• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Akses Terhadap Informasi

2.3.1. Pengertian Informasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) informasi identik dengan pemberitahuan, kabar atau berita tentang sesuatu. Akses identik dengan jalan masuk.

Informasi berasal dari kata informare yang sebenarnya berarti memberi

bentuk. Menurut kamus Echol, to inform berarti memberitahukan dan information

berarti keterangan. Jadi, informasi adalah pemberitahuan tentang sesuatu agar orang dapat membentuk pendapatnya berdasarkan sesuatu yang diketahuinya.

Informasi ibarat darah yang mengalir di dalam tubuh misalnya dalam suatu organisasi (Hartono,1999). Ungkapan yang patut kita terima yaitu, barang siapa yang menguasai informasi dan teknologi, maka ianya akan menguasai dunia.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (United Nations Development

Programme) menjadikan akses terhadap informasi melalui Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam upaya mengurangi kemiskinan. Untuk dapat memperdayakan masyarakat miskin, maka masyarakat terlebih dahulu harus diberi akses teradap informasi yang benar. Tanpa informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, tidaklah mungkin bagi masyarakat untuk melakukan tindakan.

Sifat informasi itu harus:

1. Akurat: informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahn dan tidak bias atau menyesatkan. Berarti juga harus jelas mencerminkan maksudnya.

2. Tepat pada waktunya: informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat.

3. Relevan, berarti informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Burch dan Grudnitski (Hartono, 1999), kualitas suatu informasi (quality of information) tergantung dari tiga hal, yaitu:

informasi harus akurat (accurate), tepat pada waktunya (timeliness), dan relevan

(relevance).

Bagian yang terpenting dalam konteks Persetujuan Tindakan Medik adalah informasi atau penjelasan yang perlu disampaikan pada pasien atau keluarga pasien (Amir, 1999).

Masalah informasi dalam Persetujuan Tindakan Medis dibagi dalam tiga hal, yaitu : (1). informasi mengenai apa (What) yang perlu disampaikan, (2). kapan

informasi itu disampaikan (When), (3). siapa yang harus menyampaikan (Who). (4).

informasi mana yang perlu disampaikan (Which) (Amir, 1999). Informasi yang

disampaikan pada pasien atau keluarganya tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan penyakit pasien (bentuk, tujuan, risiko, manfaat terapi, dan alternatif terapi). Penyampaian informasi tergantung dari waktu yang tersedia setelah dokter memutuskan akan melakukan tindakan invasif dimaksud. Dokter yang melakukan tindakan invasif atau bedah bertanggung jawab dalam menyampaikan informasi, keculai pada keadaan tertentu dapat pula oleh dokter lain sepengetahuan dan petunjuk dokter yang bertanggung jawab, bila bukan tindakan bedah atau invasif

sifatnya, dapat disampaikan oleh dokter lain ataupun perawat. Informasi yang harus disampaikan haruslah selengkap-lengkapnya, kecuali dokter menilai informasi tersebut dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan informasi.

2.3.2. Pihak yang Wajib Memberikan Informasi dalam Persetujuan Tindakan Medis PTM

Sebagaimana yang tercantum dalam Permenkes RI nomor: 585/ Men.Kes/ Per/ IX/ 1989 pasal 6 ayat 1, “Dalam hal tindakan bedah (operasi) atau tindakan invasif lainnya, informasi harus diberikan langsung oleh dokter yang akan melakukan operasi tersebut, ayat 2, “dalam keadaan tertentu dimana tidak ada dokter sebagaimana yang dimaksud ayat (1) informasi harus diberikan oleh dokter lain dengan pengetahuan atau petunjuk yang bertanggung jawab. Ayat 3, “Dalam hal tindakan bukan bedah (operasi) dan tindakan tidak invsif lainnya, informasi dapat diberikan oleh dokter lain atau perawat, dengan pengetahuan atau petunjuk dokter yang bertanggung jawab. Jadi untuk tindakan medis yang berisiko tinggi maka informsi harus diberikan oleh dokter yang menangani sebelum dilakukan tindakan dan disampaikan kepada pasien atau keluarga dekatnya.

Dokter harus memberikan informasi selengkap-lengkapnya, kecuali bila dokter menilai bahwa informasi tersebut dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan informasi (Permenkes RI nomor: 585/ Men.Kes/ Per/ IX/ 1989 pasal 4, ayat 2).

Dokter yang akan melakukan tindakan medik mempunyai tanggung jawab utama memberikan informasi dan penjelasan yang diperlukan. Apabila berhalangan, informasi dan penjelasan yang harus diberikan dapat diwakilkan kepada dokter lain dengan sepengetahuan dokter yang bersangkutan. Informasi dan penjelasan disampaikan secara lisan, informasi dan penjelasan secara tulisan dilakukan hanya sebagai pelengkap penjelasan yang telah disampaikan secara lisan. Cara penyampaian dan isi informasi disesuaikan dengan tingkat pendidikan serta kondisi dan situasi pasien (Guwandi, 2003).

2.3.3. Informasi Yang Harus Disampaikan

Sebagaimana yang tercantum dalam Permenkes RI nomor: 585/ Men.Kes/ Per/ IX/ 1989 pasal 5 ayat 1, dikatakan informasi yang diberikan mencakup keuntungan dan kerugian daripada tindakan medik yang akan dilakukan, baik diagnostik maupun terapeutik. Pasal 7 ayat 1, mengatakan informasi juga harus diberikan jika ada kemungkinan perluasan operasi.

SK DirJen Pelayanan Medik nomor HK. 00.06.3.5.1866 tanggal 21 April 1999, “Pedoman Persetujuan Tindakan Medik, isi informasi dan penjelasan yang harus diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan kepada pasien adalah sebagai berikut:

a. Informasi dan penjelasan tentang tujuan dan prospek keberhasilan tindakan medik yang akan dilakukan . (purpose of medical procedures).

b. Informasi dan penjelasan tentang tata cara tindakan medis yang akan dilakukan. (contempleted medical procedures).

c. Informasi dan penjelasan tentang resiko (risk inherent in such medical

prosedures) dan komplikasi yang mungkin terjadi.

d. Informasi dan penjelasan tentang alternatif lain tindakan medis lain yang tersedia dan serta risikonya masing-masing (alternative medical procedures and risk).

e. Informasi dan penjelasan tentang prognosis penyakit apabila tindakan medis tersebut dilakukan (prognosis with and without medical procedures).

f. Diagnosis.

Perlu juga diperhatikan dalam setiap pemberian penjelasan, dokter harus memperhatikan kondisi dan situasi kesehatan pasien, karena pasien atau keluarga pasien menolak untuk dioperasi, padahal tindakan operasi merupakan pilihan untuk penyembuhan penyakit yang diderita pasien.

2.4. Landasan Teori

Gencarnya arus globalisasi dibidang informasi punya andil yang sangat besar dalam mempengaruhi masyarakat yang terlibat dalam hubungan profesional dokter tehadap pasien dan keluarga pasien di Indonesia, dengan kata lain informasi menjadi salah satu kebutuhan utama.

Dalam dunia kedokteran saat ini informasi merupakan hak yang harus diperoleh setiap orang sebagai hak asasinya seorang pasien atau keluarga pasien.

mengambil keputusan suatu tindakan medik yang akan dilakukan pada diri atau keluarganya. Kewajiban dokter sebagai pihak lain yang memberikan pelayanan (medical providers) sedang menjalankan profesinya berkewajiban untuk memberikan

informasi yang baik dan benar pada pasien atau keluarga dekat pasien yang menerima pelayanan (medical receivers). Selain berkaitan dengan masalah hukum, informasi ini

juga erat kaitannya dengan masalah etik dan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat (Achadiat, 1996).

Menurut SK Dir Jend. Yan Medik nomor HK. 00.06.3.5.1866 tanggal 21 April 1999, informasi yang diberikan berkenaan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan tindakan bedah yang hendak dilakukan sebelum operasi dilaksanakan, antara lain: tindakan operasi apa yang akan dilaksanakan, manfaat jika dilakukan, risiko apa yang melekat pada operasi, alternatif lain yang ada, apa akibat jika tidak dilakukan operasi.

Pemahaman pasien terhadap informasi ataupun penjelasan yang disampaikan dokter dapat diperoleh jika komunikasi berlangsung dengan baik setelah pasien ataupun keluarga mendengar penjelasan yang disampaikan dokter maka adalah hak pasien untuk menerima ataupun menolak rencana tindakan medis yang ditawarkan.

Pemahaman merupakan kemampuan seseorang untuk menangkap makna dan arti sesuatu yang dipelajari dan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut dengan benar. dan pemahaman merupakan suatu proses pendidikan yang termasuk ke dalam ranah

kognitif. Tingkat pemahaman setiap orang berbeda karena adanya perbedaan ciri-ciri, misalnya: umur, struktur sosial seperti lingkungan, suku, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat ekonomi atau pendapatan (Arikunto, 2006).

Ungkapan malpraktek mungkin tidak lagi menjadi topik pemberitaan jika pasien atau keluarga benar-benar mengerti dan paham terhadap informasi yang berhubungan dengan tindakan bedah yang disampaiakn oleh dokter. Salah satunya cara dengan melakukan konsep Komunikasi Efektif Dokter-Pasien

2.5. Kerangka Konsep Penelitian

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan terarah akan alur penelitian ini digambarkan dalam kerangka konsep seperti berikut ini :

Karakteristik pemberi persetujuan(X1): -Umur -Tingkat pendidikan -Suku -Pekerjaan

Akses terhadap informasi (X2) - Sumber informasi - Kelengkapan - Bahasa penyampaian - Waktu penyampaian Pemahaman pemberi persetujuan tentang PTM - Diagnosa - Tindakan bedah - Risiko - Prognosa - Komplikasi - Alternatif - Tindakan pembiusan - Surat persetujuan/ SIO

Dokumen terkait