• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas Fisik a. Pengertian

Dalam dokumen Modul Gizi Dalam Daur Kehidupan (Halaman 147-175)

MATERI 1. Gizi Anak

9. Aktivitas Fisik a. Pengertian

Aktivitas fisik lebih merupakan bentuk media multidimensional yang kompleks dari perilaku manusia ketimbang kelas perilaku dan secara teoritis, meliputi semua gerak tubuh mulai dari gerak kecil hingga turut serta dalam lari maraton. Meskipun bersifat perilaku, aktivitas fisik mempunyai konsekuensi biologis. Biasanya aktivitas fisik mengacu kepada gerakan beberapa otot besar

145

seperti terjadi ketika menggerakan lengan dan tungkai. Aktivitas fisik umumnya diartikan sebagai gerak tubuh yang ditimbulkan otot-otot skeletal dan mengakibatkan pengeluaran energy.

Aktivitas fisik/olahraga dapat membantu menurunkan berat badan, karena dapat membakar lebih banyak kalori. Banyak kalori yang dibakar tergantung dari frekuensi, durasi, dan intensitas latihan yang dilakukan. Aktivitas fisik atau disebut juga aktivitas eksternal adalah suatu yang menggunakan tenaga atau energi untuk melakukan berbagai kegiatan fisik, seperti berjalan, berlari, berolahraga, dan lain-lain. Setiap kegiatan fisik membutuhkan energi yang berbeda menurut lamanya intensitas dan sifat kerja otot.

Berbagai sarana dan fasilitas memadai hingga gerak atau aktivitas menjadi semakin terbatas, hidup terasa santai karena segalanya sudah tersedia. Sehingga dapat berakibat mengahambat gerak atau aktivitas yang pada akhirnya terjadi ketidakseimbangan antara asupan pangan dan pengeluaran energi. Dampak penumpukan lemak menyebabkan penumpukan lemak yang berlebihan yang disebut dengan kegemukan atau obesitas.

b. Pengukuran Aktivitas Fisik

Tingkat aktivitas remaja laki-laki dan remaja perempuan sangat berbeda, untuk remaja laki-laki tingkat aktivitasnya lebih tinggi dari pada perempuan. Remaja laki-laki aktivitas fisiknya lebih berat, sebab pada usia tersebut sedang memprioritaskan olah raga

146

seperti hiking, sepak bola, tenis, dan berenang. Sedangkan untuk remaja perempuan aktivitasnya lebih ringan dari remaja laki-laki seperti megerjakan pekerjaan rumah, merawat tanaman, berdandan dan sebagainya.

Ada aktivitas fisik yang memungkinkan kita untuk mengobrol sepanjang melaksanakannya, ada pula yang disaat tertentu kita harus terengah-engah dan bahkan sampai pada puncak lelah. Aktivitas fisik digolongkan menjadi tiga yaitu, aktivitas fisik ringan misalnya jalan kaki atau jalan sehat, aktivitas fisik sedang misalnya berlari dan aktivitas fisik berat seperti angkat berat.

Jenis-jenis aktivitas fisik dan contohnya

Aktivitas ringan Aktivitas sedang Aktivitas berat -duduk -tidur -menulis -bermain musik -antar jemput -mengasuh adik -mencuci piring -menonton tv -main play station -main komputer -belajar di rumah -pekerjaan kantor seperti mengetik, berdiskusi -senam -jogging -pekerjaan yang

melakukan waktu lama seperti berjalan -mendorong benda <10 kg pon -mengangkat benda <5 kg -membawa beban <5 kg -bersepeda -badminton -berkebun -mengepel -berlari -mendorong atau mengangkat benda >10 pon -skiping -jumping -mendorong mobil -olahraga basket -sepak bola -bersepeda>60 menit

147 -memasak

Sumber: Julianti, 2011.

c. Kategori aktivitas fisik menurut Internasional Physical Activity

Questionnaire (IPAQ), yaitu:

1) Aktivitas fisik ringan

Dikatakan aktivitas ringan jika tidak melakukan aktivitas fisik tingkat sedang-berat <10 menit/hari atau <600

METs-min/minggu.

2) Aktivitas fisik sedang

a) ≥3 hari melakukan aktivitas fisik berat >20 menit/hari. b) ≥5 hari melakukan aktivitas fisik sedang/ berjalan 30

menit/hari.

c) ≥5 hari kombinasi berjalan, intensitas sedang, aktivitas berat minimal >600 METs-min/minggu.

3) Aktivitas fisik berat

a) Aktivitas berat >3 hari dijumlahkan >1500 METs-min/minggu.

b) ≥7 hari kombinasi dan berjalan, intensitas sedang atau berat minimal >300 METs-min/minggu.

Menggunakan perhitungan sebagai berikut:

METs-min/minggu= METs level (jenis aktivitas) x jumlah menit aktivitas x jumlah hari/minggu.

148 Berjalan :3,3 METs Kegiatan sedang :4,0 METs Kegiatan berat : 8,0 METs

Berbagai sarana dan fasilitas memadai hingga gerak atau aktivitas menjadi semakin terbatas, hidup terasa santai karena segalanya sudah tersedia. Sehingga dapat berakibat mengahambat gerak atau aktivitas yang pada akhirnya terjadi ketidakseimbangan antara asupan pangan dan pengeluaran energi. Dampak penumpukan lemak menyebabkan penumpukan lemak yang berlebihan yang disebut dengan kegemukan atau obesitas.

EVALUASI

1. Jelaskan ciri khas remaja! 2. Jelaskan kebutuhan gizi remaja! 3. Jelaskan pola makan remaja!

149 Daftar Pustaka

Santoso. 2009. Kesehatan dan Gizi, Jakarta: PT Rieka Cipta dan PT Bina Adiaksara

Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak, Yogyakarta: Graha Ilmu

Tim Penulis Poltekes Depkes Jakarta I. 2010. Kesehatan Remaja, Problem dan Solusinya, Jakarta: Salemba Medika

Gibney, Michael. 2005. Gizi Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Kedokteran EGC FKM UI. 2009. Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Karwiky, Giky. 2011. The Healthy Habits, Panduan Praktis Menjadikan

Kebiasaan Sehari-Hari Anda Bagian Dari Pola Hidup Sehat,

Yogyakarta: MyBooks

Wulandari, Ari. 2010. Cara Jitu Mengatasi Kegemukan, Yogyakarta: C.V Andi Gunarsa, Singgih D. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta

;Gunung mulia

Monks, 2002. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta ; Gadjah Mada Press Makhfudli, efendi. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas; Teori dan

Praktik dalam Keperawatan. Jakarta ; Salemba Medika

IDAI. 2013. Nutrisi Pada Remaja. Diakses dari : http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/nutrisi-pada-remaja .

150

BAB VII

GIZI LANJUT USIA

Tujuan Umum : Setelah mengikuti proses belajar peserta didik memahami pentingnya gizi bagi lanjut usiA

Tujuan Khusus : Setelah menyelesaikan kegiatan belajar peserta didik mampu:

1. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada lansia

2. Menjelaskan masalah gizi pada usia lanjut 3. Menjelaskan pesan gizi seimbang lanjut usia MATERI

1. Lanjut Usia (Lansia) a. Pengertian Lansia

Lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu. Lansia adalah kelompok orang, yang sedang mengalami suatu proses perubahan bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Di seluruh dunia penduduk lansia ( usia 60 + ) tumbuh dengan sangat cepat bahkan tercepat dibandingkan kelompok usia lainnya. Diprediksi bahwa persentase penduduk lansia akan mencapai 9,77 persen dari total penduduk pada tahun 2010 dan menjadi 11,34 persen pada tahun 2020.

151

Pada proses penuaan, terjadi evolusi dan degenerasi jaringan serta sel-sel tubuh yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan yang dimulai sejak usia 20 tahun dan semakin meningkat pada usia 45 tahun ke atas. Proses ini biasanya ditandai dengan kemunduran fisik, anatomis dan fungsional yang akhirnya akan mempengaruhi kebutuhan badan secara keseluruhan.

Batasan Lansia, yaitu :

Batasan usia menurut WHO (1999) meliputi

1) Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

2) Lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun. 3) Lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun. 4) Usia sangat tua (very old), di atas 90 tahun.

Setyonegoro (1989) dalam Azizah, (2011) menyebutkan lanjut usia dikelompokkan menjadi usia dewasa muda (elderly adulhood), 18 atau 25-29 tahun, usia dewasa penuh (middle years), 25-60 tahun, 65 tahun, lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun, 70 tahun yang dibagi lagi dengan 70-75 tahun (young old), 75-80 tahun (old), lebih dari 80 (very old).

b. Perubahan fisiologis pada lansia

Proses menua pada manusia merupakan suatu peristiwa alamiah yang tidak dapat dihindari, perkembangan fisik dan fungsi organ mulai mengalami penurunan. Penurunan komposisi tubuh ini menyebabkan

152

berkurangnya jumlah cairan tubuh total sampai lebih dari 15%. Massa otot bebas lemak ( lean body mass) menurun sampai lebih dari 30% dan lemak tubuh meningkat 30-40%. Meluruhnya bagian tubuh merupakan bagian dari proses penuaan. Penuaan eksternal umumnya dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada kulit, rambut dan gigi sedangkan penuaan dari dalam tubuh disebut penuaan internal. Sejalan dengan waktu penuaan internal dan eksternal tidak dapat dipisahkan dan akan terus berlangsung.

1) Sensori

Semakin berkurangnya sensitivitas dan perasa menyebabkan umumnya lansia kurang dapat menikmati makanan kurang baik.Turunnya fungsi pengecapan ini dipengaruhi oleh ketersediaan zink dalam tubuh.

2) Mulut

Mulut lebih sensitif terhadap iritasi Burning Mouth Syndrome yaitu sindrom terjadinya luka pada bagian mulut yang menyebabkan gangguan dalam menikmati makanan.Gigi mulai rapuh dan banyak yang mulai tanggal, hal ini berkaitan erat dengan kurang optimalnya asupan kalsium, fosfat, vitamin D dan vitamin C.

3) Gangguan penglihatan

Pada lansia terjadi penurunan kemampuan penglihatan atau degenerasi jaringan di dalam bola mata. Perubahan

153

kemampuan ini berhubungan dengan perubahan struktur jaringan dalam bola mata yang meliputi perubahan pada lensa mata, iris, pupil, badan kaca dan juga retina

4) Gangguan pendengaran

Menurunnya organ pendengaran pada lansia terjadi karena degenerasi primer di organ korti berupa hilangnya sel epitel syaraf yang dimulai pada usia pertengahan.

5) Perubahan fisiologis pada kulit

Pada lansia, terjadi penurunan epidermal( turnover rate ) 30-50 % dan juga penurunan kecepatan pergantian stratum korneum menjadi dua kali lebih lama dibandingkan orang muda. Selain itu, dapat juga terjadi elastisitas kulit, penurunan proteksi kulit, penurunan vitamin D, penurunan fungsi sebum.Penurunan jumlah sel melanosit yang aktif.

6) Sistem musculoskeletal

Kelenturan, kekuatan otot dan daya tahan sistem muskuloskeletal pada lansia umumnya berkurang, namun pengurangan ini tidak ditemukan pada lansia yang masih sering menggerakan tubuhnya.

7) Sistem ekskresi urogenital

Dengan bertambahnya usia, ginjal akan kurang efisien dalam memindahkan kotoran dari saluran darah. Perubahan yang terjadi pada sistem perkemihan pada dewasa lanjut antaranya

154

otot- otot pengaturan fungsi kemih jadi melemah, frekuensi buang air kecil meningkat, terkadang terjadi ngompol dan aliran darah ginjal menurun sampai 50%.

8) Sistem kardiovaskular

Perubahan pada jantung terlihat dengan bertambahnya jaringan kolagen, ukuran miokard bertambah, jumlah miokard berkurang dan jumlah air jaringan berkurang.

2. Karakteristik lansia, meliputi : a. Usia dan jenis pekerjaan

Semakin bertambah usia seseorang, semakin siap pula dalam menerima cobaan. Hal ini didukung oleh teori aktivitas yang menyatakan bahwa hubungan antara sistem sosial dengan individu pada saat individu bergerak dari usia pertengahan menuju usia tua. Teori ini menekankan bahwa kestabilan sistem kepribadian sebagai individu, bergerak kearah usia tua. Oleh sebab itu, tidak dibutuhkan suatu kompensasi terhadap kehilangan, seperti pensiun dari peran sosial karena menua.Keterkaitannya dengan jenis pekerjaan juga membawa dampak yang berarti.

b. Jenis Kelamin

Perbedaan gender juga dapat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi psikologis lansia, sehingga akan berdampak pada bentuk adaptasi yang digunakan. Menurut Tamher (2012) menyatakan hasil penelitian mereka yang memaparkan bahwa

155

ternyata keadaan psikososial lansia di Indonesia secara umum masih lebih baik dibandingkan dengan lansia di negara maju. Tanda-tanda depresi (pria 7,3% dan wanita 3,7% ) serta cepat marah irritable (pria 17,2% dan wanita 7,1% ). Jadi dapat diasumsikan bahwa wanita lebih siap menghadapi masalah dibandingkan dengan laki-laki, dan cenderung lebih emosional. c. Pendidikan

Pendidikan juga merupakan hal terpenting dalam menghadapi masalah. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin banyak pengalaman hidup yang dilaluinya, sehingga akan lebih siap dalam menghadapi masalah yang terjadi. Umumnya,lansia yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi masih dapat produktif, mereka justru banyak memberikan kontribusinya sebagai pengisi waktu luang dengan menulis buku-buku ilmiah maupun biografinya sendiri.

3. Teori-teori proses menua

Teori penuaan secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu teori penuaan secara biologi dan teori penuaaan psikososial dalam

a. Teori biologi 1) Teori seluler

Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan kebanyakan sel-sel tubuh membelah 50 kali. Jika sebuah sel

156

pada lansia dilepas dari tubuh dan dibiakkan di laboratorium, lalu diobservasi, jumlah sel yang akan membelah terlihat sedikit. 2) Teori “Genetik Clock”

Menurut teori ini menua telah terprogramsecara genetic untuk spesies-spesies tertentu. Tiap spesies mempunyai di dalam

nuclei (inti selnya) suatu jam genetic yang telah diputar menurut

suatu replikasi tertentu.

3) Sintesis protein (kolagen dan elastin)

Jaringan kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia. Proses kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada komponen protein dalam jaringan tersebut. Pada lansia beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari protein yang lebih muda.

4) Keracunan oksigen

Teori tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahan diri tertentu.

5) Sistem imun

Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan. Walaupun demikian, kemunduran kemampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan khususnya sel darah putih,

157

juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses penuaan.

6) Mutasi somatik (Teori Error Catastrophe)

Menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut. Mekanisme pengontrolan genetik dalam tingkat subseluler dan molekular yang biasa disebut juga hipotesis “Error Catastrophe” menurut hipotesis tersebut menua disebabkan oleh kesalahan-kesalahan yang beruntun.

7) Teori Menua Akibat Metabolisme

Menurut MC Kay et all (1935) yang dikutip Darmojo dan Martono (2004), pengurangan “intake” kalori pada rodentia muda akan menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur. Perpanjangan umur karena jumlah kalori tersebut antara lain disebabkan oleh menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme.

8) Kerusakan Akibat Radikal Bebas

Radikal Bebas (RB) dapat terbentuk di alam bebas, dan di dalam tubuh di fagosit (pecah), dan sebagai produk sampingan di dalam rantai pernafasan di dalam mitokondria.

158 b. Teori Psikososial

1) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)

Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara keaktifannya setelah menua. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.

2) Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Identity pada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara hubungan dengan masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di masyarakat, keluarga dan hubungan interpersonal.Teori ini menyatakan bahwaperubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya

3) Teori Pembebasan (Disengagement Theory)

Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya.

159 4. Gizi Lansia

a. Pengertian Gizi Lansia

Gizi adalah makanan yang bermanfaat untuk kesehatan.Zat-zat yang terdapat dalam makanan mempengaruhi kesehatan itulah yang disebut zat-zat gizi. Gizi lansia merupakan bagian dari ilmu gizi yang mempelajari tentang pencegahan dan pengobatan diet pada lansia Kecukupan makanan sehat sangat penting bagi para usia lanjut. Orang yang berusia 70 tahun, kebutuhan gizinya sama dengan saat berumur 50-an. Sayangnya, nafsu makan mereka cenderung terus menurun. Karena itu, harus terus diupayakan konsumsi makan penuh gizi.

Bertambahnya usia menyebabkan indera rasa menurun. Sebagai kompensasi banyak orang lanjut usia memilih makanan yang rasanya sangat manis atau asin. Padahal, penambahan gula hanya memberikan kalori kosong (tidak ada nilai gizinya), sedangkan garam dapat meningkatkan tekanan darah.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada lansia

Menurut pedoman pelayanan gizi lansia oleh Kemenkes ( 2012) kebutuhan gizi lanjut usia sangat dipengaruhi oleh faktor :

1) Umur

Pada lanjut usia kebutuhan energi dan lemak menurun. Setelah usia 50 tahun, kebutuhan energi berkurang sebesar 5% untuk setiap 10 tahun. Kebutuhan protein, vitamin dan mineral tetap

160

yang berfungsi sebagai regenerasi sel dan antioksidan untuk melindungi sel-sel tubuh dari radikal bebas yang dapat merusak sel.

2) Jenis Kelamin

Umumnya laki-laki memerlukan zat gizi lebih banyak (terutama energi, protein dan lemak) dibandingkan pada wanita, karena postur, otot dan luas permukaan tubuh laki-laki lebih luas dari wanita. Namun kebutuhan zat besi (Fe) pada wanita cenderung lebih tinggi, karena wanita mengalami menstruasi. Pada wanita yang sudah menopause kebutuhan zat besi (Fe) turun kembali. 3) Aktifitas Fisik dan Pekerjaan

Lanjut usia mengalami penurunan kemampuan fisik yang berdampak pada berurangnya aktivitas fisik sehingga kebutuhan energinya juga berkurang. Kecukupan zat gizi seseorang juga sangat tergantung dari pekerjaan sehari-hari : ringan, sedang, berat. Makin berat pekerjaaan seseorang makin besar zat gizi yang dibutuhkan. Lanjut usia dengan pekerjaaan fisik yang berat memerlukan zat gizi yang lebih banyak.

4) Postur Tubuh

Postur tubuh yang lebih besar memerlukan energi lebih banyak dibandingkan postur tubuh yang lebih kecil.

161 5) Ilkim/ suhu udara

Orang yang tinggal di daerah bersuhu dingin (pegunungan) memerlukan zat gizi lebih untuk mempertahankan suhu tubuhnya.

6) Kondisi Kesehatan (stress fisik dan psikososial)

Kebutuhan gizi setiap individu tidak selalu tetap, tetapi bervariasi sesuai dengan kondisi kesehatan seseorang pada waktu tertentu. Stress fisik dan stressor psikososial yang kerap terjadi pada lanjut usia juga mempengaruhi kebutuhan gizi. Pada lanjut usia masa rehabilitasi sesudah sakit memerlukan penyesuaian kebutuhan gizi.

7) Lingkungan

Lanjut usia yang sering terpapar di lingkungan yang rawan polusi (pabrik, industri, dll) perlu mendapat suplemen tambahan yang mengandung protein, vitamin dan mineral untuk melindungi sel-sel tubuh dari efek radiasi.

c. Masalah Gizi pada Usia Lanjut

Usia lansia sangat rawan terhadap penyakit berbagai gangguan kesehatan ditemukan pada kelompok usia ini yang berkaitan erat dengan menurunnya fungsi fisiologis tubuh dan masalah gizi. Bustan (2000) menyatakan bahwa proses penuaan akan berkaitan erat dengan proses degeneratif tubuh dengan segala penyakit yang terkait mulai dari gangguan mobilitas, alat gerak sampai gangguan jantung.

162

Darmojo dan Martono (2004) dalam bukunya menyatakan bahwa penyakit pada usia lanjut umumnya lebih bersifat endogen daripada eksogen. Hal ini disebabkan oleh menurunnya fungsi berbagai alat tubuh karena proses menjadi tua antara lain sel-sel parenkim banyak diganti dengan sel-sel penyangga (jaringan fibrotik), produksi hormon dan enzim menurun.

Masalah gizi usia lanjut merupakan rangkaian proses masalah gizi sejak usia muda. Kualitas gizi dapat dilihat setelah tua. Disamping itu beberapa penelitian membuktikan bahwa ada masalah gizi pada usia lanjut. Sebagian besar masalah gizi pada usia lanjut adalah gizi lebih dan kegemukan/obesitas. Kedua masalah ini kemudian memacu timbulnya penyakit degeneratif.Seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes melitus, batu empedu, gout (rematik), ginjal, sirosis hati dan kanker.Bukan hanya masalah gizi lebih saja, namun masalah gizi kurang juga banyak terjadi pada orang tua. Masalah kurang gizi akan menyebabkan kurang energi kronis (KEK), anemia dan kekurangan zat gizi mikro lain

1) Kegemukan atau obesitas

Keadaan ini biasanya disebabkan oleh pola konsumsi yang berlebihan, banyak mengandung lemak dan jumlah kalori yang melebihi kebutuhan. Proses metabolisme yang menurun pada lanjut usia, bila tidak diimbangi dengan peningkatan aktifitas fisik atau penurunan jumlah makanan, sehingga jumlah kalori yang

163

berlebih akan diubah menjadi lemak yang dapat mengakibatkan kegemukan. Selain kegemukan secara keseluruhan, kegemukan pada bagian perut lebih berbahaya karena kelebihan lemak di perut dihubungkan dengan meningkatnya risiko penyakit jantung koroner pada bagian lemak lain. Menurut Monica, 1992, kegemukan atau obesitas akan meningkatkan risiko menderita penyakit jantung koroner 1-3 kali, penyakit hipertensi 1,5 kali, diabetes mellitus 2,9 kali dan penyakit empedu 1-6 kali.

2) Kurang Energi Kronik (KEK)

Kurang atau hilangnya nafsu makan yang berkepanjangan pada lanjut usia, dapat menyebabkan penurunan berat badan. Pada lanjut usia kulit dan jaringan ikat mulai keriput, sehingga makin kelihatan kurus. Disamping kekurangan zat gizi makro, sering juga disertai kekurangan zat gizi mikro.

Beberapa penyebab KEK pada lanjut usia :

a) Makan tidak enak karena berkurangnya fungsi alat perasa dan penciuman

b) Gigi-geligi yang tanggal, sehingga menggangu proses mengunyah makanan

c) Faktor stress/depresi, kesepian, penyakit kronik, efek samping obat, merokok, dll

164 3) Kurang Zat Gizi Mikro lain

Biasanya menyertai lanjut usia dengan KEK, namun kekurangan zat gizi mikro dapat juga terjadi pada lanjut usia dengan status gizi baik. Kurang zat besi, Vitamin A, Vitamin B, Vitamin C, Vitamin D, Vitamin E, Magnesium, kalsium, seng dan kurang serat sering terjadi pada lanjut usia.

Beberapa penyakit kronik degeneratif yang berhubungan dengan status gizi:

a) Penyakit Jantung Koroner

Konsumsi lemak jenuh dan kolesterol yang berlebihan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Penyakit Jantung Koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak pada dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner), dan hal ini lama kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jaringan ikat, pengapuran, pembekuan darah, dan lain-lain, yang semuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut. b) Hipertensi

Berat badan yang berlebih akan meningkatkan beban jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Akibatnya tekanan darah cenderung menjadi lebih tinggi. Selain itu pembuluh darah pada lanjut usia sering mengalami aterosklerosis (lebih tebal dan kaku), sehingga tekanan darah

165

akan meningkat. Bila terjadi sumbatan di pembuluh darah otak akan memacu timbulnya stroke. Bila sumbatan terjadi di jantung dapat menyebabkan serangan jantung berupa nyeri dada atau kematian otot jantung (angina pektoris atau infark miokard) yang dapat menyebabkan kematian.

c) Diabetes Mellitus

Adalah suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal (gula darah puasa ≥ 126 gr/dl dan atau gula darah sewaktu diatas 200 gr/dl). Diabetes umumnya disebabkan oleh kerusakan sel beta di pankreas yang menghasilkan fungsi insulin, sehingga kekurangan insulin atau dapat juga terjadi karena gangguan fungsi insulin dalam glukosa ke dalam sel. Pada orang dengan berat badan lebih, hiperglikemia terjadi karena insulin yang dihasilkan oleh pankreas tidak mencukupi kebutuhan.

Dalam dokumen Modul Gizi Dalam Daur Kehidupan (Halaman 147-175)

Dokumen terkait