4.2 Properti Antioksidan Ekstrak Caulerpa Racemosa di Perairan Teluk Hurun, Lampung
4.2.2 Aktivitas antioksidan Caulerpa racemosa di perairan Teluk Hurun dan faktor yang mempengaruhinya faktor yang mempengaruhinya
Berbagai faktor dapat mempengaruhi antioksidan yang dihasilkan tumbuhan. Secara umum faktor-faktor yang menyebabkan stres pada tanaman mendorong tanaman menghasilkan mekanisme defensif, dan mekanisme ini digerakan atau memerlukan sintesis antioksidan (Benbrook 2005).
Pada penelitian ini, untuk mengetahui pengaruh lingkungan perairan terhadap aktivitas antioksidan Caulerpa racemosa dilakukan uji DPPH dimana sampel diperoleh dari tiga stasiun, dengan parameter perairan yang berbeda seperti dijelaskan pada pembahasan sebelumnya. Penghambatan radikal bebas DPPH dapat digunakan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan dengan waktu yang relatif singkat dibandingkan metode lain, dan sudah dipergunakan secara
luas untuk memprediksi aktivitas antioksidan pada berbagai senyawa (Kuo et al. 2002 in Rohman 2006).
Pada penelitian ini aktivitas antioksidan diekspresikan kedalam Ascorbic Acid Equivalent Antioksidan Capacity (AEAC) dengan satuan mg AAE/100 g yang menunjukkan bahwa dalam 100 gram sampel memiliki aktivitas antioksidan yang besarnya setara dengan aktivitas antioksidan (x) mg asam askorbat. Selain AEAC pada penelitian ini aktivitas antioksidan juga dinyatakan IC 50 atau Inhibition Concentration yaitu konsentrasi larutan subtrat atau sampel yang akan menyebabkan reduksi terhadap aktivitas radikal DPPH sebesar 50 %. Hasil pengukuran aktivitas antioksidan (AEAC) dan (IC 50) disajikan pada Gambar 14.
Keterangan : Angka angka-angka pada histogram yang diikuti huruf yang berbeda (a,b) menunjukkan berbeda nyata (p < 0,05).
Gambar 15 Aktivitas antioksidan (AEAC) pada ketiga lokasi dan aktivitas antioksidan (IC 50) pada ketiga lokasi
Rataan aktivitas antioksidan yang dinyatakan (AEAC) tertinggi dari sampel kering ekstrak etil asetat terdapat pada stasiun 2 (23.68 mg AAE/100g), diikuti stasiun 3 (19.36 mg AAE/100g) dan stasiun 1 (10.94 mg AAE/100g). Sedangkan rataan aktifitas antioksidan yang dinyatakan (IC 50) tertinggi dari sampel kering ekstrak etil asetat terdapat pada stasiun 2 (16.50 mg/ml), diikuti stasiun 3 (20.18 mg/ml) dan stasiun 1 (38.39 mg/ml).
Pada Gambar 15 tampak bahwa semakin tinggi AEAC atau semakin tinggi aktivitas antioksidan maka semakin rendah IC50. Hal ini disebabkan karena menurut Molyneux (2004), aktivitas antioksidan yang tinggi ditunjukkan oleh
nilai IC 50 rendah. Selain AEAC dan IC 50 aktivitas antioksidan juga dapat dinyatakan oleh persen penghambatan. Rataan aktivitas antioksidan yang dinyatakan dalam persen penghambatan dari sampel kering ekstrak etil asetat terdapat pada stasiun 2 (46.43 %), diikuti oleh stasiun 3 (36.97 %) dan stasiun 1 (20.75 %). Hasil pengukuran aktivitas antioksidan persen penghambatan disajikan pada Gambar 16.
Keterangan : Angka angka-angka pada histogram yang diikuti huruf yang berbeda (a,b) menunjukkan berbeda nyata (p < 0,05).
Gambar 16 Persen penghambatan radikal bebas pada ketiga lokasi
Hasil analisis ragam untuk ketiga lokasi dengan tiga parameter yaitu AEAC, IC50, dan persen penghambatan sama-sama menunjukkan, lokasi memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada aktivitas antioksidan. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan antar stasiun berbeda nyata.
Lokasi atau lingkungan yang berbeda berpengaruh terhadap terhadap aktivitas antioksidan didukung oleh pernyataan Mitchell (2006) proses sebelum pemanenan yang mempengaruhi antioksidan pada tanaman terbagi menjadi 2 yaitu 1. Faktor Endogenous : genotype, kematangan saat panen, dan distribusi jaringan 2. Faktor Eksogenous : iklim, paparan sinar matahari, stress pathogen, hewan herbivora, lingkungan mikro dan praktek agronomi.
Berdasarkan uji korelasi antara parameter variabel kualitas air dengan aktivitas antioksidan yang dinyatakan dalam persen penghambatan, yang ditunjukkan pada tabel 7, diketahui bahwa yang memiliki korelasi yang sangat kuat adalah cahaya, dan korelasi yang kuat adalah amonia dan nitrat, dimana
cahaya memiliki bentuk korelasi positif; sedangkan amonia dan nitrat memiliki bentuk korelasi negatif. Variabel arus memiliki korelasi positif yang lemah dan variabel oksigen terlarut memiliki korelasi positif yang sangat lemah.
Tabel 7. Hubungan antara parameter fisik kimia perairan dengan persen penghambatan
Pola Hubungan Korelasi Pearson (r)
Cahaya
Amonia vs persen penghambatan
0.94 -0.72
Arus vs persen penghambatan 0.48
Nitrat vs persen penghambatan
Oksigen terlarut vs persen
penghambatan
-0.82 0.17
Adanya korelasi yang negatif antara nitrat dan aktivitas antioksidan didukung oleh pernyatan Davis et al. (2004) di lapangan dimana tingkat nitrogen yang tersedia untuk tanaman tinggi, maka cenderung tanaman tumbuh cepat dan memiliki ukuran yang besar tetapi konsentrasi polifenol antioksidan dan beberapa vitamin rendah fenomena ini dikenal sebagai dilution effect.
Hasil evaluasi terhadap aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan tertinggi dimiliki oleh Caulerpa racemosa di stasiun 2 yang tumbuh pada media tali. Berdasarkan hasil observasi terhadap parameter habitatnya diduga tingginya total fenol didukung oleh 4 faktor yaitu : 1) Nitrat, dimana kandungan nitrat di stasiun ini lebih rendah dibanding stasiun lainnya. 2) Keberadaan herbivora, menurut Benbrook (2005) beberapa hubungan antara stress pada tanaman dan tingkat antioksidan masih menjadi satuan yang kompleks, variable dan dynamic puzzle. Tetapi tanaman membentuk metabolit sekunder dan polifenol antioksidan untuk alasan fisiologis dan metabolisme dan juga sebagai respon terhadap stress dan serangan hewan pengganggu. 3) Kondisi atau kesehatan tanaman yang baik. Ada kesepakatan substansial antara ahli patologi, fisiologi dan entomologi tanaman bahwa tingkat antioksidan sebagai metabolit sekunder tanaman yang tinggi diproduksi sebagai respon terhadap stress biotic dan abiotik dan tingkat produksi merupakan fungsi genetik, lingkungan pertumbuhan dan kesehataan tanaman (Benbrook 2005). 4) Cahaya, karena stasiun ini mendapat cahaya yang paling tinggi dibandingkan stasiun lainnya dan hasil korelasi Pearson menunjukkan bahwa cahaya memiliki korelasi positif yang
sangat kuat dengan aktivitas antioksidan. Keterkaitan cahaya matahari dengan aktivitas antioksidan didukung oleh pernyataan Halliwell dan Gutteridge ( 1989 ) in Shiu (2005) paparan sinar ultra violet –B memicu terbentuknya radikal bebas. Untuk mengkonter toksisitas radikal bebas, sistem pertahanan untuk penangkal radikal bebas terbentuk pada tanaman melalui sistem enzim ataupun sistem non enzimatik (Noctor dan Foyer, 1998 ; Asada, 1999 in Shiu 2005). Antioksidan termasuk senyawa larut air : ascorbat dan gluthathione dan senyawa tidak larut air seperti tokoferol dan karotenoid diyakini sebagai agen non enzimatis untuk menangkal radikal bebas (Smirnoff dan Wheeler 2000 in Shiu 2005). Perbandingan aktivitas enzim antioksidan pada makro alga di Laut Artik menunjukkan bahwa stress oksidatif berkorelasi dengan aktivitas SOD, AP dan CAT (Aguilera et al. 2002 in Shiu 2005).
Caulerpa racemosa di stasiun 3 yang berada di areal terumbu karang pada penelitian ini memiliki aktivitas antioksidan dan total fenol lebih rendah dibandingkan Caulerpa racemosa di stasiun 2 yang tumbuh pada media tali. Dalam hal ini faktor lingkungan terumbu karang diduga turut berpengaruh pada aktivitas antioksidan Caulerpa racemosa. Tekanan terhadap turumbu karang menyebabkan Caulerpa racemosa kehilangan kestabilan substrat tempat tumbuh, yang mempengaruhi Caulerpa racemosa mengalami gangguan dalam penyerapan nutrisi yang seimbang, untuk menghasilkan Caulerpa racemosa yang sehat. Sehingga pada akhirnya tidak mampu mensintesis antioksidan yang tinggi.
4.2.3 Bilangan peroksida Caulerpa racemosa di perairan Teluk Hurun dan