• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.4 Aktivitas di Pelabuhan

4.4.1. Pelabuhan dalam Sistem Transportasi dan Perdagangan

Dalam jaringan transportasi, pelabuhan memiliki fungsi pelabuhan sebagai perhubungan meliputi (link), fungsi perantara antara dua kawasan (interfenci) pintu gerbang arus barang (gatawe) dan kawasan perdagangan bebas (Free-port) dalam area kawasan industri (industrial estate).

Pelabuhan di pandang sebagai salah satu mata rantai dalam proses transpotasi dan Node asal barang sampai ke tujuan Node tujuan barang. Pelabuhan mempunyai fungsi sebagai link, maksudnya unit kerja yang menjadi bagian suatu sistem transportasi laut dan moda transportasi lainya nyaitu udara, darat, kereta api dan sistem perpipaan khususnya yang berfungsi sebagai terminal penerima minyak dan gas untuk operasi bangunan lepas pantai/offshore.

Dalam kawasan pesisir, pelabuhan mempunyai fungsi perantara (interface) maksud pelabuhan menyediakan berbagai fasilitas dan pelayaran jasa yang dibutuhkan untuk perpindahan moda angkutan darat ke kapal atau sebaliknya dalam kegiatan perpindahan barang antar kapal (transhipment) secara skematis fungsi interface.

Barang yang di impor melalui Pelabuhan Kuala Langsa berasal dari negara tetangga seperti: Malaysia, Thailand, Singapore, China dan Philipina. Barang yang paling banyak masuk berasal dari Malasyia, di mana kapal yang masuk perharinya antara 2 hingga 5 kapal dengan berbagai jenis kapal yang berasal dari Tanjung Balai.

Barang/komoditi yang masuk ke Pelabuhan Kuala Langsa beraneka macam jenisnya, mulai barang pecah belah, elektronik, alat-alat komputer, alat kontruksi, spare part mobil dan kereta, obat-obatan hingga kebutuhan sembako. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13. Arus Barang Antar Pulau (Bongkar, Muat dan Impor) Menurut Komoditi

Arus Barang Bongkar, Muat dan Impor Menurut Komoditi Tahun Methanol (Ton) Material (Ton) Phenol (Ton) PF. Glue (Ton) Sembako (Ton) Swan Timber (Ton) 2002 2.106 4.482 630 2.438 - 10 2003 596 - 1.365 3.343 4.175 - 2004 2.100 - 2.941 4.882 4.800 - 2005 11.424 3.019 - 6.468 3.224 - 2006 23.452 2.044 3.952 6.301 5.098 - 2007 9.206 6.384 3.016 7.594 9.396 -

Sumber: Administrator Pelabuhan Kuala Langsa, 2007

Barang yang masuk ke Pelabuhan Kuala Langsa setelah dibongkar langsung dibawa ke Sumatera Utara, Medan untuk packing dan digudangkan karena tidak tersedianya gudang yang representatif dan investor yang profesional di Kota Langsa. Barang yang telah dipacking dan disortir kemudian dibawa ke berbagai daerah khususnya daerah NAD. Barang tersebut seperti sembako dan kebutuhan rumah tangga lainnya juga disupply ke Kota Langsa. Beberapa tanggapan responden ketika wawancara dengan penulis mereka umumnya mengeluh karena ketidak tersedianya pergudangan dan pabrik pengolahan di Kota Langsa, padahal lahan yang strategis

cukup luas tersedia di Gampong Kuala Langsa. Di mana jika pergudangan dan pabrik pengolahan tersedia juga amat memungkinkan dapat tertampungnya tenaga kerja yang sangat tinggi dan meningkatnya pendapatan daerah sehingga perekonomian masyarakat dan Kota Langsa terus meningkat.

4.4.2. Kinerja Pelayanan Barang

Tingkat tercapai pelayanan kegiatan atau atribut kerja dalam kegiatan operasional pelabuhan dapat diukur dan diberikan pedoman dalam pemberian pelayanan jasa di pelabuhan. Secara universal, kinerja operasional pelabuhan di seluruh dunia hampir sama diterapkan dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang dilakukan oleh UNCTAD. Kenerja operasional tersebut secara keseluruhan dapat dikelompokkan dan terdiri dari:

1. Kinerja pelayanan kapal;

2. Kinerja pelayanan barang/produktifitas bongkar muat; 3. Ultilisasi fasilitas dan peralatan.

Untuk menggambarkan tingkat pelayanan barang yang telah dicapai oleh pelabuhan secara rata-rata, digunakan suatu pengukur (tolak ukur) yang dijadikan pedoman atau standar dalam menentukan kebijakan pelayanan jasa pelabuhan. Tolak ukur tersebut diperoleh dari hasil yang dicapai di lapangan melalui pengamatan yang cukup lama dan dapat pula diperoleh melalui suatu penelitian di lapangan untuk jangka waktu tertentu.

Setiap kapal yang masuk ke pelabuhan akan di check terlebih dahulu melalui instansi yang berwenang dengan masing-masing kategori pengechekan. Adapun tim cheking kapal terdiri dari: Imigrasi (passport asing), Bea Cukai, (menyangkut dokumen barang), Adpel (keselamatan), dan Syahbandar (menyangkut kelayakan).

4.4.3. Produktivitas Bongkar Muat

Suatu gambar dari kemampuan dan kecepatan pelaksanaan penanganan barang yang dapat dicapai untuk kegiatan pembongkaran barang dari atas kapal sampai ke gudang atau lapangan penumpukan atau sebaliknya untuk kegiatan pemuatan barang dari sejak dari gudang/lapangan penumpukan sampai ke atas kapal. Tingkat kemampuan tersebut ditunjukkan oleh beberapa indikator, yaitu: Jumlah rata- rata bongkar muat yang dicapai perjam dan dilakukan oleh 1 gang buruh (± 12 orang) di atas kapal yang diukur dengan satuan ton/gang/jam/(T/G/J).

Jumlah rata-rata bongkar muat barang yang dicapai perjam dan lakukan oleh seluruh gang yang ketiga di atas kapal berada di dermaga (BWT) yang di ukur dengan satuan ton/kapal/jam (T/K/J) dan lazim disebut dengan Ship’s Out Put. Kemampuan penanganan barang yang berikutnya dapat di ukur pula dengan melihat jumlah muatan/barang yang yang secra rata-rata melewati/melalui dermaga (berth) dan gudang (Shed) atau lapangan penumpang (open storage) dalam satuan waktu tertentu (Oloan, 2007).

Hasil survei di lokasi penelitian, kegiatan bongkar muat di Pelabuhan Kuala Langsa yang dilakukan oleh setiap 1 gang berjumlah maksimal 25 orang, dengan

biaya 1 (satu) truk/kontainer sebesar Rp. 500.000,-. Rata-rata buruh bongkar muat untuk 1 (satu) gang yang berjumlah 25 orang bisa menghasilkan 5 hingga 7 truk perharinya. Wawancara peneliti dengan Pengurus Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat (KTKBM) di Pelabuhan Kuala Langsa ada 300 orang buruh yang bekerja setiap harinya (sesuai komentar Ketua KTKBM, Tgk. Nasruddin, Harian Haba Rakyat, Edisi 25), di wilayah pelabuhan di bawah koordininasi KTKBM yang berasal dari 4 Gampong, Seperti terlihat pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14 : Jumlah Tenaga Buruh yang Tertampung di KTKBM No Nama Kelurahan/Gampong Jumlah Buruh (orang)

1. Gampong Kuala Langsa 210

2. Gampong Sungai Pauh 30

3. Gampong Matang Seulimeng 30

4. Gampong Blang Pase 30

T o t a l 300

Sumber: KTKBM, 2008

Pada tahun (2002 – 2005) sebelum pengembangan tenaga buruh bongkar muat hanya tertampung di industri hasil laut perikanan yang tingkat aktifitasnya tidak begitu tinggi, di mana jumlah pekerja yang berjumlah lebih kurang 20 orang harus menunggu giliran dan tidak dapat bekerja keseluruhan dikarenakan setiap bongkar muat hasil tangkapan ikan hanya butuh 5-7 orang tenaga buruh saja untuk setiap truk colt diesel yang akan membawa ikan untuk dikirim ke Medan.

4.5. Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Terhadap Peningkatan

Dokumen terkait