• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agility Ladder Exercise

Dalam dokumen BAB II KAJIAN PUSTAKA (Halaman 39-48)

2.4.1 Pengertian Agility Ladder Exercise

Latihan agility ladder adalah bentuk latihan yang dilakukan dengan cara melompat dan berlari dengan menggunakan satu atau dua kaki dengan melewati tali yang berbentuk tangga yang menempel di tanah. Saat melakukan latihan ladder semakin cepat kaki pemain beranjak dari tanah, semakin baik reaksi waktu dan kemampuan untuk mengubah arah (Nurba, 2015).

Menurut pendapat Nasrul (2010) “Latihan ladder membantu dalam meningkatkan kecepatan, keseimbangan, ketepatan dan koordinasi”. Latihan agility ladder membantu dalam semua cabang olahraga, dan karenanya telah menjadi salah satu program latihan yang paling popular di dunia olahraga.

Latihan ladder drill lebih menggunakan otot-otot tungkai atas dan bawah. Maka dari itu, saat berlatih di area agility ladder diperlukan keseimbangan, konsentrasi, koordinasi, dan adaptasi neuromuscular yang baik. Gerakan latihan agility ladder termasuk gerakan latihan sederhana, seperti dengan langkah maju, mundur, serta gerakan menyamping secara kuat, mengangkat lutut tinggi sambil berlari ke samping (Nurba, 2015).

Agility ladder exercise mempunyai tiga konsep aplikasi yaitu Jumping on ladder, latihan ini berfungsi untuk meningkat koordinasi gerakan kaki, dan memperkuat stabilitas lutut. Steping on the ladder berfungsi untuk meningkatkan agility, melatih keseimbangan dan stabilitas lutut, Bouncing on the ladder merupakan latihan untuk melatih koordinasi mata dengan kaki dan seluruh tubuh, meningkatkan balance serta stabilisasi lutut, dengan teknik aplikasi atlet lompat tiga kotak ke depan dan mundur dua kotak, lalu lanjut kembali melompat tiga kotak ke depan dan seterusnya (Mutiarningsih, 2011).

2.4.2 Aplikasi Agility Ladder Lateral Run

Prosedur pelaksanaan agility ladder untuk meningkatkan kelincahan sebagai berikut :

a. Persiapakan agility ladder

c. Setelah diberi aba-aba, melangkahkan kaki satu persatu secara menyamping dalam lintasan agility ladder dari titik awal hingga akhir kemudian kembali ke titik awal daripada agility ladder. Latihan ini dilakukan dengan 3 sesi. Setiap sesi istirahat selama 3 menit. Target waktu setiap sesinya 20 detik. Peningkatan intesitas dapat dilakukan dengan meningkatkan pengulangan dan sesi latihan (Apriyadi, 2014).

Gambar 2.10 Agility Ladder Lateral Run (http://www.tayha.org912)

2.4.3 Mekanisme Ladder agility terhadap kelincahan

Agility ladder exercise merupakan latihan anaerobik dalam bentuk berlari. Secara umum berlari akan menimbulkan kontraksi otot. Namun, berlari di lapangan yang luas sangat berbeda dengan berlari dilintasan ladder. Berlari dilintasan ladder membutuhkan keseimbangan yang bagus, konsentrasi yang tinggi dan koordinasi yang tinggi atau dengan kata lain dibutuhkan adaptasi neuromuscular karena saat bergerak dari kotak satu ke kotak lainnya atau gerakan yang kompleks dengan cepat dan tanpa kehilangan keseimbangan. (Mutiarningsih, 2011).

Pada saat pemain melakukan latihan ladder agility akan meningkatkan aktivasi neuromuscular junction dan meningkatkan kecepatan konduksi saraf sehingga terjadi peningkatan koordinasi neuromuscular. Hal ini dikarenakan

latihan ladder agility dapat meningkatkan kecepatan kaki, koordinasi, kecepatan, serta agility. Latihan ini akan meningkatkan kecepatan konduktifitas saraf sehingga menyebabkan meningkatnya koordinasi intermuscular. Meningkatnya koordinasi intermuscular akan meningkatkan kecepatan reaksi pada tungkai pemain kemudian akan membentuk efektifitas dan efisiensi gerakan. Selain itu pada sisi lain, adanya proses reorganisasi dan adaptasi terjadinya peningkatan fungsi-fungsi sensorik memungkinkan reduksi terhadap kompensasi gerak. Peningkatan kekuatan otot diperlukan untuk efektifitas gerak dan reduksi terhadap resisten. Adanya kerja otot yang sinergis akan meningkatkan koordinasi gerak yang dapat menghasilkan gerakan efisien dan efektif sehingga dapat terjadi peningkatan kelincahan (Nurba, 2015).

2.5 Neural Mobilization

2.5.1 Pengertian Neural Mobilization

Neural mobilization adalah teknik manipulatif dengan menggerakkan jaringan saraf dan meregangkan, baik dengan gerakan relatif ke sekitarnya (mechanical interface) atau dengan pengembangan ketegangan (Nasef, 2011). Mechanical interface adalah sebagian besar jaringan yang secara anatomis berdekatan dengan jaringan saraf yang dapat bergerak secara bebas dari sistem saraf.

Mobilisasi saraf merupakan suatu bentuk pemeriksaan dan terapi untuk kondisi gangguan mekanik atau dinamik dari jaringan saraf atau pada jaringan

yang berada di sekitar jaringan saraf (jaringan interface) dengan prinsip

berdasarkan pada severity yaitu (berat ringan keluhan), irritability (perangsangan) dan nature of symptom yaitu gejala patologinya (Buttler, 1991). Berbagai faktor seperti trauma, jaringan parut/ scar tissue dan perubahan sendi yang mengalami arthritis dapat mempengaruhi mobilitas saraf karena mereka berjalan melalui otot dan pembungkus otot/ fascia di dalam tubuh. Tes penekanan saraf/ neural tension test banyak digunaan oleh fisioterapis untuk memeriksa mobilitas saraf. Contoh tes mobilisasi saraf pada kuadran bawah, antara lain :

1. Straight leg raise (SLR) 2. Prone knee bend (PKB) 3. Slump test

Mobilisasi saraf sendiri berarti penggunaan berbagai macam tes tersebut (kadang - kadang dengan modifikasi) untuk penggunaan terapi selain juga untuk pemeriksaan/asesmen. Istilah mobilisasi saraf sendiri masih rancu karena memasukkan tes penekanan saraf juga pergerakan meluncur saraf/ neural gliding dalam satu istilah. Tujuan dari gerakan meluncur saraf/ neural gliding sendiri adalah untuk memfasilitasi gerakan saraf yang kemungkinan terhambat tanpa menekannya namun sekarang istilah yang digunakan untuk mencakup gerakan penekanan dan peluncuran saraf disebut neurodynamics (Sudarsono, 2011).

Neural mobilization dirancang untuk memobilisasi jaringan saraf dalam tubuh dengan teknik gerakan lembut. Teknik tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan fungsi optimal dari system saraf dan mengembalikan mobilitas saraf pada lengan atau tungkai dengan cara

mengarahkan lengan atau kaki pasen ke bermacam pola gerakan yang sangat spesifik untuk membiarkan saraf bergerak bebas sehingga fungsi normal saraf dapat kembali dan mewujudkan pain free movement pada struktur saraf yang mengalami penekanan, iritasi, dan inflamasi kronik. Teknik ini juga berpengaruh terhadap jaringan lunak di sekitar struktur saraf seperti kulit, pembuluh darah, otot, ligament, dan tendon. Sebuah studi mengindikasi bahwa mobilisasi saraf dapat meningkatkan aliran darah pada pembuluh saraf tepi. Pada penelitian ini menggunakan metode slump stretch (Sudarsono, 2011).

2.5.2 Slump stretch

Slump stretch merupakan salah satu teknik mobilisasi Saraf (Neuro Mobilization atau Neurodynamic) yang tujuannya menggerakan dan mengulur jaringan saraf terhadap jaringan interface di sekitarnya (Ashok, 2011).

Untuk menyelidiki mengapa slump stretching dapat menjadi terapi pada penanganan strain otot hamstring tingkat 1 (Grade 1 hamstring strains), sebuah penelitian menguji efek slump stretch pada aliran keluar simpatis/ sympathetic outflow pada anggota gerak bawah 10 orang normal dan atlet atletik bersama dengan beberapa hal lain, saraf simpatis menyebabkan penyempitan pembuluh darah pada kulit dan pelebaran pembuluh darah pada otot, yang mungkin terlibat pada proses penyembuhan jaringan otot (Cornberg dan Lew, 1989).

Gambaran Telethermographic diambil pada empat lokasi sebelum dan setelah peregangan pada kedua sisi tungkai yang diregang maupun yang tidak. Gambaran ini menunjukkan perubahan pada temperatur kulit sebagai respon

terhadap refleks. Peningkatan temperatur kulit pada tungkai yang diulur mengindikasikan bahwa efek vasodilator secara signifikan terjadi pada tungkai ini, sementara pada tungkai yang tidak diulur menunjukkan sedikit penurunan temperatur sehingga peneliti berkesimpulan bahwa slump stretching dapat mempunyai efek penghambatan simpatik yang dapat menjadi mekanisme fisiologis yang mendasari untuk efek terapi slump stretch pada strain hamstring tingkat 1 (Sudarsono, 2011).

Studi pada kadaver mengindikasikan bahwa posisi-posisi dimana anggota gerak ditempatkan saat neural tension tests benar – benar memberikan regangan pada struktur saraf. Pada studi dengan tubuh hidup yang utuh kaliper digital digunakan untuk menguji gerakan saraf/ nerve excursion dan ukuran microstrain mengukur regangan ketika upper limb neural tension test dilakukan. Hasilnya menunjukkan bahwa tes median nerve tension menyebabkan regangan pada median nerve sebesar 7.6% dan tes ulnar-nerve tension test menyebabkan peregangan sebesar 2.1% pada ulnar nerve. Chris Mallac (2006) , pada artikelnya mengenai diagnosis dan penyebab strain hamstring, menemukan bagaimana treatment pada jaringan non saraf menghasilkan perbaikan pada neural test yang sebelumnya positif memiliki gejala neural.

Ellis dan Hing (2008), dalam ulasan sistematis mereka pada uji acak dengan kontrol/ randomised controlled trials, melihat apakah mobilisasi saraf efektif sebagai modalitas terapi. Dari 10 uji yang sesuai dengan kriteria mereka, disimpulkan: ‘Bahwa bukti terbatas untuk mendukung penggunaan mobilisasi

saraf.’ Dibutuhkan pendekatan yang lebih terstandar dan grup subyek yang homogen.

2.5.3 Aplikasi Slump Stretch Aplikasi :

Dilakukan dengan posisi duduk dengan kedua kaki lurus menempel ke dinding untuk menjamin pergelangan kaki dalam posisi 00 dorsofleksi

2. Tangan pasien berada di belakang punggung dengan saling memegang

3. Subjek melakukan fleksi cervical pasif dan memberikan tahanan. Gerakan itu di pertahanankan selama 30 detik dan dilakukan sebanyak 5 kali.

4. Teknik ini diberikan setelah latihan dengan frekuensi 3 kali seminggu.

2.5.4 Mekanisme Neural Mobilization Terhadap Kelincahan

Slump stretch adalah salah satu teknik neurodynamic pada ekstremitas bawah yang men-stretch seluruh saraf. Dengan diberikan neurodynamic pada jaringan saraf akan mengalami adaptasi terhadap suatu latihan yang dilberikan. Secara efek neurophysiology dari mobilisasi pada spinal menunjukkan bahwa mobilisasi pada jaringan saraf akan meningkatkan aliran darah ke otot dengan aktifnya saraf simpatis dan meningkatkan kecepatan rangsang saraf terutama saraf-saraf yang menginervasi otot tungkai (Sudarsono, 2011).

Adaptasi dari otot, saraf dan kecepatan rangsang saraf merupakan salah satu komponen dalam peningkatan kelincahan. Slump stretch mempengaruhi adaptasi suatu latihan dalam mentransmisikan stimulus dari luar yang dibawa ke susunan saraf pusat untuk diproses menjadi suatu gerakan yang komplek. Sehingga dengan adanya proses adaptasi dari saraf akan memperbaiki kecepatan rangsang saraf ke reseptor di otot terutama reseptor muscle spindel baik saraf sensorik maupun motorik terlibat disini. Innervasi sensor utama terletak pada pusat kantung inti serat intrafusal. Saraf ini berakhir dengan bentuk yang berstuktur seperti koil (ujung anulospiral) disekitar intrafusal dan merupakan reseptor aktual untuk mendeteksi perubahan dalam perpanjangan intarfusal. Karena intrafusal ujungnya melekat kuat pada dinding sel dari serat otot rangka, setiap perubahan dalam ukuran serat otot rangka diakibatkan oleh perubahan panjang intrafusal dan juga gerakan dalam ujung yang berbentuk koil pada sensor reseptor (Sudarsono, 2011).

Pada penelitian Webright et al (1997) menunjukkan bahwa slump meningkatkan fleksiblitas dari hamstring. Slump stretch melibatkan peregangan pada paha belakang bersamaan jaringan saraf yang akan menyumbang peningkatan LGS ektensi knee aktif. Pada penelitian Curtis et al (2016) meneliti tentang efek akut dari neural mobilization dan static stretching menunjukkan peningkatan rom ekstensi knee setelah dilakukan pemberian neural mobilization.

Penelitian Tejashree et al (2014) juga menunjukkan neural mobilization memiliki efek langsung pada ROM hip, knee & ankle sehingga ROM mengalami peningkatkan yang berimbas pada fleksibilitas semakin besar luas gerakan yang bisa dicapai maka semakin mudah dalam melakukan gerakan-gerakan yang cepat sehingga berimbas pada peningkatan kelincahan.

Dalam dokumen BAB II KAJIAN PUSTAKA (Halaman 39-48)

Dokumen terkait