• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagan 8. Keterangan Saksi Gatot tentang Pihak-pihak yang pernah menempati Bangunan

2. Akibat Hukum Tanah sengketa merupakan Tanah Negara a. Permohonan

Dalam konsep Hak menguasai Negara, tanah yang berubah statusnya menjadi Tanah Negara tidap dapat dipindahkan kepada pihak lain. Tetapi tanah negara dapat diberikan kepada sesuatu hak atas tanah kepada pihak lain.48 Terjadinya hak atas tanah karena Penetapan pemerintah dilakukan dengan Permohonan hak atas tanah. Permohonan Hak atas tanah dapat dilakukan terhadap49 :

(1) Tanah Negara bebas;belum pernah melekat sesuatu hak diatasnya

(2) Tanah Negara asalnya masih melekat sesuatu hak dan jangka waktunya belum berakhir, namun dimintakan perpanjangannya

(3) Tanah Negara asalnya pernah melekat sesuatu hak dan jangka waktunya telah berakhir untuk dimintakan pembaharuannya, temasuk tanah-tanah Hak barat, sebagai mana dijelaskan dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pokok-pokok kebijaksanaan dalam rangka pemberian hak baru atas tanah asal konversi hak barat, Pasal 1 ayat (1) “ Tanah Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak pakai asak Konversi hak barat ,yang jangka waktunya akan berakhir selambat-lambatnya pada tanggal 24 September 1980, sebagimana yang dimaksud dalam UUPA, pada saat berakhirnya hak, yang bersangkutan menjadi tanah

48 Ibid,. hlm 151.

49 1Ulfa Hasanah, Status Kepemilikan Tanah Hasil Konversi Hak Barat Berdasarkan UU No.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria Dihubungkan dengan PP. No 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah”. Vol.3 No 1, Jalan Garuda Tangkerang Tengah Marpoyan Damai Pekanbaru, hlm. 13.

89

yang dikuasai langsung oleh Negara” maupun tanah-tanah yang telah terdaftar menurut Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA)

Dari penjelasan diatas menerangkan bahwa Tanah bekas hak barat yang telah berubah statusnya menjadi Tanah Negara, harus dimohonkan kepada Negara dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional untuk mendapat sesuatu hak atas tanah yang melekat pada Tanah Negara tersebut. Dalam Pasal 4 ayat (1) Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak atas Tanah Negara menyatakan bahwa :

“Sebelum mengajukan permohonan Hak, pemohon harus menguasai tanah yang dimohon dibuktikan dengan data yuridis dan data fisik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”

Pada Pasal diatas mengatur bahwa untuk mengajukan permohonan hak atas tanah, pemohon harus mempunyai bukti berupa data yuridis dan data fisik, sebagai bukti bahwa pemohon menguasai Tanah yang akan dimohonkan. Pada bagian kedua tentang pemberian hak milik Paragraf I Pasal 9 Syarat-syarat Permohonan Hak milik menerangkan bahwa :

a. Permohonan Hak milik atas Tanah Negara diajukan secara tertulis b.Permohonan Hak milik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat :

3. Keterangan mengenai pemohon :

a. Apabila perorangan : nama, umur, kewarganegaraan, tempat tinggal dan pekerjaan serta keterangan mengenai

istri/suami dan anaknya yang masih menajdi

tanggungannya;

b. Apabila badan hukum : Nama, tempat kedudukan, akta atau peraturan pendiriannya, tanggal dan nomor surat keputusan pengesahannya oleh pejabat yang berwenang tentang penujukannya sebagai badan hukum yang mempunyai Hak

milik berdasarkan ketentuan peraturan

90

4. Keterangan mengenai tanahnya yang meliputi data yuridis dan data fisik : a. Dasar penguasaan atau alas haknya dapat berupa sertifikat, girik, surat kapling, surat-surat bukti pelepasan hak dan pelunasan tanah dan rumah dan atau tanah yang telah dibeli pemerintah, putusan pengadilan, akta PPAT, akta pelepasan hak, dan surat-surat bukti perolehan tanah lainnya;

b. Letak, batas-batas dan luasnya (jika ada surat ukur atau gambar situasi sebutkan tanggal dan nomornya)

c. Jenis tanah (pertanian dan non pertanian) d. Rencana penggunaan tanah

e. Status tanahnya (tanah hak atau tanah Negara) Dalam Pasal 10 angka 2 lampiran mengenai tanah :

c. Data Yuridis : sertifikat, girik, surat kapling, surat-surat bukti pelepasan hak dan pelunasan tanah dan rumah dan atau tanah yang telah dibeli dari pemerintah, PPAT,akta pelepasan hak, putusan pengadilan, dan surat-surat bukti perolehan tanah lainnya;

d. Data fisik : surat ukur, gambar situasi dan IMB apabila ada

b. Pendaftaran

Langkah berikutnya setelah Tanah dimohonkan agar mendapat hak atas tanah terhadap Tanah tersebut adalah dengan cara didaftarkan. Dalam Pasal 19 UUPA menyatakan bahwa :

Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan Pendaftaran Tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah. Dari ketentuan diatas menjelaskan bahwa guna menjamin kepastian hukum bagi seseorang yang hendak memiliki tanah, secara legal formal pendaftaran tanah menjadi dasar bagi status/kepemilikan tanah bagi individual atau badan hukum selaku pemegang hak yang sah secara hukum. Guna menjamin kepastian hukum ini dikenal

91

dengan sebutan Recht cadaster/legal cadaster50. Jaminan kepastian hukum yang hendak diwujudkan dalam pendaftaran tanah, meliputi dari kepastian status hak yang didaftar, kepastian subjek hak, dan kepastian objek hak. Dari pendaftaran tanah ini akan menghasilkan sertifikat sebagai tanda bukti haknya. Seperti yang dikatakan oleh Bachtiar Effendi yang menyatakan bahwa pendaftaran tanah merupakan recht cadaster yang bertujuan memberikan kepastian hak, yakni untuk memungkinkan orang-orang yang mempunyai tanah dengan mudah membuktikan bahwa dialah yang berhak atas sebidang tanah, apa hak yang dipunyainya, letak dan luas tanah. Serta memungkinkan kepada siapapun guna mengetahui hal-hal yang ia ketahui berkenaan dengan sebidang tanah, misalnya calon pembeli, calon kreditur, dan sebgainya.51

Pelaksanaan konversi hak atas tanah,khususnya yang berasal dari hak barat sebagaimana diatur dalam UUPA, pendaftaran tanah menjadi dasar bagi terselenggaranya konversi, karena konversi bukan peralihan hak secara otomatis, tetapi harus dimohonkan dan didaftarkan ke Kepala Kantor Pendaftaran Tanah (BPN), Dilihat dari ketentuan konversi, maka jelas bahwa prinsipnya hak-hak atas tanah sepanjang pemegang haknya pada saat ketentuan konversi berlaku adalah Warga Negara Indonesia Tunggal maka hak itu akan dikonversikan menjadi hak milik menurut UUPA. Konsekuensi dari berlakunya ketentuan konversi (UUPA) mengharuskan semua bukti kepemilikan sebelum berlakunya UUPA harus diubah status hak atas tanah menurut ketentuan konversi yang diatur dalam UUPA. Cara mengubah status hak atas tanah tersebut yaitu dengan mendaftarkan tanah tersebut

50 Urip Santoso, Hukum Agraria Kajian Komprehensif :Kencana Prenada media Group, 2012, hlm.278.

51 Bachtiar Effendi, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan Pelaksanaannya, Alumni, Bandung, 1983, hlm. 7

92

untuk diberikan bukti kepemilikan yang baru, yaitu sertifikat hak atas tanah, dengan catatan hal itu dilakukan sebelum jangka waktu ditetapkan yakni sampai 24 September 1980, jika permohonan atau pendaftaran hak atas tanah tidak dilakukan maka hak atas tanah akan dikuasai langsung Negara.52

Cara melakukan Pendaftaran tanah untuk mengubah status hak atas tanah dibagi atas 2 cara yaitu53 :

a. Jika pemohon memiliki bukti hak atas tanah yang diakui berdasarkan Pasal 23 dan 24 PP No 24 Tahun 1997, maka dapat ditempuh proses konversi langsung yaitu dengan cara mengajukan permohonan dan menyerahkan bukti kepemilikan hak atas tanah kepada Kantor Pertanahan.

b. Jika pemohon tidak memiliki atau kehilangan bukti kepemilikan hak atas tanah, maka cara yang ditempuh adalah melaui penegasan konversi atau melalui pengakuan hak.

Terdapat 3 bukti tertulis yang dapat diajukan oleh pemilik tanah, yaitu54 : 1) Bukti tertulis Lengkap

2) Bukti tertulisnya sebagian tidak ada lagi 3) Bukti tertulisnya semua tidak ada lagi

Dalam kondisi bukti tertulis lengkap, maka tidak lagi memerlukan tambahan alat bukti, jika buktinya sebagian maka harus diperkuat dengan keterangan saksi atau pernyataan yang bersangkutan. Sedangkan jika bukti tertulisnya semuanya tidak ada lagi maka harus diganti keterangan saksi atau pernyataan yang bersangkutan. Penegasan konversi dilakukan jika ada surat pernyataan kepemilikan tanah dari

52 Ulfia Hasanah, Op.Cit.,hlm. 13.

53 Op.Cit.,hlm. 13.

93

pemohon dan dilakukan oleh keterangan saksi tentang kepemilikan tanah tersebut, juga dilihat dari jangka waktu penguasaan fisik tanah tersebut oleh pemohon.

Penguasaan Fisik atas suatu tanah diatur dalam Pasal 24 Peraturan Pemerintah

Nomor 24 Tahun 1997 yang mengatur sebagai berikut :

(1)Untuk keperluan pendaftaran hak, hak atas tanah yang berasal dari konversi hak-hak lama dibuktikan dengan alat-alat bukti mengenai adanya hak tersebut berupa bukti-bukti tertulis, keterangan saksi dan atau pernyataan yang bersangkutan yang kadar kebenarannya oleh Panitia ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara sistematik atau oleh Kepala Kantor Pertanahan dalam Pendaftaran tanah secara sporadik dianggap cukup untuk mendaftar hak, pemegang hak dan hak-hak pihak lain yang membebaninya.

(2)Dalam hal tidak atau tidak lagi tersedia secara lengkap alat-alat pembuktian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pembuktian hak dapat dilakukan berdasarkan kenyataan penguasaan fisik bidang tanah yang bersangkutan selama 20 (dua puluh) tahun atau lebih secara berturut-turut oleh pemohon pendaftaran dan pendahulu-pendahulunya, dengan syarat :

a. Penguasaan tersebut dilakukan dengan itikad baik dan secara terbuka oleh yang bersangkutan sebagai yang berhak atas tanah, serta diperkuat oleh kesaksian orang yang dapat dipercaya;

b. Penguasaan tersebut baik sebelumn maupun selama pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 tidak dipermasalahkan oleh masyarakat hukum adat atau desa/kelurahan yang bersangkutan ataupun pihak lainnya. Berdasarkan Penjelasan Pasal 24 ayat (1) PP No. 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah, dijelaskan bahwa :

Bukti kepemilikan itu pada dasarnya terdiri dari bukti kepemilikan atas nama pemegang hak pada waktu berlakunya UUPA dan apabila hak tersebut kemudian beralih, bukti peralihan hak berturut-turut sampai ketangan pemegang hak pada waktu dilakukan pembukuan hak.

94

Dalam Penjelasan Pasal 24 ayat (2) PP No 24 Tahun 1997 menjelaskan bahwa Ketentuan ini memberikan solusi bagi pemegang hak yang tidak dapat menyediakan bukti , berupa bukti tertulis maupun bentuk bukti lain yang dapat dipercaya. Bukti penguasaan fisik bisa menjadi alternatif sebagai alat bukti penguasaan atas tanah. Dari ketentuan diatas persyaratan pengakuan hak tersebut dapat dirincikan sebagai berikut55:

1. Bahwa pemohon telah menguasai tanah selama 20 tahun atau lebih secara berturut-turut atau dari pihak lain yang telah menguasainya 2. Penguasaan dilakukan dengan itikad baik.

3. Penguasaan tanah itu tidak pernah diganggu gugat dan diakui serta dibenarkan oleh masyarakat di kelurahan atau tempat objek hak tersebut 4. Bahwa tanah tersebut sekarang tidak dalam sengketa

5. Bahwa jika pernyataan tersebut memuat hal-hak yang tidak sesuai dengan kenyataan maka pemohon dapat dituntut secara pidana maupun perdata dimuka pengadilan karena memberikan keterangan palsu.

3.Alas Hak dari Masing-masing Pihak

Dari penjelasan pada point 2 mengenai Akibat Hukum Tanah sengketa merupakan Tanah Negara, menerangkan bahwa tanah bekas hak Eigendom yang belum dikonversi dan beralih menjadi Tanah Negara harus dimohonkan untuk mendapat hak atas tanah terhadap tanah negara tersebut. Namun dalam mengajukan permohonan atas Tanah Negara,perlu diperhatikan bukti yuridis serta bukti fisiknya,

95

dalam hal ini perlu dilihat lagi alas hak dari pihak yang memohonkan hak atas tanah. Alas hak ini dapat berupa Penguasaan Yuridis dan/atau Penguasaan Fisik. Maka dalam analisis point 3 ini penulis akan menjabarkan kekuatan bukti-bukti dari masing-masing pihak baik Penggunggat maupun Para Tergugat dan untuk mencari siapakah pihak dengan alas hak terkuat dalam menguasai tanah yang menjadi objek sengketa.

a. Alas Hak dari Pihak Penggugat

Dari hasil penelitian mengenai aspek alat bukti yang telah Penulis tafsirkan maka, Penulis berpendapat bahwa Pihak Penggugat tidak memiliki alas hak atas tanah dengan alasan :

1) Surat Keterangan Prioritas tidak memberikan alas hak untuk menjadi bukti bahwa Seseorang memiliki tanah. Seperti yang sudah penulis uraikan diatas bahwa Tanah yang menjadi objek sengketa merupakan Tanah bekas Hak Eigendom ini berarti telah melekat Hak Barat pada tanah tersebut. Seharusnya terhadap Tanah tersebut dilakukan konversi bukan melalui jual beli. Selain itu tidak ada surat bukti bahwa Hadikusumo memang benar nyata membeli tanah tersebut. Maka sejak awal Hadikusumo tidsk memiliki alas hak atas Tanah. 2) Saat menempati rumah, Hadikusumo dalam status sewa, dan dibuktikan

dengan adanya pembayaran IPEDA, hal ini menunjukan bahwa tidak ada status kepemilikan Tanah yang dimiliki oleh Hadikusumo. Maka dari itu Penulis berpendapat bahwa Jual beli antara Hadikusumo dengan Jasmin

96

secara hukum adalah tidak sah, karena dilakukan oleh orang yang tidak memiliki alas hak atas Tanah.

3) Saat Penggugat mengajukan permohonan, keterangan atas tanah masih atas nama Mr.Kroes, maka jelaslah bahwa bukan Hadikusumo pemilik Tanah yang menjadi objek sengketa dan hal ini menunjukan bahwa masih melekat hak barat terhadap Tanah yang menjadi objek sengketa, dimana menurut Ketentuan dalam UUPA bahwa batas waktu untuk mengajukan konversi atas tanah adalah 20 tahun dan berakhir tanggal 24 September 1980, maka secara hukum Tanah yang menjadi objek sengketa telah berubah statusnya menjadi Tanah yang dikuasai langusng oleh Negara atau disebut dengan Tanah Negara.

4) Secara fisik, Penggugat hanya menguasai Tanah yang menjadi objek sengketa selama 17 tahun yaitu sejak tahun 2001.

5) Dari keterangan saksi tidak ada yang mengetahui atas dasar apa penggugat menempati rumah yang berada di atas Tanah yang menjadi objek sengketa

b. Alas Hak dari Pihak Tergugat 1 (Bagus Arya), Tergugat 2(Yitno Sukoyo) dan Turut Tergugat (Totok Yulianto)

4) Adanya Surat Jual Beli Kios tahun 1977 antara Trimo (ayah BA Tergugat 1) dengan Sunarto (Veteran) yang kemudian ditulis kembali pada tahun 1980 dengan Surat Keterangan Kepala Desa Bandungan sehingga menurut Penulis jual beli kios dilakukan secara terang tunai sehingga sah menurut yang berlaku secara adat.

97

5) Dari keterangan saksi Emi Kristina menerangkan bahwa Ia mengalihkan kios ke Sinah (alm.Istri YS Tergugat 2) tahun 1973 atas ijin Darmanto (Veteran) yang kala itu sebagai pihak yang menguasai kios-kios diatas Rumah, maka secara Fakta Tergugat 2 telah menguasainya secara fisik sejak tahun 1973 atau sekitar 45 tahun. Yang kemudian dikukuhkan kembali tahun 1999 dengan Surat Pernyataan dari Hadiyitno (Sekretaris Veteran) mengenai Jual beli kios.

6) Adanya pembayaran SPPT PBB atas nama Trimo (ayah BA Tergugat 1) dan Sinah (alm. Istri YS Tergugat 2), dalam Pasal 4 ayat (1) UU Nomor 12 Tahun 1985 sebagaimana diubah dengan UU Nomor 12 Tahun 1994, bahwa yang menjadi subjek pajak bumi dan bangunan adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan. Selain itu Pembayran PBB bisa menjadi bukti bahwa adanya keterlibatan langsung dengan Tanah/Bangunan, dan hal ini dapat menjadi dasar Penguasaan atas Tanah/Bangunan. Meski PBB bukan bukti kepemilikan tanah, namun dengan adanya bukti SPPT PBB ini memberikan dasar bahwa Pihak Tergugat 1 dan Tergugat 2 telah nyata menguasai Tanah. 7) Dari Ketiga saksi yang dihadirkan oleh Tergugat 1 dan Tergugat 2

memberikan keterangan bahwa :

a. Tanah Peninggalan belanda merupakan Tanah Sengketa b. Tanah tersebut tidak tercatat dalam Buku C desa

98

d. Kios-kios diatas rumah dikuasai oleh Para Veteran bernama Darmanto dan Sunarto sejak tahun 1973

e. Saksi Emi membernarkan adanya pengalihan kios antara dirinya dengan Sinah (alm Istri YS Tergugat 1)

f. Saksi Gatot membenarkan adanya pembayaran SPPT PBB atas nama Trimo (ayah BA Tergugat 1) dan Sinah (alm Istri YS Tergugat 2) .

g. Dari Keterangan Saksi memperkuat alasan Tergugat 1 dan Tergugat 2 bahwa benar mereka nyata menguasai kios-kios secara fisik.

Dari bukti-bukti surat dan saksi-saksi yang diajukan oleh Masing-masing

pihak diketahui bahwa :

Tanah yang menjadi objek sengketa merupakan peninggalan Orang Belanda yang bernama Mr. Kroes. Dari bukti surat pihak Penggugat (BS) tidak ada yang menunjukan bahwa pernah dilakukan Konversi atas tanah, ataupun kepemilikan tanah atas nama Hadikusumo. Hal tersebut menunjukan bahwa Hadikusumo bukan pemilih sah atas tanah, maka jual beli antara Hadikusumo dengan Jasmin secara hukum tidak sah, karena dilakukan oleh pihak yang tidak mempunyai alas hak atas tanah tersebut.

Dari keterangan saksi dikatehui pula bahwa setelah Mr. Kroes pergi, Rumah diatas Tanah tersebut dimanfaatkan oleh Para Veteran sebagai markas. Dari 6 saksi yang dihadirkan oleh kedua belah pihak, 4 saksi memberikan Keterangan yang sama yakni bahwa Rumah diatas Tanah bekas hak barat tersebut dimanfaatkan oleh Para Veteran sebagai Markas. 2 Saksi Dari pihak Penggugat (BS) bernama Sunarto dan Sukrisno, dan 2 saksi dari Pihak Para Tergugat bernama Sugiyarti dan Gatot. Dari 4 Keterangan Saksi tersebut membuktikan bahwa Pihak Penggugat (BS) tidak

99

menguasai rumah secara fisik. Menurut keterangan saksi Gatot Pihak Penggugat (BS) menempati rumah tersebut sekitar tahun 2000, ini artinya Penggugat (BS) baru menempati rumah selama 17 Tahun. Maka secara hukum, Penguasan fisik Penggugat (BS) belum terpenuhi.

Saksi dari pihak Para Tergugat memberikan keterangan bahwa benar Tergugat 1(BA) dan Tergugat 2(YS) sudah menempati kios sejak tahun 1973, dibuktikan pula dengan Surat jual beli tahun 1977 dan 1999, mengenai pembayaran PBB juga telah diklarifikasi dari Saksi yang dihadirkan Para Tergugat yakni Saksi Gatot, yang menerangkan bahwa Pembayaran PBB benar adanya, PBB bukanlah bukti alas hak , namun memberikan bukti bahwa Pihak Tergugat 1 dan Tergugat nyata menguasai dan mendapat manfaat dari bangunan dalam hal ini Kios-kios. Dalam hal ini seharusnya para Tergugat lah yang mempunyai prioritas utama untuk mengajukan permohonan atas tanah yang menjadi objek segketa yang kini beralih statusnya menjadi Tanah Negara.