Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 1
LAPORAN
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KABUPATEN BULELENG
TAHUN 2010
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG
PROVINSI BALI
Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 2
BUPATI BULELENG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas rakhmat-Nya sehingga Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Buleleng Tahun 2010 dapat diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Buleleng Tahun 2010 merupakan wujud akuntabilitas publik Pemerintah Kabupaten Buleleng dalam pengelolaan lingkungan hidup di daerah. Laporan ini menyediakan informasi kondisi lingkungan hidup, tekanan terhadap lingkungan hidup, dan respons masyarakat, pemerintah, dunia usaha, dan berbagai pihak lainnya dalam upaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
Laporan ini disusun terdiri atas tiga Bab.
Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya, memuat kondisi: Sumber Daya Alam (Lahan dan Hutan, Keanekaragaman Hayati, Air, Udara, Laut, pesisir, dan pantai, Iklim) dan Bencana alam.
Bab II Tekanan terhadap Lingkungan, yang menyajikan: Demografi, Demografi Sosial, Sosial Ekonomi, dan Sumber Pencemaran.
Bab III Upaya Pengelolaan Lingkungan, yang menyajikan: Rehabilitasi Lingkungan, Amdal, Penegakan Hukum, Peran Serta Masyarakat, Kelembagaan, dan Respons lain yang Diperlukan atas Kondisi dan Tekanan terhadap Lingkungan Hidup.
Laporan ini juga dilengkapi dengan Buku Data Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Buleleng Tahun 2010 yang dijilid secara terpisah.
Tersusunnya Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ini berkat kerjasama dan bantuan berbagai pihak, baik instansi pemerintah maupun swasta. Kepada yang telah memberikan bantuan dan kerjasamanya kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Harapan kami semoga Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ini dapat dijadikan salah satu sarana penilaian keberhasilan penyelenggaraan Tata Praja Lingkungan Hidup.
Singaraja, Desember 2010 BUPATI BULELENG
Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 3
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
PENDAHULUAN …..………. xvi
BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA ... I-1
A. Lahan dan Hutan ... I-1 A.1. Penggunaan Lahan Utama ... I-1 A.2. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi / Status ... I-3 A.3. Luas Kawasan Lindung Berdasarkan RTRW dan Tutupan
Lahannya ... I-4 A.4. Luas Penutupan Lahan dalam Kawasan dan Luar Kawasan
Hutan ... I-8 A.5. Lahan Kritis ... I-10 A.6. Kerusakan Hutan ... I-14 A.7. Konversi Hutan ... I-15 A.8. Luas Hutan Tanaman Industri ... I-15
B. Keanekaragaman Hayati ….………... I-16
B.1. Jumlah Spesies Flora dan Fauna ... I-16 B.2. Keadaan Flora dan Fauna yang Dilindungi ... I-17 C. Air ... I-18 C.1. Air Sungai ... I-19
C.2. Air Danau/Waduk/Situ/Embung ………... I-21
C.3. Kualitas`Air Sungai ... I-22 C.4. Kualitas Air Danau/Situ/Embung ... I-26 C.5. Kualitas Air Sumur …...………... I-29 D. Udara ... I-31
D.1. Kualitas Udara Ambien ……… I-31
D.2. Kualitas Air Hujan ... I-33 E. Laut, Pesisir dan Pantai ... I-33 E.1. Kualitas Air Laut ... I-34 E.2. Luas Tutupan dan Kondisi Terumbu Karang ... I-35 E.3. Luas dan Kerusakan Padang Lamun ... I-37
Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 4
E.4. Luas dan Kerapatan Tutupan Mangrove ... I-37 F. Iklim ... I-39 F.1. Curah Hujan ... I-39
F.2. Suhu Udara ………... I-40
G. Bencana Alam ... I-40
G.1. Bencana Banjir ……….. I-40
G.2. Bencana Kekeringan ……… I-42
G.3. Bencana Tanah Longsor ……….. I-43
G.4. Bencana Kebakaran Hutan/Lahan ……….. I-43
G.5. Bencana Alam Gempa Bumi dan Gelombang Pasang ……. I-44 BAB II. TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN ... II-1 A. Kependudukan ... II-1 A.1. Jumlah, Sebaran dan Pertumbuhan Penduduk ... II-1 A.2. Komposisi Penduduk ... II-3 A.3. Migrasi Penduduk ... II-4 A.4. Penduduk Wilayah Pesisir dan Laut ... II-5 A.5. Penduduk Menurut Golongan Umur, Status Pendidikan
dan Pendidikan Tertinggi ... II-6 A.6. Rasio Jumlah Penduduk, Luas Daerah dan Jumlah
Sekolah ... II-9 B. Permukiman ... II-10 B.1. Rumah Tangga Miskin ... II-11 B.2. Jumlah Rumah Tangga Menurut Lokasi Tempat Tinggal .... II-12 B.3. Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum ………. II-12 B.4. Jumlah Rumah Tangga Menurut Cara Pembuangan
Sampah ... II-13 B.5. Jumlah Rumah Tangga Menurut Tempat Buang Air
Besar ... II-14 B.6. Jumlah Rumah Tangga dan Prakiraan Timbulan
Sampah ... II-16 C. Kesehatan ... II-16 C.1. Perempuan Usia Subur, Jumlah Anak Lahir dan
Jumlah Anak Masih Hidup ... II-16 C.2. Jumlah Kematian ... II-17 C.3. Jenis Penyakit Utama Diderita Penduduk ... II-18 D. Pertanian ... I-20 D.1. Lahan Sawah, Frekuensi Penanaman dan Produksi ... II-20 D.2. Tanaman Palawija ... II-20
Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 5
D.3. Tanaman Perkebunan ………. II-21
D.4. Penggunaan Pupuk ………. II-23
D.5. Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian ... II-24 D.6. Peternakan ... II-25 D.7. Emisi Gas Metan (CH4) dari Lahan Sawan dan
Peternakan ………... II-27
D.8. Emisi Gas CO2 dari Pupuk ………. II-30
E. Industri ... II-30 E.1. Skala Usaha Industri ... II-30 E.2. Limbah Cair Industri ... II-32 F. Pertambangan ... II-34 G. Energi ... II-35 G.1. Jumlah Kendaraan Menurut Jenis Kendaraan dan Bahan
Bakar ... II-35 G.2. Emisi CO2 dari Konsumsi Energi ………....………. II-37 H. Transportasi ... II-38 H.1. Panjang Jalan ... II-38 H.2. Sarana Terminal Penumpang Umum ... II-39 H.3. Limbah Padat dari Sarana Transportasi ... II-40 I. Pariwisata ... II-41 I.1. Lokasi Obyek Wisata, Jumlah Pengunjung dan Luas
Kawasan ... II-41 I.2. Sarana Hotel/Penginapan, Jumlah Kamar dan Tingkat
Hunian ... II-42 I.3. Limbah Pariwisata ... II-45 I.4. Beban Limbah Cair dan Padat dari Hotel ... II-46 J. Limbah B3 ... II-50 J.1. Industri Penghasil Limbah B3 ... II-50 J.2. Perusahaan Berizin Mengelola dan Mengangkut
Limbah B3 ... II-50 BAB III. UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN ... III-1 A. Rehabilitasi Lingkungan ... III-1 B. Amdal ... III-3 C. Penegakan Hukum ... III-5 D. Peran Serta Masyarakat ... III-5 D.1. Lembaga Swadaya Masyarakat ... III-6 D.2. Penerimaan Penghargaan Lingkungan Hidup ... III-7
Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 6
D.3. Kegiatan Penyuluhan, Pelatihan, Workshop dan Seminar
Lingkungan... III-8 D.4. Kegiatan Fisik Perbaikan Lingkungan ... III-9 E. Kelembagaan ... III-9 E.1. Produk Hukum ... III-10 E.2. Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup ... III-10
E.3. Sumberdaya Manusia ……… III-11
F. Respon yang Diperlukan atas Kondisi dan Tekanan
terhadap Lingkungan Hidup ... III-12 F.1. Agenda Penangulangan Kemiskinan ………... III-13 F.2. Agenda Pengelolaan Lahan Kritis ... III-14 F.3. Agenda Penanganan Penurunan Keanekaragaman
Hayati ... III-15 F.4. Agenda Pengelolaan Penyediaan Air Bersih ... III-16 F.5. Agenda Penanganan Pencemaran Air ... III-16 F.6. Agenda Penanganan Pencemaran Udara ... III-17 F.7. Agenda Penanganan Abrasi Pantai ... III-17 F.8. Agenda Penanganan Kerusakan Terumbu Karang ... III-18 F.9. Agenda Penanganan Bencana Banjir dan Longsor ... III-19 F.10. Agenda Penanganan Sanitasi Lingkungan ... III-19 F.11. Agenda Penanganan Masalah Sampah ... III-20 F.12. Agenda Penanganan Emisi Gas Rumah Kaca ... III-20
Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 7
DAFTAR TABEL
Halaman
BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA
A. Lahan dan Hutan
Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama di
Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ... I-3
Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status di
Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ... I-4
Tabel SD-3. Luas Kawasan Lindung Berdasarkan RTRW dan Tutupan
Lahannya ... I-6
Tabel SD-4. Luas Penutupan Lahan dalam Kawasan Hutan dan Luar
Kawasan Hutan ... I-9
Tabel SD-5. Luas Lahan Kritis di Kabupaten Buleleng ... I-12
Tabel SD-5A. Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering Akibat Erosi
Air di kabupaten Buleleng tahun 2010 ... I-13
Tabel SD-5B Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering di Kabupaten
Buleleng Tahun 2010 ... I-13
Tabel SD-5C Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Basah ... I-13
Tabel SD-6. Perkiraan Luas Kerusakan Hutan menurut Penyebabnya
di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ... I-14
Tabel SD-7. Konversi Hutan menurut Peruntukan di Kabupaten
Buleleng tahun 2010 ... I-15
Tabel SD-8. Luas Hutan Tanaman Industri di kabupaten Buleleng
Tahun 2010 ... I-16
B. Keanekaragaman Hayati
Tabel SD-9. Jumlah Spesies Flora dan Fauna yang Diketahui dan
Dilindungi ... I-17
Tabel SD-10. Keadaan Flora dan Fauna yang Dilindungi di Kabupaten
Buleleng Tahun 2010 ... I-17
C. Air
Tabel SD-11. Inventarisasi Sungai di kabupaten Buleleng ... I-19
Tabel SD-12. Inventarisasi Danau/Waduk/Situ/Embung di Kabupaten
Buleleng Tahun 2010 ... I-22
Tabel SD-13. Kualitas Air Sungai di Kabupaten Buleleng tahun 2010 ... I-23
Tabel SD-14. Kualitas Air Danau/Situ/Embung di Kabupaten Buleleng
Tahun 2010 ………... I-27
Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 8
D. Udara
Tabel SD-16 Kualitas Udara Ambien di Kabupaten Buleleng Tahun
2010 ... I-32
Tabel SD-17 Kualitas Air Hujan di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ... I-33
E. Laut, Pesisir dan Pantai
Tabel SD-18. Kualitas Air Laut di Kabupaten Buleleng tahun 2010 ... I-34
Tabel SD-19. Luas Tutupan dan Kondisi Terumbu Karang di Kabupaten
Buleleng Tahun 2010 ... I-36
Tabel SD-20. Luas dan Kerusakan Padang Lamun di Kabupaten
Buleleng Tahun 2010 ... I-37
Tabel SD-21. Luas dan Kerapatan Tutupan Mangrove di Kabupaten
Buleleng Tahun 2010 ... I-38
F. Iklim
Tabel SD-22. Curah Hujan Rata-rata Bulanan di Kabupaten Buleleng
tahun 2009 dan 2010 ………... I-39
Tabel SD-23. Suhu Udara Rata-Rata Bulanan di Kabupaten Buleleng
Tahun 2010 ………... I-40
G. Bencana Alam
Tabel BA-1. Bencana Banjir, Korban, dan Kerugian di Kabupaten
Buleleng Tahun 2010 ... I-41
Tabel BA-1A. Bencana Banjir dan Jumlah Terkena Musibah di
Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ... I-41
Tabel BA-2. Bencana Kekeringan, Luas, dan Kekeringan di Kabupaten
Buleleng Tahun 2010 ... I-42
Tabel BA-3. Bencana Tanah Longsor, Korban, dan Kerugian di
Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ... I-43
Tabel BA-4. Bencana Kebakaran Hutan/Lahan, Luas, dan Kerugian di
Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ... I-44
Tabel BA-5. Bencana Alam Gempa Bumi, Korban, dan Kerugian di
Kabupaten Buleleng Tahu 2010 ... I-46
Tabel BA-5A. Bencana Gelombang Pasang, Korban, dan Kerugian di
Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ... I-46
BAB II TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN
A. Kependudukan
Tabel DE-1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan dan
Kepadatan penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten
Buleleng Tahun 2009 ... II-2
Tabel DE-2. Penduduk Laki-laki menurut Kecamatan, dan Golongan
Umur di Kabupaten Buleleng Tahun 2009 ... II-3
Tabel DE-3. Penduduk Perempuan menurut Kecamatan , dan
Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 9
Tabel DE-4. Migrasi Selama Hidup Menurut Jenis Kelamin di
Kabupaten Buleleng Tahun 2009 ... II-5
Tabel DE-5. Penduduk di Wilayah Pesisir dan Laut di Kabupaten
Buleleng Tahun 2009 ... II-6
Tabel DS-1. Penduduk Laki-laki Berusia 5-24 Tahun Menurut
Golongan Umur dan Status Pendidikan di Kabupaten
Buleleng Tahun 2010 ... II-7
Tabel DS-2. Penduduk Perempuan Berusia 5-24 Tahun Menurut
Golongan Umur dan Status Pendidikan di Kabupaten
Buleleng Tahun 2010 ... II-8
Tabel DS-3. Penduduk Laki-laki Berumur 5 Tahun Keatas Menurut
Golongan Umur dan Pendidikan Tertinggi di Kabupaten
Buleleng Tahun 2010 ... II-8
Tabel DS-4. Penduduk Perempuan Berumur 5 Tahun Keatas Menurut
Golongan Umur dan Pendidikan Tertinggi di Kabupaten
Buleleng Tahun 2010 ... II-9
Tabel DS-5. Jumlah Penduduk, Luas Daerah, Jumlah Sekolah
Menurut Kecamatan dan Tingkat Pendidikan di Kabupaten
Buleleng tahun 2010 ... II-10
Tabel DS-5A. Jumlah Penduduk, Luas Daerah, Jumlah Madrasah
Menurut Kecamatan dan Tingkat Pendidikan... II-10
B. Permukiman
Tabel SE-1. Jumlah Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Buleleng ... II-11
Tabel SE-2. Jumah Rumah Tangga menurut Lokasi Tempat Tinggal di
Kabuaten Buleleng Tahun 2010 ... II-12
Tabel SE-3. Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum di
Kabupaten Buleleng Tahun 2009 ... II-13
Tabel SP-1. Jumlah Rumah Tangga dan menurut Cara Pembuangan
Sampah di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ... II-13
Tabel SP-2. Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas Tempat Buang Air
Besar ... II-15
Tabel SP-3. Jumlah Rumah Tangga Tanpa Tanki Septik di Kabupaten
Buleleng Tahun 2010 ... II-15
Tabel SP-4. Jumlah Rumah Tangga dan Perkiraan Timbulan Sampah
per Hari di Kabupaten Bulleng Tahun 2010 ... II-16
C. Kesehatan
Tabel DS-6. Jumlah Pasangan Usia Subur, Jumlah Anak Lahir Hidup,
dan Jumlah Anak Masih Hidup menurut Golongan Umur
Ibu di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ... II-17
Tabel DS-7. Jumlah Kematian dalam Setahun Menurut Golongan
Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Buleleng Tahun
2010 ... II-18
Tabel DS-7A Jumlah Kematian Penduduk Menurut Jenis Kelamin di
Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 10
Tabel DS-8. Jenis Penyakit Utama yang Diderita Penduduk di
Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ... II-19
Tabel SP-5. Perkiraan Volume Limbah Padat dan Limbah Cair dari
Rumah Sakit... II-19
D. Pertanian
Tabel SE-4. Luas Lahan Sawah menurut Frekuensi Penanaman, dan
Produksi per Hektar Tahun 2009 ... II-20
Tabel SE-5. Produksi Tanaman Palawija menurut Jenis Tanaman di
Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ... II-21
Tabel SE-6. Luas Lahan dan Produksi Perkebunan Besar dan Rakyat
menurut Jenis Tanaman di Kabupaten Buleleng Tahun
2010 ... II-22
Tabel SE-6A. Luas Lahan dan Produksi Perkebunan Besar dan Rakyat
menurut Jenis Tanaman Lainnya... II-22
Tabel SE-7. Penggunaan Pupuk untuk Tanaman Perkebunan menurut
Jenis Pupuk di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ... II-23
Tabel SE-8. Penggunaan Pupuk untuk Tanaman Padi dan Palawija
menurut Jenis Pupuk di Kabupaten Buleleng
Tahun 2010 ………... II-24
Tabel SE-9. Luas Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian di
Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ... II-25
Tabel SE-10. Jumlah Hewan Ternak menurut Jenis Ternak di
Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ... II-26
Tabel SE-11. Jumlah Hewan Unggas menurut Jenis Unggas di
Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ... II-27
Tabel SP-6. Perkiraan Emisi Gas Metan (CH4) dari Lahan Sawah di
Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ... II-27
Tabel SP-7. Perkiraan Emisi Gas Metan (CH4) dari Kegiatan
Peternakan di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ... II-28
Tabel SP-7A. Perkiraan Emisi Gas Metan (CH4) Hewan Ternak menurut
Jenis Ternak di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ... II-29
Tabel SP-7B. Perkiraan Emisi Gas Metan (CH4) Hewan Unggas
menurut Jenis Unggas di Kabupaten Buleleng
Tahun 2010 ... II-29
Tabel SP-8. Perkiraan Emisi Gas CO2 dari Penggunaan Pupuk Urea
di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ... II-30
E. Industri
Tabel SE-12. Jumlah Industri/Kegiatan Usaha Skala Menengah dan
Besar ... II-31
Tabel SE-13. Jumlah Industri/Kegiatan Usaha Skala Kecil... II-33
Tabel SP-9. Perkiraan Beban Limbah Cair dari Industri Skala
Menengah dan Besar di Kabupaten Buleleng
Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 11
Tabel SP-9A. Perkiraan Kandungan Limbah Cair pada Titik Pantau dari
Industri Skala Menengah dan Besar di Kabupaten
Buleleng Tahun 2010 ……… II-33
Tabel SP-10. Perkiraan Beban Emisi dari Industri Skala Kecil di
Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ... II-33
F. Pertambangan
Tabel SE-14 Luas Areal dan Produksi Pertambangan menurut Jenis
Bahan Galian di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ... II-34
Tabel SE-15 Luas Areal Pertambangan Rakyat menurut Jenis Bahan
Galian di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ... II-34
G. Energi
Tabel SE-16. Jumlah Kendaraan Bermotor menurut Jenis Kendaraan
dan Bahan Bakar yang Digunakan di Kabupaten Buleleng
Tahun 2010 ... II-35
Tabel SE-17. Jumlah Stasiun Pompa Bensin Umum (SPBU) dan
Rata-rata Penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kabupaten
Buleleng Tahun 2009 ... II-36
Tabel SE-18. Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk Sektor
Industri menurut Jenis Bahan Bakar di Kabupaten
Buleleng Tahun 2010 ... II-36
Tabel SE-19. Jumlah Rumah Tangga dan Penggunaan Bahan Bakar
untuk Memasak di Kabupaten Buleleng Tahun 2009 ... II-37
Tabel SP-11. Perkiraan Emisi CO2 dari Konsumsi Energi menurut
Sektor Pengguna di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ... II-38
H. Transportasi
Tabel SE-20. Panjang Jalan menurut Kewenangan di Kabupaten
Buleleng Tahun 2010 ... II-38
Tabel SE-21. Sarana Terminal Kendaraan Penumpang Umum di
Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ... II-39
Tabel SE-22. Sarana Pelabuhan Laut, Sungai, dan Danau di Kabupaten
Buleleng Tahun 2010 ...
II-40
Tabel SE-23. Sarana Pelabuhan Udara di Kabupaten Buleleng ... II-40
Tabel SP-12. Perkiraan Volume Limbah Padat dari Sarana Transportasi
di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ... II-41
I. Pariwisata
Tabel SE-24. Lokasi Obyek Wisata , Jumlah Pengunjung, dan Luas
Kawasan di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ... II-41
TabelSE-24A. Nama, Lokasi, dan Luas Kawasan Pariwisata di
Kabupaten Buleleng ... II-42
Tabel SE-25. Sarana Hotel/Penginapan, Jumlah Kamar, dan Tingkat
Hunian di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ... II-43
Tabel SP-13. Perkiraan Volume Limbah padat dari Obyek Wisata di
Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 12
Tabel SP-14. Perkiraan Beban Pencemaran Limbah Cair dan Volume
Limbah Padat dari Hotel di Kabupaten Buleleng Tahun
2010 ... II-47
J. Limbah B3
Tabel SP-15. Perusahaan Penghasil Limbah B3 di Kabupaten Buleleng
Tahun 2010 ... II-50
Tabel SP-16. Perusahaan yang Mendapat Izin Mengelola Limbah B3 di
Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ... II-51
Tabel SP-17. Perusahaan yang Mendapat Izin Mengangkut Limbah B3
di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ... II-51
BAB III UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
A. Rehabilitasi Lingkungan
Tabel UP-1. Rencana dan Realisasi Kegiatan Penghijauan dI
Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ………... III-2
Tabel UP-2. Rencana dan Realisasi Kegiatan Reboisasi di Kabupaten
Buleleng Tahun 2010 ... III-2
Tabel UP-3. Kegiatan Fisik Lainnya di Kabupaten Buleleng Tahun
2010 ... III-3
B. Amdal
Tabel UP-4. Rekomendasi Amdal/UKL/UPL di Kabupaten Buleleng
Tahun 2010 ... III-4
Tabel UP-5. Pengawasan Pelaksanaan UKL/UPL di Kabupaten
Buleleng Tahun 2010 ... III-4
C. Penegakan Hukum
Tabel UP-6. Pengaduan Masalah Lingkungan di Kabupaten Buleleng
Tahun 2010 ... III-5
Tabel UP-7. Status Pengaduan Masyarakat di Kabupaten Buleleng
Tahun 2010 ... III-6
D. Peran Serta Masyarakat
Tabel UP-8. Jumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di
Kabupaten Buleleng ... III-6
Tabel UP-9. Penerima Penghargaan Lingkungan Kabupaten Buleleng
Tahun 2010 ... III-7
Tabel UP-10. Kegiatan Penyuluhan Lingkungan di Kabupaten Bulelng
Tahun 2010 ... III-9
Tabel UP-11. Kegiatan Fisik Perbaikan Kualitas Lingkungan Oleh
Masyarakat Tahun 2010 ... III-9
E. Kelembagaan
Tabel UP-12. Produk Hukum Bidang Tata Ruang dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup ... III-10
Tabel UP-13. Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten di
Buleleng Tahun 2009 dan 2010 ... III-11
Tabel UP-14. Jumlah Personil Lembaga Pengelola Lingkungan Hidup
menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Bulelng ... III-12
Tabel UP-15. Jumlah Staf Fungsional Bidang Lingkungan di Kabupaten
Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 13 A. Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk yang pesat dan penggunaan Sumber Daya Alam untuk pemenuhan kebutuhan hidup yang cenderung eksploitatif merupakan tantangan terbesar bagi daerah yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam mejaga kelestarian fungsi lingkungan hidup. Jumlah penduduk yang terus meningkat disertai penggunaan Sumber Daya Alam berlebihan dapat menjadi tekanan yang besar bagi lingkungan.
Kabupaten Buleleng sebagai daerah yang sedang giat-giatnya membangun juga menghadapi tantangan itu. Dengan luas wilayah 136.588 Ha atau 24,25% dari luas wilayah Provinsi Bali dan memiliki penduduk 654.147 jiwa pada tahun 2009 (Buleleng
Dalam Angka, 2010), Kabupaten Buleleng berkomitmen mengelola dinamika
kependudukan dan kelestarian Sumber Daya Alam guna mewujudkan pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan rakyat. Komitmen tersebut tergambar melalui visi Kabupaten Buleleng.
Visi Kabupaten Buleleng sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2007-2012 adalah Terwujudnya Peningkatan Kepercayaan dan
Kesejahteraan Masyarakat Buleleng yang Dilandasi Falsafah Tri Hita Karana.
Muara dari semua upaya pembangunan di Kabupaten Buleleng adalah terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Agar upaya pembangunan mendapat dukungan masyarakat maka perlu adanya kepercayaan. Landasan Falsafah Tri Hita Karana (tiga hal penyebab kebahagiaan), menghendaki adanya keserasian relasi antara manusia dengan Tuhan, relasi manusia dengan sesama manusia (lingkungan sosial), dan relasi manusia dengan
Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 14
alam semesta (lingkungan alam). Visi Kabupaten Buleleng itu sejalan dengan pembangunan berwawasan lingkungan.
Dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan, unsur konservasi dan pelestarian lingkungan hidup harus dimasukkan ke dalam kerangka proses pembangunan. Hal ini mengisyaratkan pembangunan berkelanjutan hanya dapat diwujudkan jika dalam perencanaannya didasarkan atas data dan informasi lingkungan hidup daerah yang tepat dan akurat. Dengan maksud tersebut maka setiap tahun Kabupaten Buleleng menyusun Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) yang diarahkan sebagai sumber data dan informasi bagi para pengambil keputusan dalam merancang kebijaksanaan pengelolaan lingkungan hidup, dan bagi masyarakat luas untuk berpartisipasi dalam pengelolaan lingkungan ataupun mengajak masyarakat untuk memikirkan betapa pentingnya lingkungan kita dan bertindak secara bersama untuk mencegah kerusakan lingkungan
B. Tujuan Penulisan Laporan
Tujuan penyusunan laporan status lingkungan hidup Kabupaten Buleleng sejalan dengan tujuan penyusunan laporan status linngkungan hidup Provinsi Bali, yaitu :
1. Menyediakan data, informasi, dan dokumentasi untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan pada semua tingkat dengan memperhatikan aspek dan daya dukung serta daya tampung lingkungann hidup daerah.
2. Meningkatkan mutu informasi tentang lingkungan hidup sebagai bagian dari sistem pelaporan publik serta sebagai bentuk dari akuntabilitas publik.
3. Menyediakan sumber informasi utama bagi Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (Repetada), Program Pembangunan Daerah (Propeda), dan kepentingan penanaman modal (investasi).
4. Menyediakan informasi lingkungan hidup sebagai sarana public untuk melakukan pengawasan dan penilaian pelaksanaan Tata Praja Lingkungan (Good Environmental
Governance) di daerah, dan sebagai landasan publik untuk berperan dalam
menentukan kebijakan pembangunan berkelanjutan bersama-sama dengan
Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 15 C. Metode Penyusunan Laporan
Penyusunan laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng ini menggunakan metode penyusunan dengan model Tekanan (Pressure), Kondisi
(State),Tanggapan (Response) (P-S-R). Model ini merupakan suatu analisis yang menggunakan tekanan yang terjadi pada lingkungan sebagai sebab akibat dari kegiatan manusia yang mempunyai efek terhadap perubahan kondisi/keadaan lingkungan dan tanggapan yang dilakukan oleh masyarakat dalam rangka penanggulangan/pemulihan kondisi tersebut. Pendekatan ini menyediakan sistem informasi sosio ekonomi, lingkungan dan sumber daya alam, kualitas lingkungan dan respon bagi para pemangku kepentingan dalam membuat suatu kebijaksanaan lingkungan.
D. Isu-isu Lingkungan Hidup
D.1. Isu-isu Lingkungan Hidup Tingkat Nasional dan Global
Indonesia sebagai negara berdaulat sekaligus merupakan bagian dari pergaulan manca negara saat ini menghadapi berbagai tantangan strategis dan politis baik yang bersifat nasional maupun global. Secara nasional, Indonesia harus menuntaskan berbagai program strategis seperti: (1) otonomi daerah dan implikasinya, (2) pengembangan kemaritiman/sumber daya kelautan, (3) pengembangan kawasan tertinggal untuk pengentasan kemiskinan dan krisis ekonomi, (4) penanganan lahan kritis, (5) daur ulang hidrologi, dan (6) pemenuhan kebutuhan pendidikan, kesehatan dan energi masyarakat. Tantangan yang bersifat global antara lain: (1) globalisasi ekonomi, (2) penanganan kawasan perbatasan antar negara dan sinkronisasinya, (3) terorisme, dan (4) pemanasan global (global warming).
Khusus untuk pemanasan global, Indonesia dituding sebagai salah satu kontributor besar gas rumah kaca (GRK) karena luasnya kerusakan hutan dan lahan, serta jumlah penduduk yang besar. Indonesia juga menjadi salah satu negara tumpuan penurunan suhu bumi dalam jangka panjang melalui pemulihan kondisi hutan dan lahannya.
Pemanasan global pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca. Efek rumah kaca terjadi karena meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4),
Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 16
Dampak pemanasan global bersifat luas dan serius bagi lingkungan bio-geofisik maupun sosial ekonomi masyarakat. Dampak terhadap lingkungan bio-geofisik antara lain dalam bentuk pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, kerusakan sempadan sungai dan pantai, perluasan gunung pasir, perubahan iklim (climate change), anomali iklim, langka bahkan punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, pencemaran air, dan sebagainya. Sedangkan dampak bagi kegiatan sosial-ekonomi
masyarakat antara lain: (a) gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota pantai, (b) gangguan terhadap fungsi sarana dan prasarana seperti jaringan jalan, pelabuhan dan bandara, (c) gangguan terhadap pemukiman penduduk, (d) pengurangan produktivitas lahan pertanian, (e) meningkatkan jumlah lahan kritis, (f) penurunan kualitas air, dan sebagainya.
Pemanasan global merupakan permasalahan internasional yang perlu penanganan terpadu pada tingkat lokal (kabupaten), regional (provinsi), nasional maupun internasional. Salah satu bentuk penanganan tingkat lokal adalah melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan. Proses pengambilan keputusan untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan memerlukan ketersediaan data, keakuratan analisis, serta penyajian informasi lingkungan hidup yang informatif tentang sumber daya alam.
D.2. Isu-isu Lingkungan Hidup Lokal
Isu-isu lingkungan hidup pada tingkat lokal adalah isu-isu lingkungan hidup pada kurun waktu tahun 2010 di Kabupaten Buleleng. Isu-isu lingkungan hidup dimaksud meliputi: (1) isu-isu lingkungan hidup utama, dan (2) isu-isu lingkungan hidup lainnya, sebagai berikut.
1. Isu-isu Lingkungan Hidup Utama
Isu-isu lingkungan hidup utama merupakan isu-isu lingkungan hidup di Kabupaten Buleleng yang perlu segera ditangani yang mencakup isu-isu berikut.
a) Kemiskinan
Jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) di Kabupaten Buleleng masih cukup tinggi, yaitu 45.187 RTM. Jika dibandingkan data tahun 2005 sebanyak 47.908 RTM, jumlah rumah tangga miskin memang telah mengalami penurunan sebesar 5,68% atau sekitar 2.721 RTM, namun jumlahnya masih cukup tinggi sehingga perlu penanganan serius. Masalah kemiskinan sangat berkaitan dengan lingkungan hidup. Lingkungan hidup yang rusak tidak
Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 17
mampu memberi dukungan bagi penduduk yang hidup di dalamnya sehingga dapat menyebabkan penduduk menjadi miskin. Sebaliknya penduduk yang miskin tidak mampu menyediakan sarana sanitasi lingkungan sehingga berpotensi melakukan pencemaran lingkungan. Penduduk miskin juga potensial merusak lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, betapapun kecil kemampuannya merusak lingkungan, tetapi kalau jumlah mereka banyak maka kerusakan yang ditimbulkannya juga menjadi banyak. Oleh karena itu, penduduk miskin perlu segera
ditangani karena muara dari semua upaya pembangunan adalah menghapuskan kemiskinan. Selain itu penanganan segera isu kemiskinan ini perlu dilakukan karena ada kecenderungan meningkat jumlahnya di Kabupaten Buleleng. Penanganan segera isu ini baik dilakukan dari sisi pendataan untuk memperoleh data yang akurat, dan mendapatkan upaya yang paling tepat untuk penanggulangannya.
b) Lahan Kritis
Lahan kritis merupakan suatu lahan yang kondisi tanahnya telah mengalami atau dalam proses kerusakan fisik, kimia atau biologi yang akhirnya membahayakan fungsi hidrologis, orologi, produksi pertanian, pemukiman, dan kehidupan sosial ekonomi di sekitar daerah pengaruhnya.
Luas lahan kritis di Kabupaten Buleleng pada tahun 2010 mencapai 95.261 Ha atau 69,74% luas wilayah Kabupaten Buleleng. Lahan kritis dimaksud mencakup semua kategori kekritasan lahan (sangat kritis, kritis, agak kritis dan potensial kritis), dan terdapat baik di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan.
Isu lahan kritis perlu ditangani segera karena terkait dengan keberadaan orang miskin. Jika dibiarkan bisa sebagai pemacu kemiskinan alamiah di kalangan petani. Luas lahan kritis di Kabupaten Buleleng tampaknya memang berkaitan dengan jumlah Rumah Tangga Miskin, seperti dapat disimak pada table berikut.
Tabel 1-1.
Luas Lahan Kritis dan Jumlah Rumah Tangga Miskin Per Kecamatan Di Kabupaten Buleleng Tahun 2010
No. Kecamatan Luas (Ha)*) Jumlah RTM
1. Gerokgak 35.597,00 7.419
Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 18
3. Busungbiu 7.549,00 3.418 4. Banjar 13.742,00 5.631 5. Sukasada 7.466,00 3.492 6. Buleleng - 5.462 7. Sawan 3.138,00 3.115 8. Kubutambahan 8.615,00 5.105 9. Tejakula 8.375,00 4.344 Jumlah 95.261,00 45.187
Keterangan : *) Mencakup Semua Lahan di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Buleleng dan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa Kabupaten Buleleng (2010)
Kemiskinan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, tidak semata faktor alam. Tetapi, faktor alam misalnya lahan yang tidak subur atau kritis tidak mampu secara optimal memberi dukungan bagi kehidupan sehingga dapat menyebabkan kemiskinan penduduk yang hidup di atasnya.
Pada Tabel 1.1 di atas dapat disimak, lahan kritis terluas di Kabupaten Buleleng ada di Kecamatan Grokgak. Jumlah Rumah Tangga Miskin pada tingkat kecamatan terbanyak juga terdapat di Kecamatan Grokgak. Jumlah Rumah Tangga Miskin paling sedikit terdapat di Kecamatan Sawan yang ternyata memiliki lahan kritis paling sempit. Sementara di Kecamatan Buleleng meskipun tidak terdapat lahan kritis namun jumlah Rumah Tangga Miskin relatif besar. Hal ini diperkirakan disebabkan oleh kepadatan penduduk di Kecamatan Buleleng yang paling padat di antara kecamatan yang ada, dengan sumber mata pencaharian yang sangat beragam. Pengaruh lahan kritis terhadap kemiskinan sebagaimana dijelaskan di atas masih merupakan indikatif, sehingga diperlukan adanya pengkajian lebih lanjut yang melibatkan berbagai variabel lain yang terkait.
2. Isu-isu Lingkungan Hidup Lainnya
Selain persoalan kemiskinan dan lahan kritis yang merupakan isu-isu lingkungan hidup utama, di Kabupaten Buleleng juga muncul isu-isu lingkungan hidup lainnya yang terjadi pada media lahan dan hutan, keanekaragaman hayati, air, udara, pesisir, laut dan pantai, dan lingkungan pemukiman, yang juga memerlukan penanganan. Secara langsung maupun tidak langsung, penanganan isu-isu lainnya terkait dan bisa memberi kontribusi pada isu-isu lingkungan hidup utama. Isu-isu lainnya yang ada di Kabupaten Buleleng meliputi isu-isu sebagai berikut.
Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 19
2) Penyediaan air bersih 3) Banjir dan longsor 4) Erosi dan sedimentasi 5) Pencemaran air 6) Pencemaran udara
7) Penurunan keanekaragaman hayati 8) Abrasi pantai
9) Kerusakan terumbu karang 10) Sanitasi lingkungan
11) Masalah sampah
Isu-isu lingkungan hidup itu selain dikonfirmasi oleh data yang tersedia pada tahun 2010, juga didasarkan fakta-fakta lapangan yang mengindikasikan terjadinya isu-isu lingkungan hidup tersebut.
Isu-isu lingkungan hidup baik isu global, nasional maupun lokal memerlukan penanganan yang simultan dan terpadu antar sektor. Pada tahap awal perlu dilakukan identifikasi dan inventarisasi faktor-faktor dan kegiatan yang berpotensi memberikan tekanan terhadap lingkungan hidup. Faktor-faktor dan kegiatan tersebut antara lain kependudukan, permukiman (terutama rumah tagga miskin), kesehatan, pertanian dalam arti luas, industri, pertambangan, energi, transportasi, pariwisata, dan kegiatan yang menghasilkan limbah B3.
Kemiskinan dan lahan kritis merupakan isu penting di Kabupaten Buleleng. Kemiskinan dan lahan kritis sangat terkait erat, sebagaimana telah dijelaskan di atas. Faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan danitasi lingkungan yang buruk, pelayanan kesehatan yang kurang baik, kegiatan pertanian yang eksploitatif dan tidak ramah lingkungan, kegiatan industri yang mengabaikan pengelolaan lingkungan, boros penggunaan energi, dan lain sebagainya akan menurunkan kemampuan lingkungan mendukung aktivitas manusia agar berproduksi/berkarya secara maksimal (produktif). Biaya yang dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas semakin tinggi, semakin tidak sebanding dengan penghasilan yang menyebabkan kekuatan ekonomi masyarakat semakin menurun, bertambahlah akngka kemiskinan.
Kabupaten Buleleng telah melakukan berbagai upaya untuk merespon berbagai tekanan lingkungan dengan melakukan pengelolaan lingkungan hidup semaksimal mungkin. Upaya yang telah dilakukan meliputi : (1) rehabilitasi lingkungan baik dengan melaksanakan reboisasi, penghijauan, maupun penerapan metode konservasi sipil teknis,
Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 20
(2) melaksanakan Amdal, (3) penegaram supremasi hukum (pembuatan Perda tentang lingkungan dan penerapannya), (4) meningkatkan peran serta dan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan lingkungn hidup, (5) meningkatkan penganggaran pengelolaan lingkungan dari APBD, dan (6) peningkatan kualitas sumberdaya aparatur pemerintah dalam pengelolaan lingkungan.
Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 21
Pada dasarnya sumber daya alam merupakan potensi sumber daya yang terkandung dalam bumi (tanah), air dan udara yang dapat didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan manusia. Sumber daya alam seperti lahan dan hutan, keanekaragaman hayati, air, udara, laut, pesisir dan pantai sangat penting bagi kelangsungan makhluk hidup sehingga kondisinya perlu selalu dipantau dan dijaga kelestariannya. Selian itu, faktor alam seperti iklim dan bencana alam berikut kecenderungannya juga perlu selalu dipantau untuk menentukan langkah-langkah penanaganannya. Kondisi sumber daya alam di Kabupaten Buleleng tahun 2010 adalah sebagai berikut.
A. Lahan dan Hutan
Lahan dan hutan merupakan sumber daya yang sangat penting untuk menopang kehidupan. Lahan merupakan tempat berlangsungnya kehidupan, termasuk kehidupan ekosistem hutan. Sedangkan hutan adalah hamparan lahan dimana hidup sumber daya hayati yang didominasi oleh pepohonan yang dapat menciptakan iklim mikro wilayah sekitarnya. Hutan merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai karena didalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu dan bukan kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah, perlindungan alam hayati untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, rekreasi, pariwisata dan sebagainya. Demikian pentingnya lahan dan hutan hutan bagi kelangsungan makhluk hidup maka harus dijaga kelestariannya.
Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 22 A.1. Penggunaan Lahan Utama
Penggunaan lahan merupakan salah satu faktor penentu erosi yang bersifat dinamis. Penggunaan lahan sangat berkaitan dengan degradasi lahan yang merupakan masalah utama lingkungan dan isu penting dalam Konvensi PBB. Menurut FAO, definisi degradasi lahan adalah penurunan kapasitas produktif lahan secara temporal maupun permanen. Berdasarkan definisi ini, degradasi lahan berhubungan erat dengan kualitas tanah. Salah satu bentuknya adalah erosi tanah yang merupakan proses pemecahan dan transportasi tanah pada permukaan lahan oleh angin dan air yang dipengaruhi oleh faktor alam (energi hujan, materi induk tanah, kedalaman tanah, dan topografi) dan faktor antropologi. Dengan demikian erosi tanah adalah fungsi dari erosivitas dan erodibilitas tanah (kondisi fisik tanah, kondisi topografi dan tutupan vegetasi/penggunaan lahan). Erosi tanah merupakan salah satu bencana sumber daya alam, yang jika terjadi terus menerus akan memicu terjadinya bencana alam lain, seperti tanah longsor dan banjir.
Penggunaan lahan utama di
Kabupaten Buleleng tahun 2010 didominasi oleh lahan kering atau tegalan, yaitu seluas 46.150 Ha atau 33,79% dari total luas wilayah kabupaten yang mencapai 136.588 Ha. Penggunaan lahan yang cukup luas setelah lahan kering adalah hutan negara yaitu 44.681 Ha (32,71%) dan perkebunan 30.067 Ha (22,01%). Sedangkan sawah hanya menempati luasan 10.913 Ha; 7,99% dari luas wilayah kabupaten (Gambar 1-1 dan Tabel SD-1).
Gambar 1-1.
Proporsi Penggunaan Lahan Utama di Kabupaten Buleleng Tahun 2010
Sumber : Diolah dari Data BPS Kabupaten Buleleng (2010)
Perkebunan: salah satu penggunaan lahan utama Sawah: salah satu penggunaan lahan utama
0,00% 7,99% 33,79% 22,01% 32,71% 3,50% 0,00% 5,00% 10,00% 15,00% 20,00% 25,00% 30,00% 35,00% Non Pertanian Sawah Lahan Kering PerkebunanHutan Lainnya
Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 23
Pada Tabel SD-1 diperlihatkan adanya peningkatan penggunaan lahan untuk pertanian lahan kering dari 46.055 Ha pada tahun 2009 menjadi 46.150 Ha tahun 2010. Hal ini terjadi karena lahan kering seluas 95 Ha yang tidak ditanami pada tahun 2009 telah ditanami pada tahun 2010. Tipe pertanian lahan kering atau tegalan pada umumnya memeliki tutupan vegetasi yang terbatas. Pertanian lahan kering harus dikelola dengan baik, dengan memperhatikan konsep-konsep konservasi agar tidak terjadi kerusakan lahan akibat erosi, terutama pada musim hujan.
Tabel SD-1.
Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama di Kabupaten Buleleng Tahun 2010
No. Kecamatan
Luah Lahan (Ha) Non Pertanian*) Sawah Lahan Kering Per-kebunan Hutan**) Lain-nya***) Jumlah 1. Gerokgak 0 683 7.476 1.374 25.840 264 35.637 2. Seririt 0 1.450 6.218 1.330 2.062 118 11.178 3. Busungbiu 0 958 6.026 5.313 7.284 81 19.662 4. Banjar 0 655 4.749 8.233 1.981 1.642 17.260 5. Sukasada 0 2.199 5.624 5.315 2.966 1.189 17.293 6. Buleleng 0 1.771 2.538 181 0 204 4.694 7. Sawan 0 2.737 1.803 2.444 2.007 261 9.252 8. Kubutambahan 0 547 6.164 3.405 911 797 11.824 9. Tejakula 0 0 5.465 2.472 1.630 201 9.768 Jumlah 0 10.913 46.150 30.067 44.681 4.777 136.588
Keterangan : *) Lahan marginal / lahan kering yang tidak ditanami; **) Hutan Negara; ***) Pekarangan / pemukiman dan lainnya
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Buleleng (2010)
Hutan negara di Kabupaten Buleleng seluas 44.681 Ha atau 32,71% dari total luas wilayah kabupaten, tetap dapat dipertahankan pada tahun 2010. Luas hutan tersebut sudah memenuhi luasan ideal untuk optimalisasi manfaat lingkungan, sebagaimana diamanatkan pada Pasal 18 ayat (2) Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan.
A.2. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi / Status
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Sedang kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 24
Luas kawasan hutan di Kabupaten Buleleng pada tahun 2010 mencapai 51.436,21 Ha, sama seperti pada tahun 2009. Dari luas tersebut, 31.936,32 Ha (62,09%) diantaranya berupa hutan lindung. Sisanya berstatus sebagai Taman Nasional, Hutan Produksi (HP dan HPT), dan Taman Wisata. Kawasan hutan yang paling sempit difungsikan sebagai taman wisata, yaitu 948,65 Ha (Tabel SD-2).
Tabel SD-2.
Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status di Kabupaten Buleleng Tahun 2010
No. Fungsi Luas (Ha)
1. Cagar Alam 1.004,47
2. Suaka Margasatwa 0
3. Taman Wisata 948,65
4. Taman Buru 0
5. Taman Nasional 12.814,89
6. Taman Hutan Raya 0
7. Hutan Lindung 31.936,32
8. Hutan Produksi*) 1.524,00
9. Hutan Produksi Terbatas 3.207,95
10. Hutan Produksi Konservasi 0
11. Hutan Kota 0
Jumlah 51.436,21
Keterangan : *) Perubahan lahan perkebunan menjadi fungsi hutan Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Buleleng (2010)
A.3. Luas Kawasan Lindung Berdasarkan RTRW dan Tutupan Lahannya
Kawasan lindung menurut Keppres No. 32 Tahun 1990 adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan dan nilai sejarahnya serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.
Luas kawasan lindung di wilayah Kabupaten Buleleng tahun 2010 menurut Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) adalah 143.311,04 Ha (Tabel SD-3). Kawasan lindung di Kabupaten Buleleng meliputi:
1) Kawasan yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya
Luas kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya 82.456,32 Ha. Sebagian besar (61,27%) merupakan kawasan resapan air (50.520 Ha) yang seluruhnya dalam keadaan tertutup vegetasi. Sedangkan kawasan hutan lindung yang luasnya mencapai 31.936,32 Ha; 1.600 Ha diantaranya merupakan tanah terbuka. Secara bertahap perlu diupayakan agar jumlah tanah terbuka pada kawasan lindung
Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 25
semakin berkurang. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL), khususnya kegiatan vegetatif (reboisasi maupun penghijauan). 2) Kawasan Perlindungan Setempat
Luas kawasan perlindungan setempat adalah 21.716,60 Ha, terdiri dari:
a) Sempadan Pantai, yaitu kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Luas sempadan pantai adalah 720 Ha (3,31%).
b) Sempadan Sungai, yaitu kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Luas sempadan sungai adalah 19.505 Ha (89,82%).
c) Kawasan Sekitar Danau atau Waduk, yaitu kawasan tertentu di sekeliling danau/waduk yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau/waduk. Luas kawasan sekitar danau atau waduk di Kabupaten Buleleng adalah 1.491,6 Ha (6,87%).
3) Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
Perubahan luas yang signifikan tampak pada Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya (Tabel SD-3). Total luas menurut data tahun 2009 adalah 15.044,3 Ha. Sedangkan pada tahun 2010 total luasan mencapai 35.263,12 Ha atau 25,82% dari luas wilayah Kabupaten Buleleng. Perubahan tersebut disebabkan karena sudah dimasukannya kawasan suaka alam seluas 14.768 Ha pada data tahun 2010 dan penyempurnaan data-data luasan oleh masing-masing pengelola kawasan tersebut. 4) Kawasan Rawan Bencana
Kawasan Rawan Bencana adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana. Beberapa wilayah Kabupaten Buleleng tergolong rawan bencana banjir dan gelombang pasang. Luas kawasan rawan bencana banjir terlihat cenderung tetap, tetapi luas kawasan rawan gelombang pasang mengalami peningkatan dari 2.150 Ha (21,5 Km) pada tahun 2009 menjadi 3.350 Ha (33,5 Km) pada tahun 2010. Kabupaten Buleleng memiliki pantai sepanjang 144 Km yang beberapa bagian diantaranya rawan gelombang pasang.