• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas guru dalam pembelajaran fisika pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran berbasis masalah diperoleh nilai yaitu pada aspek kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada kegiatan awal terdapat 3 aspek pengmatan. Gambar 4.1 menunjukkan pertemuan I, II, dan III pada kegiatan awal peneliti memperoleh nilai yang sama pada aspek 1, begitu juga pada aspek 2. Hal ini dikarenakan peneliti dapat melaksanakan kegiatan tersebut. Namun pada aspek 3 guru hanya bisa melaksanakan kegiatan tersebut pada

pertemuan pertama. Hal ini disebabkan pada pertemuan kedua dan ketiga waktu awal pembelajaran berkurang karena ada kegiatan pendaftaran olimpiade di kelas eksperimen dan juga disebabkan waktu awal pembelajaran berkurang karena kegiatan rutin pengajian setiap pagi selesai tidak tepat waktu. Aspek 1 memperoleh nilai tertinggi pada kegiatan awal karena kegiatan pada aspek ini mudah dilaksanakan dan tidak memerlukan waktu yang banyak dibandingkan kegiatan pada aspek 3 yang merupakan nilai terendah pada kegiatan awal. Penilaian rata-rata kegiatan awal diperoleh nilai 83,33% dengan kategori baik untuk pertemuan I, sedangkan pertemuan II dan III memperoleh nilai 66,67% dengan kategori cukup baik.

Pada kegiatan inti terdapat 8 aspek pengamatan. Gambar 4.2 menunjukkan perbandingan kedelapan aspek tersebut pada pertemuan I, II dan III. Pada pertemuan I, II dan III peneliti memperoleh nilai yang sama dan tertinggi pada aspek 4, 6, 8 dan 9. Hal ini disebabkan peneliti mampu melaksanakan kegiatan tersebut secara maksimal. Namun pada aspek 5, 7, 10, dan 11 peneliti tidak dapat melakukannya dengan maksimal, sehingga persentase pelaksanaan kegiatan pada aspek tersebut mengalami turun naik. Pada aspek 5 dan 10 peneliti memperoleh nilai terendah untuk kegiatan inti karena terkendala kebiasaan siswa yang berteman berkelompok-kelompok dan waktu yang tidak memungkinkan terlaksananya kegiatan pada aspek tersebut sehingga kegiatan pada aspek tersebut sulit untuk dilakukan. Nilai rata-rata kegiatan inti di kelas kontrol pada pertemuan pertama 87,5%, pertemuan II peneliti memperoleh nilai 81,25% dengan kategori baik dan pertemuan III peneliti memperoleh nilai 90,63% dengan kategori sangat

baik. Peningkatan ini terjadi karena peneliti mempunyai waktu meminta siswa mempresentasikan hasil percobaan, setelah pada pertemuan sebelumnya peneliti tidak mempunyai waktu untuk itu dikarenakan percobaan pada pertemuan III lebih mudah dibandingkan pertemuan I dan II.

Pada kegiatan penutup terdiri 3 aspek pengamatan. Perbandingan 4 aspek tersebut pada pertemuan I, II dan III dapat dilihat seperti pada gambar 4.3. Gambar 4.3 memperlihatkan nilai aspek 12, 13, 14 dan 15 untuk pertemuan I, II dan III adalah sama. Hal ini menunjukkan peneliti melakukan kegiatan yang sama tiap pertemuan. Nilai rata-rata terendah kegiatan penutup terdapat pada aspek 12 dan 13 karena peneliti tidak dapat melaksanakan kegiatan pada aspek tersebut dengan maksimal karena minimnya waktu untuk melakukannya, seperti halnya aspek 13, guru hanya bisa meminta siswa mengerjakan soal evaluasi di rumah. Sedangkan pada aspek 14 dan 15 merupakan nilai tertinggi pada kegiatan penutup karena waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan aspek 14 dan 15 hanya sedikit.

Secara keseluruhan aktivitas guru pada pembelajaran berbasis masalah di kelas eksperimen memperoleh nilai 82,06% dengan kategori baik. Artinya peneliti sudah melakukan pembelajaran yang sesuai dengan dengan model pembelajaran berbasis masalah.

b. Aktivitas Guru pada Kelas Kontrol

Aktivitas guru dalam pembelajaran fisika pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing diperoleh nilai yaitu pada aspek kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada kegiatan awal terdapat 2 aspek

pengamatan. Gambar 4.5 menunjukkan pertemuan I, II, dan III pada kegiatan awal peneliti memperoleh nilai yang sama pada aspek 1, begitu juga pada aspek 2. Hal ini dikarenakan peneliti dapat melaksanakan kegiatan tersebut. Aspek 1 memperoleh nilai tertinggi pada kegiatan awal karena kegiatan pada aspek ini mudah dilaksanakan dan tidak memerlukan waktu yang banyak dibandingkan kegiatan pada aspek 2 yang merupakan nilai terendah pada kegiatan awal. Penilaian rata-rata kegiatan awal diperoleh nilai 87,5% dengan kategori sangat baik untuk pertemuan I, II dan III.

Pada kegiatan inti terdapat 9 aspek pengamatan. Gambar 4.6 menunjukkan perbandingan kesembilan aspek tersebut pada pertemuan I, II dan III. Pada aspek 3, 5, 6, 7, 9 dan 11 peneliti memperoleh nilai yang sama untuk tiap pertemuan. Hal ini disebabkan peneliti mampu melaksanakan kegiatan tersebut dengan cara yang sama atau tidak ada peningkatan. Namun pada aspek 4, 8 dan 10 peneliti tidak dapat melakukannya dengan maksimal, sehingga persentase pelaksanaan kegiatan pada aspek tersebut mengalami turun naik. Pada aspek 3 peneliti memperoleh nilai terendah untuk kegiatan inti karena terkendala kebiasaan siswa yang berteman berkelompok-kelompok. Sedangkan pada aspek 5, 6 dan 7 peneliti memperoleh nilai tertinggi karena peneliti dapat melaksanakan kegiatan pada aspek tersebut secara maksimal. Nilai rata-rata kegiatan inti di kelas kontrol pada pertemuan I 83,33%, pertemuan II dan III peneliti memperoleh nilai 80,56% dengan kategori baik. Penurunan ini terjadi karena peneliti kurang maksimal melakukan beberapa kegiatan seperti membimbing siswa melakukan percobaan.

Pada kegiatan penutup terdiri 2 aspek pengamatan. Perbandingan 2 aspek tersebut pada pertemuan I, II dan III dapat dilihat seperti pada gambar 4.7. Gambar 4.7 memperlihatkan nilai aspek 12 untuk pertemuan I, II dan III adalah sama. Hal ini menunjukkan peneliti melakukan kegiatan yang sama tiap pertemuan. Sedangkan pada aspek 13 nilai aktivitas guru turun naik. Nilai rata-rata terendah kegiatan penutup terdapat pada aspek 12 karena peneliti tidak dapat melaksanakan kegiatan pada aspek tersebut dengan maksimal karena minimnya waktu untuk melakukannya sehingga guru hanya bisa meminta siswa mengerjakan soal evaluasi di rumah. Sedangkan pada aspek 13 merupakan nilai tertinggi pada kegiatan penutup karena waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan aspek 13 hanya sedikit.

Secara keseluruhan aktivitas guru pada pembelajaran berbasis masalah di kelas eksperimen memperoleh nilai 84,11% dengan kategori baik. Artinya peneliti sudah melakukan pembelajaran yang sesuai dengan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing walaupun masih kurang maksimal dikarenakan kurangnya waktu dalam proses pembelajaran baik diakibatkan faktor luar atau faktor dalam.

Perbandingan aktivitas guru kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada gambar 4.11. Gambar 4.11 menunjukkan pada pertemuan pertama pembelajaran nilai aktivitas guru pada kedua kelas sama yaitu sebesar 86,11% dengan kategori sangat baik. Hal ini dikarenakan pada pertemuan pertama guru berusaha melaksanakan semua kegiatan yang tertulis di RPP 1. Pada pertemuan kedua nilai aktivitas guru kelas eksperimen lebih rendah dari kelas kontrol karena

alokasi waktu belajar siswa kelas eksperimen terpotong oleh kegiatan sekolah yang melewati waktu berakhirnya. Pada pertemuan ketiga nilai aktivitas siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol karena peneliti lebih mampu mengelola kelas eksperimen daripada kelas kontrol pada pertemuan ketiga ini. c. Aktivitas Siswa pada Kelas Eksperimen

Aktivitas siswa dalam pembelajaran fisika pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran berbasis masalah diperoleh nilai yaitu pada aspek kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada kegiatan awal terdapat 3 aspek pengamatan. Gambar 4.10 menunjukkan pertemuan I, II, dan III pada kegiatan awal nilai aktivitas siswa sama pada aspek 2. Hal ini dikarenakan peneliti mengecek kehadiran siswa secara keseluruhan dan siswa pun menjawabnya dengan rebut sambal bercanda. Namun pada aspek 3 pada pertemuan II dan III aktivitas siswa lebih rendah dari pertemuan I, dikarenakan pada pertemuan II dan III peneliti tidak melaksanakan kegiatan pada aspek 3. Hal ini disebabkan pada pertemuan kedua dan ketiga waktu awal pembelajaran berkurang karena ada kegiatan pendaftaran olimpiade di kelas eksperimen dan juga disebabkan waktu awal pembelajaran berkurang karena kegiatan rutin pengajian setiap pagi selesai tidak tepat waktu. Aspek 1 memperoleh nilai tertinggi pada kegiatan awal karena kegiatan pada aspek ini mudah dilaksanakan dan tidak memerlukan waktu yang banyak dibandingkan kegiatan pada aspek 3 yang merupakan nilai terendah pada kegiatan awal.

Pada kegiatan inti terdapat 8 aspek pengamatan. Gambar 4.11 menunjukkan perbandingan kedelapan aspek tersebut pada pertemuan I, II dan III. Pada

pertemuan I, II dan III aktivitas siswa tiap aspek sebagian besar berbeda-beda. Hal ini disebabkan aktivitas siswa yang dijadikan sampel ada yang berbeda-beda tiap pertemuan. Pada aspek 7 dan 8 aktivitas siswa mengalami peningkatan dilihat dari pertemuan I, II dan III. Hal ini dikarenakan siswa lebih semangat melakukan percobaan pada pertemuan II dan III akibat pembagian kelompok yang siswa sukai. Sebaliknya aktivitas siswa pada aspek 9 mengalami penurunan pada tiap pertemuan, dikarenakan pada aspek ini kebanyakan siswa tidak berpartisipasi dalam membuat laporan hasil percobaan dan siswa ada yang berjalan, bermain dengan alat percobaan. Pada aspek 10 aktivitas siswa ada pada nilai terendah untuk kegiatan inti karena terkendala oleh waktu sehingga tiap kelompok tidak dapat menyampaikan hasil percobaannya di depan kelas melainkan siswa hanya menyampaikan hasil percobaan secara tertulis pada LKS. Sedangkan pada aspek 8 ada pada nilai tertinggi untuk kegiatan inti di kelas eksperimen karena siswa yang dijadikan sampel keaktifan melakukan percobaan tinggi dan meningkat tiap pertemuan.

Pada kegiatan penutup terdiri 4 aspek pengamatan. Perbandingan 4 aspek tersebut pada pertemuan I, II dan III dapat dilihat seperti pada gambar 4.12. Gambar 4.12 memperlihatkan nilai aspek 13 untuk pertemuan I, II dan III adalah sama. Begitu juga dengan nilai aktivitas siswa pada aspek 14 dan 15. Hal ini menunjukkan siswa yang dijadikan sampel melakukan kegiatan pada aspek 13, 14 dan 15 yang dapat dikatakan sama pada tiap pertemuan. Nilai rata-rata terendah kegiatan penutup terdapat pada aspek 13 dan 15 karena tidak disiplinnya siswa dalam mengumpul tugas dan kurangnya perhatian siswa di akhir pembelajaran.

Secara keseluruhan aktivitas siswa pada pembelajaran berbasis masalah di kelas eksperimen memperoleh nilai 79,35% dengan kategori baik. Artinya siswa yang dijadikan sampel sudah aktif mengikuti proses pembelajaran fisika menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.

d. Aktivitas Siswa pada Kelas Kontrol

Aktivitas siswa dalam pembelajaran fisika pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing diperoleh nilai yaitu pada aspek kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada kegiatan awal terdapat 2 aspek pengamatan. Gambar 4.13 menunjukkan pertemuan I, II, dan III pada kegiatan awal nilai aktivitas siswa sama pada aspek 2. Hal ini dikarenakan ketika peneliti mengecek kehadiran siswa secara keseluruhan pada tiap pertemuan siswa menjawabnya dengan ribut sambil bercanda. Namun pada aspek 1 pada pertemuan II dan III aktivitas siswa lebih rendah dari pertemuan I, dikarenakan pada pertemuan II dan III kebanyakan siswa belum siap mengikuti pembelajaran. Pada kegiatan inti terdapat 9 aspek pengamatan. Gambar 4.14 menunjukkan perbandingan kesembilan aspek tersebut pada pertemuan I, II dan III. Pada pertemuan I, II dan III aktivitas siswa tiap aspek sebagian besar berbeda-beda. Hal ini disebabkan aktivitas siswa yang dijadikan sampel ada yang berbeda-beda tiap pertemuan. Pada aspek 4 aktivitas siswa mengalami peningkatan dilihat dari pertemuan I, II dan III dan juga ada pada nilai tertinggi. Hal ini dikarenakan siswa lebih antusias ketika peneliti mengajukan pertanyaan hipotesis. Sedangkan pada aspek 6 aktivitas siswa mengalami penurunan dilihat dari tiap pertemuan karena kebanyakan siswa yang hanya menerima LKS tetapi tidak membacanya. Pada

aspek 11 aktivitas siswa ada pada nilai terendah untuk kegiatan inti karena kebanyakan siswa tidak memperhatikan ketika peneliti mengajak siswa menyimpulkan materi pelajaran dan juga terkendala oleh waktu.

Pada kegiatan penutup terdiri 2 aspek pengamatan. Perbandingan 2 aspek tersebut pada pertemuan I, II dan III dapat dilihat seperti pada gambar 4.15. Gambar 4.15 memperlihatkan nilai rata-rata terendah kegiatan penutup terdapat pada aspek 12 karena tidak disiplinnya siswa dalam mengumpul tugas sedangkan nilai rata-rata tertinggi ada pada aspek 13 karena siswa masih antusias menjawab salam penutup.

Secara keseluruhan aktivitas siswa pada pembelajaran inkuiri terbimbing di kelas kontrol memperoleh nilai 74,14% dengan kategori cukup baik. Artinya siswa yang dijadikan sampel sudah cukup aktif mengikuti proses pembelajaran fisika menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

Perbandingan aktivitas siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol terlihat pada gambar 4.16. Gambar 4.16 menunjukkan pada pertemuan pertama sampai ketiga aktivitas siswa lebih tinggi kelas ekperimen daripada kelas kontrol. Hal ini sesuai dengan yang peneliti amati yaitu keaktifan dan kemandirian siswa kelas eksperimen memang lebih tinggi daripada kelas kontrol.

Pengamatan aktivitas guru dan siswa pada pembelajaran fisika menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada penelitian ini masih belum didapat data yang akurat yang disebabkan oleh dua hal. Pertama, aspek aktivitas guru dan siswa yang diamati tidak serinci aktivitas yang telah dilakukan guru dan siswa pada saat proses pembelajaran fisika

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran inkuiri terbimbing berlangsung. Kedua, pengamat aktivitas guru adalah pengamat yang sama dengan pengamat aktivitas siswa sehingga pengamat tidak fokus pada aktivitas yang diamati serta jumlah pengamat aktivitas siswa tidak mencukupi untuk mengamati siswa dalam jumlah yang cukup banyak, yaitu 2 orang pengamat pada penelitian ini harus mengamati 18 siswa. Oleh karena itu, untuk mengamati aktivitas siswa diperlukan jumlah pengamat yang sesuai dengan jumlah siswa yang diamati, misal 1 pengamat hanya boleh mengamati 2-3 siswa saja.

Dokumen terkait