• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akhlak kepada Diri Sendiri dan Orang Lain

Dalam dokumen jtptiain gdl yuyunarifa 3902 1 3103082 p (Halaman 64-72)

BAB IV. ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA

B. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Ibadah Haji

3. Akhlak kepada Diri Sendiri dan Orang Lain

Dalam ibadah haji, ketika sedang ihram ada larangan untuk tidak rafats (berhubungan seks). Hal ini karena ibadah haji merupakan pekerjaan yang sangat mulia dan terpuji. Rasulullah SAW bersabda:

ل ﻪﻨﷲ ﻲﻀ ﺭﺭ

:

ﻰﺼ ﷲ لﻭﺴﺭ ﺴ

ﺞﺤ لﻭﻴﺴﻭﻪﻴ ﷲ

ﻭﻴﻜ ﺠﺭﻘﺴﻴﷲﻭ ﺭﻴ

ﻪ ﻪ ﺩﷲﻭ

)

ﻪﻴ ﻘ

(

5

Barangsiapa yang mengerjakan haji sedang ia tidak melanggar kesopanan dan tidak pula melanggar ketentuan, maka ia akan bebas dari dosa-dosa seperti pada hari ia dilahirkan oleh ibunya.

5

b. Mengendalikan hawa nafsu

Dalam melaksanakan ibadah haji, mengendalikan hawa nafsu merupakan hal yang sangat urgen. Sebab setiap saat setan menggoda jamaah untuk mengajak pada jalan yang sesat.

Hal ini bisa dipahami ketika jamaah melempar jumrah. Melempar jumrah merupakan perwujudan permusuhan dan kebencian terhadap setan yang selalu berusaha untuk menyesatkan manusia dari jalan yang diridhoi Allah.

Hal tersebut membuktikan betapa seriusnya Allah memperingatkan kepada para hamba-Nya untuk selalu mengendalikan hawa nafsu agar tidak terbujuk oleh rayuan setan.

c. Tolong menolong

Suasana pertemuan akbar (haji) bukan hanya satu bentuk budaya atau adat istiadat. Baik dari cara tutur kata maupun tingkah laku yang mungkin asing satu sama lainnya membutuhkan pengertian dan toleransi untuk saling memahami keadaan orang lain dan menghilangkan sifat egois.

Mereka dengan berpakaian yang sama, saling bergaul, dilandasi dengan ukhuwah islamiyah sehingga mereka saling mengingatkan dan saling tolong menolong.

d. Ukhuwah (persaudaraan)

Ibadah haji merupakan wujud nyata dari persaudaraan antara muslim sedunia. Pertemuan ini akan dapat menghilangkan perbedaan-perbedaan sistem politik yang dianutnya atau perbedaan-perbedaan madzhab, baik yang menyangkut aqidah maupun ibadah.

Dengan demikian kita harus menumbuhkan kembali kesadaran kita tentang hakikat penciptaan manusia dari asal yang satu yaitu Adam, sehingga antara satu suku dengan suku yang lain, antara satu bangsa dengan bangsa lain yang berbeda warna kulit, bahasa dan adat

istiadat, berbeda kemampuan dan keberadaannya, akan duduk sama rendah berdiri sama tinggi.

Menumbuhkan kesadaran untuk memelihara persaudaraan serta menjauhkan diri dari perpecahan merupakan realisasi pengakuan bahwa pada hakikatnya kedudukan manusia adalah sama di hadapan Allah. Tidak ada pembeda di antara hamba Allah kecuali ketakwaan mereka.6

6

Muhammad al-Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, (Semarang: Wicaksana, 1993), Cet. 4, hlm. 339.

Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam ibadah haji antara lain: a. Syukur

Hal ini dapat dipahami ketika jama’ah mengucapkan talbiyah. Dalam kalimat tersebut jelas bahwa segala kenikmatan kekuasaan itu adalah milik Allah. Termasuk juga terdapat dalam syarat haji yang menyebutkan kemampuan (istatha’ah) meliputi sehat badan serta memiliki bekal yang cukup. Ini merupakan manifestasi dari rasa syukur atas nikmat Allah.

b. Takwa

Haji merupakan ibadah yang melambangkan ketaatan atau penyerahan diri secara total kepada Allah baik harta benda maupun jiwa raga. Di hadapan Allah mereka bersyukur atas segala nikmat, memohon ampun, berdzikir, memohon perlindungan dari dosa, hawa nafsu dan godaan setan.

c. Ikhlas

Bahwa ibadah haji merupakan perjalanan suci yang semua rangkaian kegiatannya merupakan ibadah. Semua larangan harus ditinggalkan guna mencapai haji mabrur. Semua kegiatan yang dilakukan (ihram, thowaf, sa’i, wukuf, melempar jumrah) harus dilandasi dengan keimanan dan ketakwaan. Tanpa dilandasi dengan keimanan dan ketakwaan, maka semua kegiatan akan sia-sia.

d. Bershalawat dan patuh pada ajaran Rasulullah

Hal ini bisa dipahami ketika jama’ah di Raudhah mereka bershalawat kepada Nabi. Selain itu dapat dipahami ketika jama’ah melaksanakan rangkaian ibadah haji sesuai dengan ajaran Rasulullah. Misalnya thawaf, wukuf, sa’i, tahalul.

e. Tidak melakukan rafats, fusuq dan jidal

Pada ibadah haji, ketika jamaah sedang ihram ada larangan untuk tidak rafats, fusuq dan jidal. Hal ini karena ibadah haji merupakan pekerjaan yang sangat mulia dan terpuji. Sebagaimana firman Allah QS. Al-Baqarah ayat 197.

f. Mengendalikan hawa nafsu

Hal ini bisa dipahami ketika jamaah melempar jumrah. Melempar jumrah merupakan perwujudan permusuhan dan kebencian terhadap setan yang selalu berusaha untuk menyesatkan manusia dari jalan yang diridai Allah.

g. Tolong menolong

Ibadah haji bukan hanya suatu bentuk budaya/adat istiadat. Di situ dibutuhkan pengertian dan toleransi, tolong menolong antara jama’ah yang satu dengan yang lain.

h. Ukhuwah/Persaudaraan

Ibadah haji merupakan wujud nyata dari persaudaraan antara muslim sedunia. Dengan perkumpulan yang berasal dari berbagai negara dan bangsa, mereka harus saling toleransi dan memahami keadaan orang lain, sehingga tercipta ukhuwah islamiyah yang baik.

B. Saran-Saran

a. Bagi orang-orang Islam yang mampu untuk melaksanakan ibadah haji, untuk segera melaksanakannya. Hal ini sebagai manifestasi rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah.

b. Kepada seluruh umat Islam, untuk selalu memperbaiki akhlaknya. Apalagi bagi orang yang telah menunaikan ibadah haji, yang mana dalam ibadah haji terdapat nilai-nilai pendidikan akhlak yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga akan tercipta masyarakat yang rukun, damai dan sejahtera.

C. Penutup

Penulis bersyukur ke hadirat Allah swt yang telah memberikan petunjuk dan pertolongan sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

Penulis sadar bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya dan juga bermanfaat bagi setiap pembaca pada umumnya serta semoga dapat menambah pengetahuan kita semua. Amin.

Amin, Muhammad dkk, Dasar-Dasar Pendidikan Agama, (Semarang: IKIP Semarang Press, 1996)

Anwar, Ramli Bihar, ASQ For Haji, (Bandung: Arazy PT Mizan Pustaka, 2004) cet. 1

Baidan, Nashrudin, Metodologi Penafsiran Al Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998)

Danim Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2002)

Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahnya

,

(Bandung: Diponegoro, 2005)

Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka, 1990)

Dewey, John, Democracy and Education, (New York: The Macmillan Company, 1964)

Dimjati, Djamaludin, Panduan Ibadah Haji danUmrah Lengkap di sertai Rahasia

dan Hikmahnya, (Solo: Era Intermedia, 2006), cett. I

Farid, Ishak, Ibadah Haji dalam Filsafat Hukum Islam , (Jakarta: Rineka Cipta, 1999)

Hadi Sutrisno, Metodologi Research Jilid I, (Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 2000)

Idris, Abdul Fatah, Abu Ahmadi, Fikih Islam Lengkap, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), cet. 3

Muhajir, Noeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996)

Raya, Ahmad Thib, Menyelami Seluk Beluk Ibadah dalam Islam , (Jakarta: Kencana, 2003)

Razak, Nasrudin, Dienul Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1993)

Suryabrata, Sumadi, Metode Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998)

Syah, Ismail Muhammad, Filsafat Hukum Islam, (Jakrta: Bumi Aksara, 1992)

Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam Jilid II, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeue, 1993)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Yuyun Arifah

2. NIM : 3103082

3. Tempat, Tanggal Lahir : Purworejo, 6 Februari 1985 4. Jenis Kelamin : Perempuan

5. Agama : Islam

6. Alamat Asal : Bayem RT. 02 RW I No. 12 Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo Jawa Tengah 54215

7. Pendidikan

SD : SDN II Bayem Kutoarjo Purworejo SMP : MTs N Prembun Kab. Kebumen

SMA : MAN Purworejo

S1 : IAIN Walisongo Semarang

Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Angkatan 2003

Dalam dokumen jtptiain gdl yuyunarifa 3902 1 3103082 p (Halaman 64-72)

Dokumen terkait