• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktifitas Pendidikan Politik Muhammadiyah

BAB IV GAGASAN DAN AKTIFITAS PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH

4.2 Aktifitas Pendidikan Politik Muhammadiyah

Aktifitas pendidikan politik Muhammadiyah menunjukkan konsistensi bagi organisasi Muhammadiyah dalam berbangsa dan bernegara sebagai salah satu fokus organisasi ini untuk menjawab permasalahan sosial politik yang ada.Proses pendidikan politik Muhammadiyah ditentukan oleh kualitas dari elit itu sendiri, sebelum menjadi elit Muhammadiyah. Elit terbentuk dari kader terlebih dahulu yang memahami visi dan misi Muhammadiyah.

Pendidikan plolitik bisa dilihat dari sudut pandang Pengkaderan yang dilakukan dalam bentuk pengajian anggota, pembinaan kelompok dan pelatihan yang merekrut anggota baru Muhammadiyah, termasuk yang dilakukan oleh Ortom (Organisasi otonom) seperti IMM ( Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah), PM (Pemuda Muhammadiyah ), IRM (Ikatan Remaja Muhammadiyah) dan NA (Nasyiatul Aisyiah) untuk putri.

Dalam rangka memperkokoh diri, kader Muhammadiyah juga harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang :64

64

1. Tauhid, ilmu kalam dan filsafat. 2. Al-qu’an dan Hadist.

3. Fiqih dan dakwah

4. Kemuhammadiyahan dan sejarah perjuangan umat islam dan nasional. 5. Perbandingan agama dan dakwah.

6. Ekonomi dan Politik.

7. Observasi lapangan dan diskusi.

Dari kualitas tersebut, maka proses selanjutnya adalah Strategi Pembinaan dan pengembangan Kader, yang memiliki sasaran sebagai berikut :

1. Pembinaan Ideologi.

a. Keyakinan dan cita – cita hidup Muhammadiyah, meliputi : 1. Pembinaan akidah.

2. Pembinaan Ibadah. 3. Pembinaan akhlak

4. Pembinaan Muamalat duniawiyah. b. Pembinaan Kemuhammadiyahan.

1. Pemahaman dan pelaksanaan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam. 2. Penguasaan strategi perjuangan Muhammadiyah.

3. Pemahaman dan pelaksanaan organisasi. 2. Pembinaan Kepemimpinan.

a. Pengembangan Kempemimpinan.

b. Pengembangan wawasan kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan. c. Penguasaan disiplin ilmu dan teknologi.

d. Pemahaman dinamika dan peta perjuangan umat islam. e. Penguasaan manajemen gerakan.

d. Pemahaman program Muhammadiyah. e. Pengembangan kemasyarakatan. f. Pemahaman program Muhammadiyah. g. Pengembangan masyarakat.

h. Pengembangan kecakapan / keahlian dan profesi.

aktifitas muhammadiyah meliputi pengajian anggota, pembinaan kelompok dan pelatihan yang merekrut anggota baru Muhammadiyah, termasuk yang dilakukan oleh Ortom (Organisasi otonom) seperti IMM ( Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah), PM (Pemuda Muhammadiyah ), IRM (Ikatan Remaja Muhammadiyah) dan NA (Nasyiatul Aisyiah) untuk putri.

Dalam rangka memperkokoh diri, pendidikan Politik Muhammadiyah juga harus mengajarkan mengenai pengetahuan yang mendalam tentang :65

1. Tauhid, ilmu kalam dan filsafat. 2. Al-qu’an dan Hadist.

3. Fiqih dan dakwah.

4. Kemuhammadiyahan dan sejarah perjuangan umat islam dan nasional. 5. Perbandingan agama dan dakwah.

6. Ekonomi dan Politik.

7. Observasi lapangan dan diskusi.

Selain itu,pendidikan politik maupun pembinaan juga dilakukan pada Organisasi Otonom ini membuktikan bahwasannya Muhammadiyah mempunyai kerangka berfikir yang tersistematis dalam memperdayakan sumber daya manusia,terutama terhadap warga persyarikatan,ini semua dilakukan agar bangsa ini menjadi besar,dan memiliki masyarakat

65

yang mempunyai sumber daya manusia yang tangguh.Organisasi ortonom yang dibentuk oleh Muhammadiyah, diantaranya :

1. Aisyiyah

‘Aisyiyah’ adalah organisasi otonom persyarikatan yang paling tua yakni berdiri pada tanggal 27 Rajab 1335 H, atau bertepatan tanggal 22 April 1917 M di Yogyakarta. Awalnya Organisasi ortom tertua dalam persyarikatan ini diberi nama “Sopo Tresno” yakni sebuah kumpulan khusus kaum wanita yang mulai dirintis dimasa Kiai H Ahmad Dahlan.

Pada awal berdirinya Ortom ini sebelum berdirinya, adalah perkumpulan pengajian – pengajian ibu-ibu, dan dalam perkembangan selanjutnya kegiatan ‘Aisyiyah berkembang dengan pesat,Aisyiyah mempelopori kegiatan-kegiatan yang feminis seperti pendirian mushalla khusus putri, dan kegiatan-kegiatan keputrian dan kewanitaan. Untuk menciptakan kader-kader Aisyiyah yang bisa meneruskan cita-cita organisasi, maka pada tahun 1931 Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah mendirikan Nasyiatul Aisyiyah (NA).66

2. Nasyiatul Aisyiyah

Sebagai Penerus kader Aisyiyah, NA digembleng agar dapat meneruskan keberlangsungan hidup organisasi dimasa yang akan datang. Nasyiatul Aisyiyah secara resmi berdiri pada tahun 1931 di Yogyakarta yaitu melalui putusan kongres ke 20 Aisyiyah di Yogyakarta,awal berdirinya ‘NA merupakan organisasi yang menginduk pada Aisyiyah, namun dalam Muktamar Muhammadiyah ke 36 tahun 1965 diberi hak sebagai Organisasi Otonom yang berhak untuk mengatur rumah tangganya sendiri.67

66

Mua’rif (dkk). Ber-Muhammadiyah Secara Kultural. Yogyakarta : Suara Muhammadiyah. 2004, hal 31. 67

3. Pemuda Muhammadiyah

Organisasi Otonom ini didirikan pada Muktamar ke 21 tahun 1932 di Makassar (Ujung Pandang). Organisasi ini secara khusus mendidik kader-kader Pemuda dengan wawasan keinteletualan.68

4. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

Berawal dari perkumpulan belajar (Study group) oleh para mahasiswa Muhammadiyah, sampai kemudian menjadi Depertemen Kemahasiswaan Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pada tanggal 14 Maret 1964, Ikatan Mahasiwa Muhammadiyah (IMM) sah berdiri. Pada awal berdirinya IMM memiliki tujuan sebagai ‘Usaha membentuk kader akademisi Islam dan melaksanakan tujuan Muhammadiyah.69

5. Ikatan Remaja Muhammadiyah

Ikatan Remaja Muhammadiyah yang sebelumya bernama Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) berdiri pada tanggal 18 Juli 1961. IRM lahir bertujuan sebagai usaha untuk terbentuknya remaja muslim yang berakhlak mulia, cakap, percaya diri sendiri dan berguna bagi masyarakat dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah.

IRM merupakan aktualisasi diri bagi kader-kader Muhammadiyah yang berusia remaja. Organisasi IRM terdapat pada tiap-tiap sekolah Muhammadiyah mulai dari tingkat SLTP sampai SLTA.70

6. Tapak Suci Putra Muhammadiyah

Dalam persyarikatan Muhammadiyah juga mengelola Organisasi yang bergerak dibidang pengembangan fisik. Dalam hal ini persyarikatan merestui berdirinya perguruan Tapak Suci Putra Muhammadiyah pada tanggal 10 Rabiul awwal 1383 Hijriah di Yogyakarta,dalam kronologi sejarahnya, di Kauman ( Kampung tempat berdirinya

68 Ibid., hal 33. 69 Ibid., hal 34. 70 Ibid., hal 38.

persyarikatan Muhammadiyah ) tealah aktif suatu kegiatan pengembangan beladiri fisik yang diasuh oleh Ahmad Dimyati dan Muhammad wahib, murid dari Kiayi Haji Busyro Banjarnegara. Dari kedua tokoh ini lahirlah dua perguruan yakni perguruan beladiri Suronatan dan korp serba guna (Kosegu). Maka kemudian lahirlah tiga perguruan beladiri sekaligus yakni masing-masing dibawah asuhan Ahmad Dimyati, Muhammad Wahib dan Kyai Haji Busyro Banjarnegara. Dari ketiga perguruan beladiri diatas kemudian bergabung menjadi satu wadah perguruan Tapak suci.71

7. Hizbul Wathan

Hizbul Wathan adalah gerakan kepanduan yang dibangkitkan kembali oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1999 berdasarkan SK PP Muhammadiyah Nomor : 92/ SK-PP/ VI-B/1.b. 1999. tanggal 19 Sya’ban 1420 H. 18 November 1999 dan SK PP Muhammadiyah Nomor : 10 / Kep/ I.O/B/2003 pada tanggal 1 Dzulhijjah 1423 H (2 Februari 2003).

Hizbul Wathan telah tidur selama lebih kurang 40 tahun sebagai akibat Keppres No. 238/1961 yang menyatakan bahwa Pramuka adalah sebagai setu-satunya gerakan kepanduan di Indonesia. Untuk itu maka semua kepanduan di Indonesia diminta meleburkan diri kedalam Pramuka.

Peleburan diri pada Pramuka ini sangat merugikan Muhammadiyah karena terputusnya kaderisasi yang berkesinambungan lewat kepanduan Hizbul Wathan sebagaimana yang dicita-citakan oleh KH Ahmad Dahlan sejak 1918. Arus Reformasi disegala bidang yang mencuat sejak tahun 1997 telah mendorong Muhammadiyah untuk membangkitkan kembali Kepanduan Hizbul Wathan. Dengan jumlah sekolah Muhammadiyah yang

71 Ibid.

berkembang diseluruh pelosok tanah air, dipandang sangat potensial untuk mewadahi siswa dan generasi mudanya yang semula Pramuka, beralih kedalam Kepanduan Hizbul Wathan.72

72

Laporan Organisasi Otonom, Pada Lampiran Laporan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, yang disampaikan pada Sidang Tanwir Muhammadiyah di Yogyakarta, tanggal 26-27 April 2007.

PENUTUP

KESIMPULAN

Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya, bahwa pertanyaan utama penelitian ini adalah bagaimana pendidikan muhammadiyah dalam kerangka analisis filosofis? Sebagai organisasi Islam di Indonesia telah memberikan corak yang beragam dalam mengekplorasi gagasan dan praktik (pengalamannya). Karena kelompok sasaran penelitian ini adalah organisasi kemasyarakatan Islam, maka studi ini didasarkan pada teori Tajdid dan Filososofis pendidikanpendidikan politik (perspektif). Dalam penelitian ini mengeksplorasi beberapa hasil kesimpulan yang dihubungkan dengan tema berikut : landasan ideologi,filosofis pendidikan politik Muhammadiyah, dan gagasan Muhammadiyah.

Pertama, secara ideologis Muhammadiyah berafiliasi ke idiologi Sunni dan menyatakan dirinya sebagai gerakan tajdid, yang mendukung gerakan ijtihad dan seruan kembali kepada kemurnian ajaran agama dengan semboyan kembali ke sumber murni (kitab suci).

Kedua, pendidikan politik Muhammadiyah secara filosofis sepakat bahwa Islam memiliki ajaran, seperti syura dan ‘adil (keadilan), yang sesuai dengan gagagsan demokrasi, namun respon mereka terhadap konsepsi demokrasi barat sangat bervariasi.Pendidikan politik muhammadiyah mengedepankan nilai – nilai islam yang sebagai kekuatam moral masyarakat dalam menjalankan aktifitas sesuai dengan fungsinya.

Ketiga, Muhammadiyah mengadvokasikan gagasan masyarakat pluralistik, partisipatif, dan terbuka. Meletakkan pondasi islami dalam setiap gagasannya ini bertujuan agar kesatuan dan persatuan umat dapat terjaga dan Muhammadiyah berupaya mendidik warganya dan masyarakat luas dengan mempromosikan nilai-nilai demokratis dan keadaban, kesadaran politik, partisipatif serta responsif. Mengusahakan norma islami mampu menjadi pengendali

Keempat, Muhammadiyah lebih memilih perjuangan membangun bangsa dan negara melalui jalur gerakan kemasyarakatan non-politik-praktis atau di luar perjuangan partai politik.

kehidupan pribadi dalam menghadapi dinamisai kehidupan dalam era globalisasi ini sehingga seluruh lapisan masyarakat mampu menjadi sumber daya insani yang berkualitas.

Filsafat yang dianut dan diyakini oleh Muhammadiyah adalah berdasarkan agama Islam, maka sebagai konsekuensi logiknya, Muhammadiyah berusaha dan selanjutnya melandaskan filsafat pendidikan politik Muhammadiyah atas prinsip-prinsip filsafat yang diyakini dan dianutnya. Filsafat pendidikan politik memanifestasikan pandangan ke depan tentang generasi yang akan dimunculkan.Dalam kaitan ini filsafat pendidikan politik Muhammadiyah tidak dapat dilepaskan dari filsafat pendidikan Islam, karena yang dikerjakan oleh Muhammadiyah pada hakikatnya adalah prinsip-prinsip Islam yang menurut Muhammadiyah menjadi dasar pondasi bagi pembentukan manusia Muslim.

REKOMENDASI

Dibagian ini, penulis memberikan rekomendasi yang berkaitan skripsi yang berjudul Pendidikan politik muhammmadiyah Studi Analisis Filosofis, sebagai berikut :

1. Muhammadiyah Apabila berdasarkan Khittah nya, harus mempertegas lagi konsep yang jelas dan sistematis mengenai pemikiran mendasar mengenai pendidikan politik Muhammadiyah agar kedepan pendidikan politik muhammadiyah tidak dianggap hanya simbolis ,akan tetapi menjadi panutan yang wajib dijalankan kader muhammadiyah

2. Muhammadiyah harus lebih fokus dan mempunyai implementasi yang objektif maupun sangat realistis berkaitan dengan pendidikan politik Muhammadiyah,agar organisasi Muhammadiyah memiliki orientasi secara filosofis agar tidak terpancing

masuk kearena kepentingan,dikarenakan pemerintah memiliki kepentingan untuk memuluskan kebijakan yang ada.

3. Pendidikan politik muhammadiyah haruslah bisa menjawab realitas masyarakat yang hari ini secara keseluruhan dikategorikan masyarakat yang belum sejahtera ,sehingga apa yang dilakukan Muhammadiyah dapat bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia yang kurang mampu atau tidak mapan dalam bidang ekonomi.

4. Muhammadiyah haruslah mampu menyoroti keadaan sosial masyarakat, realitas pluralisasi masyarakat Indonesia dengan keaneka ragaman agama,suku,ras maupun karakteristik masyarakat dihubungkan dengan letak wilayah yang jaraknya berbeda menghasilkan analisis problematika sendiri prihal kehidupan sosial,ini semua bisa diretas ketika pemerintah fokus dan segala kebijakan harus berorientasi terhadap masyarakat banyak,ketika pemerintah tidak mampu dalam menyelesaikan permasalan sosial yang ada, ini sebenarnya peluang besar kepada muhammadiyah dalam nenunjukkan komitmen dan konsistensi dalam menjalan aktifitas pendidikan politik sesuai dengan gagasan yang ada demi kejahteraan dan persatuan bangsa.

Daftar Pustaka

Adaby, Ahmad, Darban dan Mustafa Kemal Pasha. Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam

(dalam perspektif Historis dan Ideologis) Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2000.

AlQur'an, S. Ali-Imran:104.

Damami, Muhammad, Akar Gerakan Muhammadiyah, Yogyakarta : Fajar Pustaka. 2004.

Edy Suandi Hamid (Ed) . Rekontruksi Gerakan Muhammadiyah Pada Era Multi Peradaban. Yogyakarta : Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 2001.

Faturohman, Deden dan Wawan Sobari. Pengantar Ilmu Politik. Malang : UMM Press. 2004.

Fachruddin, Fuad, Agama dan Pendidikan Demokrasi. Jakarta : Pustaka Alvabet, 2006.

HA. Mukti Ali, Muhammadiyah di Penghujung Abad 20, UMS Press Surakarta, 1989.

Jurdi, Syarifudin, Elite Muhammadiyah Dan Kekuasaan Politik Studi Tentang Tingkah laku

Politik Elit Lokal Muhammadiyah Sesudah Orde Baru. Yogyakarta : UGM Press. 2004.

Mua’rif (dkk). Ber-Muhammadiyah Secara Kultural. Yogyakarta : Suara Muhammadiyah, 2004.

Nashir, Haedar, Revitalisasi Gerakan Muhammadiyah. Yogyakarta : BIGRAF Publishing. 2000.

Sampoerno, daoed Membina Sumber Daya Manusia Muhammadiyah Yang Berkualitas, Dalam Edy Suandi Hamid (Ed) . Rekontruksi Gerakan Muhammadiyah Pada Era Multi

Peradaban. Yogyakarta : Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 2001.

Streenbrink Kareel A, Pesantren, Madrasah, Sekolah, LP3ES, Jakarta, 1986.

Sutarmo, Muhammadiyah Gerakan Sosial Keagamaan Modernis. Yogyakarta : Suara Muhammadiyah.2005.

Syaifullah, Gerak Politik Muhammadiyah Dalam Masyumi, Jakarta : Grafiti. 1997.

U,Pramono, Tanthowi. Muhammadiyah dan Politik Mencari Landasan Pemikiran bagi

Partisipasi Politik. Dalam Jurnal TANWIR. Volume 4 Nomor 1, Juni 2005.

Usman, Husani dan Purnomo. Metodologi Penelitian Sosial, Bandung : Bumi Aksara. 2004.

Varma, SP (terj), Teori Politik Modern. Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2001.

Makalah –makalah :

Azyumardi Azra, Makalah untuk Semiloka Pra-Muktamar Satu Abad Muhammadiyah‘Peran Muhammadiyah dalam Dinamika Kebangsaan’UMS, 14-15 Desember 2009.

Haedar Nashir, Aktualisasi Khittah Muhammadiyah Dan Format Peran Politik Kebangsaan UMS, 14-15 Desember 2009.

Internet :

Dokumen terkait