• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. LANDASAN TEORI

2.2. Dasar Teori

2.2.7. Agregat

Agregat didefinisikan sebagai pecahan dari batuan, yang digunakan secara bersamaan baik dalam keadaan terikat atau tidak terikat, yang merupakan bagian suatu struktur. Pasir, kerikil, dan batu pecah adalah merupakan agregat yang menjadi komponen utama dalam struktur dewasa ini. Dalam perkembangan lebih lanjut, penggunaan agregat recycle mulai menjadi pertimbangan di tengah semakin berkurangnya sumber daya alam yang ada.

Agregat/batuan adalah suatu bahan yang terdiri dari mineral padat, berupa massa berukuran besar atau berupa fragmen-fragmen. Agregat/batuan merupakan komponen utama dari perkerasan jalan yang mengandung 90-95% agregat berdasarkan persentase berat atau 75-85% berdasarkan persentase volume. Dengan demikian, sifat-sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan material lain menentukan daya dukung, mutu, dan keawetan perkerasan jalan.

Agregat yang digunakan dalam campuran aspal harus memenuhi persyaratan sebagaimana disajikan pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Spesifikasi pemeriksaan agregat

No. Jenis pemeriksaan Syarat

1. Keausan (%) max. 40%

2. Penyerapan (%) max. 3%

3. Berat jenis Bulk min. 2,5 gr/cc

4. Berat jenis SSD min. 2,5 gr/cc

Sumber: Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton untuk Jalan Raya ( AASHTO T96-7 )     

2.2.7.1 Klasifikasi Agregat Berdasarkan Proses Pengolahan

Berdasarkan proses pengolahannya, agregat dibedakan atas: a. Agregat alam/agregat siap pakai

Agregat siap pakai adalah agregat yang dapat digunakan sebagai material perkerasan jalan dengan bentuk dan ukuran sebagaimana diperoleh di lokasi asalnya. Agregat jenis ini digunakan sesuai dengan bentuk aslinya yang ada di alam atau sedikit mengalami pengolahan. Dua bentuk agregat alam yang sering digunakan adalah kerikil dan pasir. Kerikil adalah agregat dengan ukuran partikel >1/4 inch (6,35 mm), pasir adalah agregat dengan ukuran partikel < ¼ inch tetapi lebih besar dari 0,075 mm (saringan No. 200). Berdasarkan tempat asalnya, agregat alam juga dibedakan atas pitrun, yaiatu agregat yang diambil dari tempat terbuka di alam, dan bankrun, yaitu agregat yang berasal dari sungai (endapan sungai).

b. Agregat yang mengalami proses pengolahan

Agregat yang diproses adalah batuan yang telah dipecah dan disaring sebelum digunakan. Pemecahan dilakukan karena tiga alasan yaitu: untuk merubah tekstur permukaan partikel dari licin ke permukaan partikel kasar, untuk merubah bentuk dari bulat (rounded) ke kubus (cubical), dan untuk menambah distribusi dari rentang ukuran agregat.

c. Agregat buatan

Agregat ini didapat dari proses kimia atau fisika dari beberapa material sehingga menghasilkan suatu material baru yang sifatnya menyerupai agregat. Beberapa jenis agregat ini merupakan hasil sampingan dari proses industri

dan proses material yang sengaja diproses agar bisa digunakan sebagai agregat atau sebagai material pengisi (filler). Slag merupakan contoh agregat yang didapat dari hasil sampingan produksi. Batuan ini adalah substansi non metalik yang timbul ke permukaan dari pencairan atau peleburan bijih besi selam proses peleburan. Pada saat menarik besi dari cetakan, slag ini akan pecah menjadi partikel yang lebih kecil, baik melalui perendaman atau memecahkannya setelah dingin.

Sesuai dengan yang tersebut di atas, agregat yang berasal dari material galian Desa Koripan, Matesih termasuk ke dalam agregat alam/siap pakai tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan material galian dari Desa Koripan terbagi menjadi fraksi-fraksi yang relatif kecil dan terpisah satu sama lain sehingga tidak memerlukan proses pemisahan ataupun pemecahan. Selain itu, distribusi ukuran butir dalam material galian relatif merata dengan rentang yang dekat dan saling mengisi satu dengan lainnya. Berdasarkan tempat asalnya, material galian Desa Koripan disebut pitrun karena lokasi pengambilannya berada di tempat terbuka dan merupakan hasil endapan vulkanik gunung api.

2.2.7.2 Ukuran Butir

Ukuran agregat dalam suatu campuran beraspal terdistribusi dari pengukuran besar sampai yang kecil. Berdasarkan ukuran butirannya agregat dapat dibedakan atas agregat kasar, agregat halus, dan bahan pengisi (filler).

Tabel 2.5 Jenis agregat berdasarkan ukuran butirannya

No Jenis Agregat

The Asphalt Institute (MS-2)

& Depkimpraswil*) Bina Marga 1 Agregat

Kasar > No. 8 (2,36 mm) > No. 4 (4,75 mm) 2 Agregat

Halus < No. 8 (2,36 mm) < No. 4 (4,75 mm) 3 Pengisi

(Filler) Lolos No. 30 (0,60 mm) 75% lolos No. 200 (0,075 mm) Sumber: Sukirman, 1995

2.2.7.3 Gradasi

Gradasi agregat adalah distribusi dari variasi ukuran agregat. Gradasi agregat akan mempengaruhi besarnya pori dan sifat workabilitas dalam campuran. Gradasi agregat diperoleh dari hasil analisis saringan yaitu agregat harus melalui satu set saringan. Ukuran saringan merupakan jarak tiap jaringan kawat dan nomor saringan merupakan banyaknya jaringan kawat tiap 1 inchi persegi. Gradasi agregat dapat dibedakan atas:

1. Gradasi Seragam/Terbuka (Open Graded)

Gradasi terbuka merupakan gradasi agregat yang berukuran hampir sama dan mengandung agregat halus yang sedikit sehingga banyak terdapat pori antar agregat.

2. Gradasi Rapat (Dense Graded)

Gradasi rapat merupakan gradasi yang memiliki butiran dari agregat kasar sampai dengan halus atau biasa disebut menerus.

3. Gradasi Senjang (Gap Graded)

Gradasi senjang merupakan gradasi di mana ukuran yang ada tidak lengkap, atau ada fraksi agregat yang tidak ada.

Suatu campuran untuk konstruksi perkerasan jalan mempunyai spesifikasi gradasi tertentu untuk menghasilkan stabilitas, keamanan dan kenyamanan yang tinggi. Spesifikasi gradasi tersebut menunjukkan prosentase agregat yang lolos pada setiap saringan terhadap berat total agregat. Spesifikasi gradasi yang digunakan adalah berdasar SNI, seperti yang disajikan pada Tabel 2.7.

Tabel 2.6 Spesifikasi gradasi campuran AC Spesifikasi X

Ukuran Saringan % Berat Lolos

25,4 mm (1”) 19,1 mm (3/4”) 12,7 mm (1/2”) 9,52 mm (3/8”) 4,76 mm (#4) 2,38 mm (#8) 0,59 mm (#30) 0,279 mm (#50) 0,149 mm (#100) 0,074 mm (#200) 100 85 – 100 - 56 – 78 38 – 60 27 – 47 13 – 28 9 – 20 - 4 – 8 Sumber: Revisi SNI 03-1737-1989

2.2.7.4Kebersihan Agregat

Yang dimaksudkan adalah kebersihan agregat dari debu dan zat organik. Agregat yang mengandung zat-zat organik akan memberikan pengaruh yang tidak baik pada kinerja perkerasan, yaitu mengurangi daya lekat antara aspal dengan agregat. Dalam penelitian ini, kebersihan agregat dari material galian Desa Koripan dapat dilakukan dengan mencuci dan menjemur material untuk menghilangkan debu atau tanah yang melekat serta zat organik lainnya.

2.2.7.5 Ketahanan Agregat

Dalam campuran perkerasan, batuan harus mempunyai daya tahan yang cukup terhadap pemecahan (crushing), penurunan mutu (degradatiory), dan penguraian (disintegration). Agregat yang akan digunakan pada lapis perkerasan harus lebih kuat dari agregat yang akan digunakan pada lapis di bawahnya, karena lapisan perkerasan akan menerima beban dan benturan akibat beban lalu lintas. Kekerasan agregat dinilai dengan menggunakan pengujian abrasi Los Angeles.

Hasil pengujian abrasi dari material galian Desa Koripan sangat menentukan kelayakan material ini untuk dijadikan bahan perkerasan. Kemungkinan yang dapat terjadi adalah hasil pengujian abrasi dari material galian Desa Koripan tidak lebih baik daripada agregat yang berasal dari batu pecah. Hal ini dikarenakan kondisi material yang telah terpisah satu sama lain dan jenis batuan yang tidak seragam. Namun, selama hasilnya masih memenuhi persyaratan sebagai agregat kasar, maka material galian ini layak untuk digunakan sebagai agregat dalam perkerasan.

2.2.7.6 Bentuk Agregat

Bentuk agregat dapat mempengaruhi cara pengerjaan campuran perkerasan dan stabilitas perkerasan yang dibentuk oleh agregat tersebut. Agregat memiliki berbagai bentuk antara lain bulat (rounded), kubus (cubical), lonjong (elongated), pipih (flaky) dan tak beraturan (irregular). Dalam perkerasan jalan, agregat berbetuk kubus paling baik untuk digunakan karena menghasilkan daya penguncian (interlocking) yang lebih besar.

Material galian Desa Koripan berbentuk fraksi-fraksi sehingga agregat telah terpisah sebelum diambil sebagai bahan bangunan. Bentuk agregat relatif tidak seragam sehingga dapat dijumpai beberapa bentuk agregat yang sulit ditentukan proporsi dari masing-masing bentuk agregat.

2.2.7.7 Tekstur Permukaan Agregat

Gesekan yang timbul antar partikel juga menentukan stabilitas dan daya dukung dari lapisan perkerasan. Besarnya gesekan dipengaruhi oleh jenis permukaan agregat yang dapat dibedakan atas agregat yang permukaannya kasar (rough), kemudian agregat yang permukaannya halus (smooth), kemudian agregat yang permukaannya licin dan mengkilap (glassy), dan agregat yang permukaannya berpori (porous). Pada campuran dengan aspal, ikatan antar partikel dengan aspal akan lebih baik pada agregat dengan permukaan kasar dibandingkan dengan agregat dengan permukaan halus.

Agregat yang berasal dari material galian Desa Koripan cenderung mempunyai permukaan yang berpori (porous) dan kasar (rough) karena dipengaruhi fraksi-fraksi pada tiap jenis batuan. Fraksi-fraksi-fraksi tersebut dipisahkan oleh agregat yang lebih kecil sehingga relatif tidak terjadi gesekan antar agregat karena agregat yang lebih kecil mengisi sela-sela agregat yang lebih besar.

2.2.7.8 Kelekatan terhadap Agregat

Daya lekat terhadap aspal sangat dipengaruhi oleh agregat yang mengandung air. Air yang diserap oleh agregat sukar dihilangkan seluruhnya walaupun melalui proses pengeringan. Agregat yang bersifat hydrophilic (senang air) tidak baik digunakan sebagai bahan campuran aspal, karena akan mudah terjadi stripping yaitu lepasnya lapisan agregat akibat pengaruh air.

2.2.7.9 Daya Serap Air

Kemampuan agregat dalam menyerap air dan aspal yang tinggi akan menyebabkan tingginya kadar aspal yang dibutuhkan oleh campuran. Hal ini disebabkan oleh agregat yang porus akan menyerap aspal yang banyak.

Material galian Desa Koripan cenderung bersifat porous karena adanya batu apung dalam agregat. Batu apung sangat mudah menyerap air sehingga mempengaruhi kelekatan agregat dan porositas campuran.

Dokumen terkait