• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN

2. Aktivitas Pendukung

Kecamatan Getasan dan pelanggan (pengecer) atau pembeli masih terjalin dengan baik.

2. Aktivitas Pendukung

a. Pengembangan Teknologi

Teknologi yang digunakan oleh usaha IRT pangan olahan berbasis waluh di Kecamatan Getasan masih manual/sederhana, terutama dalam pembuatan geplak waluhsehingga membutuhkan fisik yang lebih kuat yaitu tenaga kerja laki-lakiuntuk mengaduk adonan hingga matang.Jika mengandalkan tenaga kerja laki-laki, belum tentu mereka akan bekerja di IRT ini selamanya. Oleh karena itu dibutuhkan alat modern yang tidak membutuhkan tenaga kerja laki-laki untuk melakukan proses tersebut.

b. Manajemen Sumber Daya Manusia

Usaha IRT pangan olahan berbasiswaluh di Kecamatan Getasan rata-rata memperkerjakan 3 tenaga kerja yang diambil dari penduduk sekitar, terdiri dari 1 tenaga kerja laki-laki dan 2 tenaga kerja perempuan yang memiliki rata-rata pendidikan minimal SMP (Sekolah Menengah Pertama) sehingga kemampuan tenaga kerja yang kurang terampil.

Tenaga laki-laki dipekerjakan untuk membuat adonan karena memerlukan kekuatan fisik, sedangkan tenaga kerja perempuan dipekerjakan sebagai tenaga memotong adonan, mencetak, sampai mengemas karena dianggap memiliki kemampuan memasak yang lebih baik dibandingkan laki-laki. Tenaga kerja tersebut mendapat upah yang dibayarkan setiap awal bulan di minggu pertama. Tenaga kerja laki-laki mendapatkan upah sebesar Rp 800.000, sedangkan tenaga kerja perempuan mendapatkan upah sebesar Rp 600.000 per bulan.

c. Infrastruktur Perusahaan

Usaha IRT pangan olahan berbasis waluh di Kecamatan Getasan belum mempunyai lokasi khusus untuk memproduksi hasil produk pangan

24

olahan berbasis waluh. Lokasi yang digunakan untuk memproduksi hasil produk pangan olahan berbasis waluh masih bercampur dengan rumah tangga (dapur pribadi). Hal ini berakibat pada berkurangnya mutu dan kehigienisan dari produk yang dihasilkan.

Dalam pembelian bahan baku sampai dengan penjualan produk dilakukan sendiri oleh pemilik usaha IRT pangan olahan berbasis waluh karena dianggap masih bisa dilakukan sendiri. Adapun, dalam hal manajemen keuangan belum tertata dengan baik karena antara uang perusahaan dengan uang pribadi masih bercampur.

Aliran dukungan dan pengawasan diperoleh dari instansi pemerintah. Instansi pemerintah terkait seperti dinas kesehatan, dinas koperasi dan UKM dan dinas perindustrian serta perbankan. Aliran dukungan dan pengawasan dinas kesehatan memberikan penyuluhan keamanan pangan dalam rangka sertifikasi produksi pangan industri rumah tangga (SPP-IRT), sudah mendapatkan sertifikat halal dari majelis ulama Indonesia (MUI), dan telah mendapatkan surat ijin usaha perdagangan (SIUP) dari dinas perindustrian, perdagangan, dan penanaman modal. Sentra usaha ini juga telah tercatat di Departemen Perindustiran R.I sebagai penghasil produk pangan olahan berbasiswaluh dengan memberikan semua produk untuk diuji laboratorium dan melaporkan hasil sampel produk kepada badan pengawasan obat dan makanan Republik Indonesia oleh perusahaan setiap satu tahun sekali.

Selain itu bantuan pemerintah melalui dinas koperasi dan UKM serta dinas perindustrian sudah pernah diterima oleh IRT pangan olahan berbasiswaluh di Kecamatan Getasan. Bantuan tersebut berupa pameran, alat oven, dan pemotong. Kemudian adanya kerjasama dari perbankan, yaitu dengan Bank Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia cabang Salatiga dalam hal proses transfer, pameran, dan pinjaman modal. Namun sayangnya dinas pariwisata di daerah Kopeng-Getasan belum menyalurkan bantuannya secara maksimal untuk meningkatkan usaha IRT pangan olahan berbasiswaluh agar

25

usaha tersebut semakin berkembang, misal dengan dibukanya agro wisata olahan berbasis waluh, sehingga pendapatan penduduk sekitar meningkat.

Kekuatan dan Kelemahan dari Analisis Rantai Nilai Usaha IRT Pangan Olahan Berbasis Waluh di Kecamatan Getasan

Berikut ini adalah gambaran kekuatan dan kelemahan dari analisis rantai nilai pada usaha IRT pangan olahan berbasis waluh (tabel 1.6).

Tabel 1.6 Kekuatan dan Kelemahan dari Analisis Rantai Nilai pada Usaha IRT Pangan Olahan Berbasis Waluh di Kecamatan Getasan

No. Aktivitas Kekuatan Kelemahan

1 Primer a. Logistik Kedalam

Semua kegiatan dalam logistik kedalam dapat diawasi sepenuhnya oleh pemilik

Tidak adannya struktur organisasi yang jelas

Belum melakukan pengelompokkan bahan baku yang berkualitas b. Operasi Pembagian kerja dalam proses

produksi sudah sesuai dengan kekuatan fisik masing-masing antara pekerja laki-laki dan perempuan

Tidak ada limbah yang terbuang

Tidak ada SOP

(Standard Operating System)

Peralatan yang digunakan masih sederhana c. Logistik Keluar Produk sudah memiliki merek

dagang dan berbadan hukum

Sudah memiliki tujuan pasti dalam hal pendistribusian produk hasil olahan waluh (langganan pasti) Pendistribusian tidak dilakukan sepenuhnya oleh pemilik d. Pemasaran dan Penjualan

Banyaknya varian hasil olahan waluh

Produk yang dihasilkan belum masuk ke pasar modern e. Pelayanan Adanya hubungan yang baik

antara pemilik dengan konsumen Timbulnya pengeluaran yang berlebih/pemborosan 2 Sekunder a. Pengembangan Teknologi

Menghasilkan kualitas rasa yang lebih baik daripada dengan menggunakan teknologi modern Belum mengadopsi teknologi produksi b. Manajemen Sumber Daya Manusia

Sudah menerapkan job

description kepada pekerja

sesuai dengan kemampuan fisik mereka

Rata-rata

kemampuan tenaga kerja yang kurang terampil

26

Perusahaan dalam memproduksi hasil olahan waluh

masih campur dengan dapur rumah tangga

Sistem manajemen yang rendah

Sumber : Data Primer, 2014

Analisis Nilai Tambah

Berdasarkan hasil analisis data, nilai tambah terbesar diperoleh usaha IRT pangan olahan berbasiswaluh sebesar 55.91%, sedangkan pengecer memperoleh nilai sebesar 42.10%. Nilai tambah terkecil dalam aktor rantai nilai ada pada petani waluh dengan nilai hanya 1.99%. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi pendapatan antar pelaku rantai nilai tidak merata. Usaha IRT pangan olahan berbasiswaluh bisa memperoleh nilai tambah paling besar karena perannya sebagai produsen olahan waluh.

Strategi Pengembangan Berdasarkan Analisis SWOTOperator Rantai Nilai

Berdasarkan identifikasi aspek-aspek kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang pada operator rantai pengusaha pangan olahan berbasiswaluh sebagai pelaku utama serta adanya aktor pendukung dalam rantai nilai, dapat disimpulkan rangkuman tabel dibawah.

27

Tabel 1.7 Matrik Analisis SWOT UsahaIRT Pangan Olahan Berbasis Waluh di Kecamatan Getasan (Sumber Data Primer, 2014)

Eksternal

Internal

Oportunity (O)

Bahan baku waluh mudah diperoleh

Masih dapat melebarkan pemasaran keluar daerah

Akses kepasar modern

Meningkatnya wisata di daerah Kopeng-Salatiga

Ada pihak bank yang memberi pinjaman

Threats (T)

Persaingan diantara perusahaan sejenis dari luar

Perkembangan teknologi produksi

Variasi produk pesaing

Strength (S)

Hubungan dengan pemasok bahan baku sudah terjalin lama

Tidak ada limbah yang terbuang

Sudah memiliki merek dagang dan berbadan hukum

Ketersediaan modal

Strategi (SO)

Akses ke pasar modern dapat difasilitasi dengan sudah adanya merek dagang, berbadan hukum

Mengoptimalkan pinjaman dari UMKM yang telah disediakan pemerintah

Strategi (ST)

Meningkatkan standar kualitas produksi, sehingga dapat bersaing dengan pesaing dari luar daerah

Melakukan studi banding ke tempat produksi olahan pangan yang lebih maju untuk mendapatkan

pengetahuan teknologi yang digunakan

Menambah variasi olahan waluh

Weakness (W)

Tidak ada SOP (Standard Operating

System)

Belum melakukan pengelompokkan bahan baku yang berkualitas

Belum memiliki banyak distributor dan konsumen sebagai pelanggan

Melakukan proses produksi secara tradisional, seperti pengadukan pembuatan geplak masih manual

Rata-rata kemampuan tenaga kerja yang kurang terampil

Lokasi produksi masih campur dengan dapur rumah tangga

Sistem manajemen rendah

Strategi (WO)

Menjalin kerjasama dengan pihak-pihak travel dan dinas pariwisata

Inovasi penggunaan mesin pengaduk

Melakukan pelatihan kepada tenaga kerja agar mempunyai keterampilan dan pengetahuan lebih luas

Strategi (WT)

Memperbaiki sistem manajemen

Membuat produk melalui standarisasi agar memberikan ciri khas diantara produk-produk pesaing lainnya

Tabel 1.7 di atas menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh usaha IRT pangan olahan berbasiswaluh di Kecamatan Getasan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinnya. Berikut penjelasan dari masing-masing strategi SO, WO, ST, dan WT.

28

a. Strategi SO

Kekuatan yang dimiliki usaha IRT pangan olahan berbasiswaluh di Kecamatan Getasan berupa hubungan dengan pemasok bahan baku sudah lama, sehingga terjalin hubungan yang sangat baik antar kedua belah pihak. Adanya merek dagang dan sudah berbadan hukum, maka dapat dimanfaatkan untuk mengambil kesempatan akses ke pasar modern yang membutuhkan kualitas yang terkontrol dengan mengoptimalkan pinjaman dari UMKM yang telah disediakan pemerintah. Jika hal ini bisa dilakukan secara berkelanjutan, maka dapat meningkatkan daya saing untuk usaha IRT pangan olahan berbasiswaluh.

b. Strategi ST

Ancaman adanya persaingan diantara perusahaan sejenis dari luar dapat diantisipasi dengan peningkatan standar kualitas produksi, sehingga dapat bersaing dengan pesaing sejenis dari luar. Adapun ancaman berupa perkembangan teknologi produksi dan variasi produk dari pesaing dapat diantisipasi dengan melakukan studi banding ke tempat produksi olahan pangan yang lebih maju untuk mendapatkan pengetahuan teknologi yang digunakan dan menambah variasi pilihan bagi konsumen.

c. Strategi WO

Kelemahan belum memiliki banyak distributor dan konsumen sebagai pelanggan, maka dapat diantisipasi dengan menangkap peluang yang ada yaitu meningkatnya wisata di daerah Kopeng-Salatiga. Strategi yag diterapkan yaitu denganmenjalin kerjasama dengan pihak-pihak travel dan dinas pariwisata. Adapun proses produksi yang masih tradisional dapat diantisipasi dengan melakukan inovasi penggunaan mesin pengaduksehingga hasilnya bisa lebih optimal. Rata-rata kemampuan tenaga kerja yang kurang terampil dikarenakan latar belakang pendidikan hanya setara menengah pertama sehingga dapat difasilitasi denganmelakukan pelatihan kepada tenaga kerja agar mempunyai keterampilan dan pengetahuan yang lebih luas.

29

d. Strategi WT

Kelemahan dari sistem manajemen yang kurang baik seperti sulit mengontrol kinerja dari setiap karyawan, kepercayaan yang kurang antara pemilik kepada tenaga kerja, sistem keuangan yang masih bercampur dengan uang pribadi dan hasil output dapat diantisipasi dengan memperbaiki manajemen kualitasperusahaan yaitu dengan cara memberikan pelatihan khusus bagi karyawan mengenai proses produksi pangan olahan waluh dengan standard dan kualitas yang baik, melakukan pembukuan secara tertulis mengenai keuangan perusahaan dan harus ada job discriptionyang jelas antara pemilik dan tenaga kerja sehingga mampu menciptakan produk yang berkualitas dan sistem manajemen perusahaan yang tertata dengan rapi. Adapun kelemahan belum adanya SOP (Standard Operating System), pengelompokkan bahan baku yang berkualitas belum dilakukan, danlokasi produksi yang masih bercampur dengan rumah tinggal (dapur pribadi) dapat diantisipasi dengan membuat produk melalui standarisasi agar memberikan ciri khas diantara produk-produk pesaing lainnya.

Pembahasan

Berdasarkan survey pada usaha IRT pangan olahanberbasiswaluh di Desa Wates dan Getasan Kecamatan Getasan, maka didapatkan dua usaha pangan olahan berbasis waluh yaitu usaha milik Ibu Nurdjanah dan Ibu Nanik Daryanti. Usaha pangan olahan berbasis waluh milik Ibu Nurdjanah berdiri sejak tahun 1997, sedangkan usaha milik Ibu Nanik Daryanti berdiri sejak tahun 2002. Kedua usaha ini membuat bermacam-macam produk pangan olahan berbasiswaluh diantaranya geplak waluh, stik waluh, emping waluh, gelek waluh, sirup waluh, wingko waluh, pia waluh, kripik waluh, dan egg roll waluh.

Rata-rata usaha pangan olahan berbasiswaluh di Kecamatan Getasan memperkerjakan 2 orang tenaga kerja laki-laki dan 3 orang tenaga kerja perempuan yang memiliki rata-rata pendidikan minimal SMP (Sekolah Menengah Pertama). Tenaga laki-laki dipekerjakan untuk membuat adonan karena memerlukan kekuatan fisik, sedangkan tenaga kerja perempuan dipekerjakan sebagai tenaga memotong adonan, mencetak, sampai mengemas.

30

Aktor rantai nilai yang terkait dengan usaha IRT pangan olahan berbasis waluh di Kecamatan Getasan adalah petani waluh sebagai penyedia bahan baku utama yaitu buah waluh, distributor produk hasil olahan waluh yang meliputi komplek wisata dan tempat penginapan yang berada di Kopeng, Balai diklat Ambarawa,. Selain itu usaha IRT pangan olahan berbasis waluh juga menjual hasil produk-produknya langsung ke konsumen.

Dari strategi analisis lingkungan diatas menunjukkan bahwa ada strategii pengembangan dalam penciptaan daya saing pada IRTpangan olahan berbasiswaluh di Kecamatan Getasan, yaitu (1)mengakses produk ke pasar modern yang telah difasilitasi merek dagang dan sudah berbadan hukum,(2) mengoptimalkan pinjaman dari UMKM yang telah disediakan pemerintah,(3)meningkatkan standar kualitas produksi, sehingga dapat bersaing dengan pesaing dari luar daerah, (4) melakukan studi banding ke tempat produksi olahan pangan yang lebih maju untuk mendapatkan pengetahuan teknologi yang digunakan,(5) menambah variasi olahan waluh,(6)menjalin kerjasama dengan pihak-pihak travel dan dinas pariwisata, (7) inovasi penggunaan mesin pengaduk, (9) melakukan pelatihan kepada tenaga kerja agar mempunyai ketrampilan dan pengetahuan lebih luas, (10) memperbaiki sistem manajemen organisasi, tenaga kerja dan keuangan,(11)membuat produk melalui standarisasi agar memberikan ciri khas diantara produk-produk pesaing lainnya.

PENUTUP

Dokumen terkait