyarakat untuk mengakses faktor-faktor produksi seperti modal, informasi dan pasar.

Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 III - 135 F.2. Agenda Pengelolaan Lahan Kritis

Kabupaten Buleleng memiliki lahan kritis (untuk semua kategori kekritisan lahan) yang cukup luas, yakni 95.261 Ha yang ada di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan. Jika lahan kritis itu dapat dipulihkan kondisinya, maka daya dukungnya terhadap kelangsungan hidup akan semakin baik. Lahan kritis yang terpulihkan berdampak terhadap peningkatan peresapan air, ketersediaan air (kuantitas maupun kualitas) untuk berbagai kepentingan masyarakat dapat terpenuhi, produktivitas pertanian meningkat, terhindar dari bencana banjir, tanah longsor dan kekeringan, dan lain sebagainya.

Respons yang dilakukan dan harus terus dilakukan dalam mengelola lahan kritis meliputi pencegahan meluasnya lahan kritis dan memulihkan lahan kritis yang ada. Upaya yang dilakukan meliputi:

1. Mencegah meluasnya perubahan (konversi) lahan pertanian ke non pertanian melalui penetapan dan sosialisasi RTRW ke seluruh lapisan masyarakat.

2. Mensosialisasikan dan menegakkan Perda dan Perbub tentang lingkungan hidup sebagaimana mestinya.

3. Menerapkan hukuman yang memberikan efek jera kepada pelaku pembalakan kayu secara ilegal.

4. Melakukan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) secara terencana yang melibatkan masyarakat, baik dengan metode vegetatif (reboisasi, pengijauan, penghijauan lingkungan, pemeliharaan taman kota dan turus jalan, dan sebagainya) maupun sipil teknis (pembuatan dam pengendali, embung, cubang, pembuatan dan perbaikan teras, pembuatan sumur resapan, lubang resapan biopori, dan lain sebagainya).

5. Pengembangan pertanian/perkebunan di bagian hulu Sub DAS dengan pendekatan

agro foreshtry.

Secara khusus untuk penanganan lahan kritis dalam kawasan hutan beberapa respons yang diupayakan terus dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Identifikasi dan inventarisasi komoditi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) unggulan yang dapat dikembangkan dalam hutan untuk mencegah perusakan hutan, sekaligus untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan.

2. Melakukan penyuluhan bagi masyarakat sekitar hutan dengan melibatkan tokoh-tokoh panutan, agar masyarakat sekitar hutan memahami fungsi hutan, sehingga mereka bukan saja tidak merusak hutan tetapi juga ikut melestarikannya.

Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 III - 136

3. Melakukan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan melalui pembentukan dan pembinaan kelompok tani dengan berbagai usahatani sehingga menjadi kelompok tani yang produktif dan mandiri, tanpa harus merambah hutan.

4. Meningkatkan kelengkapan sarana dan prasarana pengawasan hutan.

Dalam dokumen PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI (Halaman 133-136)

Dokumen terkait