• Tidak ada hasil yang ditemukan

I JANGKA PENDEK/MENDESAK (TAHUN 2014-2018)

7.4. Sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

7.4.1. Air Limbah

Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman (municipal wastewater) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air limbah permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan seperti mencemari air permukaan dan air tanah, di samping sangat beresiko menimbulkan penyakit seperti diare, thypus, kolera dan lain-lain.

Upaya pencapaian target tersebut memerlukan kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam kebijakan dalam bidang Air Limbah sebagai berikut

1. Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan air limbah, baik yang dikelola BUMD maupun yang dikelola secara langsung oleh masyarakat.

2. Meningkatkan pendanaan dengan mengembangkan alternatif sumber pembiayaan yang murah dan berkelanjutan serta melalui kemitraan swasta dengan pemerintah 3. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pengelolaan air

limbah.

7-63 Tatanan program yang digunakan adalah sama dengan tatanan program pada Renstra Departemen Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2015 – 2019, Renstra Provinsi, dan RPJM Daerah. Oleh karena itu, dalam melakukan pemrograman harus mengacu pada kebijakan dan strategi yang dituangkan dalam Renstra Pusat maupun Provinsi dan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas pengembangan daerah.

Analisis kebutuhan pengelolaan air limbah untuk 5 tahun ke depan dilakukan dengan langkah-langkah:

1. Menetapkan sasaran pengelolaan air limbah 5 tahun ke depan

2. Melakukan analisis kondisi sistem pengelolaan air limbah saat ini, meliputi tingkat pelayanan dan kualitas sistem prasarana dan sarana yang ada

3. Merumuskan persoalan, yaitu gap antara sasaran 5 tahun dengan kondisi saat ini 4. Menetapkan prioritas berdasarkan skenario pengembangan kota dan kemampuan

berdasarkan tingkat kebutuhan

5. Menentukan program 5 tahun ke depan 2. Menentukan investasi tahunan

7.4.1.1.Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Pengelolaan Air Limbah

Beberapa peraturan perundangan yang mengatur pengelolaan air limbah, antara lain : 1. Undang-Undang No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional

Pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.

2. Undang-Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

Pasal 21 ayat (2) butir mengamanatkan pentingnya pengaturan prasarana dan sarana sanitasi dalam upaya perlindungan dan pelestarian sumber air.

3. Pengaturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pemngembangan Sistem Penyediaan Air Minum

Peraturan ini mengatur penyelenggaraan prasarana dan sarana air limbah permukiman secara terpadu dengan penyelenggaraan sistem penyediaan air minum .

4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

Mensyaratkan tersedianya sistem air limbah setempat yang memadai dan tersedianya sistem air limbah skala komunitas/kawasan/kota.

5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 02/MENKLH/I/1998 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan

7-64 Mengamanatkan bahwa Pengelolaan yang dilakukan terhadap air buangan dimaksudkan agar air buangan dapat dibuang ke badan air penerima menurut standar yang diterapkan, yaitu sandar yang diterapkan, yaitu standar aliran (stream standard) dan standar efluen (effluent standard).

Air Limbah yang dimaksud di sini adalah air limbah permukiman (Municipal Wastewater) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan terhadap kualitas lingkungan sehingga perlu dilakukan pengelolaan.

Pengelolaan air limbah permukiman di Indonesia ditangani melalui dua sistem yaitu sistem setempat (onsite) ataupun melalui sistem terpusat (offsite). Sanitasi sistem setempat (onsite) adalah sistem dimana fasilitas pengelolaan air limbah berada dalam batas tanah yang dimiliki dan merupakan fasilitas sanitasi individu sedangkan sanitasi sistem terpusat (offsite) adalah sistem dimana fasilitas pengelolaan air limbah dipisahkan dengan batas jarak dan mengalirkan air limbah dari rumah-rumah menggunakan perpipaan (sewerage) ke Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL).

Kebijakan Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan dalam pengelolaan air limbah diharapkan dapat menciptakan tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih baik dari kondisi saat ini, seperti: peningkatan prasarana dan sarana dasar permukiman sehingga menjadikan permukiman yang layak huni.

7.4.1.2.Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan Air Limbah Permukiman Isu Strategis

A. Tingkat Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan

Masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan sebagian telah melakukan pengelolaan air limbah rumah tangganya, namun sarana pendukungnya masih terbatas. Banyak dijumpai di lingkungan permukiman belum tersedia sarana sanitasi yang memadai sehingga bila tidak segera ditangani dikuatirkan akan mencemarkan lingkungan hidup di sekitarnya.

Data kondisi eksisting infrastruktur pengolahan air limbah skala kabupaten dan kawasan dalam kapasitas pelayanan eksisting diuraikan dalam tabel berikut,

Tabel 7-32. Kapasitas Pelayanan Eksisting Pengolahan Air Limbah di Kabupaten Lampung Selatan

No. Sistem, Sarana dan

Prasarana Kapasitas

Cakupan Layanan Eksisting (%)

Lembaga Pengelola A. Sistem On- Site

1. Individual (Tangki) Septiks - 49 MasyarakatSwadaya 2. Komunal (MCK, MCK++) - 4 Pemerintah Daerah

7-65 B. Sistem Off- Site

1. Skala Kota - 59 Pemerintah Daerah

2. Skala Wilayah - - -

C. Sarana dan Prasarana

1. Truck Tinja 6 M3 1 Unit IPLT Lubuk Kamal

7-66 Sedangkan jumlah rumah yang didasarkan pada klasifikasi kesehatan dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

7-67 Berdasarkan jumlah penduduk tersebut maka volume tinja di Kecamatan Kalianda berjumlah 7.811,6 m3/tahun. Dalam pengelolaan masalah sanitasi kecamatan sebagai besar penduduk (60%) telah memiliki jamban dengan tangki septic, 30% lainnya menggunakan jamban/WC sederhana tanpa tangki septic dan yang membuang limbahnya langsung ketempat terbuka (On Site) sebanyak 10%.

Volume air buangan kotor pad tahun rencana diperkirakan sebesar 50,23 liter. Perhitungan ini dilakukan berdasarkan komposisi air buangan sebesar 60 % dari kebutuhan akan air bersihnya sehingga dapat diketahui perkiraan air buangan kotornya. Air buangan kotor ini keluar dengan memanfaatkan saluran drainase baik itu saluran terbangun maupun saluran alam.

Penyelenggaraan upaya penyehatan lingkungan permukiman, dilaksanakan dengan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup serasi dengan lingkungan dan dapat mewujudkan kualitas lingkungan permukiman yang bebas dari risiko yang membahayakan kesehatan pada berbagai substansi dan komponen lingkungan, yaitu meliputi jamban keluarga, saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan pengelolaan sampah.

Hasil Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan menyatakan persentase sehat untuk rumah mencapai 62,8% ; Jamban 58,2% ; SPAL 49,8%.

Banyaknya rumah tangga yang belum memiliki sarana sanitasi menjadi salah satu indikator kesehatan lingkungan masyarakatnya, hal ini terlihat dari jenis penyakit yang sering diderita oleh masyarakat Kabupaten Lampung Selatan, antara lain : penyakit kulit sebesar 15 kasus, DBD sebesar 475 kasus, penyakit diare sebesar 26.315 kasus untuk semua golongan umur.

Tabel 7-34. Pelayanan Air Limbah Komunitas Berbasis Masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan No. Lokasi Sistem Dibangun Tahun Cakupan Pelayanan Kondisi MCK ++ IPAL Komunal

1 Kel. Fajar Baru - Jati

Agung 1 unit - 2014 500 Jiwa Berfungsi

2 Kel. Karang Anyar -

Jati Agung 1 unit - 2014 500 Jiwa Berfungsi Sumber : Profil PPLP Kabupaten Lampung Selatan

Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah

Pengelolaan sistem prasarana dan sarana air limbah di Kota Kalianda yang ada saat ini masih bersifat setempat (on site system), 60% telah memiliki jamban dengan tangki septic, 30% lainnya menggunakan jamban/WC sederhana tanpa tangki septic dan yang membuang limbahnya langsung ketempat terbuka (On Site) sebanyak 10% ini perlu mendapat perhatian khusus dikarenakan masyarakatnya masih menggunakan tempat pembuangan air besar di tempat terbuka seperti sungai, saluran irigasi, kebun, hutan dan pekarangan.

7-68 Pengelolaan limbah kakus di lingkungan permukiman banyak ditangani sendiri oleh masyarakat. Masyarakat lebih cenderung memilih cara untuk membangun tangki septik yang baru setelah tangki septik yang lama sudah terisi penuh atau dengan cara menguras tangki dan membiarkan limbah mengering di permukaan tanah. Hal ini tentu saja berpotensi menimbulkan pencemaran air tanah terutama pada sumur-sumur dangkal di permukiman warga.

Sarana truk tinja yang menjadi armada untuk penguras septik tank telah dimiliki oleh Dinas Kebersihan dan Keindahan Lampung Selatan berjumlah 1 buah kendaraan. Pengurasan Lumpur limbah tinja kemudian dibuang ke Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang berada di Desa Lubuk Kamal berjarak 5 Km dari pusat kecamatan Kalianda.

Saat ini kondisi bangunan IPLT rusak berat, karena lama tidak dioperasionalkan hal ini disebabkan kendaraan penyedot tinja tidak berfungsi secara maksimal dalam melayani masyarakat.

Gambar 7-3. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di Desa Lubuk Kamal Kecamatan Kalianda Lampung Selatan

7.4.1.3.Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah

Penanganan sanitasi di Kabupaten Lampung Selatan, tidak hanya faktor higienis yang harus diperhatikan tetapi juga masalah pencemaran terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh air limbah domestik itu sendiri. Tingkat pencemaran menunjukan angka yang signifikan pada badan air yang melalui perkotaan dimana terdapat kepadatan penduduk yang lebih tinggi. Di kawasan perkotaan, seperti: Kota Kalianda yang memiliki kepadatan penduduk cukup tinggi diperlukan penataan dan pengelolaan air limbah yang baik sehingga tidak mencemari lingkungan permukimannya. Tetapi kondisi prasarana dan sarana sanitasi di Kabupaten Lampung Selatan masih terbatas sehingga pengelolaannya masih belum optimal. Masih banyak dijumpai warga masyarakat yang belum memiliki sarana sanitasi yang baik pada setiap huniannya.

Sistem pembuangan air limbah harus dipisahkan dengan sistem pembuangan air hujan, namun sering dijumpai limbah dari rumah tangga dibuang ke dalam sistem pembuangan air hujan yang dapat mengakibatkan polusi/ pencemaran lingkungan hidup.

7-69 Pengelolaan prasarana dan sarana air limbah pada setiap daerah mempunyai karakteristik yang berbeda, baik tingkat pelayanan, jenis dan jumlah pelayanannya. Pengelolaan sanitasi dapat dilakukan dengan 2 (dua) sistem yaitu:

a. Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat (on-site system); b. Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat (off-site system).

Sistem pengelolaan air limbah di Kabupaten Lampung Selatan masih banyak menggunakan sistem pengolahan air limbah setempat (on-site system) baik itu secara individu dan di beberapa tempat secara komunal. Di sisi lain masih banyak warga masyarakat yang belum memiliki pengelolaan air limbah dan membuang limbahnya ke saluran atau sungai, hal ini tidak lepas dari sebagian masyarakat belum mendapatkan pelayanan air minum yang baik dan kontinu sehingga penyediaan sarana sanitasi masih sangat terbatas.

Dari data bangunan rumah tinggal dan klasifikasi rumah sehat di Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2012 terdapat bangunan rumah tinggal sebanyak 158.462 rumah dan jumlah rumah sehat hanya sebanyak 77.768 rumah. Sedangkan rumah yang memiliki jamban ber-septictank hanya sebanyak 51,070 rumah.

Gambar 7-4. Pengelolaan Air Limbah di Rumah Tinggal dan di Sekolah

7.4.1.4.Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Air Limbah

A. Sasaran Pengelolaan Prasarana dan Sarana Air Limbah

Sasaran pengelolaan prasarana dan sarana air limbah di Kabupaten Lampung Selatan ditekankan pada pengelolaan air limbah permukiman yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Diharapkan masyarakat semakin mengerti pentingnya sanitasi lingkungan melalui pengolahan air limbah yang dihasilkan tidak mencemari badan air (sungai, selokan dsb) atau dengan kata lain, agar air buangan dari industri/ rumah tangga dll sesuai dengan baku mutu yang telah ditentukan.

7-70 B. Rumusan Masalah

Dalam perumusan masalah untuk pengelolaan limbah kakus di lingkungan permukiman banyak ditangani sendiri oleh masyarakat. Masyarakat lebih cenderung memilih cara untuk membangun tangki septik yang baru setelah tangki septik yang lama sudah terisi penuh atau dengan cara menguras tangki dan membiarkan limbah mengering di permukaan tanah. Hal ini tentu saja berpotensi menimbulkan pencemaran air tanah terutama pada sumur-sumur dangkal di permukiman warga.

Sarana truk tinja yang menjadi armada untuk penguras septik tank telah dimiliki oleh Dinas Kebersihan dan Keindahan Lampung Selatan berjumlah 1 buah kendaraan. Pengurasan Lumpur limbah tinja kemudian dibuang ke Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang berada di Dusun Lubuk Saung Desa, Desa Canggu berjarak 5 Km dari pusat kecamatan Kalianda.

C. Analisis Permasalahan

Volume air buangan kotor pad tahun rencana diperkirakan sebesar 50,23 liter. Perhitungan ini dilakukan berdasarkan komposisi air buangan sebesar 60 % dari kebutuhan akan air bersihnya sehingga dapat diketahui perkiraan air buangan kotornya. Air buangan kotor ini keluar dengan memanfaatkan saluran drainase baik itu saluran terbangun maupun saluran alam.

Tabel 7-35. Buangan Air Kotor di Kecamatan Kalianda

No Fasilitas Buangan Air Kotor (L/Org/dt)

2007 2013 1 2 3 4 5 6 Permukiman Pendidikan Kesehatan Perdagangan Olah Raga Pemerintahan 56,62 0,14 0,05 0,16 0,12 0,03 63,84 0,17 0,07 0,19 0,14 0,03 Total 57,12 64,44

Sumber : Dinas Kebersihan dan Keindahan Lampung Selatan

Tabel 7-36. Produksi Lumpur Tinja Penduduk di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2006 - 2013

No Jenis Standar Eksisting 2006 Eksisting 2013

Besaran Satuan Besaran Satuan Besaran Satuan

1.

Kota kecil (Kepadatan ≤ 200 jiwa/Ha)

Onsite system: Toilet, Septic tank Pendukung : Truk Tinja, IPLT u/100.000 jiwa 2. Timbunan Tinja 40 Lt/org/th 6.305.240 Lt/th 7.579.676 Lt/th 0,2 Lt/org/hr 31.485,6 Lt/hr 37.898,6 Lt/hr

7-71

No Jenis Standar Eksisting 2006 Eksisting 2013

Besaran Satuan Besaran Satuan Besaran Satuan

3. Truk Tinja (3

m3) 10.000 KK - KK 3,77 KK

4. Timbulan air

limbah 85 Lt/org/th 13.381.635 Lt/th 16.106.811 Lt/th Sumber : Dinas Kebersihan dan Keindahan Lampung Selatan

D. Alternatif Pemecahan Masalah

Sistem pembuangan air limbah rumah tangga sebaiknya dipisahkan dengan sistem pembuangan air hujan. Kenyataan dilapangan menunjukkan air limbah rumah tangga (grey water) dibuang melalui drainase yang notabene termasuk dalam sistem pembuangan air hujan. Untuk mengatasi masalah tersebut idealnya di setiap kawasan permukiman wajib memiliki sistem penanganan air limbahnya sendiri.

Untuk mendukung sanitasi lingkungan di Kabupaten Lampung Selatan menjadi lebih baik maka perlu dilakukan pengembangan sistem pengelolaan air limbah secara off-site system, untuk itu diperlukan studi dan kajian mengenai pembangunan IPAL terpusat skala domestik/lingkungan perumahan, pembuatan DED SANIMAS serta pembangunan SANIMAS dilokasi-lokasi direncanakan.

E. Rekomendasi

Sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya sanitasi lingkungan bagi kesehatan warga dan penyediaan sarana dan prasarana sanitasi pada lingkungan padat penduduk. Perlunya pembuatan DED IPAL Terpusat Skala Lingkungan dan pembangunan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan. Serta Pembuatan DED SANIMAS dan pembangunan SANIMAS.

7.4.1.5.Analisis Kebutuhan Air Limbah

Kabupaten Lampung Selatan yang termasuk kategori Kota Sedang dengan kepadatan sedang, hanya diarahkan untuk pengelolaan air limbah dengan sistem on site (masing- masing rumah mengadakan tangki septik) dengan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). Namun pada daerah yang padat penduduknya dimana tidak memungkinkan untuk membuat tangki septik di setiap rumah karena keterbatasan lahan dan sosial ekonominya, pengelolaan limbah dapat dilakukan secara komunal (bersama), yaitu satu tangki septik digunakan untuk beberapa rumah. Pada waktu-waktu tertentu tangki septik tersebut dilakukan pengurasan.

Sistem pengelolaan limbah yang akan diterapkan pada daerah yang padat penduduknya adalah dengan sistem komunal. Setiap rumah cukup menyediakan jamban/WC yang kemudian dihubungkan pada satu tangki septik. Tangki septik ini dapat dibuatkan pada areal yang kosong, mudah dihubungkan kerumah-rumah penduduk, atau di pinggir jalan sehingga mudah dalam pemeliharan dan dapat dijangkau oleh mobil vacum tank. Tangki septik yang dibuat direncanakan untuk menampung air limbah dari 5 jamban/rumah. Jika daerah

7-72 tersebut dihuni oleh sekitar 100 KK maka tangki septik yang dibutuhkan 20 unit. Dengan sistem ini mengurangi biaya pengelolaan air limbah penduduk khususnya dalam pembuatan tangki septik. Tangki septik ini dalam pengelolaannya dilakukan oleh penduduk yang menggunakannya.

Usulan dokumen perencanaannya tetap dilakukan sesuai dengan skala prioritas sesuai dengan visi dan misi Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan. Pendanaan pembangunan infrastruktur sub bidang Air Limbah berasal dari bantuan Pusat (APBN) dan APBD Daerah. Usulan Prioritas Pembangunan Sub Bidang Air Limbah Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2017 s.d 2021 dapat dilihat di Matriks Program.

7.4.1.6.Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Air Limbah

A. Program Pembangunan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (on-site) dan Komunal Kriteria kegiatan infrastruktur air limbah sistem setempat dan komunal

Kriteria Lokasi

 Kawasan rawan sanitasi (padat, kumuh, dan miskin) di perkotaan yang memungkinkan penerapan kegiatan Sanitasi berbasis masyarakat (Sanimas);

 Kawasan rumah sederhana sehat (RSH) yang berminat. Lingkup Kegiatan:

 Rekruitmen dan pembiayaan Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) untuk kegiatan Sanitasi Berbasis Masyarakat;

 Pelatihan TFL secara regional termasuk refreshing/coaching;

 Pengadaan material dan upah kerja untuk pembangunan prasarana air limbah (septic tank komunal, MCK++, IPAL komunal);

 TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten/Kota untuk dapat melaksanakan pelatihan KSM/mandor/tukang dan pemberdayaan masyarakat;

 Pembangunan jaringan pipa air limbah dan IPAL untuk kawasan RSH;

 Membangun/rehabilitasi unit IPLT dan peralatannya dalam rangka membantu pemulihan atau meningkatkan kinerja pelayanan;

 Sosialisasi/diseminasi NSPM pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat dan pengelolaan Septic Tank;

 Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat;

 Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).

Kriteria Kesiapan:

 Sudah memiliki RPI2JM CK dan SSK/Memorandum Program atau sudah mengirim surat minat untuk mengikuti PPSP;

 Tidak terdapat permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan sudah dibebaskan);

 Sudah terdapat dokumen perencanaan yang lengkap, termasuk dokumen lelang (non Sanitasi Berbasis Masyarakat), termasuk draft dokumen RKM untuk kegiatan Sanitasi Berbasis Masyarakat ;

7-73

 Sudah ada mou antara Pengembang dan pemerintah kab./kota (IPAL RSH);

 Sudah terdapat institusi yang nantinya menerima dan mengelola prasarana yang dibangun;

 Pemerintah kota bersedia menyediakan alokasi dana untuk biaya operasi dan pemeliharaan

Skema Kebijakan Pendanaan Pengolahan Air Limbah Sistem Setempat (on-site) dan Komunal dipaparkan berikut.

Gambar 7-5. Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat dan Komunal

Gambar tersebut menunjukan pembagian peran antara pemerintah pusat dan pemerintah kabupaten/kota dalam pembangunan infrastruktur pengolahan air limbah sistem setempat (on-site). Peran pemerintah pusat adalah membantu pendanaan fasilitator dan konstruksi PS air limbah skala kawasan, serta membangun IPLT. Pemerintah daerah mempunyai peran dalam penyediaan lahan, penyediaan biaya operasi dan pemeliharaan, serta pemberdayaan masyarakat pasca konstruksi.

B. Pembangunan Prasarana Air Limbah Terpusat (off-site)

Kriteria kegiatan infrastruktur air limbah sistem terpusat (off-site) skala kota adalah: Kriteria Lokasi:

 Kota yang telah mempunyai infrastruktur air limbah sistem terpusat (sewerage system) seperti Medan, Parapat, Batam, Cirebon, Manado, Tangerang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surakarta, Denpasar, Balikpapan dan Banjarmasin; ฀ kota yang telah menyusun Master Plan Air Limbah serta DED untuk tahun pertama, yang terdiri dari 8 kota yaitu Bandar Lampung, Batam, Bogor, Cimahi, Palembang, Makassar, Surabaya dan Pekanbaru;

 Sasaran kota (pusat kota) besar/metropolitan dengan penduduk > 1 juta jiwa. Lingkup Kegiatan:

7-74

 Rehabilitasi unit IPAL dan peralatannya dalam rangka membantu pemulihan atau meningkatkan kinerja pelayanan;

 pengadaan/pemasangan pipa utama (main trunk sewer) dan pipa utama sekunder (secondary main trunk sewer) yaitu pengembangan jaringan perpipaan untuk mendukung perluasan kemampuan pelayanannya dalam rangka pemanfaatan kapasitas idle;

 TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten/Kota untuk dapat melaksanakan pelatihan operator IPAL;

 sosialisasi/diseminasi NSPM pengelolaan IPAL;

 produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat;

 penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).

Kriteria Kesiapan:

 Sudah memiliki RPI2JM CKdan SSK/Memorandum Program atau sudah mengirim surat minat untuk mengikuti PPSP;

 tidak terdapat permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan sudah dibebaskan), dan disediakan oleh Pemda (±6000 m²);

 terdapat dokumen perencanaan yang lengkap, termasuk dokumen lelang;

 sudah ada institusi yang menerima dan mengelola prasarana yang dibangun;

 pemerintah kota bersedia menyediakan alokasi dana untuk pembangunan pipa lateral & sambungan rumah dan biaya operasi dan pemeliharaan.

Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan Air Limbah Sistem Terpusat (off-site) dipaparkan berikut.

7-75 Dalam pengembangan pengolahan air limbah sistem terpusat, pemerintah pusat memiliki peran melakukan pembangunan IPAL dan mengembangkan jaringan pipa sewer sampai dengan pipa lateral. Sedangkan pemerintah kabupaten/kota mempunyai peran dalam penyediaan lahan, penyediaan biaya operasi dan pemeliharaan, dan pembangunan sambungan rumah.

7.4.2.Persampahan

Sampah adalah material padat yang tidak terpakai sebagai akibat kegiatan manusia. Material padat dapat berupa benda yang bisa terbakar maupun tidak, bisa berupa benda yang bisa terurai atau tidak sehingga volumenya dapat direduksi dengan pertolongan jasad renik yang ada disekitar benda benda tersebut, dengan kecepatan penguraian yang sangat bervariasi dari mulai hitungan hari (daun-daunan, dan sampah organik) hingga ratusan tahun (sampah plastik, dan sebagian) atau benda-benda yang bisa terurai dan tidak bisa terurai sama sekali.

Untuk menangani persampahan skala provinsi/lintas kabupaten, maka diperlukan pengembangan Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) sampah perlahan-lahan hingga akhir tahun perencanaan menjadi Waste to Energy. Dengan prinsip Zero Waste, maka kegiatan penanganan tidak hanya dilakukan di TPA saja, dari sumbernya baik melalui kegiatan pengkomposan maupun daur ulang. Sisa sampah yang tidak bisa dirubah menjadi kompos dan didaur ulang inilah yang kemudian disalurkan dalam TPA. Pengelolaan sampah di TPA dapat berupa pembuatan palet/briket (bahan bakar rumah tangga), produksi gas metan untuk bahan bakar dan bahan bangunan.

Berdasarkan RTRW Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2011 – 2031 mengenai rencana sistem jaringan persampahan di Kabupaten Lampung Selatan adalah sebagai berikut :

1. penyusunan rencana induk pengolahan persampahan;

2. pengembangan sarana pengangkutan sampah dengan menggunakan container

Dokumen terkait