• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKTIVITAS NAFKAH DAN STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA DI DESA LEMBOBARU

Dalam dokumen T1 222008011 Full text (Halaman 26-37)

Aktivitas nafkah rumahtangga petani di Desa Lembobaru merupakan serangkaian upaya menggunakan modal yang dimiliki rumahtangga dan membangun modal yang dibutuhkan rumahtangga untuk mencapai tujuan kesejahteraan rumahtangga. Istilah modal digunakan untuk menunjukan sumberdaya yang telah dimiliki atau telah diakses oleh rumahtangga. Konsep modal yang digunakan mengacu pada Purnomo, Multi (2000) tentang modal alami dan modal sosial.

Berdasarkan profil sosial-ekonomi Desa Lembobaru, terdapat dua sumberdaya yang penting bagi nafkah rumahtangga penduduk, yaitu Sumberdaya alam dan modal sosial. Sumberdaya alam meliputi lahan, hewan ternak, serta kondisi alam Desa Lembobaru. Modal sosial meliputi hubungan kelembagaan ekonomi dan ikatan sosial penduduk Desa.

Secara keseluruhan rumahtangga petani di Desa Lembobaru membangun aktivitas nafkah, dapat digolongkan menjadi dua: (1) aktivitas nafkah berdasarkan penggunaan sumberdaya alam lokal (2) aktivitas nafkah berdasarkan modal sosial bagi rumahtangga. Kedua kelompok nafkah ini akan diuraikan berdasarkan peranannya dalam nafkah rumahtangga.

Aktivitas nafkah berdasarkan penggunaan Sumberdaya alam lokal

Penggunaan sumberdaya alam lokal yang penting bagi rumahtangga penduduk Desa Lembobaru adalah perkebunan karet, sawah, kebun dan lahan hutan. Sumberdaya ini dianggap penting karena digunakan untuk kegiatan pertanian dan penting untuk menjalankan ekonomi rumahtangga dalam memenuhi kebutuhan hidup petani di Desa Lembobaru.

Pengelolaan perkebunan karet, sawah, kebun, dan hutan tidak dapat memberikan kebutuhan hidup secara langsung. Ada proses pengolahan yang harus dilakukan petani sampai bisa mendapatkan hasil dan memanfaatkannya untuk mendukung ekonomi rumahtangga. Proses ini memerlukan biaya untuk membeli bibit, pupuk, sarana produksi pertanian lain, serta waktu tenaga kerja rumahtangga. Selain itu pertanian juga melibatkan modal alami lain seperti sumber air dan hewan.

Kandungan pasir serta dan hasil hutan lainnya mendorong eksploitasi sumberdaya alam sebagai salah satu aktivitas nafkah yang dilakukan rumahtangga di Desa Lembobaru. Eksploitas hasil hutan yang dilakukan seperti penebangan pohon-pohon secara liar yang dipakai untuk membuat papan serta kebutuhan kayu bakar, selain itu pemburuan hewan-hewan liar di hutan masih dilakukan oleh masyarakat. Beberapa cara mengelola aktivitas nafkah yang dilakukan oleh masyarakat dengan berdasarkan penggunaan sumberdaya alam lokal :

Mengurangi Biaya Produksi

Pengelolaan perkebunan karet, sawah, kebun, serta hasil hutan membutuhkan sarana produksi pertanian. Penurunan biaya produksi pertanian merupakan pilihan yang harus dilakukan rumahtangga agar biaya produksi yang dikeluarkan seimbang dengan hasil

25

produksi pertanian. Aktivitas penurunan biaya produksi dilakukan dengan tiga cara, (1) mengurangi penggunaan sarana produksi pertanian yang dianggap mahal, (2) menghasilkan sendiri sarana produksi pertanian, (3) penggunaan modal sosial untuk mendapatkan sarana produksi secara gratis.

Sawah merupakan satu-satunya lahan yang mendapatkan pemupukan dengan menggunakan pupuk kimia. Perkebunan dan kebun tidak pernah dipupuk oleh pupuk kimia. Tanaman padi dipupuk dengan pupuk kimia karena tanaman padi tidak dapat tumbuh baik tanpa menggunakan pupuk kimia. Tanaman padi memiliki nilai ekonomi dan sosial bagi rumahtangga di Desa Lembobaru, karena secara ekonomis padi merupakan konsumsi utama rumahtangga dan secara sosial padi merupakan barang utama yang harus dimiliki rumahtangga petani.

Untuk mengurangi biaya produksi padi, petani mengurangi biaya pembelian pupuk kimia yang dilakukan dengan mengurangi frekuensi pemupukan dan jumlah yang diberikan. Menurut pak Oke, petani yang memiliki sawah, ia masih melakukan pemupukan dua kali selama musim tanam. Pak Oke menggunakan 500kg untuk dua kali pemupukan pada sawah seluas 0,5ha, ini merupakan dosis yang seharusnya diberikan. Petani lain hanya melakukan pemupukan satu kali dengan dosis setengah dari dosis yang seharusnya diberikan. Mereka hanya melakukan penyemprotan hama jika konsisi hama sangat mengancam pertumbuhan padi47.

Petani menyediakan sarana produksi pertanian sendiri selain pupuk kimia. Untuk lahan kebun dipupuk dengan menggunakan pupuk kandang dari kotoran hewan peliaraan, petani akan mengambil kotoran babi dan membawanya ke kebun, hal ini juga yang menyebabkan kebanyakan petani yang memelihara babi di kebun agar kotoran hewan mudah diambil dan dijadikan pupuk. Sementara penyediaan bibit padi diperoleh dari padi yang dipanen pada musim sebelumnya, bibit singkong, jagung dan sayur-sayuran serta buah-buahan juga diambil dari hasil panen sebelumnya yang dimiliki petani atau dari saudara dan tetangga. Perluasan perkebunan karet bagi petani yang masih memiliki lahan juga mengambil bibit karet dari anakan karet diperkebunan sebelumnya dengan membuat pembibitan dihalaman rumah atau kebun48.

Penurunan biaya produksi petani juga dilakukan dengan bantuan yang diperoleh dari ikatan-ikatan sosial. Penurunan biaya produksi dilakukan dengan saling membagi bibit tanaman, selain itu bagi petani yang tidak memiliki alat membajak sawah dan sapi dapat meminjam kepada saudara atau penduduk desa yang memiliki, tanpa harus membayar. Pengolahan lahan bersama-sama juga dapat menurunkan biaya produksi petani, misalnya satu lahan sawah dapat diolah beberapa keluarga yang nantinya hasilnya akan dibagi rata, selain

47

Wawancara di rumah pak Oke, 2012.

48

26

itu tanaman Sagu49 juga merupakan tanaman yang diolah bersama-sama oleh beberapa petani, hal ini dapat menurunkan biaya produksi petani melalui penurunan biaya tenaga kerja.

Menanam Beragam Tanaman dalam Satu Luasan Lahan dan Pengurangan Resiko Pertanian

Lahan perkebunan karet dan Sawah merupakan lahan yang ditanami secara monokultur. Lahan kebun ditanami oleh beragam tanaman baik yang dapat dipanen mingguan, bulanan atau tahunan. Tanaman yang sering ditanam di kebun adalah Singkong, jagung, pisang, pepaya, sayur-sayuran, rempah rempah seperti cabe, tomat, lengkuas, kunyit, sereh, serta buah-buahan tahunan seperti durian, manggis, rambutan, langsat, dan bagi beberapa petani yang memiliki lahan kebun didekat mata air menanam sagu.

Petani di Desa Lembobaru memilih untuk menanam tanaman yang biasa ditanam dan sudah menghasilkan dari pada tanaman baru yang belum pasti menghasilkan. Petani juga menanam tanaman pertanian tidak dalam jumlah besar. Misalnya saja cabe, petani menanam cabe hanya dalam jumlah kecil untuk konsumsi rumahtangga. Singkong juga merupakan salah satu tanaman yang hampir ditanam oleh semua petani di Desa Lembobaru walau tidak memiliki harga untuk dijual. Petani di Desa Lembo baru mau menanam tanaman baru jika tanaman tersebut tidak memerlukan perawatan khusus dan pasti menghasilkan atau laku di pasaran.

Dulu kebun di Desa Lembobaru juga ditanami kopi dan cokelat, namun para petani menganggap perkebunan kopi dan cokelat membutuhkan biaya perawatan yang mahal dan harus rutin dirawat sehingga petani memilih mengganti tanaman kopi dan cokelat dengan tanaman karet.

Memanfaatkan hasil Hutan dan Sungai

Lingkungan fisik yang ada di Desa Lembobaru menyediakan sumberdaya alam yang dapat langsung diambil dan digunakan untuk kebutuhan hidup rumahtangga. Pasir, kayu, air dan hewan buruan merupakan sumberdaya yang ada dan digunakan oleh rumahtangga di Desa Lembobaru.

Hutan tropis dengan aliran sungai di Desa Lembobaru merupakan sumberdaya potensial untuk menyediakan bangunan rumah. Disela-sela waktu luang sebagian petani (laki-laki) pergi ke hutan untuk menebang pohon yang nantinya akan dijadikan papan sebagai bahan bangunan rumah. Selain itu kandungan pasir yang ada di Desa juga dimanfaatkan penduduk untuk bahan dasar bangunan rumah. Menurut pak Oke, penebangan pohon dan pengambilan pasir biasanya dilakukan setelah masa tanam padi, sehingga banyak waktu luang untuk pergi ke hutan setelah menyadap karet.

49

Sagu merupakan makanan pengganti nasi yang digunakan oleh penduduk di Desa Lembobaru, selain itu daun sagu dapat dibuat menjadi atap. Pengolahan sagu biasanya dilakukan bersama-sama oleh petani yang masih memiliki ikatan kekeluargaan.

27

Penebangan pohon dilakukan secara berkelompok dengan menggunakan alat mesin sensor kayu yang telah dimiliki petani, setelah pohon ditebang akan diolah menjadi papan dan dibiarkan di hutan sampai kering barulah dibawah masuk ke Desa, sisa-sisa penebangan akan dimanfaatkan sebagai kayu bakar oleh petani. Selain menebang pohon biasanya petani saat masuk ke hutan akan memasang jerat untuk berburu binatang, target buruan di hutan adalah babi hutan. Sehingga waktu akan kembali ke Desa para petani akan memeriksa hasil buruannya.

Pengambilan pasir dilakukan beberapa petani dengan menggunakan gerobak kayu, pasir yang diambil dari sungai akan digunakan sebagai bahan bangunan rumah. Menurut informan pengambilan pasir tidak hanya melibatkan laki-laki, perempuanpun (ibu rumahtangga) yang tidak memiliki pekerjaan di rumah atau di kebun akan ikut ke sungai untuk mengambil pasir atau memancing ikan.

. Penebangan pohon dan pengumpulan pasir diketahui oleh pemerintah Desa Lembobaru. Pemerintah Desa Lembobaru pun memanfaatkan kayu dan pasir untuk kepentingan desa.

Sampai saat penelitian dilakukan, hasil dari pengambilan kayu dan pasir di Desa Lembobaru tidak di jual kepada orang lain, tetapi digunakan sendiri oleh rumahtangga petani yang mengambil. Pengambilan kayu dan pasir biasanya dilakukan oleh penduduk yang sedang mempersiapkan pembangunan rumah atau untuk memperbaiki rumah agar mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan rumah.

Memelihara Babi dan Sapi

Selain ayam, babi dan sapi merupakan hewan ternak yang penting bagi nafkah Desa Lebobaru. Babi merupakan hewan ternak yang banyak dipelihara petani Desa Lembobaru. Babi dapat diperoleh dengan cara membeli anakan atau warisan dari orang tua. Babi biasanya dipelihara didalam kandang yang dibuat didalam wilayah pemukiman atau di kebun-kebun petani. Babi-babi akan diberi makanan dari sisa-sisa konsumsi rumahtangga serta hasil kebun lainnya seperti, daun talas, pepaya, pisang/batang pisang dan konga50 yang akan diolah menjadi makanan babi. Babi dijadikan hewan peliharaan di desa untuk konsumsi rumahtangga saat ada acara-acara besar seperti padungku, natal, pesta kawin, atau acara-acara ucapan syukur keluarga lainnya, selain daging babi dipakai untuk konsumsi rumahtangga, kotorannya juga menguntungkan bagi petani sebagai pupuk untuk menyuburkan tanaman dikebun. Penjualan hewan ternak babi hanya dilakukan jika ada yang benar-benar membutuhkan, penjualan biasa dilakukan dengan tukar tambah, rumahtangga yang membutuhkan babi besar untuk dikonsumsi akan menukarkan babi kecil (anakan) dengan memberi tambahan sejumlah uang sesuai kesepakatan.

Selain babi, sapi merupakan hewan ternak yang juga dimiliki petani di Desa Lembobaru. Pemeliharan sapi sangat dibutuhkan petani untuk membantu saat membajak

50

Konga adalah serbuk kulit padi dari hasil penggilingan gabah menjadi beras, biasanya petani mendapatkannya dari penggilingan padi yang ada di desa.

28

sawah, dan juga dipakai untuk konsumsi saat acara-acara besar di desa. Sapi-sapi di Desa Lembobaru tidak dikandangi tetapi diikat dialam terbuka. Pengikatan sapi dialam terbuka disebabkan karena masih banyaknya lahan padang-padang yang menyediakan banyak rumput sebagai pakan sapi. Saat pagi hari hendak berangkat ke perkebunan, petani akan membawa serta sapi-sapinya untuk mencari tempat mengikat dan meninggalkannya, dan saat sore hari petani akan kembali melihat sapi-sapinya dan memberi minum.

Pendapatan dari penggunaan Sumberdaya alam lokal dan Pemanfaatannya bagi rumahtangga

Pendapatan dari sumberdaya alam yang dimanfaatkan rumahtangga dalam bentuk barang (in kind) atau pendapatan dalam bentuk uang (in cash) (Ellis,2000). Rumahtangga memanfaatkan pendapatan untuk kebutuhan hidup rumahtangga agar mencapai tujuan yang diinginkan yaitu kesejahteraan.

Pendapatan dari sumberdaya alam yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumahtangga. Sawah menghasilkan beras, kebun menghasilkan sayur-sayuran, rempah-rempah serta buah-buahan, hutan menghasilkan hewan buruan, sungai menghasilkan ikan. Rumahtangga di Desa Lembobaru biasanya menggunakan hasil pertanian untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari. Mereka makan nasi dari beras yang dihasilkan sawah, memasak dengan menggunakan kayu bakar dari hutan dan makan dengan sayuran dari kebun serta ikan hasil pancingan dari sungai atau hewan buruan dihutan.

Penggunaan sumberdaya alam juga dapat memberi pendapatan dalam bentuk uang tunai. Uang diperlukan untuk membeli kebutuhan rumahtangga yang tidak dapat dipenuhi oleh hasil sumberdaya alam, seperti biaya pendidikan anak, biaya kesehatan, serta pembelian perabotan rumahtangga. Uang didapatkan dengan menukar hasil sumberdaya alam melalui proses jual beli, seperti perkebunan karet menghasilkan getah karet yang setiap bulannya akan dijual pada tengkulak.

Uang yang didapatkan dari pertanian tidak dapat dipastikan dengan tepat, karena bergantung pada kuantitas dan kualitas hasil produksi serta harga pasar yang tidak pasti. Contohnya uang dari hasil penjualan getah karet tidak menentu karena harga selalu berubah-ubah tergantung pada tengkulak yang masuk ke Desa Lembobaru, saat penelitian dilakukan harga getah karet Rp.8.000,- sampai Rp.9.000,- pendapatan juga bergantung pada kuantitas getah yang didapatkan. Perkiraan uang dari penjualan produk pertanian dapat dilihat pada Tabel 6, data pada tabel tersebut menunjukan sifat penghasilan dari penjualan produk pertanian yang bersifat terus menerus dalam jumlah kecil.

29

Tabel 6. Jenis komoditas pertanian dan perkiraan jumlah uang per tahun Jenis komoditas Satuan penjualan Harga (Rp) Waktu pemanenan

Getah karet Kilogram 8.000 – 9.000 1 bulan Beras Kilogram 6.000 – 8.000 6 bulan Jagung Kati/karung 3.000/50.000 3 bulan Air aren Botol 3.000 - 5.000 1 minggu Durian Buah 2.000 – 20.000 1 tahun Manggis Kilogram 10.000 1 tahun Rambutan Kilogram 2.000 – 5.000 1 tahun Langsat Kilogram 2.000 – 5.000 1 tahun Atap rumbia Lembar 3.000 1 minggu Sumber : diolah dari data primer, 2012

Data pada tabel diatas hanya bersifat perkiraan. Harga dan perkiraan jumlah uang dapat berubah karena produk pertanian ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hasil serta perubahan harga pasar.

Tabel 7. Pendapatan dan Manfaat sumber daya alam lokal bagi rumahtangga Aktifvitas

berdasarkan modal alami

Tipe manfaat ekonomi Kegunaan untuk nafkah Pendapatan barang Pendapatan tunai Kegunaan utama Kegunaan tambahan Perkebunan karet

Getah karet Uang dari penjualan getah karet Pemenuhan kebutuhan konsumsi rumahtangga Biaya pendidikan, kesehatan, tabungan.

Sawah Padi Uang dari hasil penjualan padi Pemenuhan kebutuhan konsumsi rumahtangga Dipakai untuk posintuwu51 Kebun Sayur-sayuran, buah-buahan, dan rempah-rempah Uang dari penjualan pendapatan barang Kebutuhan konsumsi Biaya sehari-hari, Tabungan

Hutan Papan, pasir, kayu bakar, hewan buruan - Pemenuhan kebutuhan konsumsi, bahan bangunan Bahan bangunan Hewan peliharaan

Daging, pupuk - Mengurangi biaya produksi pertanian

Konsumsi untuk acara-acara besar

Sumber : data primer, 2012

51

Posintuwu adalah pemberian sumbangan yang diberikan pada acara pernikahan atau kematian serta acara-acara besar lainnya.

30

Berdasarkan tabel diatas, pendapatan berupa barang merupakan pendapatan utama yang diharapkan dari pengelolaan sumber daya alam lokal. Pendapatan dari sumber daya alam lokal sebagian besar dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi dan biaya kehidupan sehari-hari.

Aktivitas Nafkah berdasarkan penggunaan Modal Sosial

Penggunaan modal sosial mengacu pada Grootaert (1999) dimana bukan hanya

pekerjaan, tanah dan modal fisik, namun peran “modal sosial” sangat berpengaruh untuk

mencapai kesejahteraan. Modal sosial dibangun oleh masyarakat desa Lembobaru untuk mempererat ikatan kekeluargaan. Modal sosial dilakukan dengan dua cara (1) melalui kegiatan sehari-hari, (2) melalui tindakan yang direncanakan. Ikatan sosial yang melalui tindakan sehari-hari dilakukan sebagai suatu kebiasaan, seperti menyapa tetangga atau penduduk yang ada, berbagi makanan hasil panen, membantu mengasuh anak tetangga atau saudara pada waktu luang, atau membantu saat ada acara-acara, menengok dan membantu tetangga/saudara yang sakit, serta membiarkan tetangga menonton TV di rumah, hal ini dilakukan tanpa harus menyiapkan waktu khusus untuk melakukannya.

Tindakan yang direncanakan membutuhkan persiapan waktu dan modal, kumpulan kelompok gereja misalnya kumpulan ini dilakukan setiap hari sabtu sore, semua anggota gereja yang tergabung dalam kumpulan harus mengalokasikan waktu untuk ikut serta..

Berdasarkan penelitian di Desa Lembobaru, rumahtangga menggunakan modal sosial pada saat (1) rumahtangga tidak dapat memenuhi kebutuhan barang atau uang sendiri, (2) rumah tangga menyelenggarakan acara atau kegiatan yang membutuhkan kehadiran atau bantuan orang lain, (3) rumahtangga mendapatkan musibah atau kesulitan.

Penduduk di Desa Lembobaru meyakini bahwa ikatan sosial memiliki peran penting dalam mencapai kesejahteraan karena ada hubungan timbal balik didalamnya. Menurut informan saling membantu saat ada acara-acara di desa akan memberi nilai lebih antar penduduk desa, membantu membuat tenda atau meminjamkan kursi saat akan melaksanakan kumpulan atau ibadah-ibadah di rumah masyarakat atau membantu memasak saat menyiapkan konsumsi acara, Selain itu saling meminta bumbu dapur atau berbagi makanan merupakan kegiatan yang sering dilakukan antar penduduk Desa Lembobaru.

Barang dapat dengan mudah diperoleh dengan cara meminta, sementara uang akan diperoleh dengan cara meminjam. Contoh kasus pak Nyong akan meminjam uang pada mertuanya jika membutuhkan uang untuk keperluan mendadak seperti biaya sekolah anak52, dan akan mengembalikannya setelah memiliki uang tanpa ada batasan waktu yang ditentukan.

Melalui ikatan sosial dalam komunitas, rumahtangga dapat menekan bahkan menghilangkan pembayaran uang, contoh kasus Pak san saat melaksanakan acara besar dirumahnya, dia tidak kesulitan untuk membuat/menyewa tenda, pembuatan tenda dilakukan secara bersama-sama dengan tetangga dan saudara, selain itu ketersediaan perlengkapan kursi

52

31

dan soundsistem milik Gereja dapat dipinjam secara gratis oleh penduduk desa53. Kebiasaan saling membantu kepada tetangga dan saudara sudah menjadi kebiasaan di Desa Lembobaru.

Modal sosial dapat memberikan pendapatan secara langsung, baik berupa makanan ataupun uang yang diperlukan oleh rumahtangga. Makanan dapat diperoleh dengan cara meminta atau sumbangan yang diberikan saat melaksanakan acara-acara rumahtangga, biasanya berupa beras atau hasil kebun yang diberikan dalam jumlah besar. Penduduk Desa Lembobaru jarang memberi sumbangan dalam bentuk uang, karena uang merupakan alat tukar yang tidak setiap saat dimiliki oleh sebagian petani di Desa Lembobaru.

Melalui modal sosial rumahtangga diberi kesempatan untuk mendapatkan modal alami melalui proses pewarisan. Hampir seluruh Perkebunan karet, sawah, dan kebun yang dimiliki oleh rumahtangga kasus diperoleh dari warisan orang tua. Selain lahan pertanian, warisan yang diperoleh berupa tanah untuk membangun rumah dan binatang peliharaan. Tabel 8 menguraikan pendapatan rumahtangga melalui modal sosial dan pemanfaatannya.

Tabel 8. Pendapatan dari Modal Sosial dan Pemanfaatannya dalam rumahtangga

Aktivitas nafkah berdasarkan modal sosial

Keuntungan yang diperoleh Kegunaan untuk nafkah Pendapatan sosial Pendapatan barang Pendapatan tunai Kegunaan utama Kegunaan tambahan Ikatan persaudaraan Hubungan baik dengan saudara,bantuan saat sakit, bantuan tenaga kerja Modal alami dari pewarisan, pemberian makanan dan pakaian Peminjaman uang, pemberian uang Penambahan untuk konsumsi dan tenaga kerja Pendapatan melalui pewarisan, sumber pinjaman saat kesulitan dan bantuan barang, Ikatan pertetanggaan Hubungan baik dengan tetangga Pemberian makanan, pakaian Pinjaman uang Penambahan untuk kebutuhan konsumsi Bantuan saat sakit, bantuan saat acara rumahtangga Ikatan keanggotaan komunitas Hubungan baik dengan anggota komunitas Pemberian fasilitas yang dimiliki komunitas Pinjaman uang Untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan Mendapatkan pinjaman fasilitas secara gratis.

Sumber : diolah dari data primer, 2012

53

32

Pilihan Strategi Nafkah

Telah dibahas sebelumnya tentang aktivitas nafkah rumahtangga petani di Desa Lembobaru, aktivitas nafkah dikelompokan menjadi dua yaitu aktivitas berdasarkan penggunaan sumberdaya alam lokal dan aktivitas berdasarkan penggunaan modal sosial. Aktivitas nafkah merupakan bagian dari strategi nafkah rumahtangga sebagai pilihan-pilihan tindakan ekonomi yang dilakukan oleh rumahtangga untuk mencapai tujuan yaitu kesejahteraan. Strategi nafkah berkaitan erat dengan kondisi sosial-ekonomi desa, pembahasan tentang modal sosial merupakan bukti pengaruh sosial-ekonomi desa pada strategi nafkah penduduk (Purnomo, 2006). Strategi nafkah pilihan rumahtangga petani di Desa Lembobaru dapat dilihat dari gambar 3.

Gambar 3. Pilihan Strategi Nafkah Rumahtangga Petani di Desa Lembobaru

Sumber : Diolah dari data primer, 2012

Strategi Nafkah Menggunakan Sumberdaya Alam Lokal

Pengelolaan sumberdaya alam lokal menjadi pilihan strategi nafkah rumahtangga petani di Desa Lembobaru, 86% penduduk bermata pencaharian sebagai petani (Potensi Desa Lembobaru, 2012). Data tidak menunjukan data sebenarnya, karena rumahtangga yang bermata pencaharian sebagai PNS, tukang dan pedagang juga bekerja sebagai petani.

Petani di Desa Lembobbaru merupakan produsen sekaligus konsumen dari hasil-hasil pertaniannya, pengelolaan sumberdaya alam lokal merupakan sumber pendapatan utama rumahtangga di Desa Lembobaru, pendapatan dari sumberdaya alam merupakan pendapatan dalam bentuk barang (in kind) dan pendapatan dalam bentuk uang tunai (in cash) (Ellis, 2000). Rumahtangga petani menggunakan pendapatan dari sumberdaya alam lokal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, membangun aset yang berguna untuk masa depan dan menghadapi keadaan sulit rumahtangga.

Pendapatan dalam bentuk barang (in kind ) digunakan rumahtangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan aset yang berguna untuk masa depan. Beras hasil sawah dan tanaman hasil kebun, digunakan sebagai konsumi rumahtangga sehingga rumahtangga tidak mengeluarkan banyak uang untuk makanan. Sementara papan dan pasir yang diperoleh dari hutan dan sungai digunakan rumahtangga sebagai bahan bangunan rumah, sehingga

33

rumahtangga dapat mengurangi biaya pembangunan rumah. Lahan dan hewan peliharaan juga merupakan investasi aset yang dapat digunakan rumahtangga untuk masa depan

Seperti yang telah dijelaskan pada aktivitas nafkah, rumahtangga memperoleh in cash

dari hasil penjualan pendapatan barang yang diperoleh. In cash diperoleh dari penjualan

Dalam dokumen T1 222008011 Full text (Halaman 26-37)

Dokumen terkait