• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

4.6 Para Aktor Dan Peran Aktor Dalam Proses Mediasi

4.6.1 Aktor Dan Peran Aktor

Dalam proses mediasi, keterlibatan para aktor memegang peranan yang sangat penting untuk mencapai suatu kesepakatan. Aktor dalam hal ini adalah orang yang berperan aktif dan memegang kendali dalam proses mediasi tersebut. Para aktor yang terlibat dalam proses mediasi tersebut adalah aktor yang berasal dari Tim Mediasi, Masyarakat Desa Penggalian, dan pihak PT. Nusa Pusaka Kencana Bahilang.

Tim Mediasi yang berasal dari Pemerintah kabupaten Serdang Bedagai dalam hal ini berperan sebagai pihak ketiga yang dituntut untuk bersikap netral dalam menyelesaikan konflik pertanahan antara masyarakat Desa Penggalian dan PT. Nusa Pusaka Kencana Bahilang. Dalam hal ini tim mediasi adalah aktor utama karena keberhasilan dari proses mediasi yang dilakukan sebagai upaya penyelesaian konflik bergantung kepada tim mediasi dalam memberikan solusi yang tepat sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Sedangkan para aktor dari pihak yang berkonflik adalah mereka yang dijadikan perwakilan dan dianggap mampu untuk memaparkan pernyataan dari masing-masing pihak.

Dari sejumlah aktor yang terlibat dalam proses mediasi tersebut dapat digambarkan lebih rinci tiga profil aktor yang terlibat langsung dalam proses mediasi:

1. Tim Mediasi Dan Perannya

Pada tim mediasi yang menjadi aktor utama adalah Ketua Tim Mediasi, hal ini dikarenakan tanggung jawab ketua mediasi sebagai pemimpin dalam setiap pertemuan mediasi dan pengatur strategi proses mediasi untuk menghasilkan keputusan yang disepakati oleh kedua belah pihak yang berkonflik. Sebagai ketua tim beliau bertugas untuk memimpin setiap pertemuan mediasi dan dituntut untuk bersikap netral. Adapun peran aktor mediasi dalam hal ini adalah:

- Memimpin setiap forum mediasi.

- Membangun relasi yang baik dengan pihak berkonflik. - Memberikan solusi untuk hasil akhir mediasi.

- Pengatur strategi mediasi.

Aktor tim mediasi dalam menjalankan tugasnya sebagai pihak ketiga yang dituntut untuk bersikap netral tersebut juga pernah mendapatkan ancaman atau intimidasi yang diterima melalui telepon seluler. Hal ini sesuai dengan pernyataan ketua tim mediasi yang didapatkan dari hasil wawancara penelitian:

“Saya sebagai ketua mediasi ya pernah juga mendapatkan SMS ataupun telepon dari orang-orang yang tidak saya kenal, berisi ancaman-ancaman terkait kasus tersebut. Tapi ya saya sikapi dengan tenang dan wajar-wajar saja namun tetap berpedoman pada prinsip netral”.

2. Aktor Masyarakat Desa Dan Perannya

Masyarakat Desa Penggalian pada setiap pertemuan mediasi didampingi oleh Komite Tani Menggugat Kabupaten Serdang Bedagai. Pak Wendi Hutabarat sebagai Ketua Komite Tani Menggugat Kabupaten Serdang Bedagai dalam konflik ini diajak oleh masyarakat Desa Penggalian untuk membantu mereka dalam penyelesaian kasus tersebut, beliau dapat dikatakan sebagai aktor dari masyarakat Desa Penggalian karena tugasnya yang selalu berhadapan langsung dengan pihak pemerintah untuk menginformasikan bahwa ada kasus-kasus pertanahan yang harus ditanggapi secara serius oleh pemerintah.

Kehadiran beliau dalam setiap proses mediasi juga sebagai juru bicara dalam setiap forum yang diadakan, beliau juga dibantu oleh beberapa orang dari pihak masyarakat Desa Penggalian untuk berlaga argumen dalam forum. Seperti yang terlihat dari hasil wawancara dengan Pak Wendy:

“Saya lebih banyak bicara di dalam forum, juga lebih banyak menginformasikan ke Pemerintah bahwa banyak tanah masyarakat yang

dirampas oleh perkebunan. Jadi saya sebagai pendamping masyarakat Desa Penggalian, banyak berbicara di forum tentang bukti-bukti yang dimiliki masyarakat dan berusaha agar masyarakat mendapatkan hak mereka yang sedang di tuntut ini”.

Sebagai orang yang berperan aktif dalam proses mediasi tersebut, aktor dari masyarakat desa mengharapkan selama kasus tersebut belum mendapatkan titik terang, tim mediasi seharusnya tetap mendampingi masyarakat dalam usaha menyelesaikan kasus tersebut. Seperti pada saat tim mediasi mengeluarkan surat rekomendasi kepada masyarakat untuk ditujukan ke Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (BPN RI) di Jakarta, masyarakat mengharapkan agar tim mediasi mengawal mereka disana dan menjelaskan apa sebenarnya permasalahannya. Bukan hanya memberi surat rekomendasi dan melepaskan masyarakat begitu saja.

3. Aktor Pihak Perusahaan Dan Perannya

Pihak PT. NPK dalam setiap proses mediasi hanya dihadiri oleh kuasa hukum perusahaan dan kuasa pimpinan perusahaan yang diwakilkan oleh Pak S. Sebagai aktor dari perusahaan beliau dituntut untuk mampu memberikan argumen-argumen dan bukti-bukti yang sah atas status perusahaan dan HGU yang dimiliki oleh perusahaan yang sah alas hukumnya.

Sebagai aktor perusahaan, beliau memang yang paling banyak berbicara mewakili pihak perusahaan. Namun dalam sikap berkomunikasi di dalam forum beliau mengaku tetap menjaga tata krama dan berusaha untuk tidak terbawa suasana yang sering berubah menjadi tidak kondusif. Seperti pernyataan Pak S yang didapatkan dari hasil wawancara:

“Peran saya sebagai kuasa pihak perusahaan disini hanya memberikan penjelasan yang sebenarnya dan apa setiap keterangan yang diminta oleh tim mediasi. Karena masalah ini memang sensitif jadi dalam bersikap di setiap forum saya berusaha tetap kalem saja dan memberikan keterangan sejujurnya saja.”

Kehadiran para aktor tersebut membawa peranan yang sangat penting terhadap hasil akhir dari proses mediasi yang dilakukan. Namun dalam kasus antara masyarakat Desa Penggalian dan PT. NPK, keberadaan aktor tersebut tidak serta merta membawa hasil yang diinginkan antara kedua belah pihak yang berkonflik. Pihak perusahaan yang merasa terganggu akibat seringnya menerima panggilan dari tim mediasi untuk menghadiri forum, masyarakat juga merasa jenuh akan proses mediasi yang berjalan begitu-begitu saja tanpa ada hasil yang pasti, sehingga kinerja tim mediasi dalam hal ini dipertanyakan. Aktor tim mediasi sendiri yang dalam hal ini adalah Ketua Tim Mediasi merasa bahwa mereka sudah melakukan perannya sebagai pihak ketiga yang netral dan telah memberikan solusi ataupun pilihan (opsi) yang bisa dipertimbangkan oleh kedua belah pihak yang berkonflik.

Adapun yang menjadi solusi akhir dari proses mediasi yang dilakukan adalah agar kedua belah pihak yang berkonflik mengajukan kasus tersebut ke pengadilan. Karena dari setiap proses mediasi yang dilakukan tim mediasi merasa bahwa masyarakat terlalu bersikeras untuk mendapatkan hak atas tanah yang diperkarakan tanpa memiliki bukti yang sah sehingga sulit untuk mendapatkan kata kesepakatan antara kedua belah pihak yang berkonflik.

Aktor tim mediasi mengemukakan bahwa kunci keberhasilan dari mediasi yang telah dilaksanakan ialah adanya kemauan dari kedua belah pihak agar

konflik yang terjadi segera berakhir. Peran para aktor yang berkonflik juga sangat menentukan dalam mencapai konsensus, sehingga dapat menyelesaikan permasalahan dan memberikan pengaruh yang kuat bagi jalannya resolusi konflik. Keterbukaan dan kemauan dari pihak perusahaan juga dinilai berpengaruh dalam hal tercapainya suatu konsensus resolusi konflik. Dalam kasus ini, konsensus tidak dapat tercapai karena sulitnya kedua belah pihak untuk menyatukan pendapat mereka. Hal ini mungkin juga disebabkan oleh adanya kepentingan-kepentingan lain dari kedua belah pihak yang berkonflik.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lusia (2010) juga mengatakan bahwa keberhasilan pihak ketiga yang berfungsi sebagai mediator tergantung pada kredibilitas dan peran yang dimilikinya, serta pendekatan yang digunakan. Pendekatan yang relevan adalah pendekatan bebas nilai (non-judmental) yang didasarkan pada kepercayaan yang dimiliki pihak ketiga. Selain itu fleksibilitas yang berkaitan dengan kemampuan aktor pihak ketiga dalam menyelesaikan masalah. Karena itu, mekanisme dan fleksibilitas serta independensi sangat menentukan posisi pihak ketiga.

Dokumen terkait