• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Agregat

Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi

dalam campuran beton. Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat

tinggi, yaitu berkisar 60%-70% dari volume beton. Walaupun fungsinya hanya sebagai

pengisi, tetapi karena komposisinya yang cukup besar sehingga karakteristik dan sifat

agregat memiliki pengaruh langsung terhadap sifat-sifat beton.

Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam atau

agregat buatan (artificial aggregates). Secara umum agregat dapat dibedakan

berdasarkan ukurannya, yaitu agregat kasar dan agregat halus. Ukuran antara agregat

halus dengan agregat kasar yaitu 4.80 mm (British Standard) atau 4.75 mm (Standar

ASTM). Agregat kasar adalah batuan yang ukuran butirnya lebih besar dari 4.80 mm

(4.75 mm) dan agregat halus adalah batuan yang lebih kecil dari 4.80 mm (4.75 mm).

Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih kecil dari

40 mm.

2.3.1 Jenis Agregat Berdasarkan Berat

Agregat dapat dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan beratnya, yaitu :

1. Agregat Normal

Agregat normal dihasilkan dari pemecahan batuan dengan quarry atau

langsung diambil dari alam. Agregat ini biasanya memiliki berat jenis rata- rata

2.5-2.7. Beton yang dibuat dengan agregat normal adalah beton yang memiliki berat isi

2200-2500 kg/m3. Beton yang dihasilkan dengan menggunakan agregat ini memiliki

kuat tekan sekitar 15-40 MPa (SK.SNI.T-15-1990:1).

2. Agregat Ringan

Agregat ringan adalah agregat yang mempunyai kepadatan sekitar 300 1850

kg/m3. Agregat ringan adalah agregat yang mempunyai berat jenis yang ringan dan

porositas yang tinggi, yang dapat dihasilkan dari agregat alam maupun hasil fabrikasi

(Tri Mulyono, 2004). Agregat ringan biasanya digunakan atas pertimbangan ekonomis

dan struktural. Pertimbangan ekonomis didasarkan atas biaya produksi untuk

menghasilkan agregat ringan dan pengerjaan struktur betonnya sendiri. Secara

struktural pertimbangan didasarkan atas berat-volume atau kepadatan dari beton yang

terbentuk dimana akan lebih ringan dibandingkan dengan menggunakan agregat

normal, sehingga jika digunakan untuk struktur atas akan lebih ringan yang pada

akhirnya beban konstruksi menjadi lebih kecil.

Menurut SNI 03-2461-2002, agregat ringan diklasifikasikan menjadi 2 bagian

yaitu :

1. Agregat ringan buatan, adalah agregat yang dibuat dengan membekahkan

(expanding) atau memanaskan bahan-bahan, seperti terak dan peleburan besi,

tanah liat diatome, abu terbang (fly ash), tanah serpih, batu tulis dan lempung

(slate).

2. Agregat ringan alami, adalah agregat yang diperoleh dan bahan-bahan alami

seperti batu apung (pumice), batu letusan gunung atau batuan lahar.

Agregat ringan alami atau Natural Agregate, umumnya berupa material

vulkanik atau bersumber dari lava yang membeku. Secara garis besar, agregat

alami dikelompokkan ke dalam 2 bagian, antara lain :

Agregat yang berasal dari vulkanik, terbentuk ketika lava dari gunung

berapi. Lava merupakan lelehan didih yang mungkin berisi udara dan gas,

dan ketika itu mendingin, ia membeku menjadi massa berpori. Dengan

kata lain, menghasilkan bahan ringan yang berpori dan reaktif. Jenis bahan

ini dikenal sebagai agregat vulkanik, atau batu apung atau agregat scoria.

Agregat diperoleh dengan pengolahan mekanik, seperti menghancurkan,

menyaring, dan menggiling.

Agregat Organik, merupakan bentuk pemanfaatan limbah pertanian

sebagai agregat. Sebagai contoh, limbah cangkang kelapa sawit dapat

digunakan sebagai agregat dalam produksi beton ringan. Cangkang kelapa

sawit memiliki bulk-density sekitar 620 kg/m3 dan berat jenis 1,25.

Sifatnya sangat keras dan diperoleh berupa potongan-potongan hancur

sebagai hasil dari proses yang digunakan untuk melepaskan minyak.

Untuk kebutuhan gradasi agregat pada campuran beton ringan serta sifat

fisik agregat ringan untuk beton ringan struktural, SNI 03-2461-2002 menetapkan

dalam tabel 2.4 dan tabel 2.5.

3. Agregat Berat

Agregat berat memiliki berat jeni lebih besar dari 2800 kg/m3. Agregat ini

biasanya dipergunakan untuk menghasilkan beton untuk proteksi terhadap radiasi

nuklir (SK.SNI.T-15-1990:1).

Tabel 2.2 Persyaratan susunan besar butir agregat ringan untuk beton ringan

struktural

Ukuran Persentase yang lulus angka (% berat)

25,0 19,0 12,5 9,5 4,75 2,36 1,18 0,60 0,3

Agregat halus :

(4,75 0) mm - - - 100 85-100 - 45-80 10-35 5-25

Agregat Kasar :

(25,0 4,75) mm 95-100 - 25-60 - 0-10 - - -

-(19,0 4,75) mm 100 95-100 - 10-50 0-15 - - -

-(12,5 4,75) mm - 100 90-100 40-80 0-20 - - -

-(9,5 2,36) mm - - 100 80-100 5-40 0-20 0-10 -

-Kombinasi agregat

halus & kasar :

(12,5 8,0) mm - 100 95-100 - 50-80 - - 5-20 2-15

(9,5 8) mm - - 100 90-100 65-90 35-65 - 10-25 5-15

Tabel 2.3 Persyaratan sifat fisis agregat ringan untuk beton ringan struktural

No Sifat fisis Persyaratan

1 Berat jenis 1,0 - 1,8

2 Penyerapan air maksimum (%) setelah direndam 24 jam 20

3 Berat isi maksimum :

- gembur kering

- agregat halus

- agregat kasar

- campuran agregat kasar dan halus

1120

880

1040

60

4 Nilai presentase volume padat (%) 9 14

5 Nilai 10 % kehalusan (ton)

6 Kadar bagian yang terapung setelah direndam dalam air 10 menit

maksimum (%) 5

7 Kadar bahan yang mentah (clay dump) (%) <1

8 Nilai keawetan, jika dalam larutan magnesium sulfat selama 16

-18 jam bagian yang larut maksimum (%) 12`

CATATAN

Nilai keremukan ditentukan sebagai hasil bagi banyaknya fraksi yang lolos pada ayakan 2,4 mm

dengan banyaknya bahan agregat kering oven semula dikalikan 100 %

Sumber: SNI 03-2461-2002, Spesifikasi agregat ringan untuk beton ringan struktural , BSN

2.3.2 Jenis Agregat Berdasarkan Ukuran Butir Nominal

Dari ukurannya, agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu agregat

kasar dan agregat halus.

1. Agregat Halus

Agregat halus (pasir) adalah mineral alami yang berfungsi sebagai bahan

pengisi dalam campuran beton yang memiliki ukuran butiran kurang dari 5 mm atau

lolos saringan no.4 dan tertahan pada saringan no.200. Agregat halus (pasir) berasal

dari hasil disintegrasi alami dari batuan alam atau pasir buatan yang dihasilkan dari

alat pemecah batu (stone crusher).

Agregat halus yang akan digunakan harus memenuhi spesifikasi yang telah

ditetapkan oleh ASTM. Jika seluruh spesifikasi yang ada telah terpenuhi maka barulah

dapat dikatakan agregat tersebut bermutu baik. Adapun spesifikasi tersebut adalah :

a. Susunan Butiran ( Gradasi )

Agregat halus yang digunakan harus mempunyai gradasi yang baik, karena

akan mengisi ruang-ruang kosong yang tidak dapat diisi oleh material lain

sehingga menghasilkan beton yang padat disamping untuk mengurangi

penyusutan. Analisa saringan akan memperlihatkan jenis dari agregat halus

tersebut. Melalui analisa saringan maka akan diperoleh angkaFine Modulus.

MelaluiFine Modulusini dapat digolongkan 3 jenis pasir yaitu :

 Pasir Kasar : 2.9 < FM < 3.2

 Pasir Sedang : 2.6 < FM < 2.9

 Pasir Halus : 2.2 < FM < 2.6

Selain itu ada juga batasan gradasi untuk agregat halus, sesuai dengan ASTM

C 33 74 a. Batasan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.4 Batasan gradasi untuk agregat halus

Ukuran Saringan ASTM Persentase berat yang lolos pada tiap

saringan

9.5 mm (3/8 in) 100

4.76 mm (No. 4) 95 100

2.36 mm ( No.8) 80 100

1.19 mm (No.16) 50 85

0.595 mm ( No.30 ) 25 60

0.300 mm (No.50) 10 30

0.150 mm (No.100) 2 10

b. Kadar Lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 75 mikron ( ayakan no.200 ),

tidak boleh melebihi 5 % ( ternadap berat kering ). Apabila kadar Lumpur

melampaui 5 % maka agragat harus dicuci.

c. Kadar Liat tidak boleh melebihi 1 % ( terhadap berat kering )

d. Agregat halus harus bebas dari pengotoran zat organik yang akan merugikan

beton, atau kadar organik jika diuji di laboratorium tidak menghasilkan warna

yang lebih tua dari standar percobaan Abrams Harder dengan batas

standarnya pada acuanc.

e. Agregat halus yang digunakan untuk pembuatan beton dan akan mengalami

basah dan lembab terus menerus atau yang berhubungan dengan tanah basah,

tidak boleh mengandung bahan yang bersifat reaktif terhadap alkali dalam

semen, yang jumlahnya cukup dapat menimbulkan pemuaian yang berlebihan

di dalam mortar atau beton dengan semen kadar alkalinya tidak lebih dari

0,60% atau dengan penambahan yang bahannya dapat mencegah pemuaian.

f. Sifat kekal ( keawetan ) diuji dengan larutan garam sulfat :

 Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 10 %.

 Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagiam yang hancur maksimum 15%.

2. Agregat Kasar

Agregat harus mempunyai gradasi yang baik, artinya harus tediri dari butiran

yang beragam besarnya, sehingga dapat mengisi rongga-rongga akibat ukuran yang

besar, sehingga akan mengurangi penggunaan semen atau penggunaan semen yang

minimal.

Agregat kasar yang digunakan pada campuran beton harus memenuhi

persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

a. Susunan butiran (gradasi)

Agregat kasar harus mempunyai susunan butiran dalam batas-batas seperti

yang terlihat pada tabel berikut.

Tabel 2.5 Susunan besar butiran agregat kasar

Ukuran Lubang Ayakan

(mm)

Persentase Lolos Kumulatif

(%)

38,10 95 100

19,10 35 70

9,52 10 30

4,75 0 5

Sumber : ASTM C3-03, Standard Specifications for Concrete Agregates

b. Agregat kasar yang digunakan untuk pembuatan beton dan akan mengalami

basah dan lembab terus menerus atau yang akan berhubungan dengan tanah

basah, tidak boleh mengandung bahan yang reaktif terhadap alkali dalam

semen, yang jumlahnya cukup dapat menimbulkan pemuaian yang berklebihan

di dalam mortar atau beton. Agregat yang reaktif terhadap alkali dapat dipakai

untuk pembuatan beton dengan semen yang kadar alkalinya tidak lebih dari

0,06% atau dengan penambahan bahan yang dapat mencegah terjadinya

pemuaian.

c. Agregat kasar harus terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tidak berpori

atau tidak akan pecah atau hancur oleh pengaruk cuaca seperti terik matahari

atau hujan.

d. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 75 mikron (ayakan no.200),

tidak boleh melebihi 1% (terhadap berat kering). Apabila kadar lumpur

melebihi 1% maka agregat harus dicuci.

e. Kekerasan butiran agregat diperiksa dengan bejana Rudellof dengan beban

penguji 20 ton dimana harus dipenuhi syarat berikut:

 Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5 - 19,1 mm lebih dari 24%

berat.

 Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19,1 - 30 mm lebih dari 22%

berat.

f. Kekerasan butiran agregat kasar jika diperiksa dengan mesin Los Angeles

dimana tingkat kehilangan berat lebih kecil dari 50%.

Dokumen terkait