Munculnya gerakan perlawanan adalah sebuah kekuatan untuk tetap dan/atau melakukan perubahan dalam kehidupan masyarakat. Di dalamnya tentu tidak lepas dari posisi strategis dari sekelompok kekuatan sosial yang menjadi pioner atau katalisator dari sebuah gerakan tersebut yang kemudian sering disebut sebagai aktor atau agent gerakan. Mengacu apa yang diungkapkan oleh Budiman dan Tornquist (2001) dan Wahyudi (2005) bahwa gerakan perlawanan yang muncul di berbagai daerah di Indonesia termasuk di Desa Orang Kambang selalu dimotori oleh para aktor-aktor agen gerakan yang selanjutnya dapat menumbuhkan demokratisasi serta membuka ruang publik kepada masyarakat luas. Hal ini senada dengan pemikirang Van Klinken (2007) tentang pentingnya aktor dalam setiap aktifitas gerakan baik sebagai orang atau sekelompok orang maupun perangkat pendukung untuk memainkan peran penting (utama) dalam sebuah
„panggung‟ ataupun insiden tersebut.
Selanjutnya, mengacu teori jaringan aktor atau yang dikenal dengan Actor Networ Theory (ANT) dipelopori oleh Latour (2005) aktor tidak berdiri sendiri tetapi akan masuk ke dalam jaringan aktor itu sendiri untuk melakukan translasi, dan intermediasi. Karena aktor dalam konsep jaringan tidak hanya berfokus pada hubungan sosial
156
aktor manusia, tetapi mencakup aktor-aktor non manusia-yaitu sebuah jaringan beragam (heterogen). Oleh karenanya ada banyak predikat
tentang aktor, seperti; “aktor adat”, “aktor kerusuhan”, “aktor politik”, “aktor intelektual”, sampai “aktor teknologi” dan lain sebagainya.
Dalam konteks aktor human dan di luar ranah non-elektoral, biasanya wadah yang digunakan para aktor adalah berbentuk LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang didirikan atas dasar tujuan tertentu. Kehadiran LSM dalam sebuah masyarakat merupakan kenyataan yang tidak dapat dinafikan. Hal ini dimungkinkan dikarenakan keterbatasan negara dalam memenuhi semua kebutuhan warga masyarakat dan/atau keterbatasan masyarakat dalam memenuhi tuntutannya kepada negara. Keterbatasan inilah yang perannya kemudian diambil-alih oleh kelompok LSM untuk menjadi aktor. Di sisi lain fenomena pembentukan norma dan tatanan sosial yang dilakukan oleh negara selalu menciptakan ketegangan dengan masyarakat sehingga peran-peran dari aktor akan sering terlihat untuk memfasilitasi kepentingan antar negara dengan masyarakat yang kemudian disebut sebagai aktor perantara (intermediary).
Penelitian tentang peran aktor di Indonesia akhir-akhir ini semakin berkembang. Hadir dan banyaknya aktor-aktor yang secara terbuka memposisikan dirinya sebagai aktor untuk menjembatani atau sebagai penghubung antara masyarakat dan negara. Dalam hal bagaimana peran dan strategi mereka dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat semakin menambah daya tarik terkait dengan gerakan perlawanan masyarakat Oreng Kambang melawan PT IMK. Untuk itu, paling tidak ada tiga jenis peranan yang dapat dimainkan oleh berbagai aktor, yaitu: (1) mendukung dan memberdayakan masyarakat pada tingkat grassroots, yang sangat esensial dalam rangka menciptakan pembangunan yang berkelanjutan; (2) meningkatkan pengaruh politik secara meluas, melalui jaringan kerjasama, baik dalam suatu negara ataupun dengan lembaga-lembaga internasional lainnya; dan (3) ikut mengambil bagian dalam menentukan arah dan agenda pembangunan (Gaffar, 2006).
157
Mengacu pada pembahasan konflik Masyarakat Dayak vs PT IMK serta pembahasan tentang aktor di atas, maka dapat dipetakan bahwa aktor-aktor yang terlibat tersebar di berbagai wilayah penambangan PT IMK dan yang menjadi pusatnya adalah aktor-aktor yang ada di dalam dan di luar wilayah tambang PT IMK . Adapun aktor-aktor yang dimaksud terlibat dalam konflik tersebut adalah :
1. Aktor dari Masyarakat Di sekitar Tambang
Paling tidak ada 5 (lima) aktor masyarakat di sekitar tambang PT IMK yang selalu aktif melakukan perlawanan terhadap keberadaan PTM IMK; (1) kelompok sdr.. Ipong I Pambuk yang berasal dari masyarakat desa Jukingsuan; (2) kelompok sdr.. Herly S. Penyang yang berasal dari masyarakat desa Persiapan Luit Raya; dan (3) kelompok penambang Merindu; dan (4) kelompok masyarakat desa Oreng Kambang yang berada di inti wilayah tambang PT IMK. Selain aktor yang berasal dari masyarakat di sekitar tambang, ada satu kelompok masyarakat di Serujan yang aktornya berasal dari Puruk Cahu, yaitu sdr.. Anderas Udang.
Kelompok-kelompok ini mempunyai peran dalam mendukung gerakan perlawanan terkait dengan keberadaan PT IMK, dengan bentuk dan jenis perlawannya berbeda. Kelompok sdr. Anderas Udang adalah kelompok awal yang melakukan mobilisasi masyarakat untuk melakukan demontrasi terkait dengan keberadaan PT IMK. Demontrasi tidak hanya dilakukan pada tingkat lokal tetapi juga tingkat nasional bahkan internasional. Untuk mendukung gerakannya, kelompok sdr. Andreas membangun jaringan dengan para aktor dari berbagai ornop di tingkat nasional, seperti Jatam, Alperudi, YLBHI, PBHI, Elsam, dan LBH Jakarta. Isu yang dibawa kelompok ini adalah menghentikan seluruh operasi dari PT IMK.
Kelompok Andreas melakukan aksi perlawanan sejak tahun 1995 seiring dengan semakin masif kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh pembuangan limbah atau tailing ke sungai dari
158
PT IMK karena tanggulnya “jebol”. Pada tahun 1994 pernah terjadi banjir bandang mengakibatkan ikan-ikan mati luar biasa terutama yang dipelihara masyarakat di karamba-karamba. Kejadian seperti ini yang kemudian mendorong sdr. Andreas terlibat dalam gerakan perlawanan kehadiran PT IMK. 42 Kelompok sdr. Andreas juga menjadi pelopor agar kasus PT IMK dibawa ke ranah hukum dengan mendorong ornop-ornop di tingkat nasional Jatam, Alperudi, YLBHI, PBHI, Elsam, dan LBH Jakarta berkoalisi membentuk Tim Advokasi Tambang Rakyat atau disingkat TATR. Sdr. Andreas juga pernah diajak ke Australia untuk mewakili masyarakat bertemu langsung dengan pimpinan PT IMK guna menegosiasikan kepentingan
masyarakat yang pada akhirnya negosiasi ini “gagal”. Pada
Akhirnya kelompok sdr. Andreas tidak lagi terlibat lagi dalam perjuangan melawan PT IMK seiring dengan berbagai tekanan sejak masa pemerintahan Orde Baru sampai pemerintah SBY. Berbeda dengan kelompok sdr. Andreas, kelompok sdr. Ipong dan sdr. Henry mempunyai latar belakang karena tanah keluarga besarnya tidak ingin dijual dan/atau disewakan kepada PT IMK. Meskipun mendapat tekanan dan masuk penjara, kelompok sdr. Ipong dan sdr. Andreas tetap bertahan, karena ada keinginan untuk mengambil alih kembali wilayah yang diambil PT IMK untuk dijadikan hutan cagar budaya.
Kelompok penambang Merindu lebih mementingkan isu untuk mengambil alih kembali lobang-lobang tambang yang diambil alih PT IMK baik secara sembunyi-sembunyi maupun secara terbuka melalui aksi reklaiming (Haridison, 2006). Bentuk aksi yang lain adalah membentuk koperasi agar usaha pertambangan memperoleh ijin resmi dari pemerintah. Namun dalam perjalanannya kelompok ini tidak berjalan lagi karena pengurus yang diharapkan dapat mengelola koperasi dengan
baik justru “macet” ditengah jalan.
42 Hasil wawancara dengan sdr. Andreas pada tanggal 11 Juli 2016 di Puruk Cahu, Kalimantan Tengah.
159
Kelompok terakhir adalah kelompok masyarakat desa Oreng Kambang yang sejak awal bergabung dengan kelompok sdr. Andreas. Namun dalam perkembangannya, kelompok desa Oreng Kambang yang berada dipusat kekuasaan PT IMK justru melepaskan diri dan berjuang sendiri dengan menggandeng pendamping dari LMMDDKT.
Bentuk perlawanan yang dilakukan adalah untuk melakukan pengorganisasian demontrasi di lapangan dengan memobilisasi para penambang, kelompok desa Oreng Kambang juga melakukan aksi-aksi perlawanan ke Jakarta untuk bertemu langsung dengan para pengambil keputusan di pusat kekuasaan. Selain itu, kelompok ini juga memanfaatkan teknologi internet untuk melakukan perlawanan dengan PT IMK. Meskipun usaha mereka belum sepenuhnya berhasil sebagaimana diharapkan, tetapi paling tidak usaha menegaskan kembali Gunung Puruk Kambang sebagai situs budaya dan melakukan pemetaan geokultural adalah sebagai sebuah hasil.
Dari keempat kelompok masyarakat tersebut, dapat dipetik pengalaman bahwa bentuk-bentuk perlawanan bervariasi, mulai dari pola yang bersifat prosedural sampai pada aksi di lapangan, berupa: tuntutan dan protes yang diproses dari aras desa, kecamatan, kebupaten, propinsi sampai pada aras pusat, aksi damai, pendudukan lokasi penambangan, dan yang terakhir perjuangan memperoleh legalitas dari negara dan membuat pemetaan geokultural.
2. Kelompok Organisasi Non Pemeritah (Ornop)
Ornop pertama kali yang terlibat dan mendukung gerakan perlawanan masyarakat sekitar tambang PT IMK adalah Yayasan Bina Sumber Daya atau disingkat YBSD. YBSD mendampingi para penambang secara kolektif melakukan gerakan perlawanan. Dalam perjalanan pendampingan YBSD belum dapat membuahkan hasilnya, dikarenakan adanya persaingan dengan kelompok masyarakat lainnya terutama kelompok sdr. Andreas yang mampu memobilisasi masyarakat
160
dengan didukung oleh ornop-ornop secara khusus Walhi. Namun YBSD berhasil membuka akses bagi masyarakat untuk membangun jaringan perlawanan selanjutnya.
Untuk jaringan ornop yang dibentuk oleh sdr. Andreas dengan dukungan Walhi adalah Jatam, Alperudi, YLBHI, PBHI, Elsam, dan LBH Jakarta. Ornop-ornop ini kemudian bersepakat berkoalisi membentuk Tim Advokasi Tambang Rakyat (TATR) agar dapat memenangkan gugatan ke pengadilan tinggi Jakarta Utara. Isu yang kemudian diperjuangkan terkait dengan dampak kehadiran PT IMK yang menyebabkan kerusakan lingkungan, hancurnya ekonomi masyarakat serta dampak sosial terkait dengan terjadinya konflik horisontal.
Dalam perjalanannya, TATR juga belum mampu
menyelesaikan masalah konflik yang dihadapi antara masyarakat adat Dayak dengan PT IMK, karena ada banyak kepentingan yang dibawa oleh koalisi ornop ini yang tentunya patut dipertanyakan. Realitas ini memerlukan kajian tersendiri. Selanjutnya adalah Lembaga Musyarawah Masyarakat Adat Dayak Daerah Kalimantan Tengah (LMMDD-KT) yang secara digandeng oleh kelompok masyarakat desa Oreng Kambang untuk mendampingi aksi perlawanan mempertahankan kelestarian dari Situs Budaya Puruk Kambang sebagai simbol atau identitas dari orang Dayak khusus Dayak Siang Murung. Sebagai lembaga yang selama ini memperjuangkan hak-hak masyarakat, LMDD-KT kemudian melakukan berbagai
kegiatan pendampingan, diantaranya melakukan
pengerangkaan wacana negatif terhadap dampak kehadiran PT IMK melalui penyampaian informasi baik melalui internet dan media sosialnya.
Kelompok NGO lainnya adalah Kelembagaan Adat Dayak yang dibentuk sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak di Kalimantan Tengah dari tingkat
161
Nasional berbentuk Majelis Adat Dayak Nasional (MADN), Provinsi sampai tingkat desa/kelurahan yang berbentuk Dewan Adat Dayak (DAD) sesuai dengan tingkatannya. Di tingkat Kecamatan dan Desa/Kelurahan selain dibentuk DAD juga dibentuk Kerapatan Mantir/Let Perdamaian Adat sebagai wadah gabungan pada Mantir/Let Adat Kecamatan maupun Desa/Kelurahan.
Selama ini peran kelembagaan adat Dayak adalah menjadi perwakilan atau reprentatif orang Dayak untuk mengatur, mengurus dan menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan dengan mengacu kepada adat-istiadat, kebiasaan-kebiasaan dan hukum adat Dayak. Namun dalam kenyataannya peran kelembagaan adat tidak berjalan sebagaimana mestinya. 3. Kelompok Pemerintah
Seharusnya peran pemerintah dan pemerintah daerah adalah menjadi katalisator sekaligus fasilitator untuk menangani konflik antara PT IMK dengan masyarakat yang tinggal di sekitar tambang. Namun dalam perjalannya peran ini tidak bisa diharapkan karena pemerintah dan pemerintah daerah berikut perangkatnya justru menjadi pendukung utama kelompok yang pro dengan PT IMK. Harapan-harapan pemerintah untuk membangun prinsip-prinsip penerapan pertambangan terlanjutkan yang diinginkan tidak pernah tercapai.
Selain pemerintah dan pemerintah daerah, keterlibatan Kepolisian yang biasanya juga didukung dengan TNI yang diturunkan apabila ada konflik. Sayangnya keberadaan Kepolisian dan/atau TNI justeru tidak menjadi penengah untuk mengatasi konflik antara PT IMK dan kelompok masyarakat. 4. Kelompok Media
Peran media sangat stragis karena dapat mempengaruhi para pemilik pemodal dalam menyalurkan pendanaan dan juga fungsi kontrol yang indepedent. Media cetak maupun media televisi menjadi dua hal yang berbeda dalam meredam
162
beberapa fakta-fakta terhadap dampak hadirnya PT IMK. Media sangat mampu memainkan peran dalam membentuk agenda setting terhadap pihak pemodal. Di pihak lain pemilik media juga mempunyai kepentingan untuk menentukan agenda setting seperti yang dikehendakinya.
5. Bursa Saham
Bursa saham adalah wadah untuk memberikan informasi dan mempengaruhi para pemegang saham PT IMK. Karenanya bursa saham menjadi patakon dalam mempengaruhi para pemodal menghubungkannya dengan media melalui pembuatan website yang berisikan data-data perusahaan yang telah mereka beli saham-sahamnya. Bagaimana gerakan saham dalam bursa saham yang pada akhirnya menentukan apakah gerakan perlawanan yang dilakukan berhasil atau tidak.
6. PT Indo Muro Kencana
Sebagai perusahaan yang sudah go publik karena sahamnya 100% dikuasai oleh Strait Resources Limited dan terdaftar di bursa saham Australia, maka pihak manajemen PT IMK di Indonesia harus mampu menunjukkan kinerja yang baik terutama dalam mengelola usaha pertambangan yang berkelanjutan. Salah satunya yang nampaknya menjadi utama adalah jaminan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar kepada pemilik modal melalui Strait Resources Limited. Guna menjamin proses operasi penambangan, hal yang utama dilakukan PT IMK adalah menguasai wilayah-wilayah atau lobang-lobang tambang yang dinilai memiliki kandungan emas yang tinggi terutama di Pit Serujan yang juga menjadi wilayah sakral atau suci bagi penganut agama Keharingan. Untuk menguasai wilayah atau lokasi penambangan ini berbagai upaya yang dilakukan oleh PT IMK, dari membentuk Pam Swakarsa untuk mengadu-domba antar masyarakat, membayar aparat keamanan negara (Brimob) untuk menjaga perusahaan; membayar kepada pihak berwenang baik yang ada
163
diperintahan pusat sampai ke daerah termasuk kecamatan; memberikan dana sosial kepada Dewan Adat Dayak khususnya di Murung Raya dan lain sebagainya. Dampaknya perlawanan masyarakat adat Dayak terhadap PT IMK bukan semakin mereda justru semakin meningkat, seperti yang sudah dijelaskan di atas.
7. Tekonologi Intenet
Teknologi internet menjadi aktor penentu berkembang tidaknya gerakan perlawanan yang dilakukan kelompok masyarakat Oreng Kambang. Sebagai penentu karena teknologi internet digunakan sebagai aksi on-line, melakukan koordinasi off-line, menjadi saluran media untuk mengangkat isu-isu yang terabaikan sehingga mendapatkan perhatian. Selain itu, melalui teknologi dapat meminta informasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan aksi, serta dapat menjadi reportasi menyampaikan segala peristiwa yang dilakukan oleh PT IMK khususnya yang memberi dampak pada kehidupan masyarakat. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dipetakan hubungan antar aktor yang kemudian membentuk jaringan aktor seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.10. di bawah ini.
Mengacu gambar 5.10. tersebut dapat dijelaskan bahwa kehadiran PT IMK menimbulkan perpecahan dalam masyarakat; ada kelompok masyarakat yang mendukung hadirnya PT IMK dan ada masyarakat yang menolak. Kelompok masyarakat penerima tambang tentunya akan menerima berbagai fasilitas selain menjadi karyawan PT IMK juga menerima berbagai bantuan sosial melalui program CSR. Pada akhirnya mereka digunakan oleh PT IMK sebagai garda terdepan membela PT IMK melawan masyarakat menolak tambang dengan membentuk Pam Swakarsa sebagai tenaga keamanan mendukung aparat keamanan yang disediakan oleh negara (Brimob).
164
Gambar 5.10.
Pemetaan Aktor-aktor Yang Terlibat Dalam Konflik Antara Masyarakat Adat Dayak dengan PT IMK
Hal ini berbeda dengan kelompok masyarakat penolak tambang yang justru menghadapi berbagai tekanan tidak hanya oleh PT IMK tetapi juga melalui aparat pemerintah daerah dan pihak keamanan. Kelompok masyarakat penolak tambang sendiri ada 4 (empat) kategori; yaitu; (1) kelompok masyarakat yang ingin mempertahankan tanahnya, seperti kelompok Ipong I Pambuk di Jukingsuan; dan kelompok Kelompok Herly S. Penyang Masyarakat desa Persiapan Luit Raya; (2) kelompok masyarakat penambang terutama dari desa Marindu; dan (3) Kelompok Anderas Udang Serujan dengan mengundang LSM-LSM nasional dan internasional untuk menempuh jakur hukum; dan (4) kelompok masyarakat adat Dayak desa Oreng Kambang yang memperjuangkan hak-hak adat atas Situs Puruk Kambang.
Awalnya kelompok masyarakat menolak tambang dengan didukung dan didampingi Yayasan Bina Sumber Daya atau disingkat
165
dengan YBSD melakukan demonstrasi menolak kehadiran PT IMK dan menduduki lobang-lobang tambang yang diambil alih PT IMK. Selanjutnya kelompok Anderas Udang Serujan mengundang LSM-LSM nasional dan internasional yang tergabung dalam TATR untuk membantu mereka menempuh jalur hukum. Hasilnya tidak seperti yang diharapkan.
Berbeda dengan posisi Kelompok Damang Kepala Adat Siang, Murung dan Bakumpai yang pada awalnya memperjuangkan hak-hak adatnya terkait dengan keberadaan Puruk Kambang sebagai wilayah sakral dan suci sebagai tempat bersembahyang bagi pemeluk agama Kaharingan. Kelompok ini berhasil menjadikan Puruk Kambang sebagai Situs Budaya oleh pemerintah dan pemerintah daerah. Namun posisi ini semakin pudar karena secara administrasi di bawah langsung Dewan Adat Daerah (DAD) Murung Raya yang dalam hal ini sebagai ketua adalah pejabat Bupati Kepala Daerah Kabupaten Murung Raya dan masuk kedalam ranah politik kekuasaan.
Tumpulnya kekuasaan yang dimiliki oleh Damang Kepala Adat mendorong kelompok masyarakat adat Dayak di Oreng Kambang melakukan perjuangan sendiri. Sebagai kelompok yang bertempat tinggal di pusat penambangan PT IMK dan menjadi pemilik atas Puruk Kambang serta merasakan besarnya dampak kerusakan lingkungan karena dampak eksploitasi tambang yang dilakukan PT IMK. Selain merasa kecewa dengan sepak terjang dari DAD dan kelompok Damang Kepala Adat Dayak kelompok ini tampil memperjuangkan hak-hak adatnya atas situs Puruk Kambang, seperti yang terlihat pada gambar 5.11. di bawah ini.
Kelompok masyarakat Dayak Oreng Kambang yang pada awalnya tergantung dengan kelompok Andreas Udang Serujan akhirnya memisahkan diri melakukan perlawanan dengan membangun jaringan dengan LMMDDKT. Dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi melakukan perlawanan melalui pembingkaian berbagai isu terkait dengan dampak negatif hadirnya PT IMK di Oreng Kambang.
166
Sumber : LMMDDKT, 2014
Gambar 5.11.
Penentuan Batas Situs Puruk Kambang, Pembuangan Tailing dan Dam Yang Dipersengketakan antara PT IMK dan Kelompok Masyarakat Adat