• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE

Seleksi 13 Aksesi Jarak Pagar

Seleksi jarak pagar dilakukan untuk memilih aksesi-aksesi jarak pagar yang unggul berdasarkan karakter morfologi dan agronomi. Aksesi jarak pagar diseleksi berdasarkan lima peubah terpilih. Pemilihan peubah ini berdasarkan adanya perbedaan nyata dengan uji DMRT pada taraf 5 % antar aksesi jarak pagar terhadap kelima peubah tersebut. Kelima peubah tersebut mencakup peubah pada fase vegetatif dan generatif yang terdiri atas jumlah cabang pada 10 MSP, keserempakan masak buah, jumlah buah per tanaman, jumlah biji per tanaman, dan bobot biji kering per tanaman. Pada kelima peubah terpilih juga dilakukan uji korelasi untuk mengetahui hubungan antar masing-masing peubah. Uji korelasi pada lima peubah terpilih disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Korelasi jumlah cabang, keserempakan masak buah (hari), jumlah buah per tanaman, jumlah biji per tanaman, dan bobot biji kering (gram) Jumlah cabang (10 MSP) Keserempa- kan masak buah (hari) Jumlah buah per tanaman Jumlah biji per tanaman Bobot biji kering (gram) Jumlah Cabang 1 Keserempakan masak buah (hari) -0.61890 z* 1 Jumlah buah per tanaman -0.32292 tn 0.57322 * 1 Jumlah biji per tanaman -0.28560 tn 0.59985 * 0.97880 ** 1 Bobot biji kering (gram) -0.24106 tn 0.53120 tn 0.96917 ** 0.97735 ** 1

Keterangan : * = berpengaruh sangat nyata taraf 5 % tn = tidak berpengaruh nyata

** = berpengaruh nyata taraf 1 %` z = nilai r2

Pada peubah jumlah cabang hasil uji korelasi menunjukkan bahwa jumlah cabang (10 MSP) nyata dipengaruhi oleh keserempakan masak buah dan tidak

dipengaruhi oleh peubah pertumbuhan lain. Uji korelasi juga menunjukkan bahwa keserempakan masak buah nyata dipengaruhi oleh jumlah buah per tanaman dan jumlah biji per tanaman. Korelasi yang sangat nyata terdapat pada korelasi antara bobot biji kering dengan peubah jumlah biji per tanaman dan jumlah buah per biji.

Hasil seleksi terhadap lima peubah terpilih disajikan pada Tabel 15. Pada peubah jumlah cabang (10 MSP) terseleksi lima aksesi jarak pagar yang memiliki jumlah cabang paling banyak dan lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata jumlah cabang 13 aksesi jarak pagar (> 3.8 cabang). Kelima aksesi jarak pagar ini terdiri atas aksesi Bal, Ban-2, Ban-3, Bia, dan Sul-3. Diantara kelima aksesi ini, aksesi Bal, Ban-3, dan Bia memiliki jumlah cabang yang sama yaitu 4.8 cabang sedangkan aksesi Ban-2 dan Sul-3 masing-masing memiliki jumlah cabang sebesar 5.2 dan 4.4 cabang (Tabel 15).

Tabel 15. Lima peubah terpilih untuk seleksi 13 aksesi jarak pagar berdasarkan peubah pada fase vegetatif dan fase generatif

Perlakuan Jumlah cabang (10 MSP) Keserempakan masak buah (hari) Jumlah buah per tanaman Jumlah biji per tanaman Bobot biji kering (g) Bal 4.8 ab 6.50 abc 60.50 abc 149.50 ab 103.83 abc Ban-1 3.2 cd 4.80 bc 11.60 de 34.60 c 37.91 cd Ban-2 5.2 a 3.00 c 10.60 e 42.60 c 33.39 cd Ban-3 4.8 ab 5.40 bc 38.60 bcde 96.00 bc 71.90 abcd Bia 4.8 ab 4.20 c 39.80 bcde 112.00 abc 70.25 abcd Bog-4 3.4 bcd 5.80 abc 81.80 a 184.40 a 130.03 a Bog-6 3.4 bcd 10.20 ab 62.80 ab 153.80 ab 108.98 ab Jay 3.6 bcd 5.80 abc 37.80 bcd 95.00 abc 66.46 abcd Med 3.8 abcd 6.00 abc 35.00 bcde 67.75 abc 41.96 bcd Suk-3 2.4 d 7.00 abc 64.60 ab 155.60 ab 102.18 ab Suk-5 2.6 d 10.40 a 49.20 abc 138.80 ab 78.44 abcd Sul-2 3.4 bcd 5.25 bc 17.00 de 35.75 c 23.98 d Sul-3 4.4 abc 4.60 c 25.20 cde 71.40 abc 46.89 bcd

Rata-rata 3.9 6.07 41.12 102.86 70.48

Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan

berpengaruh nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 %

Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa seleksi berdasarkan peubah keserempakan masak buah menghasilkan lima aksesi terbaik yaitu Ban-1, Ban-2, Bia, Sul-2 dan Sul-3. Keserempakan masak buah pada kelima aksesi ini

membutuhkan waktu yang lebih cepat dibanding rata-rata waktu keserempakan masak buah pada 13 aksesi jarak pagar (< 6.07). Waktu yang diperlukan untuk keserempakan masak buah pada kelima aksesi ini yaitu 4.80 hari untuk aksesi Ban-1, 3.00 hari untuk aksesi Ban-2, 4.20 hari untuk aksesi Bia, 5.25 hari untuk aksesi Sul-2, dan 4.60 hari untuk aksesi Sul-3.

Seleksi pada peubah jumlah buah per tanaman (jumlah buah yang dipanen) menghasilkan lima aksesi terbaik yaitu aksesi Bal, Bog-4, Bog-6, Suk-3 dan Suk-5. Jumlah buah per tanaman dari kelima aksesi jarak pagar ini lebih tinggi dari rata-rata jumlah buah per tanaman pada 13 aksesi jarak pagar (> 41.12 buah). Jumlah buah per tanaman pada aksesi Bal, Bog-4, Bog-6, Suk-3 dan Suk-5 masing-masing yaitu 60.50 buah, 81.80 buah, 62.80 buah, 64.60 buah, dan 49.20 buah (Tabel 15).

Seleksi pada peubah jumlah biji per tanaman terseleksi lima aksesi jarak pagar terbaik. Kelima aksesi tersebut terdiri atas aksesi Bal, Bog-4, Bog-6, Suk-3 dan Suk-5. Jumlah biji per tanaman pada kelima aksesi lebih tinggi dari rata-rata jumlah biji per tanaman 13 aksesi jarak pagar (> 102.86 biji). Jumlah biji per tanaman untuk aksesi Bal, Bog-4, Bog-6, Suk-3 dan Suk-5 masing-msing yaitu 149.50 biji, 184.40 biji, 153.80 biji, 155.60 biji, dan 138.80 biji (Tabel 15).

Seleksi pada peubah bobot biji kering terseleksi lima aksesi jarak pagar terbaik. Kelima aksesi tersebut terdiri atas aksesi Bal, Bog-4, Bog-6, Suk-3 dan Suk-5. Bobot biji kering pada lima aksesi tersebut lebih tinggi dari rata-rata yaitu bobot biji kering 13 aksesi jarak pagar (> 70.48 g). Bobot biji kering untuk aksesi Bal, Bog-4, Bog-6, Suk-3 dan Suk-5 masing-masing yaitu 103.83 g, 130.03 g, 108.98 g, 102.18 g, dan 78.44 g (Tabel 15).

Hasil seleksi dari 13 aksesi jarak pagar menunjukkan bahwa masing-masing aksesi jarak pagar memiliki keunggulan (karakter tertinggi) yang berbeda. Aksesi jarak pagar yang dipilih sebagai aksesi jarak pagar potensial yaitu aksesi yang memiliki tiga keunggulan dari lima peubah terpilih. Berdasarkan seleksi pada lima peubah terpilih terdapat lima aksesi jarak pagar potensial yang terdiri atas aksesi Bal, Bog-4, Bog-6, Suk-3 dan Suk-5. Hasil seleksi berdasarkan lima peubah terpilih pada 13 aksesi jarak pagar disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16. Seleksi 13 aksesi jarak pagar berdasarkan peubah terpilih Aksesi Jumlah cabang (10 MSP) Keserempa- kan masak buah (hari) Jumlah buah per tanaman Jumlah biji per tanaman Bobot Kering Biji (gram) Karakter tertinggi Bal √ √ √ √ 4 Ban-1 √ 1 Ban-2 √ √ 2 Ban-3 √ 1 Bia √ √ 2 Bog-4 √ √ √ 3 Bog-6 √ √ √ 3 Jay 0 Med 2 Suk-3 √ √ √ 3 Suk-5 √ √ √ 3 Sul-2 √ 1 Sul-3 √ √ 2

Keterangan: √: menunjukkan nilai tertinggi yang dimiliki oleh masing-masing aksesi pada peubah

jumlah cabang, jumlah cabang produktif, dan jumlah buah per malai sedangkan pada peubah waktu mekar bunga pertama dan keserempakan masak buah menunjukkan nilai terendah

Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat bahwa aksesi Bal dipilih berdasarkan empat keunggulan yang dimiliki yaitu pada peubah jumlah cabang, jumlah buah per tanaman, jumlah biji per tanaman, dan bobot biji kering per tanaman. Aksesi Bog-4, Bog-6, Suk-3 dan Suk-5 terpilih untuk peubah yang sama yaitu waktu mekar bunga pertama, jumlah buah per tanaman, dan jumlah biji per tanaman.

Pembahasan

Pada penelitian ini jarak pagar ditanam di Kebun jarak pagar PT. Indocement, Citeureup, Bogor yang berada pada ketinggian 200 meter di atas permukaan laut (mdpl). Rata-rata curah hujan di lapangan yaitu 313 mm/bulan. Wahid (2006) menyatakan di Indonesia daerah yang diperkirakan optimal untuk pertumbuhan dan produksi dalam rangka pengembangan jarak pagar sebagai bahan baku biofuel adalah daerah dengan ketinggian 0 – 600 m dpl atau dataran rendah yang

memiliki suhu harian antara 22 – 35o C dengan curah hujan antara 500 – 1 500 mm.

Purlani (2006) menyatakan bahwa terpenuhinya kondisi lingkungan yang cocok di awal pertumbuhan berupa tersedianya nutrisi dan air yang cukup akan

memacu pertumbuhan tanaman jarak pagar lebih subur dan cepat besar. Pada fase pertumbuhan vegetatif kondisi curah hujan di lapangan cukup merata dan pertumbuhan tanaman jarak pagar nampak baik dan lebih subur. Namun pada fase pertumbuhan generatif, kondisi curah hujan yang tinggi menyebabkan kerontokan pada bunga dan mengurangi produksi buah. Pada fase generatif pertumbuhan tanaman jarak pagar juga terganggu akibat serangan hama dan penyakit.

Tanaman jarak pagar terserang hama dan penyakit pada saat memasuki fase

pertumbuhan generatif yang ditandai dengan proses munculnya bunga (14 – 28 MSP). Hama yang menyerang tanaman jarak pagar yaitu Valanga

nigricornis Burmeister (belalang), Spodoptera litura (ulat grayak),Chrysochoris

javanus Westw. (kepik penghisap cairan buah), Tetranychus sp. (tungau), dan

Ferrisia virgata (kutu bertepung putih). Hama Tetranichus sp. menyerang tunas daun pada titik tumbuh dan daun jarak pagar yang belum berkembang sempurna. Purlani (2006) menyatakan tanaman jarak pagar pada fase primordia bunga mengalami tingkat kepekaan yang tinggi terhadap serangan tungau, pertumbuhan tunas baru terhenti, pembentukan tangkai infloresens terhambat dan susunan bunga menggumpal di ujung batang.

Penyakit yang menyerang tanaman jarak pagar yaitu busuk Fusarium, bercak daun Cercospora, witche’s broom dan penyakit embun tepung. Penyakit busuk Fusarium disebabkan oleh Fusarium solani. Bagian tanaman yang terserang penyakit ini yaitu daun. Serangan pada tanaman di lapang menyebabkan daun berwarna hijau pudar, layu kemudian mati selain itu daun-daun di bagian bawah tanaman rontok dan hanya menyisakan daun-daun di bagian atas saja. Penyakit bercak daun bakteri disebabkan oleh Xanthomonas ricinicola. Gejala yang ditimbulkan adalah berupa bercak bulat dan tidak beraturan berwarna coklat gelap. Gejala pada daun yaitu tampak bercak berwarna coklat kehitaman dan agak basah. Penyakit lain yang menyerang tanaman jarak pagar di lapangan yaitu penyakit embun tepung. Gejala yang ditunjukkan yaitu terdapat bercak berwarna putih kelabu. Gejala serangan yang berat dapat menutupi seluruh permukaan bagian tanaman yang diserang dan dapat mengganggu proses fisiologi serta pertumbuhan tanaman (Dadang, 2005).

Santoso (2009) menyatakan bahwa karakter kualitatif tanaman biasanya lebih stabil dibandingkan karakter kuantitatif yang terpengaruh oleh perubahan lingkungan. Bahan tanaman jarak pagar pada penelitian ini berasal dari beberapa wilayah di Indonesia. Hasil analisis kualitatif yang memperlihatkan adanya kesamaan karakter antara beberapa aksesi jarak pagar yang diamati. Kesamaan karakter jarak pagar pada fase vegetatif dan generatif dapat dilihat pada peubah bentuk daun, tekstur daun, warna daun muda (pucuk), warna daun tua, warna batang, jenis bunga yang pertama mekar, jenis bunga yang terbentuk dalam satu malai, warna petal, warna sepal, warna buah muda, bentuk biji, dan warna biji.

Pengamatan bentuk daun didasarkan pada perbandingan panjang dan lebar daun. Bentuk daun yang diamati pada seluruh aksesi jarak pagar menunjukkan bentuk bulat dengan bentuk ujung daun yang runcing. Tjitrosoepomo (1985) mengatakan bahwa daun jarak pagar memiliki bentuk perisai (peltatus) dan biasanya merupakan bangun bulat. Tekstur daun jarak pagar terdiri atas kasar dan halus. Tekstur daun pada tiap aksesi jarak pagar hampir sama yaitu licin (saat pembibitan) dan kasar (setelah dipindahkan ke lapangan). Perbedaan tekstur daun pada saat di pembibitan dan di lapangan diduga akibat daun jarak pagar pada saat pembibitan sebagian besar masih muda atau belum berkembang sempurna. Arisanti (2010) menyatakan bahwa daun jarak pagar muda memiliki tekstur daun licin dan tidak memiliki bulu.

Jumlah sudut daun jarak pagar dihitung dari jumlah sudut yang terdapat pada tepi daun. Jumlah sudut daun pada 13 aksesi jarak pagar bervariasi yaitu bersudut 5, dan 7. Tepi daun saat di pembibitan maupun setelah dipindahkan ke lapangan tetap sama. Daun jarak pagar memiliki tepi daun yang agak bergelombang namun ada pula yang datar. Santoso (2009) menyatakan gelombang pada tepi daun akan tampak nyata jika daun menghadapi terik sinar matahari. Pada daun jarak terdapat tulang daun. Urat tulang daun pada sebagian besar aksesi jarak pagar di pembibitan maupun di lapangan yaitu kurang jelas sedangkan sisanya memiliki urat tulang daun yang jelas. Pada pembibitan urat tulang daun yang kurang jelas terdapat pada aksesi Bal, Ban-3, Bia, Bog-4, Bog-6, Jay, Suk-3, dan Sul-3 sedangkan di lapangan urat tulang daun yang kurang jelas terdapat pada aksesi Bal, Ban-3, Bia, Bog-4, Bog-6, Jay, dan Suk-3.

Warna daun muda jarak pagar terdiri atas warna hijau, hijau kecoklatan, dan coklat. Pada saat pembibitan warna daun muda pada 13 aksesi jarak pagar bervariasi namun setelah tanaman dipindahkan ke lapangan warna daun muda pada seluruh aksesi jarak pagar sama yaitu berwarna coklat. Perbedaan warna daun muda saat di pembibitan dan di lapangan diduga juga disebabkan karena faktor penyinaran matahari. Pada saat di pembibitan tanaman dalam kondisi ternaungi sehingga sinar matahari tidak mengenai daun muda sedangkan di lapangan tanaman jarak pagar berada pada lahan terbuka dan sinar matahari dapat mengenai daun muda secara langsung.

Warna daun tua jarak pagar terdiri atas hijau dan hijau tua. Warna daun tua pada 13 aksesi jarak pagar hampir sama yaitu berwarna hijau namun pada beberapa aksesi daun tua berwarna hijau tua. Saat di pembibitan daun tua yang berwarna hijau tua terdapat pada aksesi Ban-1, Med, dan Sul-2 sedangkan setelah tanaman dipindahkan ke lapangan warna hijau tua terdapat pada aksesi Bog-6, Suk-3, dan Sul-2.

Karakter kualitatif juga diamati pada peubah warna tangkai daun. Tangkai daun menghubungkan helaian daun dengan batang. Warna tangkai daun jarak pagar terdiri atas warna hijau dan hijau keunguan. Warna hijau keunguan terdapat di sekitar pangkal tangkai daun. Santoso (2009) menyatakan bahwa tangkai daun umumnya berwarna ungu khususnya pada pangkal (dekat buku) dan ujung tangkai daun (dekat dasar helai daun) saat berumur muda atau bila terkena sinar matahari.

Batang jarak pagar berbentuk Bulat. Pada batang terdapat sejumlah buku. Buku merupakan tempat duduknya tangkai daun (Tjitrosoepomo, 1985). Karakter morfologi batang tanaman jarak pagar memiliki beberapa kesamaan terutama untuk warna batang pada saat di lapangan. Warna batang seluruh aksesi jarak pagar di lapangan berwarna abu-abu. Pada saat pembibitan warna batang beberapa aksesi menunjukkan warna hijau. Arisanti (2010) menyatakan batang muda berwarna hijau sedangkan batang tua berwarna keabuan.

Tanaman jarak pagar merupakan tanaman yang berbunga banyak atau disebut planta multiflora dan berkumpul membentuk suatu rangkaian bunga atau disebut bunga majemuk(Tjitrosoepomo, 1985). Tanaman jarak pagar merupakan tanaman berumah satu atau monoecious, artinya alat kelamin jantan dan betina

berada pada satu tanaman. Berdasarkan alat kelamin pada bunga, terdapat dua tipe yaitu tanaman uni-seksual dan andromonoecious. Tanaman uniseksual menghasilkan bunga jantan dan betina sedangkan andromonoecious menghasilkan bunga jantan dan hermaprodit (Asbani, 2009).

Jenis bunga jarak pagar dibedakan berdasarkan bunga yang pertama mekar dan bunga yang terbentuk dalam satu malai. Jenis bunga berdasarkan bunga yang pertama mekar dibedakan menjadi bunga jantan, bunga betina dan bunga hermaprodit. Bunga yang pertama mekar pada sebagian aksesi jarak pagar yaitu bunga jantan tetapi pada beberapa aksesi bunga betina dan hermaprodit mekar terlebih dulu. Pada aksesi Bog-4 dan Suk-5 bunga betina mekar terlebih dulu sedangkan pada aksesi Ban-3 dan Bia bunga yang pertama mekar yaitu bunga hermaprodit. Menurut Hartati (2007) adakalanya bunga jantan mekar terlebih dahulu dari bunga betina (jantan), namun pada kondisi lain bunga betina mekar lebih dulu dari bunga jantan (betina), akan tetapi tipe jantan lebih sering dijumpai daripada tipe betina.

Jenis bunga jarak pagar juga dibedakan berdasarkan bunga yang terbentuk. Jenis bunga dibagi menjadi betina-jantan dan jantan-hermaprodit. Pada jenis bunga jantan- hermaprodit, dalam satu rangkaian bunga hanya ditemukan bunga jantan dan hermaprodit, sedangkan pada jenis jantan-betina, dalam satu malai hanya terdapat bunga jantan dan betina. Berdasaran bunga yang terbentuk dalam satu malai, sebagian besar aksesi jarak pagar memiliki jenis bunga jantan-betina dan sisanya memiliki jenis bunga jantan-hermaprodit. Jenis bunga jantan- hermaprodit terdapat pada aksesi Ban-3, Bia, dan Sul-3.

Karakter kualitatif juga diamati pada buah dan biji. Bentuk buah diamati pada buah muda. Bentuk buah muda terdiri atas bulat dan lonjong. Bentuk buah muda pada aksesi Bal, Ban-2, Bia, Jay, Suk-3, Sul-2, dan Sul-3 yaitu bulat sedangkan buah muda pada aksesi lainnya yaitu Ban-1, Ban-3, Bog-4, Bog-6, Med, dan Suk-5 berbentuk lonjong. Pada peubah warna buah, bentuk biji dan warna biji terdapat kesamaan pada 13 aksesi jarak pagar. Warna buah muda pada seluruh aksesi jarak pagar yaitu hijau, dan biji berbentuk lonjong dan berwarna hitam

Hadiarti dan Sukmadjaja (2002) menyatakan bahwa penanda morfologi dan agronomi merupakan wujud nyata dari keragaman fenotipik. Cross dalam Santoso (2009) menyatakan bahwa penanda morfologi merupakan penanda yang sudah lama digunakan dalam melakukan deskripsi taksonomi karena lebih mudah, cepat, sederhana, dan relatif murah serta setiap tanaman memiliki deskripsi morfologi spesifik yang merupakan penanda dari suatu tanaman.

Pengamatan fase vegetatif meliputi karakter kuantitatif yang terdiri atas diameter batang setek, jumlah buku setek, diameter cabang, jumlah cabang, tinggi cabang, panjang daun, lebar daun, jumlah daun, dan panjang tangkai daun. Hasil sidik ragam menunjukkan aksesi berpengaruh nyata terhadap beberapa karakter kuantitatif pada fase vegetatif. Pada fase vegetatif aksesi berpengaruh pada peubah diameter batang setek, jumlah cabang (2 MSP, 6 MSP, dan 10 MSP), tinggi cabang (0 MSP, 2 MSP, dan 6 MSP), dan panjang tangkai daun (6 MSP dan 10 MSP).

Batang tersusun dari ruas yang merentang diantara buku-buku batang tempat melekatnya daun, dimana jumlah buku dan ruas sama dengan jumlah daun. Pada penelitian ini jumlah buku jarak pagar berkisar 12.2 – 17.2 buku. Pengamatan terhadap diameter batang dan jumlah buku setek dilakukan pada saat di pembibitan (0 MSP). Santoso (2009) menyatakan ukuran diameter batang setek mencerminkan perbesaran tingkat ketuaan jaringan batang setek bersangkutan. Semakin besar diameter batang setek semakin lanjut perkembangan jaringan setek tersebut atau semakin kecil diameter semakin muda jaringan tersebut.

Diameter batang setek dapat mempengaruhi pertumbuhan bibit di lapangan. Berdasarkan penelitian Santoso (2009) pertumbuhan bibit jarak pagar yang baik dan dengan adaptasi yang baik setelah pindah tanam di lapangan ditunjukkan oleh bobot setk dengan panjang 20-30 cm dan pada bibit asal setek dengan diameter 2.0 – 2.4 cm atau 2.5 – 2.9 cm dengan panjang 30 cm. Ukuran diameter batang yang digunakan pada penelitian ini berkisar 1.32 - 2.18 cm. Ukuran diameter batang setek ini lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran diameter batang setek yang digunakan pada penelitian Santoso (2009) namun kondisi pertumbuhan tanaman di lapangan menunjukkan kondisi yang baik.

Daun yang disokong oleh batang dan cabang diperlukan untuk penyerapan dan pengubahan energi cahaya menjadi pertumbuhan dan menghasilkan panen melalui fotosintesis (Gardner et al., 1991). Pengamatan daun jarak pagar dilakukan pada daun jarak pagar yang telah tumbuh maksimal. Pengamatan daun jarak pagar terdiri atas pengamatatan panjang daun, lebar daun dan jumlah daun. Bibit jarak pagar di pembibitan berada di bawah naungan sedangkan di lapangan jarak pagar ditanam di lahan terbuka dan langsung terkena sinar matahari.

Humphries dan Wheeler dalam Gardner et al., (1991) menyatakan bahwa jumlah dan ukuran daun dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan. Daun sebelah bawah suatu tanaman ukurannya lebih kecil dan seringkali gugur karena tekanan lingkungan dan penuaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh aksesi nyata pada peubah panjang daun saat di pembibitan (0 MSP) sedangkan setelah tanaman dipindahkan ke lapangan aksesi tidak berpengaruh terhadap panjang daun.

Pengaruh aksesi juga tidak nyata terhadap peubah lebar dan jumlah daun pada tiap MSP. Rata-rata panjang daun 13 aksesi jarak pagar saat di pembibitan yaitu 9.1 cm dan pada 10 MSP rata-rata panjang daun mencapai 13.37 cm. Rata- rata lebar daun di pembibitan (0 MSP) yaitu 9.49 cm dan pada 10 MSP lebar daun jarak pagar mencapai 16.08 cm. Lebar daun merupakan salah satu cara tanaman beradaptasi dengan lingkungannya. Wijayanti dalam Nurjanah (2008), menyatakan bahwa tanaman yang ternaungi akan memiliki daun yang lebih lebar jika dibandingkan dengan daun yang tidak ternaungi.

Peningkatan ukuran lebar daun dipengaruhi oleh proses fisiologi. Menurut Taiz dan Zeiger (1991) suhu berpengaruh pada jumlah CO2 yang diikat pada proses respirasi. Kondisi lingkungan dengan intensitas cahaya dan temperature tinggi membuat tanaman mengurangi absorbs radiasi matahari dan mengurangi ukuran daun.

Jumlah daun jarak pagar di pembibitan rata-rata berjumlah 8.1 helai daun sedangkan pada 10 MSP jumlah daun di lapangan berjumlah 48.4 helai. Gardner

et al.,(1991) menyatakan jumlah daun yang dihasilkan pada suatu pucuk atau sirip ditentukan oleh permulaan pembungaan. Pada 6 MSP jumlah daun jarak pagar mencapai 27.7 helai dan sebagian tanaman sudah mulai berbunga. Berdasarkan

penelitian Santoso (2009) diperlukan sejumlah daun tertentu untuk suatu tanaman mencapai fase dewasa dan kemudian memasuki fase generatif. Pada tanaman jarak pagar, untuk mendukung pembentukan bunga dan pembuahan diperlukan 26 – 27 helai daun pada cabang primer, 4 - 14 helai daun pada cabang sekunder, dan 4 – 10 helai daun pada cabang tersier.

Tangkai daun merupakan bagian daun yang mendukung helaian daun dan bertugas untuk menempatkan helaian daun pada posisi sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh cahaya matahari sebanyak-banyaknya (Tjitrosoepomo, 1985). Pengamatan panjang tangkai daun dilakukan pada 2 MSP, 6 MSP dan 10 MSP. Aksesi berpengaruh terhadap panjang tangkai daun jarak pagar pada 6 MSP dan 10 MSP tetapi tidak berpengaruh pada 2 MSP. Rata-rata panjang tangkai daun pada 2 MSP yaitu 12.47 cm dan pada 10 MSP rata-rata panjang tangkai daun jarak pagar mencapai 16.99 cm. Thorne dalam Gardner et al., (1991) menyatakan bahwa pada tanaman dikotil daun-daun yang tangkainya panjang dan dasar tankainya lebar juga memberikan sumbangan hasil fotosintesis yang berarti.

Tanaman jarak pagar memiliki tipe percabangan yang tidak teratur. Tinggi cabang ditentukan dengan mengukur cabang primer terpanjang dari batang utama. Tinggi cabang mengalami peningkatan pada setiap minggu pengamatan. Rata-rata

Dokumen terkait