• Tidak ada hasil yang ditemukan

7.4. Penyehatan Lingkungan Permukiman

7.4.1. Air Limbah

7.4.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan A. Arahan Kebijakan Pengelolaan Air Limbah

Beberapa peraturan perundangan yang mengatur pengelolaan air limbah, antara lain:

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

Pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.

VII - 85 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Rokan Hilir 2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

Pasal 21 ayat (2) butir d mengamanatkan pentingnya pengaturan prasarana dan sarana sanitasi dalam upaya perlindungan dan pelestarian sumber air.

3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

Peraturan ini mengatur penyelenggaraan prasarana dan sarana air limbah permukiman secara terpadu dengan penyelenggaraan sistem penyediaan air minum.

4. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air

Pengaturan Sarana dan Prasarana Sanitasi dilakukan salah satunya melalui pemisahan antara jaringan drainase dan jaringan pengumpul air limbah pada kawasan perkotaan.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

Mensyaratkan tersedianya sistem air limbah setempat yang memadai dan tersedianya sistem air limbah skala komunitas/kawasan/kota. 6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 02/MENKLH/I/1998

tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan

Mengamanatkan bahwa Pengolahan yang dilakukan terhadap air buangan dimaksudkan agar air buangan tersebut dapat dibuang ke badan air penerima menurut standar yang diterapkan, yaitu standar aliran (stream standard) dan standar efluen (effluent standard).

B. Lingkup Pengelolaan Air Limbah

Air Limbah yang dimaksud disini adalah air limbah permukiman (Municipal Wastewater) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air buangan yang dihasilkan oleh

VII - 86 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Rokan Hilir aktivitas manusia dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan terhadap kualitas lingkungan sehingga perlu dilakukan pengolahan.

Pengolahan air limbah permukiman di Indonesia ditangani melalui dua sistem yaitu sistem setempat (onsite) ataupun melalui sistem terpusat (offsite). Sanitasi sistem setempat (onsite) adalah sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah berada dalam batas tanah yang dimiliki dan merupakan fasilitas sanitasi individual sedangkan sanitasi system terpusat (offsite) adalah sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah dipisahkan dengan batas jarak dan mengalirkan air limbah dari rumahrumah menggunakan perpipaan (sewerage) ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

7.4.1.2. Isu strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan 7.4.1.2.1. Isu Strategis

Untuk melakukan rumusan isu strategis ini dilakukan dengan melakukan identifikasi data dan informasi dari dokumen-dokumen perencanaan pembangunan terkait dengan pengembangan permukiman tingkat nasional maupun daerah, seperti dokumen RPJMN, RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, Renstra Dinas, RP2KP, SSK dan dokumen lainnya yang selaras menyatakan isu strategis pengembangan air limbah sesuai dengan karakteristik di masing-masing Kabupaten/Kota.

Tujuan dari bagian ini adalah:

Teridentifikasinya rumusan isu strategis pengelolaan air limbah di Kabupaten/Kota;

tereviewnya isu strategis pengembangan air limbah dari dokumen terkait.

Berikut adalah isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah permukiman di Indonesia antara lain:

1. Akses masyarakat terhadap pelayanan pengelolaan air limbah permukiman.

Sampai saat ini walaupun akses masyarakat terhadap prasarana sanitasi dasar mencapai 90,5% di perkotaan dan di pedesaan mencapai 67% (Susenas 2007) tetapi sebagian besar fasilitas

VII - 87 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Rokan Hilir pengolahan air limbah setempat tersebut belum memenuhi standar teknis yang ditetapkan. Sedangkan akses layanan air limbah dengan sistem terpusat baru mencapai 2,33% di 11 kota (Susenas 2007 dalam KSNP Air Limbah).

2. Peran Masyarakat

Peran masyarakat berupa rendahnya kesadaran masyakat dan belum diberdayakannya potensi masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan air limbah serta terbatasnya penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman berbasis masyarakat.

3. Peraturan perundang-undangan

Peraturan perundang-undangan meliputi lemahnya penegakan hukum dan belum memadainya perangkat peraturan perundangan yang dibutuhkan dalam sistem pengelolaan air limbah permukiman serta belum lengkapnya NSPM dan SPM pelayanan air limbah.

4. Kelembagaan

Kelembagaan meliputi kapasitas SDM yang masih rendah, kurang koordinasi antar instansi dalam penetapan kebijakan di bidang air limbah, belum terpisahnya fungsi regulator dan operator, serta lemahnya fungsi lembaga bidang air limbah.

5. Pendanaan

Pendanaan terutama berkaitan dengan terbatasnya sumber pendanaan pemerintah dan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan air limbah. Selain itu adalah rendahnya tarif pelayanan air limbah sehingga berakibat pihak swasta kurang tertarik untuk melakukan investasi di bidang air limbah.

Setiap Kabupaten/Kota wajib merumuskan isu strategis yang ada di daerah masing-masing. Isu strategis dalam pengembangan air limbah menjadi dasar dalam pengembangan infrastrukturair limbah dan akan menjadi landasan penyusunan program dan kegiatan dalam Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RP2IJM) yang lebih

VII - 88 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Rokan Hilir berpihak kepada pencapaian MDGs, yang diharapkan dapat mempercepat pencapaian cita-cita pembangunan nasional.

7.4.1.2.2. Kondisi Eksisting

Setiap Kab/Kota wajib menyajikan gambaran secara umum kondisi eksisting sistem pengelolaan air limbah yang ada saat ini di Kabupaten/Kota masing-masing baik pada aspek teknis maupun pada aspek non teknis pendukung. Untuk menggambarkan kondisi eksisting pengembangan air limbah yang telah dilakukan pemerintah Kota/Kabupaten, perlu diuraikan hal-hal berikut ini:

a. Aspek teknis

Berisi hal-hal yang berkaitan dengan prasarana dan sarana air limbah yang mencakup:

1. Sistem prasarana dan sarana air limbah (sistem setempat/onsite, sistem terpusat/off-site);

2. jumlah, masalah, dan kondisi prasarana dan sarana air limbah; 3. tingkat pelayanan prasarana dan sarana air limbah.

Kondisi eksisiting pengembangan air limbah secara teknis dapat ditampilkan sebagaimana dicontohkan pada tabel-tabel berikut:

VII - 89 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Rokan Hilir Tabel 7. 37 Kapasitas Pelayanan Eksisting Skala Kabupaten/Kota

Prasarana

dan Sarana Jumlah Kapasitas

Sistem Pengolahan Lembaga Pengelola Keterangan Kondisi (1) (2) (3) (4) (5) (6)

Truk Tinja - - - - Belum ada

IPLT - - - - Belum ada

IPAL - - - - Belum ada

Sistem pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Rokan Hilir masih terbatas pada sistem pengolahan air limbah setempat (on-site system) secara individu, sedangkan skala yang lebih luas seperti IPAL dan IPLT belum tersedia di Kabupaten Rokan Hilir.

b. Pendanaan

Tabel 7. 38 Realisasi dan Potensi Retribusi Air Limbah

No SKPD Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) Pertumbuhan (%) 2009 2010 2011 2012 2013

1 Retribusi Air Limbah

1.a Realisasi retribusi - - - - - - 1.b Potensi retribusi - - - - - -

Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir selama ini belum memiliki truk tinja dan IPLT sehingga retribusi air limbah belum tersedia

c. Kelembagaan

Keberhasilan pelayanan sanitasi sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah. Aspek legal formal (peraturan dan kebijakan mengenai pengelolaan air limbah domestik) diidentifikasi sebagai salah satu dari sejumlah aspek yang perlu didorong untuk menciptakan lingkungan yang mendukung. Untuk mencapai

VII - 90 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Rokan Hilir penatalaksanaan air limbah domestik perkotaan yang lebih baik diperlukan perhatian terhadap tiap-tiap bagian proses penatalaksanaannya, yaitu : (1) perencanaan dan pengembangan program,

(2) perancangan, (3) pembangunan,

(4) operasional dan pemeliharaan, dan (5) pemantauan.

Kerangka perundangan dan peraturan yang jelas harus dirancang untuk mendorong bagaimana proses penatalaksanaan ini dapat diatur dengan baik. Sebuah penelitian menyeluruh diperlukan untuk mengevaluasi kondisi yang ada sebagai berikut : bagaimana peraturan mengatur penatalaksanaan air limbah domestik secara keseluruhan, identifikasi aspek-aspek peraturan diperlukan untuk menciptakan peran lebih banyak dari pemerintah daerah dan pusat serta rekomendasi. Sejauh ini, tidak ada perundangan khusus yang mengatur penatalaksanaan limbah domestik karena sebagian besar peraturan ditetapkan untuk perlindungan lingkungan dan kesehatan lingkungan, bukan penatalaksanaan air limbah. Dengan kata lain, untuk mencapai perlindungan lingkungan dan kesehatan lingkungan, penatalaksanaan air limbah domestik menjadi bagian yang penting.

Kondisi serupa terjadi di Kabupaten Rokan Hilir, peraturan tentang penatalaksanaan air limbah domestik hingga saat ini belum ada. Akibatnya pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Rokan Hilir menjadi terkesampingkan. Padahal resiko pencemaran air akibat air limbah domestik cukup besar seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Oleh karena itu program yang terkait dengan penyehatan lingkungan yang melekat pada Dinas Kesehatan dan Dinas Pekerjaan Umum saat ini harus mengintegrasikan pengelolaan air limbah domestik. Ditinjau dari aspek institusional, ada beberapa instansi yang memiliki tugas pokok dan fungsi yang terkait dengan pengelolaan limbah cair. Instansi tersebut adalah Dinas CKTR, Dinas Kesehatan dan Badan

VII - 91 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Rokan Hilir Lingkungan Hidup. Namun demikian terdapat beberapa permasalahan terkait dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dari ketiga instansi tersebut, yaitu :

1. Belum adanya pembagian peran yang jelas antara regulator, operator dan fasilitator. Mengacu pada tugas pokok instansi vertikal di tingkat pusat, Dinas Pekerjaan Umum seharusnya bertugas dalam teknik operasional prasarana dan sarana air limbah domestik (operator). Dinas Kesehatan bertugas sebagai fasilitator dalam meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat bagi masyarakat dan Badan Lingkungan Hidup selaku pembuat aturan (regulator). Hasil observasi di lapangan pelaksanaan tupoksi sebagaimana yang ada di pusat, di Kabupaten Rokan Hilir tidak demikian. Badan Lingkungan Hidup sebagai pemantau dan pengawas kualitas lingkungan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dalam pengelolaan limbah, masih sebatas limbah industri, belum bersifat menyeluruh dan terintegrasi. Demikian juga Dinas Pekerjaan Umum sebagai operator sudah melaksanakan fungsinya seperti menyediakan MCK Umum, dan saluran pembuangan air limbah, namun masih belum terintegrasi. Seharusnya Badan Lingkungan Hidup menyusun peraturan-peraturan tentang penetapan kelas air, penetapan baku mutu air limbah domestik atau peraturan dibidang perijinan pembuangan air limbah domestik dan lain-lain sekaligus melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan tersebut. Sedangkan Dinas Kesehatan sudah melakukan fungsinya sebagai fasilitator yaitu memberikan penyuluhan dalam meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat bagi masyarakat.

Berdasarkan gambaran tersebut terlihat bahwa di Kabupaten Rokan Hilir belum ada pengelolaan air limbah domestik secara menyeluruh/terintegrasi. Oleh karena itu diperlukan penguatan koordinasi antara instansi yang memiliki tupoksi terkait pengelolaan limbah cair karena dalam pengadaan layanan pengelolaan limbah cair akan menyangkut pengadaan infrastruktur, pengawasan air

VII - 92 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Rokan Hilir limbah buangan yang dihasilkan serta dampak kesehatan dan sosial bagi masyarakat.

2. Pengelolaan limbah cair selama ini di Kabupaten Rokan Hilir terbatas pada peningkatan aspek sanitasi saja seperti pembersihan saluran drainase yang mestinya juga harus mempertimbangkan aspek pengelolaan sumber daya air dan lingkungan. Pembersihan saluran yang mampet oleh sampah akan memperlancar air limbah domestik mengalir ke sungai yang pada akhirnya dapat mencemari air sungai, demikian juga limbah cair yang mampet akan mengancam tercemarnya air tanah. Peningkatan aspek sanitasi belum terintegrasi dengan upaya pengelolaan sumber daya air dan lingkungan.

3. Pembiayaan dalam pengelolaan limbah cair masih kurang tersedia. Pembiayaan merupakan aspek yang penting dalam pengelolaan air limbah domestik. Sumber pembiayaan pengelolaan limbah cair di Kabupaten Rokan Hilir hanya berasal dari pemerintah daerah saja sementara kemampuan daerah untuk itu juga terbatas. Di tingkat masyarakat kelembagaan pengelolaan limbah cair yang diinginkan masyarakat terungkap beberapa syarat yaitu sebagai berikut :

1. Dekat dengan kehidupan mereka karena dengan kedekatannya diharapkan lebih memahami kebutuhan masyarakatnya

2. Memiliki kejujuran dalam mengemban amanat orang banyak artinya dalam melaksanakan tugas pengelolaan limbah cair yang dipercayakan kepadanya harus transparan dan dapat dipercaya

3. Memiliki rencana dan tujuan yang jelas.

Di Kabupaten Rokan Hilir, Dinas Cipta Karya dan tata Ruang melalui Bidang Cipta Karya Seksi Air Bersih dan Prasarana Lingkungan berperan dalam operasional prasarana dan sarana air limbah domestik.

VII - 93 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Rokan Hilir Peraturan perundangan terkait pengelolaan air limbah permukiman yang dimiliki saat ini oleh masing-masing Kabupaten/Kota misalnya terkait tentang Struktur Organisasi dan Tupoksi pengelola air limbah, retribusi, dll (perda, SK walikota/kabupaten, SK Direktur).

Tabel 7. 39 Peraturan Daerah/Peraturan /Peraturan Bupati terkait Air Limbah

No

Perda/ Pergub/ Perbup/ Peraturan Lainnya

Amanat Jenis Produk Pengaturan Nomor & Tahun Tentang (1) (2) (3) (4) (5)

1 Perda Prov. Riau 9 / 2011 RPJP Prov. Riau 2005-2025

Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Riau

2 Perda Prov. Riau 6 / 2012

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

(TJSP) di prov. Riau

Seluruh perusahaan besar wajib mempunyai program TJSP/CSR

3 Perda Kab. Rohil 8 / 2011 RPJP Kab. Rohil 2005-2025

Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab. Rohil

4 Perda Kab. Rohil RPJMD Kab.

Rohil 2005-2025

Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kab.

Rohil 5

Dari tabel di atas, diketahui bahwa peraturan tentang penatalaksanaan/pengelolaan air limbah domestik secara khusus hingga saat ini belum ada. Akibatnya pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Rokan Hilir menjadi terkesampingkan. Padahal resiko pencemaran air akibat air limbah domestik cukup besar seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Oleh karena itu program yang terkait dengan penyehatan lingkungan yang melekat pada Dinas Kesehatan dan Dinas Pekerjaan Umum saat ini harus mengintegrasikan pengelolaan air limbah domestik.

e. Peran Serta Swasta dan Masyarakat

Peran serta masyarakat dan swasta dalam pembangunan sanitasi air limbah di Kabupaten Rokan Hilir masih sangat minim.

VII - 94 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Rokan Hilir a. Identifikasi Permasalahan Air Limbah

Setiap Kab/Kota wajib menguraikan besaran masalah yang dihadapi di Kab./Kota masing-masing dengan membandingkan antara kondisi yang ada dengan sasaran yang ingin dicapai, untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic need) dan kebutuhan pengembangan (development need) yang ditinjau dari aspek teknis, keuangan dan kelembagaan. Selain itu, dilakukan inventarisasi persoalan setiap masalah yang sudah dirumuskan dengan mempertimbangkan tipologi serta parameter-parameter teknis yang ada di kawasan tersebut.

Potensi permasalahan dan tantangan pembangunan sektor sanitasi perkotaan pada dasarnya merupakan hasil identifikasi berdasarkan perbandingan strategi dan kebijakan pembangunan sektor sanitasi di kawasan perkotaan Kabupaten Rokan Hilir dengan realisasi pengembangan serta kondisi eksisting penyediaan dan pengelolaan sanitasi perkotaan Kabupaten Rokan Hilir.

Tabel 7. 40 Permasalahan Pengelolaan Air Limbah Yang Dihadapi

No Aspek Pengeloaan Air Limbah Permasalahan

(1) (2) (3)

A. Kelembagaan

1 Organisasi

2 Tata Laksana (SOP, Koordinasi, dll)

 Belum ada pembagian peran yang jelas antara regulator, operator dan fasilitator dalam pengelolaan air limbah

3 Kualitas dan kuantitas SDM

 belum ada SKPD/Instansi yang secara khusus menangani air limbah

 SDM yang menguasai tentang teknis pengelolaan air limbah belum memadai

B Perundangan terkait sector air limbah

(Perda, Pergub, Perwali,)

Belum adanya perangkat peraturan yang diperlukan dalam pengolahan air limbah permukiman

C Pembiayaan

1 Sumber-sumber pembiayaan (APBD Prov/ Kab/ Swasta/ Masyarakat)

Belum diprioritaskannya penganggaran untuk sektor air limbah dalam APBD Kabupaten

2 retribusi Belum adanya retribusi penyedotan

tinja

D Peran Serta Masyarakat dan Swasta

Belum adanya kerjasama antara Pemerintah dengan pihak swasta dalam pengolahan air limbah

VII - 95 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Rokan Hilir

No Aspek Pengeloaan Air Limbah Permasalahan

(1) (2) (3)

Perilaku hidup bersih sehat masyarakat masih rendah karena sulit untuk merubah perilaku masyarakat

Budaya yang beranggapan bahwa apabila air limbah telah meresap ke dalam tanah tidak akan

menimbulkan masalah

Kebiasaan membuang air limbah di sungai

E Teknsi Operasional

1 System on-site sanitation - MCK

- Jamban keluarga/ cubluk/ septik tank - Septik tank komunal

- PS Sanimas - Truk tinja - IPLT

- Infrastruktur air limbah baru terbatas pada MCK komunal - Sebagian besar tangki septic

yang ada di masyarakat belum memenuhi SNI

- Belum tersedianya IPLT di Kabupaten

2 Sistem Off Site Sanitation - Sambungan rumah

- Sistem jaringan pengumpul - Sistem sanitasi berbasis - masyarakat

- - IPAL

Permasalahan Pembangunan Sektor Air Limbah di Indonesia, secara umum adalah:

(1) Belum optimalnya penanganan air limbah

(2) Tercemarnya badan air khususnya air baku oleh limbah (3) Belum optimalnya manajemen air limbah:

- Belum optimalnya perencanaan;

- Belum memadainya penyelenggaraan air limbah.

b. Tantangan dan Peluang Pengembangan Sektor Air Limbah

Setiap Kab/Kota wajib menguraikan tantangan dan peluang sesuai karakteristik Kab/Kota masing-masing terkait pembangunan sector air limbah. Tantangan Sektor Air Limbah meliputi tantangan internal dan tantangan eksternal. Tantangan internal berhubungan dengan cakupan pelayanan air limbah, kejadian penyakit karenaburuknya pengelolaan air limbah, perlindungan sumber air baku, kualitas kelembagaan, penggalian sumber dana serta pembagian porsi dana APBN dan APBD. Sedangkan

VII - 96 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Rokan Hilir tantangan eksternal berkaitan dengan target RPJMN bebas pembuangan tinja secara terbuka di tahun 2014 dan Target MDGs 7c terlayaninya 50% masyarakat yang belum mendapatkan akses air limbah sampai tahun 2015.

Selain itu, Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawabkelembagaan yang menangani bidang ke PU an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan didalam dokumen RPI2JM yang merupakan tantangan tersendiri bagi pelayanan pengelolaan Air Limbah. Target pelayanan dasar bidang Air Limbah sesuai dengan Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum dapat dilihat melalui tabel berikut.

Tabel 7. 41 Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya berdasarkan Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010

Peluang dalam pengelolaan air limbah adalah telah diaturnya kewajiban penanggulangan pencemaran terhadap lingkungan dan perlindungan sumber air baku dalam tataran undang-undang sampai dengan peraturan daerah. Peraturan perundangan juga telah mengatur keterpaduan penanganan air limbah dengan pengembangan sistem penyediaan air

VII - 97 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Rokan Hilir minum. Peluang yang lain adalah adanya peningkatan kesadaran masyarakat dalam penyelenggaraan air limbah permukiman.

Peluang dalam pengelolaan air limbah adalah telah diaturnya kewajiban penanggulangan pencemaran terhadap lingkungan dan perlindungan sumber air baku dalam tataran undang-undang sampai dengan peraturan daerah. Peraturan perundangan juga telah mengatur keterpaduan penanganan air limbah dengan pengembangan sistem penyediaan air minum. Peluang yang lain adalah adanya peningkatan kesadaran masyarakat dalam penyelenggaraan air limbah permukiman.

7.4.1.3. Analisis Kebutuhan Pengelolaan Air Limbah

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis kebutuhan Sistem Air Limbah adalah menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan air limbah kota. Melakukan analisis atas dasar besarnya kebutuhan penanganan air limbah, baik itu untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat (basic need) maupun kebutuhan pengembangan kota (development need).

Pada bagian ini Kab./Kota harus menguraikan kebutuhan komponen pengelolaan air limbah secara teknis dan non teknis baik system setempat individual, komunal maupun terpusat skala kota, serta memperlihatkan arahan struktur pengembangan prasarana kota yang telah disepakati. Analisis yang terkait dengan kebutuhan air limbah adalah analisis sistem pengelolaan air limbah (on site dan off site), analisis jaringan perpipan air limbah untuk sistem terpusat, analisis kualitas dan tingkat pelayanan serta analisis ekonomi.

Potensi permasalahan dan tantangan pembangunan sektor sanitasi perkotaan pada dasarnya merupakan hasil identifikasi berdasarkan perbandingan strategi dan kebijakan pembangunan sektor sanitasi di kawasan perkotaan Kabupaten Rokan Hilir dengan realisasi pengembangan serta kondisi eksisting penyediaan dan pengelolaan sanitasi perkotaan Kabupaten Rokan Hilir.

VII - 98 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Rokan Hilir

 Rendahnya Akses masyarakat terhadap pelayanan pengelolaan air limbah

 Rendahnya kesadaranmasyarakat akan pentingnya pengelolaan air limbah permukiman

 Belum memadainya perangkat peraturan perundangan yang diperlukan dalam system pengelolaan air limbah

 Lemahnya fungsi lembaga di daerah yang melakukan pengelolaan air limbah

Berdasarkan permasalahan di atas, maka kebutuhan penanganan sektor sanitasi di Kabupaten Rokan Hilir antara lain :

 Masterplan air limbah, sosialisasi dan alokasi pendanaan.  Penyusunan outline air limbah Kabupaten Kampar

 Penyusunan DED IPAL Terpusat, IPAL Komunal maupun IPLT  Pembangunan IPAL Terpusat, IPAL Komunal maupun IPLT  Penyediaan sarana truk tinja

 Bekerja sama dengan pihak swasta untuk pemrosesan air limbah. Hasil analisis kebutuhan dituangkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 7. 42 Analisis Kebutuhan dan Target Pencapaian Daerah

No Uraian Kondisi

Eksisting

Kebutuhan

2016 2017 2018 2019 2020

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

A Peraturan terkait sektor air limbah

- Ketersediaan peraturan bidang air

limbah (perda, pergub, perwal, dst) Belum ada - - 1 - -

B Kelembagaan

- Bentuk organisasi

Seksi Air Bersih & Penyehatan Lingkungan Bid

CK DPU

1 - - - -

- Ketersediaan tata laksana (tupoksi,

SOP, dll) Belum ada - 1 - - -

- Kualitas dan kuantitas SDM Belum optimal 1 1 1 1 1

C Pembiayaan

- Sumber pembiayaan (APBD Prov Kab/ Kota/ Swasta/ Masyarakat/ Lainnya)

Tahun 2014 sebesar 899 jt (0,05%) 0,75 % 0,75 % 0,75 % 0,75 % 0,75 % - Tarif retribusi -

- Realisasi penarikan retribusi (terhadap

target) -

D Peran swasta dan masyarakat (sudah

ada/ belum ada/ bentuk kontribusinya, dll)

Penyediaan truk tinja, namun

VII - 99 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Rokan Hilir

tidak beroperasi

E Sistem setempat (on site)

- Ketersediaan dan kondisi IPLT Tidak ada 1 1 1 1 1

- Kapasitas IPLT .... m3 4 m3 4 m3 4 m3 4 m3 4 m3

- Tingkat pelayanan IPLT .... % 20% 30% 40% 50% 50%

- Ketersediaan dan kondisi truk tinja - 1 1 1 1 1

- Biaya O&P - 110jt 120jt 130jt 140jt 140jt

- Kualitas efluent IPLT (BOD-COD) ... MG/lt

Dokumen terkait