• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kasar Semanggi Air

7) Uji Molisch

4.4 Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kasar Semanggi Air

Aktivitas antibakteri pada ekstrak semanggi air diuji menggunakan metode difusi cakram kertas (paper disc). Pengujian ini dilakukan terhadap dua bakteri uji yang terdiri dari B. subtilis (bakteri gram positif) dan E. coli (bakteri gram negatif). Metode difusi agar dengan cakram kertas (paper disc) ini dilakukan dengan cara memasukkan senyawa antibakteri dalam hal ini ekstrak semanggi air ke dalam cakram kertas menggunakan pipet mikro.

Tabel 2 Diameter zona bening dari aktivitas antibakteri semanggi air menggunakan metode difusi cakram kertas (paper disc)

Bakteri uji Pelarut Ulangan Diameter zona bening (mm)

2 1 0,5 kontrol (-) kontrol (+)

Bacillus subtilis Heksana 1 2 0,5 - - 22

2 0,5 - - - 22

Etil asetat 1 2 1 1 - 22

2 2 1 1 - 22

Metanol 1 - - - - 21

2 - - - - 21

Escherichia coli Heksana 1 0,5 - - - 24

2 0,5 - - - 24

Etil asetat 1 1,5 0,5 - - 28

2 2 0,3 - - 26

Metanol 1 0,5 0,1 - - 24

Bakteri Gram-positif cenderung lebih sensitif terhadap komponen antibakteri. Hal ini disebabkan oleh struktur dinding sel bakteri Gram-positif berlapis tunggal yang relatif lebih sederhana sehingga memudahkan senyawa antibakteri untuk masuk ke dalam sel dan menemukan sasaran untuk bekerja. Bakteri Gram-negatif lebih resisten terhadap senyawa antibakteri karena struktur dinding sel Gram-negatif terdiri dari tiga lapis dan lebih kompleks, yaitu terdiri dari lapisan luar yang berupa lipoprotein, lapisan tengah yang berupa lipopolisakarida dan lapisan dalam berupa peptidoglikan (Pelczar dan Chan 2010). Aktivitas antibakteri semanggi air dapat dilihat pada Tabel 2. Penampakan hasil analisis aktivitas antibakteri dari ekstrak kasar daun semanggi air pada bakteri uji Gram-positif B. subtilis dan bakteri Gram-negatif E. coli dapat dilihat padaGambar 13 dan Gambar 14.

Gambar 13 Hasil pengujian aktivitas antibakteri terhadapB. subtilis(H : ekstrak heksana semanggi air, E : ekstrak etil asetat semanggi air, M : ekstrak metanol semanggi air; 1: ulangan 1, 2 : ulangan 2).

H1 M2 H2 E2 E1 M1

Kode pada Gambar 13 dan 14, yaitu H menunjukkan hasil uji aktivitas dari ekstrak kasar heksana, kode E menunjukkan hasil uji aktivitas antibakteri dari ekstrak kasar etil asetat, dan M menunjukkan hasil uji aktivitas antibakteri dari ekstrak kasar metanol, serta angka 1 untuk ulangan pertama dan angka 2 untuk ulangan kedua.

Gambar 14 Hasil pengujian aktivitas antibakteri terhadapE. coli(H : ekstrak heksana semanggi air, E : ekstrak etil asetat semanggi air, M : ekstrak metanol semanggi air; 1: ulangan 1, 2 : ulangan 2).

Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak heksana semanggi air dapat dilihat pada Gambar 15. Berdasarkan Gambar 15 terlihat bahwa ekstrak kasar semanggi air dari pelarut murni heksana sebagai kontrol negatif memiliki aktivitas antibakteri sangat lemah yang ditunjukkan dengan zona hambat yang dihasilkan sangat kecil. Bakteri uji B. subtilis dapat dihambat dengan ekstrak heksana

H1 H2

E1 E2

dengan konsentrasi 1 mg/disc sebesar 0,25 mm dan 2 mg/disc sebesar 1,25 mm. Baketri uji E. coli hanya dapat dihambat dengan ekstrak heksana dengan konsentrasi 2 mg/discsebesar 0,5 mm.

Gambar 15 Aktivitas antibakteri ekstrak heksana semanggi air ( kloramfenikol, 2 mg/disc, 1mg/disc, 0,5 mg/disc,dan pelarut heksana) terhadap bakteri uji.

Ekstrak heksana biasanya digunakan untuk menghilangkan senyawa- senyawa nonpolar alami, terutama senyawa lilin tanaman, lemak-minyak nabati dan/atau sebagian minyak atsiri (Houghton dan Raman 1998). Adanya aktivitas antibakteri yang lemah pada ekstrak kasar semanggi air diduga karena adanya senyawa steroid yang umumnya memiliki aktivitas antibakateri. Menurut Kustiariyah (2007), senyawa steroid dari teripang memiliki aktivitas biologis seperti antibakteri. Hasil uji aktivitas antibakteri pada ekstrak heksana semanggi air tidak sama dengan hasil penelitian Fitrial et al.(2008) yang memperoleh hasil negatif atau tidak memiliki aktivitas antibakteri pada ekstrak heksana biji dan umbi teratai.

Hasil pengujian aktivitas antibaketri ekstrak pelarut semi polar etil asetat disajikan pada Gambar 16. Gambar 16 menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri yang dihasilkan oleh ekstrak etil asetat semanggi air lebih baik dibandingkan dengan ekstrak yang dihasilkan oleh pelarut lain. Zona hambat yang terbentuk dari ekstrak etil asetat dengan konsentrasi 0,5 mg/disc pada cawan petri dengan

bakteri uji B. subtilis sebesar 1 mm sedangkan pada bakteri uji E. coli tidak terbentuk zona hambat. Konsentarsi ekstrak etil asetat 1 mg/discmembentuk zona hambat pada kedua bakteri uji, yaitu sebesar 1 mm pada B. subtilis dan 0,4 mm pada E. coli. Ekstrak etil asetat pada konsentrasi 2 mg/disc memiliki aktivitas antibakteri pada kedua bakteri uji, yaitu membentuk zona hambat sebesar 2 mm padaB.subtilisdan 1,75 mm padaE. coli.

Gambar 16 Aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat semanggi air( kloramfenikol, 2 mg/disc, 1mg/disc, 0,5 mg/disc, dan pelarut heksana) terhadap bakteri uji.

Ekstrak etil asetat memiliki aktivitas antibakteri yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak heksana dan metanol semanggi air. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa aktif yang berperan sebagai antibakteri adalah senyawa semi polar. Kanazawa et al. (1995) diacu dalam Fitrial et al. (2008) menyatakan bahwa suatu senyawa yang mempunyai polaritas optimum akan mempunyai aktivitas antimikroba yang maksimum, karena untuk interaksi suatu senyawa antimikroba dengan bakteri diperlukan imbangan hidrofilik-hidrofobik. Diduga senyawa semi polar mempunyai afinitas lebih tinggi untuk berinteraksi dengan dinding sel, sehingga ekstrak semi polar lebih efektif menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan B .subtilis daripada ekstrak heksana (non polar) dan metanol (polar).

Uji aktivitas antibakteri juga dilakukan pada ekstrak kasar semanggi air dengan pelarut metanol. Diameter zona hambat ekstrak metanol semanggi air

yang diekstraksi secara bertingkat terhadap bakteri uji dapat dilihat pada Gambar 17.

Aktivitas antibakteri pada Gambar 17 menunjukkan bahwa tidak adanya zona hambat pada bakteri E. coli dan B. subtilis pada jumlah ekstrak metanol semanggi air yang diekstraksi secara bertingkat sebesar 0,5 mg/disc. Ekstrak metanol antibakteri yang diekstraksi secara bertingkat mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri E. coli yaitu pada jumlah ekstrak 1 mg/disc dengan zona hambat 0,2 mm, dan pada jumlah ekstrak 2 mg/disc dengan zona hambat sebesar 0,5 mm. Pada kontrol negatif tidak menunjukkan adanya aktivitas antimikroba yang ditunjukkan dengan tidak adanya zona hambat di sekitar bakteri uji. Beberapa peneliti melaporkan bahwa keberadaan minyak dalam ekstrak non polar dan protein pada ekstrak polar merupakan faktor yang mempengaruhi aktivitas antimikroba dari senyawa fenolik. Tidak adanya zoana bening yang terbentuk pada bakteri B. subtilis bukan berarti ekstrak kasar semanggi air tidak memiliki aktivitas antibakteri, kemungkinan ekstrak ini dapat aktif pada bakteri Gram-positif lain.

Gambar 17 Aktivitas antibakteri ekstrak metanol semanggi air ( kloramfenikol, 2 mg/disc, 1mg/disc, 0,5 mg/disc,dan pelarut heksana) terhadap bakteri uji.

Pada bakteri Gram-negatif, struktur dinding selnya berlapis tiga dengan ketebalan yang tipis (10-15 nm). Komposisi dinding sel terdiri dari lipid dan

peptidoglikan yang berada di dalam lapisan kaku sebelah dalam dengan jumlah sekitar 10% dari berat kering. Kandungan lipid dari bakteri Gram-negatif cukup tinggi yaitu 11-22 %. Bakteri Gram-negatif ini umumnya rentan terhadap penisilin dan kurang rentan terhadap gangguan fisik (Pelczar dan Chan 2010). Menurut Jawel et al.(1996) diacu dalam Fitrial et al. (2008) umumnya dinding sel bakteri gram negatif mengandung membran luar yang dapat menghalangi lewatnya molekul-molekul besar termasuk molekul antibakteri.

Semanggi air yang diekstrak secara bertingkat dengan pelarut murni heksana, etil asetat, dan metanol menghasilkan ekstrak kasar yang berbeda karakterisik fisik dan kimianya. Ekstrak heksana semanggi air memiliki ekstrak yang berwarna kuning dan kering, ekstrak etil asetat berwarna hijau tua dan masih berbentuk pasta, sedangkan ekstrak metanol memiliki warna hijau lebih muda daripada ekstrak etil asetat dan berbentuk pasta namun lebih kering dari ekstrak etil asetat. Rendemen ekstrak kasar terbesar sampai terkecil berturut-turut yaitu dari pelarut metanol sebesar 1,40%, pelarut etil asetat sebesar 1,03%, dan rendemen ekstrak kasar dari pelarut heksana sebesar 0,27%. Komponen fitokimia yang terdeteksi pada ekstrak semanggi air dari ketiga pelarut yaitu steroid dan kandungan karbohidrat dengan pelarut Molisch, sedangkan komponen yang hanya terdapat di ekstrak metanol semanggi air, yaitu flavonoid dan gula pereduksi dengan uji Benedict. Aktivitas antibakteri tertinggi yang diperoleh dari ekstrak semanggi air terdeteksi pada ekstrak etil asetat konsentrasi 2 mg/discdengan zona hambat 2 mm pada bakteri ujiB. subtilis.

5.2 Saran

Penelitian ini menunjukkan aktivitas antibakteri terbaik adalah ekstrak etil asetat yang diduga dari komponen steroid/ terpenoid sehingga untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan pengujian lebih lanjut dari jenis steroid yang terkandung dalam semanggi air dari setiap pelarut. Daun semanggi air memiliki kemampuan sebagai antibakteri, namun masih perlu dilakukan pemurnian lebih lanjut, uji aktivitas antibakteri dengan konsentrasi diatas 2 mg/disc, dan penentuan Minimum Inhibitory Concentration (MIC). Selain itu perlu dilakukan juga uji aktivitas antibakteri terhadap tangkai dan batang semanggi air.

Dokumen terkait