TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Agile Methods Model Extreme Programing
Pada dekade 90-an diperkenalkan metode baru yang dikenal dengan nama Agile
Methods. Metode ini sangat revolusioner perubahannya jika dibandingkan dengan
berbagai metode sebelumnya. Agile Methods dikembangkan karena pada metode
tradisional terdapat banyak hal yang membuat proses pengembangan tidak dapat
berhasil dengan baik sesuai tuntutan user (Widodo dan Subekti, 2006). Salah satu
7
(XP). Model ini merupakan metode pengembangan perangkat lunak yang ringan
dan dipelopori oleh Kent Beck, Ron Jeffries, dan Ward Cunningham. XP
merupakan Agile Methods yang paling banyak digunakan dan menjadi sebuah
pendekatan yang sangat terkenal. Sasaran XP adalah tim yang dibentuk
berukuran antara kecil sampai sedang saja, tidak perlu menggunakan sebuah tim
yang besar. Hal ini dimaksudkan untuk menghadapi requirements yang tidak jelas
maupun terjadinya perubahan-perubahan requirements yang sangat cepat
(Widodo dan Subekti, 2006). Menurut Pressman (2010), terdapat 4 tahapan pada
pengembangan perangkat lunak yang menggunakan XP yaitu planning, design,
coding, dan testing.
Gambar 1 merupakan penggambaran dari tahapan-tahapan yang ada pada extreme
programming.
8
2.4Context Diagram
Diagram konteks adalah diagram yang terdiri dari suatu proses dan
menggambarkan ruang lingkup suatu sistem. Diagram konteks merupakan level
tertinggi dari DFD yang menggambarkan seluruh input ke sistem atau output dari
sistem. Yang memberikan gambaran tentang keseluruhan sistem.
2.5Data Flow Diagram (DFD)
Data Flow Diagram (DFD) adalah sebuh model sistem grafikal yang
menampilkan seluruh kebutuhan utama dari sebuah sistem informasi pada satu
diagram: input dan output, proses, dan penyimpanan data (data storage). DFD
digunakan untuk melihat bagaimana sistem bekerja. DFD dinilai mudah untuk
dibaca karena modelnya yang grafikal dan hanya terdapat lima simbol yang
digunakan (Satzinger et al, 2010).
Berikut adalah simbol-simbol DFD:
9
Data flow diagram dapat dibagi kedalam beberapa tingkatan. Tingkatan ini dapat
menunjukkan DFD tingkat tinggi atau tingkat rendah dari sistem. Proses DFD
tingkat tinggi dapat didekomposisi terpisah menjadi tingkat rendah. DFD tingkat
tinggi ditunjukkan dengan adanya satu proses utama yang merepresentasikan
proses dalam bentuk abstrak atau secara umum. DFD ini dikenal sebagai diagram
konteks. Pada tingkat selanjutnya dapat disebut diagram 0, yang menjelaskan
lebih rinci lagi mengenai subproses yang terjadi pada proses utama. Selanjutnya
ada diagram 1, yang menjelaskan secara rinci subproses dari diagram 0, begitu
seterusnya (Satzinger et al, 2010).
2.6Entity Relationship Diagram (ERD)
Entity Relationship Diagram (ERD) adalah model yang digunakan untuk
mendefinisikan kebutuhan penyimpanan data (data storage) pada pengembangan
sistem dengan pendekatan tradisional. Kebutuhan data storage tersebut termasuk
entitas data, atributnya, dan hubungan antara entitas data (Satzinger et al, 2010).
Menurut (Satzinger et al 2010), pada ERD terdapat beberapa simbol yang
digunakan. Tabel 2, adalah hasil kutipan simbol-simbol ERD:
Tabel 2. Simbol-simbol Entity Relationship Diagram (ERD)
Simbol Keterangan
Entitas data (Entity)
Garis lurus untuk
penghubung antar entitas data
10
Kardinalitas simbol
hubungan antar entitas
Hubungan tepat satu ke nol atau lebih.
Hubungan satu atau nol ke satu atau lebih
2.7 Pengujian Perangkat Lunak
Pengujian perangkat lunak adalah proses menjalankan dan mengevaluasi sebuah
perangkat lunak secara manual maupun otomatis untuk menguji apakah perangkat
lunak sudah memenuhi persyaratan atau belum (Clune, 2011). Singkat kata,
Pengujian adalah aktivitas untuk menemukan dan menentukan perbedaan antara
hasil yang diharapkan dengan hasil sebenarnya.
2.8Teknik Pengujian Perangkat Lunak
Ada dua macam pendekatan kasus uji yaitu white box dan black box Pendekatan
white box adalah pengujian untuk memperlihatkan cara kerja dari produk secara
rinci sesuai dengan spesifikasinya (Jiang, 2012). Jalur logika perangkat lunak
akan dites dengan menyediakan kasus uji yang akan mengerjakan kumpulan
kondisi dan pengulangan secara spesifik. Sehingga melalui penggunaan metode
ini akan dapat memperoleh kasus uji yang menjamin bahwa semua jalur
independen pada suatu model telah digunakan minimal satu kali, penggunaan
11
batasan dan batas operasional perekayasa, serta penggunaan struktur data internal
guna menjamin sesuaiitasnya (Pressman, 2010).
Pendekatan black box merupakan pendekatan pengujian untuk mengetahui apakah
semua fungsi perangkat lunak telah berjalan semestinya sesuai dengan kebutuhan
fungsional yang telah didefinisikan (Jiang, 2012). Kasus uji ini bertujuan untuk
menunjukkan fungsi perangkat lunak tentang cara beroperasinya. Teknik
pengujian ini berfokus pada domain informasi dari perangkat lunak, yaitu
melakukan kasus uji dengan mempartisi domain input dan output program.
Metode black box memungkinkan perekayasa perangkat lunak mendapatkan
serangkaian kondisi input yang sepenuhnya menggunakan semua persyaratan
fungsional untuk suatu program. Pengujian ini berusaha menemukan kesalahan
dalam kategori fungsi-fungsi yang tidak benar atau hilang, kesalahan interface,
kesalahan dalam struktur data atau akses basis data eksternal, kesalahan kinerja,
dan inisialisasi dan kesalahan terminal (Pressman,2010). Teknik pengujian yang
digunakan dalam penelitian ini terbagi atas pengujian fungsional dan pengujian
non fungsional. Adapun pengujian fungsional menggunakan metode black box
yaitu Equivalence Partitioning dan pengujian non fungsional menggunakan
angket yang penyusunan bentuk jawaban dari pertanyaan menggunakan skala
Likert.
2.9Equivalence Partitioning
Equivalence Partitioning (EP) merupakan metode pengujian black box yang
membagi domain masukan dari program kedalam kelas-kelas sehingga test case
dapat diperoleh. Equivalence Partitioning berusaha untuk mendefinisikan kasus
12
yang harus dibuat. Kasus uji yang didesain untuk Equivalence Partitioning
berdasarkan pada evaluasi dari kelas ekuivalensi untuk kondisi masukan yang
menggambarkan kumpulan keadaan yang sesuai atau tidak. Kondisi masukan
dapat berupa spesifikasi nilai numerik, kisaran nilai, kumpulan nilai yang
berhubungan, atau kondisi boolean.
Kesetaraan kelas dapat didefinisikan menurut panduan berikut (Pressman, 2001):
1. Jika masukan kondisi menentukan kisaran, satu sah dan dua diartikan tidak
sesuai kesetaraan kelas.
2. Jika masukan membutuhkan nilai, kondisi tertentu satu sah dan dua tidak
sesuai kesetaraan kelas diartikan.
3. Jika masukan kondisi menentukan anggota dari set, satu sah dan satu tidak
sesuai kesetaraan kelas diartikan.
4. Jika kondisi yang input, Boolean satu sah dan satu tidak sesuai kelas
diartikan.
2.10 Skala Likert
Menurut Likert dalam buku Azwar S (2011, p. 139), sikap dapat diukur dengan
metode rating yang dijumlahkan (Method of Summated Ratings). Metode ini
merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi
response bagai dasar penentuan nilai skalanya. Nilai skala setiap pernyataan tidak
ditentukan oleh derajat favourablenya masing-masing akan tetapi ditentukan oleh
distribusi respons setuju dan tidak setuju dari sekelompok responden yang
bertindak sebagai kelompok uji coba (pilot study) (Azwar, 2011).
13
Skala Likert, yaitu skala yang berisi lima tingkat preferensi jawaban dengan
pilihan sebagai berikut:
1 = Tidak Baik;
2 = Kurang Baik;
3 = Cukup Baik;
4 = Baik;
5 = Sangat Baik.
Selanjutnya, penentuan kategori interval tinggi, sedang, atau rendah digunakan
rumus sebagai berikut:
� = �� − ���
Keterangan:
I = Interval;
NT = Total nilai tertinggi; NR = Total nilai terendah;
BAB III