• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 222008011 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 222008011 Full text"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

1

STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI

Di Desa Lembobaru Kabupaten Morowali

KERTAS KERJA

Diajukan kepada

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Novi Maryam Lempao NIM : 222008011

Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

2014

(2)
(3)
(4)

2

STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI

Di Desa Lembobaru Kabupaten Morowali

Oleh :

Novi Maryam Lempao

NIM : 222008011

KERTAS KERJA

Diajukan kepada

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Fakultas : Ekonomika dan Bisnis

Program Studi Ilmu Ekonomi

Disetujui oleh :

Marthen L. Ndoen, SE, MA, Ph.D

Pembimbing

Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

(5)

3

ABSTRACT

Household living in remote villages have limited a ccess to fullfill their advanced needs. The household have limitations in cash. Therefore they need a livelihood strategies by utilizing the resources available in the village to survive from poverty or normal conditions to improve household prosperity .

The purpose of this study was to analyze the utilization of resources used a s a source of household income, description of selected livelihood startegies and the basic that motivated the choice. Data collection wa s carried out in June to July 2012 in the village of Lembobaru , Morowali regency, Central Sula wesi Province. Eight peasant household selected as informants. The data were analyzed using descriptive qualitative analysis with additional primary data and secondary data such as population size and the village potential.

The results showed that peasant household are both producers and consumers. They manage natural resources available in the village to earn income to survive. Moreover they use social capital by maintained strong relationship between each household in the village. It help minimize the risks and overcome the economic problem. This is the selected livelihood strategies run by the people in Lembobaru.

Keywords : Livelihood Strategies , natural resource management , social capital , Peasant household

ABSTRAK

Kehidupan rumahtangga yang tinggal di desa terpencil memiliki keterbatasan dalam mengakses pemenuhan kebutuhan yang lebih maju. Keterbatasan in cash yang dimiliki rumahtangga menuntut rumahtangga untuk mengelola strategi nafkah dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia di desa untuk tetap bertahan hidup dalam kondisi kemiskinan atau dalam kondisi normal untuk meningkatkan kesejatheraan rumahtangga.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pemanfaatan sumberdaya yang digunakan sebagai sumber nafkah dalam rumahtangga, dan gambaran pilihan strategi nafkah serta dasar yang melatar belakangi pilihan strategi nafkah rumahtangga tersebut. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan juni sampai juli 2012 di Desa Lembobaru, Kabupaten Morowali, Propinsi Sulawesi Tengah. Delapan rumahtangga petani dipilih sebagai informan. Data dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif deskriptif dengan menggunakan data primer dan tambahan data sekunder seperti jumlah penduduk dan potensi desa.

Hasil penelitian menunjukan bahwa rumahtangga petani merupakan produsen sekaligus konsumen, mengelolah sumberdaya alam yang tersedia di desa untuk memperoleh pendapatan yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Selain itu modal sosial yang membentuk ikatan-ikatan sosial yang kuat dan tetap dijaga antar penduduk untuk membangun sarana komunitas yang berguna untuk meminimalkan resiko-resiko yang terjadi di desa serta membantu mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi rumahtangga, menjadi pilihan strategi nafkah yang dijalankan oleh penduduk desa Lembobaru.

(6)

4

I. PENDAHULUAN

Rumahtangga merupakan suatu unit dalam sistem ekonomi yang dipengaruhi oleh sistem yang lebih besar didalamnya. Dalam arti lain keadaan ekonomi rumahtangga mencakup produksi dan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan hidup berkaitan erat dengan keadaan ekonomi lingkungan serta komunitas tempat ia berada saat ini (Bryant, 2006). Setiap anggota rumahtangga memiliki fungsi masing-masing yang saling berkaitan untuk dapat mencapai tujuan bersama yaitu kesejahteraan dalam rumahtangga.

Bagi rumahtangga yang tinggal di desa terpencil, kebutuhan hidup mereka baik jumlah maupun macamnya relatif tidak banyak bila dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat modern yang tinggal di kota. Hal ini disebabkan karena keterbatasan sarana dan prasana untuk menghasilkan barang barang dan jasa-jasa yang langsung dapat memenuhi kebutuhan mereka sangat kecil, sehingga banyak kebutuhan mereka yang tidak dapat terpenuhi.

Menghadapi kenyataan tidak dapat terpenuhinya semua kebutuhan rumahtangga, maka dengan sadar atau tidak rumahtangga harus membuat pilihan, mereka akan memilih pilihan yang mendatangkan manfaat sebesar-besarnya dengan penggunaan alat pemuas kebutuhan tertentu, atau memilih pilihan yang menurut perhitungan mereka memerlukan pengorbanan paling kecil di antara pilihan-pilihan lain untuk maksud pemenuhan kebutuhan tertentu (Bayu,2012).

Kehidupan di desa secara umum dikaitkan dengan pertanian dan perkebunan serta mencari hasil hutan sebagai sumber pendapatan utama yang memiliki kecenderungan sikap yang bergantung pada sumberdaya alam. Petani di desa terpencil sebagai produsen sekaligus konsumen terhadap hasil-hasil pertanian dihadapkan dengan banyak tekanan dalam ekonomi rumahtangganya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang sangat kompleks. Faktor-faktor tersebut berkaitan dengan musim, keterbatasan sumberdaya manusia, modal, akses terhadap teknologi yang lebih maju dan dukungan sarana dan prasarana seperti infrastruktur yang masih terbatas, mengakibatkan pemasaran, pengolahan, serta pengangkutan hasil-hasil pertanian belum memadai membuat petani sebagai produsen belum dapat memaksimalkan potensi yang ada.

Salah satu pendekatan dalam memahami kehidupan ekonomi rumahtangga di pedesaan adalah dengan menggunakan strategi nafkah (livelihood strategies). Pendekatan ini tidak hanya berbicara mengenai pendapatan dan pekerjaan tetapi lebih memahami bagaimana kehidupan rumahtangga, apa prioritas hidup mereka dan apa yang dapat membantu mereka sehingga dapat bertahan hidup. Kerentanan terhadap fluktuasi harga serta cuaca atau iklim yang tidak menentu, membuat rumahtangga petani mengelola struktur nafkah sehingga mampu meminimalkan resiko.

(7)

5

bertahan hidup dalam kondisi kemiskinan atau dalam kondisi normal untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi rumahtangga (Ashley dan Carney ; Ellis, 2000).

Penelitian sebelumnya mengenai strategi nafkah yang dilakukan Purnomo (2006) menunjukan bahwa strategi nafkah dikelompokan menjadi dua kelompok, strategi nafkah berbasis modal alami dan strategi nafkah berbasis bukan modal alami. Rumahtangga memiliki pilihan sendiri mengenai modal alami, pendapatan in cash dari modal alami yang ada di desa tidak dapat memenuhi semua kebutuhan rumahtangga sehingga harus memanfaatkan modal sosial serta bermigrasi keluar desa agar memiliki pendapatan tambahan. Penelitian lain dilakukan oleh widodo (2010) mengimplikasikan bahwa petani di pedesaan mengalami mixed ethic, pada satu sisi berorientasi pada etika sosial-kolektif dan pada sisi lain harus berorientasi pada keuntungan material. Kedua etika tersebut “dimainkan” oleh rumahtangga petani sebagai upaya untuk membangun sistem nafkah berkelanjutan. Sementara Grootaert (1999) menunjukan bahwa perekonomian pada tingkat individu atau kelompok tidak hanya sepenuhnya dijelaskan oleh pekerjaan, tanah dan modal fisik, namun

peran “modal sosial” sangat mempengaruhi untuk mencapai kesejahteraan, dalam konteks

mikro, Modal sosial mengacu pada hubungan dan norma-norma yang mengatur interaksi antara rumahtangga dan komunitas yang ada.

Desa Lembobaru merupakan salah satu desa terpencil di kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah yang menjadikan pertanian sebagai sumber nafkah rumahtangga, 86% masyarakat di desa Lembobaru bekerja sebagai petani. Letak desa Lembobaru adalah di sekitar hutan, Pada kasus pertanian di Desa Lembobaru, sebagian besar petani pernah melakukan kegiatan berkebun, mengolah sawah, perkebunan karet rakyat, kakao, kopi, dan pencari hasil hutan. Namun saat ini mayoritas penduduk desa mengganti lahan perkebunan kopi dan kakao dengan perkebunan karet1. Sulitnya akses terhadap pemasaran hasil produksi pertanian mengakibatkan rendahnya in cash yang dimiliki rumahtangga, sehingga masyarakat mengandalkan hasil sumberdaya lokal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, selain itu hubungan sosial kemasyarakatan membantu rumahtangga petani dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Penelitian ini difokuskan pada pilihan strategi nafkah rumahtangga petani di Desa Lembobaru. Bagaimana dan apa saja yang mempengaruhi terbentuknya strategi nafkah rumahtangga, merupakan pertanyaan yang mendasari penelitian ini. Strategi nafkah yang dimaksudkan menunjuk pada aktivitas pemanfaatan sumberdaya alam serta sumberdaya manusia yang digunakan untuk tujuan bertahan hidup atau peningkatan status ekonomi. Dalam hal ini keputusan dan tindakan rumahtangga melakukan pilihan strategi nafkah ditentukan oleh rasionalitas dan keyakinan rumahtangga yang bersangkutan.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemanfaatan sumberdaya yang digunakan sebagai sumber nafkah dalam rumahtangga, serta menggambarkan pilihan strategi nafkah

1

(8)

6

yang dilakukan oleh rumahtangga petani dan dasar yang melatar belakangi pilihan strategi nafkah rumahtangga petani di Desa Lembobaru.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Desa Lembobaru Kecamatan Lembo Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah. Pemilihan lokasi penelitian ini secara sengaja karena desa Lembobaru merupakan salah satu desa yang masyarakatnya notabene bermata pencaharian sebagai petani serta letak desa yang terpencil berada jauh dari akses-akses ekonomi/sosial seperti pasar, sekolah, rumah sakit/puskesmas, dll. Kondisi jalan yang rusak juga menjadi salah satu yang menghambat masyarakat desa untuk berinteraksi dengan orang-orang diluar desa. Agar informasi yang didapat sesuai dengan tujuan penelitian, peneliti memilih dua tipe rumahtangga dalam penelitian ini, yaitu: (1) Rumahtangga yang pekerjaan utamanya sebagai petani, (2) Rumahtangga yang menjadikan pertanian sebagai pekerjaan tambahan. Penelitian dilakukan pada tanggal 23 Juni sampai 25 Juli 2012, pemilihan waktu penelitian dilakukan dengan alasan memanfaatkan waktu liburan semester.

Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif karena sesuai dengan permasalahan yang menuntut gambaran realitas ekonomi-sosial. Informasi yang didapatkan melalui wawancara mendalam dan pengamatan berpartisipasi dengan para informan selama penelitian dilakukan. Wawancara dilakukan dengan acuan beberapa pertanyaan lapangan yang telah disusun agar informasi yang didapatkan dapat menjawab masalah penelitian. Dalam mencari informasi tidaklah terlalu sulit buat peneliti, karena Desa Lembobaru adalah kampung halaman orang tua peneliti, sehingga mayoritas penduduk desa Lembobaru masih memiliki hubungan kekeluargaan dengan peneliti, selain itu penduduk desa Lembobaru juga memiliki sifat yang ramah terhadap orang baru yang berkunjung ke desa mereka.

Agar informasi yang didapat sesuai dengan tujuan penelitian, delapan rumahtangga petani yang dijadikan sebagai rumahtangga kasus. Pemilihan delapan rumahtangga kasus didasari oleh perbedaan karakter nafkah rumahtangga, akses sumber nafkah, dan aktivitas nafkah anggota rumahtangga. Delapan rumahtangga kasus sebagai informan sudah dianggap cukup untuk mewakili rumahtangga yang lain dalam karena tipe dan aktivitas rumahtangga memiliki kesamaan. Pemilihan rumahtangga kasus dilakukan berdasarkan wawancara dan pengamatan saat berada di Desa Lembobaru.

(9)

7

dengan membawa ole-ole (kecenderungan masyarakat desa ditempat penelitian sangat senang ketika ada orang dari kota yang datang bertamu apalagi membawakan sesuatu atau bingkisan) dan meminta ijin untuk menginap di rumah mereka untuk beberapa hari. Saat itulah peneliti mulai membangun relasi dengan rumahtangga agar lebih dekat dan tidak dianggap orang asing, setelah keakraban mulai terjalin peneliti meminta ijin untuk ikut pergi ke perkebunan karet dan kebun, tidak hanya untuk melihat pekerjaan yang mereka lakukan namun ikut terlibat dalam pekerjaan tersebut, sehingga dengan mudah informasi-informasi didapatkan. Begitu seterusnya dilakukan pada informan-informan yang lain bahkan banyak informan yang memberikan informasi yang lengkap tanpa ditanyai dengan menceritakan keadaan rumahtangganya.

Dalam penulisan, peneliti membuat matrix tematik analisis dari hasil wawancara atau informasi-informasi untuk memudahkan peneliti dalam mendeskripsikan hasil wawancara. Deskripsi yang telah dibuat akan digunakan untuk bahan interpretasi dan analisis ekonomi desa serta rumahtangga petani di desa Lembobaru.

Dalam penulisan ini, peneliti akan menganalisis bagaimana keadaan ekonomi-sosial masyarakat di pedesaan serta strategi-strategi apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi-sosial yang dihadapi. Pertama, peneliti akan mendeskripsikan profil Ekonomi-sosial rumahtangga petani di Desa Lembobaru. Kedua, peneliti akan menganalisis Aktivitas nafkah dan pilihan strategi nafkah rumahtangga petani di Desa Lembobaru, dan kemudian membuat kesimpulan.

III. HASIL DAN ANALISIS

PROFIL EKONOMI-SOSIAL DESA LEMBOBARU Lokasi dan Lingkungan Fisik

Secara administratif Desa Lembobaru termasuk dalam wilayah Kecamatan Lembo Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah, Desa Lembobaru merupakan salah satu desa yang terletak disekitar hutan produksi dengan kontur tanah datar. Kontur tanah yang datar menyebabkan cukupnya dataran yang dapat digunakan untuk sawah, kebun, perkebunan karet, serta pemukiman penduduk. Sawah, kebun, dan pemukiman berada pada tempat-tempat yang menyediakan sumber air. Sumber air di Desa Lembobaru berasal dari sungai dan mata air.

Sungai dan mata air digunakan sebagai penyediaan air bersih untuk kebutuhan sehari hari penduduk Desa Lembobaru dan untuk pengairan sawah yang berada dekat dengan sungai. Mata air dan sungai hanya dimanfaatkan beberapa penduduk yang tinggal berdekatan dengan sungai dan mata air, sehingga kebanyakan penduduk Desa Lembobaru memiliki sumur galian disekitar rumah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

(10)

8

jalan tanah dan berbatu sehingga pada musim hujan jalan akan berubah menjadi kumpulan lumpur. Sehingga untuk transportasi didalam Desa seperti dari pemukiman ke daerah kebun dan sawah selain berjalan kaki penduduk juga menggunakan roda2 dan sebagian kecil sudah menggunakan sepeda motor.

Keterhubungan Dengan Daerah Lain

Aktifitas ekonomi penduduk Desa Lembobaru lebih banyak dilakukan di Desa Beteleme3. Pasar Beteleme merupakan pasar terdekat tempat penduduk menjual atau membeli barang. Di Desa Beteleme ini juga tempat penduduk sekolah dan berobat, hal ini di karenakan di Desa Lembobaru hanya terdapat satu Taman kanak-kanak dan satu Sekolah Dasar sehingga untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP/SMA anak-anak disekolahkan di Beteleme. Pelayanan kesehatan yang ada di Desa Lembobaru hanyalah seorang Bidan Desa, sehingga sebagian besar penduduk yang sakit akan dirawat di Beteleme, namun pada kasus tertentu keterbatasan fasilitas kesehatan4 di Beteleme membuat penduduk Desa Lembobaru memilih untuk berobat di Kolonodale5 walau jarak antara Desa Lembobaru-Kolonodale lebih jauh. Contohnya ibu Nona, yang menderita penyakit Jantung, keluarganya lebih memilih untuk membawa berobat di Kolonodale daripada di Beteleme hal ini disebabkan karena penanganan kesehatan di Beteleme sering terlambat karena terkadang tidak ada dokter serta alat dan obat-obatan untuk penanganan penyakit jantung belum ada6.

Desa Lembobaru berada 6 km dari pusat Pemerintahan Kecamatan Lembo, dan 121 km dari pusat Pemerintahan Kabupaten Morowali. Alat transportasi yang dapat digunakan penduduk Desa Lembobaru untuk pergi ke Desa lain adalah mobil dan sepeda motor bagi yang memiliki kendaraan pribadi. Sementara untuk transportasi umum yaitu dengan menggunakan taksi7 dengan tarif angkutan Rp.3.000,-, taksi yang menjadi alat transportasi yang masuk ke Desa Lembobaru hanya ada pada pukul 06.00 pagi yaitu pada jam berangkat sekolah dan jam 14.00 siang pada jam pulang sekolah. Setelah itu, penduduk Desa Lembobaru yang ingin keluar desa dan tidak memiliki kendaraan sendiri harus menggunakan ojek8 tarif angkutan tergatung jauh-dekatnya tujuan biasanya penduduk memberi seiklasnya sebagai ucapan terima kasih atau mengganti uang bensin.

Jalan menuju Desa Lembobaru adalah jalan tanah dan berbatu-batu. Jalan beraspal hanya sampai di Desa Beteleme. Setelah melalui desa Beteleme, kita akan menemui perkebunan karet dan pemukiman penduduk desa Korobonde9. Wilayah pemukiman desa

2

Roda adalah gerobak menggunakan Sapi sebagai penarik beban, sebutan penduduk Desa Lembobaru

3

Desa Beteleme adalah ibukota Kecamatan Lembo

4

Fasilitas Kesehatan di Beteleme terbatas karena hanya berupa Puskesmas dan harus memfasilitasi 10 Desa yang ada di Kecamatan Lembo

5

Rumah Sakit terdekat dari Desa Lembobaru terdapat di Daerah Kolonedale berjarak ±120km dari Desa Lembobaru.

6

Wawancara Ibu Nona, 2012

7

Taksi adalah sebutan masyarakat untuk mobil sejenis angkot

8

Ojek di desa Lembobaru adalah penduduk Desa yang memiliki sepeda motor dan memiliki waktu untuk mengantar.

9

(11)

9

Lembobaru berbatasan langsung dengan wilayah pemukiman desa Korobonde, perjalanan ditempuh ± 20menit tergantung kondisi jalan10.

Kondisi Pemukiman Kepadatan Penduduk

Desa Lembobaru belum mengenal pembagian-pembagian wilayah atau dusun. Desa Lembobaru ditinggali 64 rumahtangga. Dengan jumlah penduduk Desa Lembobaru 271 jiwa yang terdiri dari 136 laki-laki dan 135 perempuan pada tahun 201211. Pemukiman di Desa Lembobaru dibangun di tanah landai yang cukup luas. Kondisi tanah yang datar menyediakan lahan pemukiman yang masih luas. Masih luasnya lahan pemukiman di Desa Lembobaru menyebabkan rumah-rumah di Desa Lembobaru tidak selalu berdekatan. Rumah masih dengan halaman yang cukup luas sehingga hampir disetiap halaman rumah terlihat banyak kebun-kebun kecil12 yang dibuat penduduk di Desa Lembobaru.

Pemukiman di Desa Lembobaru tersusun dengan pola yang tetap. Rumah selalu menghadap ke jalan utama atau ke arah gang-gang dalam wilayah pemukiman. Bagian belakang rumah atau bagian dapur akan diberi pintu untuk berhubungan dengan tetangga yang berada dibelakang atau disebelah rumah. Percakapan antar dapur menjadi pemandangan yang biasa diwaktu memasak atau mencuci pakaian13.

Kebiasaan merantau tidak banyak mempengaruhi penambahan bangunan rumah di Desa Lembobaru. Meskipun ada beberapa penduduk yang merantau dan memilih tinggal diperantauan, namun banyak yang tetap membangun rumah di Desa Lembobaru. Beberapa penduduk yang merantau akan kembali dengan membawa suami atau istri dari tempat merantau.

Fasilitas dalam Rumah

Hampir semua lantai rumah di Desa Lembobaru masih berupa semen kasar. Desa Lembobaru tidak pernah mendapatkan bantuan untuk pembagunan rumah/lantai dari pemerintah, sehingga keadaan rumah bergantung pada ekonomi masing-masing rumahtangga. Beberapa rumah tangga sudah menggunakan lantai keramik namun masih ada juga rumah yang berlantai tanah.

Setiap rumah dilengkapi dengan kamar mandi. Bentuk kamar mandi setiap rumahtangga beragam, mulai dari yang permanen, ditembok dan menggunakan keramik sampai dengan kamar mandi sederhana, yang hanya diberi dinding kayu atau terpal yang dapat dilihat dari luar. Letak kamar mandipun beragam ada yang berada didalam rumah

10

Ketika musim hujan kondisi jalan akan berlumpur dan akan menambah waktu tempuh.

11

Data dari data Kependudukan tahunan Desa Lembobaru , 2012.

12

Pekarangan yang luas dimanfaatkan penduduk desa untuk menanam tanaman seperti singkong, dan buah-buahan musiman, bahkan ada juga penduduk yang menanam pohon karet di pekarangan.

13

(12)

10

namun lebih banyak yang dibangun sekedarnya dibelakang rumah, biasanya terletak beberapa meter dari sumur galian.

Kamar mandi di rumah di dukung dengan sarana air bersih buatan masing-masing rumahtangga. Sarana air bersih yang digunakan penduduk Desa Lembobaru berupa sumur galian namun ada beberapa rumahtangga yang yang tidak memiliki sumur masih menggunakan air pancoran14.

Sebagian besar rumah berdiding kayu. Hanya ada beberapa rumah yang berdinding tembok. Dinding kayu terbuat dari kayu nangka, mahoni, atau kayu hasil penebangan dari hutan. Tidak ada rumah yang terbuat dari kayu jati. Kayu-kayu yang dipakai penduduk untuk membangun rumah biasanya adalah kayu-kayu yang di ambil dari pembongkaran/penebangan hutan15. Penggunaan kayu-kayu sederhana sebagai dinding rumah menyebabkan dinding rumah di Desa Lembobaru lebih cepat rusak oleh rayap.

Sebagian besar penduduk Desa Lembobaru masih menggunakan tungku sebagai sarana memasak. Disamping itu kompor minyak hampir selalu dimiliki selain tungku. Kompor minyak biasanya digunakan untuk rumahtangga yang tidak lagi memiliki sarana untuk mencari kayu bakar. Penggunaan tungku lebih disukai karena murah dan rasa makanan yang dimasak menggunakan tungku dianggap lebih enak.

Listrik telah ada hampir di semua rumah. Listrik ada yang memasang langsung dan ada yang menyambung dari tetangga. Setiap rumah rata-rata memasang listrik 450 watt. Listrik digunakan untuk penerangan, TV serta alat elektronik lainnya, setrika, dan kulkas yang digunakan untuk membuat es untuk dijual atau untuk keperluan rumahtangga. Lampu listik digunakan untuk penerangan didalam rumah atau teras rumah. Selain itu lampu listrik juga digunakan untuk penerangan jalan di desa.

TV telah menjadi barang elektronik yang paling diinginkan ada didalam rumah, namun hanya ada beberapa rumah yang memiliki TV. Rumahtangga yang tidak memiliki TV akan menonton TV pada tetangga. Contohnya saja ibu Ele, setiap malam sehabis makan malam sekitar jam 19.00 - 22.00 bersama kedua anaknya akan meluangkan waktu untuk pergi ke rumah tetangga hanya untuk sekedar menonton TV16. Bagi rumahtangga yang memiliki TV dengan senang hati menerima tamu yang datang untuk menonton. Contohnya saja Pak San, setiap malam rumahnya akan dipenuhi sekitar lima sampai tujuh keluarga biasanya lebih didominasi oleh ibu-ibu dan anak-anak yang dantang untuk menonton17. Tape recorder

merupakan elektronik berikutnya yang ada di rumah penduduk Desa Lembobaru. Tape recorder lebih disukai oleh bapak-bapak dan anak-anak muda. Penduduk yang berusia 50 tahun ke atas lebih senang mendengarkan radio dengan model lama.

14

Sebutan penduduk desa untuk Sumber mata air yang ada didalam Desa, biasanya digunakan penduduk untuk mandi, mencuci pakaian dan untuk kebutuhan didalam rumah.

15

Penduduk sering menebang pohon dihutan untuk dibuat papan sebagai bahan bangunan rumah.

16

Wawancara dengan ibu Ele, 2012.

17

(13)

11

Beberapa rumah telah mengganti kursi kayu lama dengan “kursi sudut”18. Namun sebagian besar rumah dilengkapi dengan kursi kayu dan kursi plastik yang merupakan model kursi standar yang ada di rumah di Desa Lembobaru. Ranjang yang digunakan masih berupa ranjang kayu dengan karus yang diisi kapuk. Hanya ada beberapa keluarga yang telah

menggunakan “spring bed”.

Fasilitas didalam rumah penduduk Desa Lembobaru berasal dari usaha pemilik rumah. fasilitas diperoleh dari pendapatan rumahtangga. Fasilitas didalam rumah menunjukan kemampuan rumahtangga untuk memenuhi kebutuhan lebih dari konsumsi.

Penduduk Desa Lembobaru

Struktur Demografi Penduduk Desa Lembobaru

Gambar 1. Peningkatan Jumlah Penduduk di Desa Lembobaru

Sumber : Data Kependudukan Desa Lembobaru 2007 dan 2012

Peningkatan jumlah penduduk di Desa Lembobaru selama lima tahun terakhir 2007-2012 sebesar 3,9% per tahun. Kelahiran anak di Desa Lembobaru kecil, ada kecenderungan untuk membatasi jumlah anak. Setiap rumahtangga memiliki anak tidak lebih dari empat orang. Pengurangan jumlah kelahiran ini merupakan salah satu cara untuk mengurangi tekanan biaya pemeliharaan anak, biaya sekolah anak, dan mengurangi pengasuhan anak usia balita.

Selain kelahiran, mobilitas penduduk keluar desa merupakan faktor yang mempengaruhi struktur demografi Desa Lembobaru. Pergi merantau merupakan alasan utama warga Desa Lembobaru keluar dari desa Lembobaru. Merantau biasanya dilakukan oleh anak-anak muda untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Daerah tujuan perantauan bagi anak-anak yang ingin melanjutkan studi adalah ke kota Palu, Poso atau Tentena di kota-kota ini merupakan kota-kota terdekat yang telah memiliki fasilitas pendidikan untuk perguruan

18

Kursi sudut adalah sebutan penduduk untuk kursi jok dengan model melingkar yang tepat untuk disimpan disudut ruangan.

223

271

0 50 100 150 200 250 300

(14)

12

tinggi. Pergi merantau akan dilakukan dengan menggunakan rental19. Perantau akan kembali ke Desa Lembobaru setiap enam bulan sekali biasanya dilakukan saat libur semester. Perantau pulang ke Desa Lembobaru untuk berlibur, mengunjungi keluarga, atau untuk merayakan hari-hari besar seperti Padungku20 dan Natal.

Keterpencilan Desa Lembobaru menyebabkan banyak uang yang akan dikeluarkan untuk ongkos. Pilihan untuk pergi keluar desa menunjukan rumahtangga bersedia membayar sejumlah uang untuk tujuan yang akan dicapai.

Keperluan administratif dan keperluan perbankan tidak dilakukan oleh setiap orang. Keperluan administratif hanya akan dilakukan oleh penduduk Desa Lembobaru yang memiliki keterkaitan dengan pemerintah seperti pengurus Desa atau penduduk Desa Lembobaru yang memiliki pekerjaan di luar Desa Lembobaru seperti guru, tenaga kesehatan atau pengurus organisasi desa. Sementara keperluan perbankan hanya dilakukan oleh penduduk Desa Lembobaru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) setiap bulan mereka akan ke Bank Rakyat Indonesia cabang Beteleme untuk mengambil Gaji, atau membayar utang.

Mengobati anggota rumahtangga yang sakit dilakukan di Beteleme atau Kolonedale. Jika orang sakit tersebut sampai harus dirawat di Puskesmas atau Rumah sakit, penduduk lain akan datang menjenguk. Menjenguk dilakukan dengan rombongan kecil dengan menggunakan kendaraan pribadi seperti sepeda motor. Pergi keluar desa dengan rombongan juga dilakukan penduduk Desa Lembobaru jika akan menghadiri pesta ka win21 warga Desa Lembobaru yang dilakukan di desa lain, biasanya kunjungan ini dilakukan oleh rombongan besar dengan menggunakan trek22 yang disewakan oleh penyelenggara acara.

Sebagian besar kebutuhan konsumsi sehari-hari dipenuhi dengan hasil garapan dan pertukaran langsung di desa. Pembelian kebutuhan sehari-hari yang tidak terdapat didesa atau kebutuhan barang dagangan untuk pedagang serta kebutuhan untuk pertanian sepeti bibit dan pupuk dilakukan penduduk Desa Lembobaru di Beteleme. Namun untuk jenis kebutuhan tertentu seperti ikan, peralatan rumahtangga, dan pakaian biasanya penduduk Desa Lembobaru membelinya pada pedagang keliling yang masuk ke Desa Lembobaru23.

Pemasaran produk banyak dilakukan didalam Desa Lembobaru. Penjualan hasil perkebunan dilakukan melalui tengkulak yang datang mengunjungi perkebunan karet. Penjualan hasil perkebunan karet dilakukan setiap sebulan sekali, penjualan dilakukan serentak oleh semua petani karet karena proses tengkulak yang masuk ke Desa Lembobaru

19

Rental adalah sebutan masyarakat setempat untuk mobil jenis avansa yang digunakan sebagai alat transportasi antar daerah di Sulawesi Tengah.

20

Padungku adalah hari ucapan syukur Penduduk desa setelah panen, padungku dilakukan rutin setiap tahun sekali.

21

Pesta kawin merupakan sebutan masyarakat desa setempat untuk acara pernikahan, sesuai adat yang berlaku di Desa Lembobaru acara pernikahan dilaksanakan dirumah mempelai perempuan, sehingga penduduk laki-laki yang akan menikahi perempuan yang bertempat tinggal di desa lain akan melangsungkan pernikah di luar desa Lembobaru.

22

Trek adalah sebutan penduduk untuk angkutan truk.

23

(15)

13

hanya sekali dalam sebulan. Harga penjualan hasil karet tergantung pada tengkulak yang masuk ke Desa. Hasil sawah sebagian besar dikonsumsi sendiri oleh rumahtangga penjualan beras hasil sawah hanya dilakukan pada saat-saat tertentu ketika rumahtangga benar-benar membutuhkan uang, penjualan dilakukan dipenggilingan padi yang ada di desa. Sementara hasil ladang seperti Ubi, singkong, jagung, cabe, pisang serta sayur-sayuran selain dikonsumsi oleh rumahtangga akan dijual pada penduduk lain yang ingin membeli dengan cara menyimpan barang yang akan dijual di depan rumah. Penjualan juga dilakukan dengan memesan contohnya ibu Elin yang memiliki warung Binte24 akan memesan jagung dan pisang pada petani sehingga setiap habis panen petani akan langsung mengantarkan jagung dan pisang ke rumah ibu Elin25.

Penjualan secara langsung ke pasar akan dilakukan jika harga di pasar lebih baik atau barang yang ada terlalu banyak dan tidak dapat dijual di desa. Petani jagung misalnya akan menjual jagung hasil kebunnya pada penduduk desa atau pemesan yang datang ke rumahnya. Ketika hendak ke pasar untuk membeli kebutuhan lain Jagung akan sekalian dibawa untuk dijual ke pasar Beteleme jika hasil dari panen jagung banyak dan tidak ada yang membeli di Desa Lembobaru26.

Struktur Sosial Masyarakat

Setiap kali ditanyai tentang pelapisan sosial, informan selalu akan menjawab tidak ada perbedaan yang mencolok diantara penduduk Desa Lembobaru, semua warga dianggap rata-rata sama. Berdasarkan informasi yang tersirat, ada tiga hal yang menjadi dasar penghargaan dalam masyarakat Desa Lembobaru, (1) penghargaan yang diberikan berdasarkan kepemilikan barang, (2) penghargaan yang diberikan berdasarkan pekerjaan, (3) penghargaan yang diberikan berdasarkan pendidikan formal atau informal yang dimiliki. Warga akan dianggap mampu jika telah mampu mengganti lantai rumah dengan keramik, memiliki perkebunan dan sawah yang luas, memiliki kendaraan bermotor terutama mobil, memiliki rumah yang bagus terutama dilengkapi dengan peralatan elektronik. Kemampuan menyekolahkan anak sampai ke perguruan tinggi atau kedudukan dalam lembaga pemerintah dan keagamaan yang ada di Desa akan menempatkan seseorang pada kelas sosial yang lebih tinggi. Tabel 1 menunjukan aset yang dimiliki rumah tangga dan dasar pembentuk stratifikasi dalam masyarakat.

24

Binte adalah makanan rebusan jagung yang telah dikeluarkan dari tongkolnya. Binte dihidangkan didalam mangkok seperti soup yang akan diberikan bumbu sendiri oleh pembelinya sesuai selera masing-masing, penduduk setempat biasa memakannya dengan tambahan pisang goreng.

25

Wawancara dengan ibu Elin, 2012.

26

(16)

14

Tabel 1

Jenis Aset dan Dasar Penghargaan di Masyarakat

Aset Dasar penghargaan

Status dalam Desa Jenis, Kedudukan

Rumah Ukuran, model, bahan pembuat Kendaraan Jenis, jumlah, penggunaan

Tanah Luas tanah, kelas tanah, jenis tanaman Pendidikan formal Tingkat pendidikan

Pekerjaan Jabatan, pendapatan Barang elektronik Jenis, ukuran, merk Hewan ternak Jenis, jumlah Perabotan rumah Model, harga Sumber : Diolah dari data primer, 2012

Urutan dalam tabel menunjukan urutan aset yang dapat meningkatkan status sosial dalam masyarakat. Kepemilikan berbagai aset meningkatkan status sosial seseorang. Dua orang yang memiliki aset yang sama tidak selalu ditempatkan pada kelas sosial yang sama. Dasar penghargaan atas pemilikan suatu aset menentukan kelas sosial seseorang. Pak San adalah seorang PNS dan memiliki rumah yang bagus dengan lantai keramik, namun penduduk setempat lebih menempatkan Pak Sinapa pada status sosial yang lebih tinggi karena dia adalah tokoh adat dan majelis jemaat di Gereja padahal pekerjaan sehari-harinya adalah seorang guru SD. Kedudukan seseorang pada lembaga-lembaga penting di desa yang sangat menentukan status sosial seseorang. Rumahtangga Dewan adat, kepala desa, serta Pendeta dan majelis jemaat di Gereja memiliki status sosial yang tinggi di Desa Lembobaru27.

Selanjutnya Pak Nover dianggap kaya karena memiliki 2000 pohon karet dan 5 hektar sawah, namun pak San dianggap lebih kaya dari pak Nover karena memiliki 3 sepeda motor dan rumah yang besar dan menggunakan keramik. Padahal pak Nover merupakan pemilik pohon karet dan sawah paling banyak di Desa Lembobaru. Ini menunjukan penghargaan atas pemilikan sepeda motor dan rumah yang besar dan berlantai keramik lebih besar dari pada penghargaan atas pemilikan tanah28.

Pekerjaan yang dimiliki oleh anggota rumahtangga merupakan hal yang dihargai oleh masyarakat Desa Lembobaru. Seseorang yang memiliki pangkat atau kedudukan akan lebih dihargai dari pada seseorang yang tidak memiliki pangkat atau kedudukan. Pekerjaan diluar pertanian dihargai lebih tinggi dari pada pekerjaan mengolah lahan atau bertani. Ini menyebabkan rumahtangga petani berusaha keras menyekolahkan anak-anaknya agar mendapatkan pekerjaan diluar pertanian dengan pangkat dan kedudukan yang lebih baik. Pegawai Negeri masih menjadi pilihan utama. Selain pangkat dan kedudukan hal yang dihargai dari pekerjaan seseorang adalah penghasilan yang diperoleh.

27

Wawancara ibu Ele, 2012

28

(17)

15

Kemampuan menyekolahkan anak-anak dianggap memilki nilai. Sekolah yang dianggap tinggi adalah perguruan tinggi. Hal ini juga yang menjadikan rumahtangga petani berusaha agar anak-anak mereka bisa sekolah sampai perguruan tinggi.

Rumahtangga Petani di Desa Lembobaru

Satuan rumahtangga yang dikenal oleh pemerintah Desa Lembobaru adalah Kepala Keluarga (KK). KK adalah orang yang dianggap bertanggungjawab dalam rumahtangga. KK biasanya adalah laki-laki, suami atau ayah pencari nafkah utama. Seorang laki-laki yang telah menikah akan dianggap sebagai KK. KK perempuan hanya dianggap ada jika keluarga tersebut sudah tidak memiliki ayah atau suami karena proses perceraian atau kematian29.

Beberapa KK dapat tinggal dalam satu rumah. Anak laki-laki atau perempuan yang telah menikah dan belum memiliki rumah sendiri akan hidup menumpang di rumah orang tua. Tidak ada aturan khusus mengenai tempat tinggal tempat tinggal anak yang telah menikah ini, pilihan untuk tinggal dengan orang tua laki-laki atau perempuan ditentukan oleh kesediaan pasangan, orang tua, dan kemampuan ekonomi orang tua yang akan ditempati.

Beberapa KK yang tinggal dalam satu rumah masih memiliki keterkaitan dalam konsumsi rumahtangga. Bagi KK anak yang belum memiliki pekerjaan dan sumber pendapatan yang tetap, kebutuhan makan, air bersih, penerangan, dan kebutuhan keluarga lailnya akan diperoleh dari KK orang tua. Aliran bantuan seperti ini terjadi pada rumahtangga

dengan KK orang tua yang dianggap “baik”, tidak semua pasangan yang baru menikah

mendapatkan kesempatan makan ditempat orang tua, beberapa KK yang tinggal bersama KK orang tua harus memasak nasi dan lauk-pauk sendiri30.

KK yang tinggal dalam satu rumah melakukan pembagian kerja bersama. Setiap pagi ibu dalam rumahtangga (orang tua) memasak nasi dan lauk pauk untuk seluruh anggota rumahtangga. Anak/menantu perempuan akan membantu mencuci pakaian, membersihkan rumah dan mengasuh anak. Anak/menantu laki-laki akan mengerjakan pekerjaan yang menjadi sumber pendapatan utamanya. Jika belum memiliki pekerjaan tetap anak/menantu laki-laki akan membantu pekerjaan di perkebunan karet atau sawah dan lahan garapan milik orang tua.

Pendapatan diatur dalam KK. Pendapatan yang diperoleh suami akan diberikan kepada istri. Pembagian pendapatan antar KK dilakukan juga dalam bentuk pinjaman atau pemberian uang dari KK orang tua atau bantuan untuk pembuatan rumah kepada KK anak. Pak nyong bersama istrinya diberi kepercayaan untuk mengolah 500 pohon karet milik keluargannya, dan hasil penjualan karet akan dibagi dua dengan orang tuanya31. KK anak merupakan pihak yang secara aktif menabung untuk mengumpulkan keperluan untuk pembangunan rumah, namun bantuan KK orang tua merupakan faktor penting pembagunan rumah anak di Desa Lembobaru. KK orang tua juga dapat mengharapkan perawatan dan jaminan konsumsi hari tua saat sudah tidak dapat menjalankan usaha pertanian.

29

Wawancara dengan pak Mifraim, Kepala Desa Lembobaru, 2012

30

Wawancara dengan Eltha yang masih tinggal di rumah mertuanya , 2012

31

(18)

16

Selain warisan dalam bentuk barang, secara alami KK orang tua mewariskan hubungan persaudaraan untuk anak. Hubungan baik dengan tetangga dan penduduk desa juga merupakan sesuatu yang dibangun KK orang tua yang hasilnya dapat dinikmati oleh KK anak, begitupulah sebaliknya . Hubungan persaudaraan dan hubungan baik dengan tetangga merupakan bagian yang sangat penting dalam strategi nafkah petani di Desa Lembobaru32. Selain itu KK orang tua atau KK anak juga memberikan pengaruh pada status dalam masyarakat. Status sosial ekonomi KK orang tua seperti kepemilikan akan memberi kebanggaan dan mempengaruhi status sosial KK anak, dan begitu juga sebaliknya. Aliran pengaruh antara KK orang tua dan KK anak dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2. Aliran Sumberdaya dalam Rumahtangga yang berisi KK orang tua dan KK anak

Sumber : Diolah dari data primer saat penelitian, 2012

Berdasarkan uraian diatas, beberapa KK yang masih tinggal dalam satu rumah merupakan satu unit ekonomi yang memperoleh pendapatan, mengalokasikan pendapatan, dan memenuhi kebutuhan hidup bersama. Orang-orang yang tinggal dalam satu rumah masih memiliki hubungan sosial dalam hubungan-hubungan di masyarakat. Antar KK memiliki perbedaan orientasi ekonomi, sumber nafkah, dan alokasi pendapatan. Lingkup tempat tinggal dalam satu rumah menunjukan kesatuan ekonomi yang memberikan jaminan pemenuhan kebutuhan, dan keamanan sosial bagi anggota rumahtangga.

Struktur Kepemilikan dan Penggunaan Lahan

Lahan memiliki peranan penting dalam rumahtangga petani Desa Lembobaru. Peran tersebut akan terasa jika ada akses milik dan akses manfaat. Akses pada milik dan manfaat diatur oleh sistem kepemilikan yang dibangun oleh masyarakat, negara dan pihak lain yang terkait dengan lahan tersebut.

32

(19)

17

Kepemilikan lahan di Desa Lembobaru dapat dibagi menjadi tiga, lahan milik pribadi, lahan milik pemerintah desa, dan lahan milik pemerintah. Struktur kepemilikan lahan di Desa Lembobaru dapat diamati pada tabel berikut :

Tabel 2. Pemanfaatan Lahan dan Struktur Kepemilikan Lahan di Desa Lembobaru

Pemanfaatan Lahan

Pemilik Penggarap Pengalihan akses

Perkebunan Karet

Petani Perusahaan/Petani Pewarisan/pengalihan antar penggarap/ penjualan

Sawah Petani Petani Penjualan/Penyewaan/pewarisan Kebun Petani Petani Penjualan/pewarisan

Tanah Desa Pemerintah desa

Pemerintah desa/penyewa

Peralihan jabatan/penyewaan

Lahan Hutan Perhutani Perhutani/petani Pengalihan antar penggarap Sumber : Diolah dari data primer, 2012

Perkebunan Karet

Produksi karet merupakan komoditas yang diunggulkan sebagai sumber pendapatan in cash bagi penduduk di Desa Lembobaru. Wilayah desa Lembobaru meliputi 330ha wilayah perkebunan karet. Perkebunan karet di Desa Lembobaru telah berusia 20-30 tahun. Awalnya Perkebunan karet di Desa Lembobaru merupakan perkebunan pla sma33 yang bekerja sama dengan Perusahaan inti rakyat (PIR)34 sebagai pemberi modal mulai dari pembongkaran lahan sampai pada penyediaan bibit serta pembimbing dalam pelaksanaan perkebunan karet. Pola PIR adalah pelaksanaan pengembangan perkebunan yang membantu dan membimbing perkebunan rakyat dalam suatu sistem kerja sama yang saling menguntungkan dan berkesinambungan. Petani akan mengembalikan modal pada PIR dalam bentuk kredit yang telah disepakati, dengan cara menjual hasil karet pada koperasi35 yang dibentuk oleh perusahaan (harga ditentukan oleh perusahaan) dan memotong hasil produksi petani untuk pembayaran kredit36.

Saat perkebunan karet telah resmi menjadi milik keluarga petani, petani akan mengelolah perkebunan sebagai sumber pendapatan. Pengelolaan perkebunan karet akan diajarkan secara turun-temurun kepada anggota keluarga (anak). Perkebunan karet dapat dialihkan pengelolaannya kepada orang lain melalui penjualan, penyewaan atau pewarisan. Penjualan perkebunan hanya dilakukan ketika ada keperluan yang sangat mendesak.

33

Tanah/Lahan yang digunakan untuk perkebunan plasma adalah tanah/lahan milik warga, lahan yang dimiliki minimal 2 hektar.

34

Perusahaan inti rakyat adalah perusahaan perkebunan besar, baik milik swasta maupun milik negara yang ditetapkan sebagai pelaksana proyek.

35

Saat penelitian dilakukan, 2012, tidak ada lagi koperasi yang ada di Desa Lembobaru, sehingga penjualan getah karet dlakukan dengan pedagan pengepul yang datang ke desa (tengkulak)

36

(20)

18

Sementara bagi petani yang memiliki perkebunan yang luas dan tidak dapat mengelola perkebunan sendiri akan menyewakan perkebunannya pada petani lain yang tidak memiliki perkebunan karet. Pemilik perkebunan dan penyewa akan menyepakati berapa pohon karet yang siap untuk diolah dengan sistem bagi ha sil37. Sementara pewarisan akan dilakukan ketika petani (orang tua) sudah tidak mampu lagi untuk bekerja di perkebunan karet, sehingga akan membagi perkebunan kepada anak-anaknya secara merata.

Penyadapan karet dilakukan pada pagi hari sebelum matahari terbit. Penyadapan pohon karet bergantung pada musim, ketika hujan petani tidak melakukan penyadapan karena getah karet yang keluar akan terbawa air hujan. Pak jufri, adalah salah satu penyewa kebun karet milik saudaranya, jumlah pohon karet yang dikerjakan sebanyak 200 pohon. Kondisi pohon karet yang sudah tua dan tinggi serta hanya menggunakan alat yang sederhana menyebabkan pak Jufri hanya mampu menyadap sekitar 60pohon setiap harinya, sehingga memerlukan waktu sekitar tiga hari untuk dapat menyadap semua pohon karet. Getah karet yang telah terkumpul dalam wadah penampungannya akan diambil setiap dua hari sekali38 dan dibebukan dalam sebuah lubang yang berada di area perkebunan dan akan menjualnya ketika pengepul (tengkulak) datang ke desa biasanya penimbangan/penjualan dilakukan sebulan sekali. Menurut informan Jumlah getah karet yang dihasilkan setiap bulannya tidak menentu, karena masih sangat bergantung dengan musim, ketika musim hujan tiba penghasilan getah karet menurun dibandingkan saat kemarau. Sehingga terkadang dalam sebulan pak Jufri dapat menjual hasil getah karet kurang lebih sebanyak 450 kilo gram (kg). Harga per kg getah karet ditentukan oleh pengepul yang datang ke desa dan petani tidak dapat ikut menentukan harga39. Total hasil penjualan getah karet itu nantinya akan dibagi dua dengan pemilik lahan.

Sawah

Berdasarkan tempat, sawah di Desa Lembobaru dapat dikelompokan dengan sawah yang berdekatan dengan sungai dan sawah yang berjauhan dengan sungai. Kedua jenis sawah ini memiliki produktivitas yang berbeda pada musim hujan dan kemarau. Sawah yang letaknya berdekatan dengan sungai menghasilkan padi yang lebih baik pada musim kemarau, sedangkan sawah yang letaknya berjauhan dengan sungai bisa sampai tidak panen saat musim kemarau.

Meskipun dianggap berat, mengelola sawah tetap diinginkan petani di Desa Lembobaru. Sawah menghasilkan padi, suatu komoditas penting bagi rumahtangga petani Desa Lembobaru. Masyarakat Desa Lembobaru menempatkan kebutuhan beras sebagai kebutuhan nomor satu dalam kehidupan sehari-hari dan kegiatan-kegiatan besar dalam kehidupan masyarakat Desa Lembobaru.

Kepemilikan sawah berkisar antara tidak memiliki sampai 5 hektar sawah. Informan yang diwawancarai rata-rata mengelola sawah dengan luas 0,25 – 1 hektar (ha). Sawah hanya menghasilkan padi yang digunakan sebagai konsumsi utama masyarakat Desa Lembobaru.

37

Sistem bagi hasil adalah 50%-50% , wawancara dengan Pak Nover, 2012.

38

Pengumpulan dibantu oleh istri dan anak-anak, wawancara dengan Pak Jufri, 2012

39

Harga yang berlaku mulai januari –juni, 2012 sebesar Rp.8.000,- Rp. 9.000 per kg terjadi penurunan

(21)

19

Sawah di Desa lembobaru hanya akan ditanami padi. Petani tidak menanam tanaman lain. produksi gabah kering per 0,25ha sawah adalah 15karung dengan ukuran 50kg/karung atau sama dengan 750kg. Sawah dipanen satu sampai dua kali dalam satu tahun tergantung pada musim.

Penggarapan tanah sawah dilakukan oleh petani dengan bantuan tenaga kerja keluarga40. Sementara sawah dapat dialihkan penggarapannya kepada orang lain melalui penjualan, penyewaan, dan pewarisan. Penjualan sawah hanya dilakukan jika ada keperluan yang sangat mendesak. Petani yang tidak memiliki sawah dapat menggarap sawah orang lain melalui penyewaan atau penggarapan melalui sistem bagi hasil. Pak Nover yang memiliki 5ha tanah sawah hanya menggarap 1ha sawah miliknya sementara sisahnya digarap oleh orang lain. Menurut informan, pembayaran sewa sawahnya diberikan dalam bentuk gabah kering. Pak Sony salah satu warga yang menyewa sawah milik pak Nover seluas 0,25ha pembayaran sewa dilakukan pasca panen, saat panen mendapatkan 15karung gabah kering, maka 5karung gabah kering akan diberikan kepada pak Nover41. Pewarisan akan dilakukan ketika petani (orang tua) sudah tidak lagi mampu bertani dan lahan sawah akan dibagikan secara merata pada anak-anaknya.

Kebun

Semua penduduk Desa Lembobaru memiliki lahan untuk kebun dengan ukuran dan jenis tanaman yang bervariasi. Kebun diolah oleh petani untuk menanam beragam tanaman yang digunakan untuk memenuhi konsumsi rumahtangga sehari-hari dan sumber tambahan pendapatan. Tanah yang masih subur ditanami jenis tanaman mulai dari Jagung, ubi, talas, sagu, pisang, pepaya, cabe, tomat, jeruk, serta beragam jenis sayur-sayuran seperti bayam, kacang panjang, labu, serta buah-buahan seperti manggis, rambutan, durian, kelapa, dan aren. Beberapa petani juga membuat kolam disekitar kebun untuk memelihara ikan.

Jenis tanaman yang ditamam di kebun tidak memerlukan perawatan khusus dengan waktu panen yang tidak menentu. Kegiatan berkebun merupakan warisan budaya atau hobi bagi penduduk di Desa Lembobaru. Beberapa masyarakat yang bekerja bukan sebagi petani juga senang berkebun. Berkebun biasanya dilakukan oleh penduduk untuk mengisi waktu luang setelah selesai mengerjakan pekerjaan utama. Bagi petani penyadap karet kegiatan berkebun akan dilakukan setelah selesai menyadap karet. Hampir disetiap kebun yang ada di Desa Lembobaru terdapat pondok yang dilengkapi dengan dapur. Biasanya penduduk akan memanen hasil kebun dan langsung memasaknya dikebun.

Tambahan pendapatan juga bisa didapat dari penjualan hasil kebun. Tanaman buah-buahan misalnya durian dari pohon akan dihargai Rp. 2.000,- sampai Rp. 20.000,- per buah tergantung dari jenis dan ukuran, manggis dihargai Rp. 10.000,- per Kg. Jagung lebih sering dijual Rp. 50.000,- per karung atau Rp. 3.000,- per kati42 untuk jagung yang telah dikeluarkan dari tongkolnya. Air aren atau lebih dikenal dengan saguer43 juga sering dijual

40

Tenaga kerja melibatkan istri, anak, atau saudara yang masih memiliki hubungan darah.

41

Wawancara dengan pak Sony, 2012

42

Kati adalah satuan berat tradisional dengan menggunakan alat ukur seperti mangkuk yang digunakan penduduk Desa Lembobaru. 1 kati ± setara dengan 6ons.

43

(22)

20

dengan harga Rp. 3.000,- sampai Rp. 5.000,- per botol tergantung kualitas. Sagu biasanya akan diolah oleh beberapa rumahtangga yang nantinya hasil akan dibagi rata untuk konsumsi rumahtangga. Daun sagu juga dipakai untuk membuat atap, untuk 1 lembar atap jadi dihargai Rp. 3.000,-. Sedangkan hasil kebun yang tidak terlalu banyak dan tidak laku di desa akan dijadikan konsumsi rumahtangga dan makanan ternak.

Kebun juga merupakan tempat untuk memelihara binatang peliharaan seperti babi44, babi juga sengaja diternak diarea kebun, karena kotoran babi dianggap masyarakat dapat menyuburkan tanah. Kebun dapat dialihkan pengelolaannya kepada orang lain melalui penjualan dan pewarisan. Penjualan hanya akan dilakukan ketika ada hal-hal yang sangat mendesak. Sementara pewarisan dilakukan petani (orang tua) kepada anak-anaknya secara merata.

Tanah Desa

Tanah milik pemerintah desa dikenal dengan sebutan tanah Desa. Tanah desa merupakan tanah pemerintah yang diberikan pada kepala desa sebagai gaji. Tanah desa dikelola dan diambil hasilnya selama orang tersebut menjabat sebagai kepala desa. Tanah desa berupa sawah dan kebun. Tanah desa dapat pula disewakan kepada orang lain selama masa kerja kepala desa masih berlaku.

Lahan Hutan

Lahan hutan merupakan milik perhutani, namun tidak ada aturan khusus atau teratur di Desa Lembobaru. Sehingga petani-petani sering mengambil hasil hutan tanpa ijin. Hutan sering dimanfaatkan petani untuk berburu, mencari kayu bakar, sampai pada menebang pohon untuk dijadikan papan sebagai bahan bangunan rumah. Beberapa petani yang tidak memiliki kebun membongkar hutan untuk dijadikan kebun. Selain itu sungai yang berada didekat hutan juga menyediakan potensi pasir yang bagus untuk dijadikan campuran batako yang dipakai untuk bahan bangunan rumah.

Penggarapan lahan di Desa Lembobaru dilakukan oleh tenaga kerja rumahtangga. Tabel berikut menunjukan jenis lahan dan ekonomi lahan bagi rumahtangga.

44

(23)

21

Tabel 3. Jenis Lahan dan Ekonomi Lahan bagi Rumahtangga Jenis

Pohon karet Skala besar Air hujan Tenaga kerja rumahtangga Sumber : Diolah dari data primer, 2012

Selain lahan hewan ternak merupakan sumberdaya yang penting dala ekonomi rumahtangga di Desa Lembobaru. Hewan ternak yang dimiliki petani di Desa Lembobaru adalah babi, sapi, anjing, ayam. Ayam dan babi dimiliki oleh hampir seluruh petani di Desa Lembobaru. Ayam digunakan untuk dijual atau disembeli atau diambil telurnya. Ayam dan babi dijadikan makanan yang harus ada saat acara-acara syukuran pada rumahtangga.

Kelembagaan Ekonomi

Simpan-Pinjam Informal

Meminjam uang secara formal di bank hanya dilakukan oleh orang yang memiliki penghasilan tetap per bulan seperti PNS. Jumlah uang yang diperoleh dari pinjaman formal ditentukan oleh pengajuan dan persetujuan bank. Uang yang diperoleh dari pinjaman formal digunakan untuk kebutuhan besar, bukan untuk kebutuhan sehari-hari. Pinjaman formal tidak banyak dilakukan oleh rumahtangga petani di Desa Lembobaru. Kebutuhan uang banyak dipenuhi dari pinjaman informal.

(24)

22

Tabel 4. Pinjaman dan Uang yang Diperoleh Rumahtangga Jenis pinjaman Keperluan peminjaman Jumlah uang

(Rp)

Waktu pengembalian

Formal di bank Kebutuhan menikah anak >5.000.000 Setiap bulan dipotong gaji

Ongkos anak sekolah 5.000-100.000 Segera setelah memiliki uang

Sumber : Diolah dari data primer, 2012

Kegiatan simpan pinjam penduduk di Desa Lembobaru lebih banyak dilakukan secara informal. Pinjam meminjam antar saudara atau tetangga masih memungkinkan karena pinjaman yang dilakukan merupakan pinjaman kecil yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Meminjam uang pada saudara dan tetangga disukai karena uang dapat tersedia dengan segera dan mudan dalam pengembaliannya. Saudara menjadi pilihan pertama peminjaman uang. Jumlah pinjaman berkisar Rp. 50.000,- sampai Rp. 5.000.000.

Peminjaman secara formal ke Bank hanya dilakukan oleh orang yang memiliki akses pada Bank dan memiliki kemudahan untuk mengembalikan pinjaman. Penduduk yang meminjam uang di bank merupakan penduduk yang memiliki penghasilan tetap sebulan, seperti PNS. Contoh kasus, Ibu Yatmin adalah PNS yang mendapatkan gaji Rp. 5.000.000,- per bulan. Uang gagi PNS sekarang dipotong cicilan pinjaman Rp. 600.000,- per bulan45.

Peluang untuk meminjam atau menabung di bank tidak menarik perhatian penduduk Desa Lembobaru. Beberapa informan yang diwawancarai memilih tidak menabung di bank karena jauh dan tidak memiliki cukup banyak uang untuk ditabung. Menabung dengan cara menyisihka sisa uang belanja atau penjualan hasil kebun merupakan cara menabung yang paling umum dilakukan.

Warung merupakan salah satu tempat menabung selain untuk meminjam. Warung ibu Nona menjadi sarana untuk menabung sehari-hari. Seorang petani, langganan ibu Nona biasanya menyimpan uang Rp. 50.000,- sampai Rp. 100.000,- setelah menjual hasil karet, uang tersebut disimpan untuk berjaga-jaga apabila ada keperluan belanja berikutnya.

Penyimpanan juga biasanya dilakukan oleh orang yang akan membangun rumah/membuat acara rumahtangga. Mereka akan menyimpan uang pada saat ia punya uang dan menitipkan uang tersebut pada toko untuk pembelian barang-barang yang dibutuhkan. Uang tersebut nantinya akan ditukarkan dengan barang yang diperlukan sesuai harga toko46.

Berdasarkan uraian diatas, simpan pinjam informal dilakukan atas dasar hubungan sosial yang terbentuk dalam komunitas petani Desa Lembobaru. Hubungan kedekatan dan

45

Wawancara dengan ibu Yatmin, 2012

46

(25)

23

kepercayaan antara saudara atau tetangga lebih diandalkan sebagai pengikat hubungan piutang. Ini didukung dengan sifat pinjaman yang bersifat segera dan dalam jumlah yang terbatas. Simpan pinjam informal disukai karena tidak memiliki aturan pengembalian atau penyimpanan yang mengikat.

Arisan

Arisan merupakan cara yang paling umum untuk menabung di Desa Lembobaru. Arisan merupakan suatu cara untuk memaksa peserta arisan untuk menabung. Arisan ditentukan oleh kebutuhan peserta yang diselenggarakan oleh kelompok didalam perkumpulan Gereja. Jenis arisan dapat berupa uang dan barang. Jenis arisan yang diselenggarakan dapat diamati pada tabel 5.

Tabel 5. Jenis Arisan Desa Lembobaru Jenis arisan Jumlah

iuran/minggu

Anggota arisan Jumlah penarikan/orang

Waktu penarikan

Uang Rp. 2.000 60 orang Rp.480.000 1 bulan Perabotan Rp. 5.000 Tidak tentu Satu lusin kursi

plastik

Jika jumlah uang telah cukup

Sumber: Diolah dari data primer, 2012

Arisan ditangani oleh pengurus yang ditunjuk oleh peserta berdasarkan kepercayaan. Pengurus bertugas untuk mencatat dan mengumpulkan uang arisan. Penarikan arisan biasanya berdasarkan kebutuhan peserta arisan, jika ada yang benar-benar membutuhkan maka akan didahului. Dalam arisan ini peserta yang telah mendapatkan penarikan haus tetap membayar iuran/minggu. Sementara arisan perabotan diadakan dengan kerjasama petugas arisan dengan pemilik toko perabotan. Arisan perabotan hampir seperti kredit barang. Peserta bole menukar barang hasil kredit dengan barang lain yang diinginkan dengan menambah jumlah uang yang ditentukan petugas arisan.

Ikatan Sosial (Sosial Ties)

Ikatan sosial yang berfungsi sebagai modal sosial pada rumahtangga di Desa Lembobaru adalah ikatan persaudaraan, ikatan pertetanggaan, ikatan keanggotaan komunitas dan ikatan diluar komunitas. Ikatan sosial ini dibangun berdasarkan kedekatan tempat tinggal dan hubungan darah. Ikatan-ikatan sosial-ekonomi dibangun untuk menjamin kehidupan petani dan mengurangi resiko yang tidak dapat dibayar oleh petani sendiri.

(26)

24

AKTIVITAS NAFKAH DAN STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA DI DESA LEMBOBARU

Aktivitas nafkah rumahtangga petani di Desa Lembobaru merupakan serangkaian upaya menggunakan modal yang dimiliki rumahtangga dan membangun modal yang dibutuhkan rumahtangga untuk mencapai tujuan kesejahteraan rumahtangga. Istilah modal digunakan untuk menunjukan sumberdaya yang telah dimiliki atau telah diakses oleh rumahtangga. Konsep modal yang digunakan mengacu pada Purnomo, Multi (2000) tentang modal alami dan modal sosial.

Berdasarkan profil sosial-ekonomi Desa Lembobaru, terdapat dua sumberdaya yang penting bagi nafkah rumahtangga penduduk, yaitu Sumberdaya alam dan modal sosial. Sumberdaya alam meliputi lahan, hewan ternak, serta kondisi alam Desa Lembobaru. Modal sosial meliputi hubungan kelembagaan ekonomi dan ikatan sosial penduduk Desa.

Secara keseluruhan rumahtangga petani di Desa Lembobaru membangun aktivitas nafkah, dapat digolongkan menjadi dua: (1) aktivitas nafkah berdasarkan penggunaan sumberdaya alam lokal (2) aktivitas nafkah berdasarkan modal sosial bagi rumahtangga. Kedua kelompok nafkah ini akan diuraikan berdasarkan peranannya dalam nafkah rumahtangga.

Aktivitas nafkah berdasarkan penggunaan Sumberdaya alam lokal

Penggunaan sumberdaya alam lokal yang penting bagi rumahtangga penduduk Desa Lembobaru adalah perkebunan karet, sawah, kebun dan lahan hutan. Sumberdaya ini dianggap penting karena digunakan untuk kegiatan pertanian dan penting untuk menjalankan ekonomi rumahtangga dalam memenuhi kebutuhan hidup petani di Desa Lembobaru.

Pengelolaan perkebunan karet, sawah, kebun, dan hutan tidak dapat memberikan kebutuhan hidup secara langsung. Ada proses pengolahan yang harus dilakukan petani sampai bisa mendapatkan hasil dan memanfaatkannya untuk mendukung ekonomi rumahtangga. Proses ini memerlukan biaya untuk membeli bibit, pupuk, sarana produksi pertanian lain, serta waktu tenaga kerja rumahtangga. Selain itu pertanian juga melibatkan modal alami lain seperti sumber air dan hewan.

Kandungan pasir serta dan hasil hutan lainnya mendorong eksploitasi sumberdaya alam sebagai salah satu aktivitas nafkah yang dilakukan rumahtangga di Desa Lembobaru. Eksploitas hasil hutan yang dilakukan seperti penebangan pohon-pohon secara liar yang dipakai untuk membuat papan serta kebutuhan kayu bakar, selain itu pemburuan hewan-hewan liar di hutan masih dilakukan oleh masyarakat. Beberapa cara mengelola aktivitas nafkah yang dilakukan oleh masyarakat dengan berdasarkan penggunaan sumberdaya alam lokal :

Mengurangi Biaya Produksi

(27)

25

produksi pertanian. Aktivitas penurunan biaya produksi dilakukan dengan tiga cara, (1) mengurangi penggunaan sarana produksi pertanian yang dianggap mahal, (2) menghasilkan sendiri sarana produksi pertanian, (3) penggunaan modal sosial untuk mendapatkan sarana produksi secara gratis.

Sawah merupakan satu-satunya lahan yang mendapatkan pemupukan dengan menggunakan pupuk kimia. Perkebunan dan kebun tidak pernah dipupuk oleh pupuk kimia. Tanaman padi dipupuk dengan pupuk kimia karena tanaman padi tidak dapat tumbuh baik tanpa menggunakan pupuk kimia. Tanaman padi memiliki nilai ekonomi dan sosial bagi rumahtangga di Desa Lembobaru, karena secara ekonomis padi merupakan konsumsi utama rumahtangga dan secara sosial padi merupakan barang utama yang harus dimiliki rumahtangga petani.

Untuk mengurangi biaya produksi padi, petani mengurangi biaya pembelian pupuk kimia yang dilakukan dengan mengurangi frekuensi pemupukan dan jumlah yang diberikan. Menurut pak Oke, petani yang memiliki sawah, ia masih melakukan pemupukan dua kali selama musim tanam. Pak Oke menggunakan 500kg untuk dua kali pemupukan pada sawah seluas 0,5ha, ini merupakan dosis yang seharusnya diberikan. Petani lain hanya melakukan pemupukan satu kali dengan dosis setengah dari dosis yang seharusnya diberikan. Mereka hanya melakukan penyemprotan hama jika konsisi hama sangat mengancam pertumbuhan padi47.

Petani menyediakan sarana produksi pertanian sendiri selain pupuk kimia. Untuk lahan kebun dipupuk dengan menggunakan pupuk kandang dari kotoran hewan peliaraan, petani akan mengambil kotoran babi dan membawanya ke kebun, hal ini juga yang menyebabkan kebanyakan petani yang memelihara babi di kebun agar kotoran hewan mudah diambil dan dijadikan pupuk. Sementara penyediaan bibit padi diperoleh dari padi yang dipanen pada musim sebelumnya, bibit singkong, jagung dan sayur-sayuran serta buah-buahan juga diambil dari hasil panen sebelumnya yang dimiliki petani atau dari saudara dan tetangga. Perluasan perkebunan karet bagi petani yang masih memiliki lahan juga mengambil bibit karet dari anakan karet diperkebunan sebelumnya dengan membuat pembibitan dihalaman rumah atau kebun48.

Penurunan biaya produksi petani juga dilakukan dengan bantuan yang diperoleh dari ikatan-ikatan sosial. Penurunan biaya produksi dilakukan dengan saling membagi bibit tanaman, selain itu bagi petani yang tidak memiliki alat membajak sawah dan sapi dapat meminjam kepada saudara atau penduduk desa yang memiliki, tanpa harus membayar. Pengolahan lahan bersama-sama juga dapat menurunkan biaya produksi petani, misalnya satu lahan sawah dapat diolah beberapa keluarga yang nantinya hasilnya akan dibagi rata, selain

47

Wawancara di rumah pak Oke, 2012.

48

(28)

26

itu tanaman Sagu49 juga merupakan tanaman yang diolah bersama-sama oleh beberapa petani, hal ini dapat menurunkan biaya produksi petani melalui penurunan biaya tenaga kerja.

Menanam Beragam Tanaman dalam Satu Luasan Lahan dan Pengurangan Resiko Pertanian

Lahan perkebunan karet dan Sawah merupakan lahan yang ditanami secara monokultur. Lahan kebun ditanami oleh beragam tanaman baik yang dapat dipanen mingguan, bulanan atau tahunan. Tanaman yang sering ditanam di kebun adalah Singkong, jagung, pisang, pepaya, sayur-sayuran, rempah rempah seperti cabe, tomat, lengkuas, kunyit, sereh, serta buah-buahan tahunan seperti durian, manggis, rambutan, langsat, dan bagi beberapa petani yang memiliki lahan kebun didekat mata air menanam sagu.

Petani di Desa Lembobaru memilih untuk menanam tanaman yang biasa ditanam dan sudah menghasilkan dari pada tanaman baru yang belum pasti menghasilkan. Petani juga menanam tanaman pertanian tidak dalam jumlah besar. Misalnya saja cabe, petani menanam cabe hanya dalam jumlah kecil untuk konsumsi rumahtangga. Singkong juga merupakan salah satu tanaman yang hampir ditanam oleh semua petani di Desa Lembobaru walau tidak memiliki harga untuk dijual. Petani di Desa Lembo baru mau menanam tanaman baru jika tanaman tersebut tidak memerlukan perawatan khusus dan pasti menghasilkan atau laku di pasaran.

Dulu kebun di Desa Lembobaru juga ditanami kopi dan cokelat, namun para petani menganggap perkebunan kopi dan cokelat membutuhkan biaya perawatan yang mahal dan harus rutin dirawat sehingga petani memilih mengganti tanaman kopi dan cokelat dengan tanaman karet.

Memanfaatkan hasil Hutan dan Sungai

Lingkungan fisik yang ada di Desa Lembobaru menyediakan sumberdaya alam yang dapat langsung diambil dan digunakan untuk kebutuhan hidup rumahtangga. Pasir, kayu, air dan hewan buruan merupakan sumberdaya yang ada dan digunakan oleh rumahtangga di Desa Lembobaru.

Hutan tropis dengan aliran sungai di Desa Lembobaru merupakan sumberdaya potensial untuk menyediakan bangunan rumah. Disela-sela waktu luang sebagian petani (laki-laki) pergi ke hutan untuk menebang pohon yang nantinya akan dijadikan papan sebagai bahan bangunan rumah. Selain itu kandungan pasir yang ada di Desa juga dimanfaatkan penduduk untuk bahan dasar bangunan rumah. Menurut pak Oke, penebangan pohon dan pengambilan pasir biasanya dilakukan setelah masa tanam padi, sehingga banyak waktu luang untuk pergi ke hutan setelah menyadap karet.

49

(29)

27

Penebangan pohon dilakukan secara berkelompok dengan menggunakan alat mesin sensor kayu yang telah dimiliki petani, setelah pohon ditebang akan diolah menjadi papan dan dibiarkan di hutan sampai kering barulah dibawah masuk ke Desa, sisa-sisa penebangan akan dimanfaatkan sebagai kayu bakar oleh petani. Selain menebang pohon biasanya petani saat masuk ke hutan akan memasang jerat untuk berburu binatang, target buruan di hutan adalah babi hutan. Sehingga waktu akan kembali ke Desa para petani akan memeriksa hasil buruannya.

Pengambilan pasir dilakukan beberapa petani dengan menggunakan gerobak kayu, pasir yang diambil dari sungai akan digunakan sebagai bahan bangunan rumah. Menurut informan pengambilan pasir tidak hanya melibatkan laki-laki, perempuanpun (ibu rumahtangga) yang tidak memiliki pekerjaan di rumah atau di kebun akan ikut ke sungai untuk mengambil pasir atau memancing ikan.

. Penebangan pohon dan pengumpulan pasir diketahui oleh pemerintah Desa Lembobaru. Pemerintah Desa Lembobaru pun memanfaatkan kayu dan pasir untuk kepentingan desa.

Sampai saat penelitian dilakukan, hasil dari pengambilan kayu dan pasir di Desa Lembobaru tidak di jual kepada orang lain, tetapi digunakan sendiri oleh rumahtangga petani yang mengambil. Pengambilan kayu dan pasir biasanya dilakukan oleh penduduk yang sedang mempersiapkan pembangunan rumah atau untuk memperbaiki rumah agar mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan rumah.

Memelihara Babi dan Sapi

Selain ayam, babi dan sapi merupakan hewan ternak yang penting bagi nafkah Desa Lebobaru. Babi merupakan hewan ternak yang banyak dipelihara petani Desa Lembobaru. Babi dapat diperoleh dengan cara membeli anakan atau warisan dari orang tua. Babi biasanya dipelihara didalam kandang yang dibuat didalam wilayah pemukiman atau di kebun-kebun petani. Babi-babi akan diberi makanan dari sisa-sisa konsumsi rumahtangga serta hasil kebun lainnya seperti, daun talas, pepaya, pisang/batang pisang dan konga50 yang akan diolah menjadi makanan babi. Babi dijadikan hewan peliharaan di desa untuk konsumsi rumahtangga saat ada acara-acara besar seperti padungku, natal, pesta kawin, atau acara-acara ucapan syukur keluarga lainnya, selain daging babi dipakai untuk konsumsi rumahtangga, kotorannya juga menguntungkan bagi petani sebagai pupuk untuk menyuburkan tanaman dikebun. Penjualan hewan ternak babi hanya dilakukan jika ada yang benar-benar membutuhkan, penjualan biasa dilakukan dengan tukar tambah, rumahtangga yang membutuhkan babi besar untuk dikonsumsi akan menukarkan babi kecil (anakan) dengan memberi tambahan sejumlah uang sesuai kesepakatan.

Selain babi, sapi merupakan hewan ternak yang juga dimiliki petani di Desa Lembobaru. Pemeliharan sapi sangat dibutuhkan petani untuk membantu saat membajak

50

(30)

28

sawah, dan juga dipakai untuk konsumsi saat acara-acara besar di desa. Sapi-sapi di Desa Lembobaru tidak dikandangi tetapi diikat dialam terbuka. Pengikatan sapi dialam terbuka disebabkan karena masih banyaknya lahan padang-padang yang menyediakan banyak rumput sebagai pakan sapi. Saat pagi hari hendak berangkat ke perkebunan, petani akan membawa serta sapi-sapinya untuk mencari tempat mengikat dan meninggalkannya, dan saat sore hari petani akan kembali melihat sapi-sapinya dan memberi minum.

Pendapatan dari penggunaan Sumberdaya alam lokal dan Pemanfaatannya bagi rumahtangga

Pendapatan dari sumberdaya alam yang dimanfaatkan rumahtangga dalam bentuk barang (in kind) atau pendapatan dalam bentuk uang (in cash) (Ellis,2000). Rumahtangga memanfaatkan pendapatan untuk kebutuhan hidup rumahtangga agar mencapai tujuan yang diinginkan yaitu kesejahteraan.

Pendapatan dari sumberdaya alam yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumahtangga. Sawah menghasilkan beras, kebun menghasilkan sayur-sayuran, rempah-rempah serta buah-buahan, hutan menghasilkan hewan buruan, sungai menghasilkan ikan. Rumahtangga di Desa Lembobaru biasanya menggunakan hasil pertanian untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari. Mereka makan nasi dari beras yang dihasilkan sawah, memasak dengan menggunakan kayu bakar dari hutan dan makan dengan sayuran dari kebun serta ikan hasil pancingan dari sungai atau hewan buruan dihutan.

Penggunaan sumberdaya alam juga dapat memberi pendapatan dalam bentuk uang tunai. Uang diperlukan untuk membeli kebutuhan rumahtangga yang tidak dapat dipenuhi oleh hasil sumberdaya alam, seperti biaya pendidikan anak, biaya kesehatan, serta pembelian perabotan rumahtangga. Uang didapatkan dengan menukar hasil sumberdaya alam melalui proses jual beli, seperti perkebunan karet menghasilkan getah karet yang setiap bulannya akan dijual pada tengkulak.

(31)

29

Tabel 6. Jenis komoditas pertanian dan perkiraan jumlah uang per tahun Jenis komoditas Satuan penjualan Harga (Rp) Waktu pemanenan

Getah karet Kilogram 8.000 – 9.000 1 bulan Beras Kilogram 6.000 – 8.000 6 bulan Jagung Kati/karung 3.000/50.000 3 bulan Air aren Botol 3.000 - 5.000 1 minggu Sumber : diolah dari data primer, 2012

Data pada tabel diatas hanya bersifat perkiraan. Harga dan perkiraan jumlah uang dapat berubah karena produk pertanian ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hasil serta perubahan harga pasar.

Tabel 7. Pendapatan dan Manfaat sumber daya alam lokal bagi rumahtangga Aktifvitas

berdasarkan modal alami

Tipe manfaat ekonomi Kegunaan untuk nafkah Pendapatan

Gambar

Gambar 1. Peningkatan Jumlah Penduduk di Desa Lembobaru
Tabel 1
Gambar 2. Aliran Sumberdaya dalam Rumahtangga yang berisi
Tabel 2. Pemanfaatan Lahan dan Struktur Kepemilikan Lahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Allhamdulillah, penulis panjatkan segala puji syukur hanya kepada Allah SWT atas segala petunjuk dan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis diberikan kesempatan

1. Uji hipotesis pertama dengan menggunakan analisis paired sampel t-test diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara trading volume activity

Orang yang tidak memiliki pertimbangan dan kemampuan untuk mengambil keputusan tentang yang baik/benar dan yang buruk/salah ataupun kemampuan dalam

[r]

Dengan adanya green route , keberadaan pesawat akan selalu dipantau, karena green route memberikan pilihan rute dengan jarak terpendek untuk menghemat konsumsi bahan bakar

Makna lain atas reaksi yang dilakukan, untuk “menghancurkan” si peleceh Tuhan Yang Maha Esa, oleh mereka yang merasa mewakili Tuhan, walau Tuhan Yang Maha Esa tidak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1) karakteristik dan pola konsumsi masyarakat Muslim di Provinsi Jambi berdasarkan jenis pekerjaan, pendidikan, pendapatan

2. Post- test ini diberikan sebagai data hasil belajar siswa yang diberikan setelah proses pembelajaran berlangsung. Tes ini untuk mengetahui sejauh mana hasil