• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktualisasi Gerakan dalam Bidang Politik Kenegaraan

BAB III Analisa Kepentingan Politik Muhammadiyah Era Reformasi

3. Aktualisasi Gerakan dalam Bidang Politik Kenegaraan

Penjelasan-penjelasan diatas memberi gambaran secara kelembagaan Muhammadiyah tetap dalam asas netralitasnya untuk tidak terkait dengan politik praktis dalam upaya meraih kekuasaan. Akan tetapi secara individu orang-orang Muhammadiyah sulit untuk steril tidak terlibat dengan politik praktis. Anggota Muhammadiyah yang memiliki kemauan dan terjun ke politik praktis tetap diberi kesempatan yang luas. Namun, siapapaun yang ingin menjual Muhammadiyah untuk kepentingan tertentu tidak akan dapat diterima.

Sikap Muhammadiyah dalam menjaga identitasnya untuk tetap menjadi organisasi sosial masyarakat dengan gerakan kultural menguatkan identitas Muhammadiyah sebagai kekuatan civil society dalam pengembangan masyarakat. Muhammadiyah sebagai gerakan kemasyarakatan dalam menyikapi perubahan dan perkembangan masyarakat senantiasa memiliki

kepentingan untuk melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar. Pelaksanaan itu dilakukan dengan

menyelenggarakan amal usaha Muhammadiyah. Dalam pasal 7 ayat 1 Anggaran Dasar Muhammadiyah disebutkan bahwa mencapai maksud dan tujuannya, Muhmmadiyah

melaksanakan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar dan tajdid yang diwujudkan dalam usaha di

69

segala bidang kehidupan. Dalam Rumah Tangga Muhammadiyah disebutkan terdapat berbagai macam amal usaha yang diwujudkan oleh Muhammadiyah. Amal usaha Muhammadiyah tersebut dibagi kedalam beberapa bidang garap antara lain bidang politik kenegaraan, bidang agama Islam, bidang pendidikan, bidang kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, serta bidang ekonomi dan keuangan.

Amal usaha Muhammadiyah dalam bidang politik kenegaraan merupakan bentuk kepedulian dan tanggung jawab Muhammadiyah dalam pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik dan benar. Sesuai dengan Khittahnya, Muhammadiyah meyakini politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan salah satu aspek dari ajaran Islam dalam urusan keduniawian yang harus dimotivasi, dijiwai, dan dibingkai oleh nilai-nilai luhur agama

dan moral yang utama.70

3.1. Jihad Konstitusi

Dalam mewujudkan amal usaha tersebut Muhammadiyah membentuk Majelis Hukum dan Hak Azasi Manusia serta Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik yang berfungsi guna membela kepentingan Persyarikatan dan juga kepentingan rakyat dalam kehidupan kenegaraan.

Dalam kepemimpinan Din Syamsuddin, Muhammadiyah memerankan dirinya sebagai kekuatan politik yang menyalurkan aspirasi umat Islam dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Peran tersebut ditempuh melalui jalur kelompok kepentingan dan memberi pendapat umum melalui pernyataan resmi organisasi. pernyataan resmi organisasi. Pernyataan resmi organisasi tersebut diberikan dalam menyikapi hal-hal yang mengemuka di masyarakat khususnya yang menyangkut umat Islam.

Sejak sidang tanwir di Denpasar pada tahun 2002, Muhammadiyah bertekad mengintensifkan politik kebangsaan. Sebagai sebuah kelompok kepentingan, Muhammadiyah berkepentingan mengawal undang-undang agar tetap sejalan dengan nilai-nilai keislaman dan berpihak bagi kesejahteraan rakyat. Dalam masa kepemimpinan Din Syamsuddin, gerak langkah Muhammadiyah di bidang konstitusi beberapa kali dilakukan. Bentuk peran mengawal konstitusi

itu dilakukan melalui pernyataan organisasi maupun lewat gugatan judicial review di Mahkamah

Konstitusi. Din Syamsuddin menilai langkah menggugat undang-undang sebagai jihad

politik dalam menegakkan amar ma'ruf nahi munkar.71

Pada tahun 2012, Muhammadiyah bersama elemen masyarakat lain secara resmi mangujukan gugatan Uji Materi Undang Undang no. 22 pasal 28 ayat 2 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi di kantor Mahkamah Konstitusi. Uji Materi UU Migas tersebut merupakan rekomendasi Mukatamar Muhammadiyah ke 46 di Yogyakarta pada tahun 2010, Muhammadiyah menilai Undang Undang Migas tersebut telah memberikan peluang tak terbatas swasta Asing untuk mengeruk kekayaan alam bangsa Indonesia. Diharapkan dengan pengajuan Uji Materiil tersebut dapat berdampak positif pada peran Negara untuk merenegosiasi sejumlah kontrak eskplorasi minyak dan gas bumi. Hasilnya, Mahkamah Konstitusi memenangkan gugatan Muhammaddiyah tersebut. MK memutuskan Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak

dan Gas (BP Migas) sebagai badan yang bertentangan dengan UUD 1945.72

Setelah UU Migas, Muhammadiyah melakukan judicial review Undang Undang No.24 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit yang dianggap merugikan Muhammadiyah. Undang-undang Pukul 20.35 WIB.

tersebut dianggap merugikan Muhammadiyah karena tidak memperbolehkan untuk mendirikan rumah sakit baru selain yayasan yang bekerja khusus dalam bidang perumahsakitan. Frasa “yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan” dianggap telah menghalangi usaha Muhammadiyah untuk dapat mengelola rumah sakit. Sebagai organisasi masyarakat, Muhammadiyah telah lama bertindak sebagai pendiri dan pengelola rumah sakit meski tidak berbadan hukum khusus untuk bidang perumahsakitan. Gugatan ini pun mendapat hasil yang baik, dimana MK memutuskan bahwa memenangkan gugatan Muhammadiyah dengan putusan bahwa rumah sakit publik yang diselenggarakan oleh badan hukum bersifat nirlaba (nonprofit) tidak harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang

perumahsakitan.73

Selain itu, Pimpinan Pusat Muhammadiyah bersama sejumlah tokoh masyarakat juga

melakukan uji materi sejumlah pasal dalam

(SDA). Muhammadiyah mengeluhkan penerapan sejumlah pasal dalam UU Sumber Daya Air yang membuka peluang privatisasi dan komersialisasi yang merugikan masyarakat. Menurut Din Syamsuddin UU Sumber Daya Air termasuk undang-undang yang dianggap meruntuhkan kedaulatan negara dan merugikan rakyat sebagai pengguna air lantaran telah

dikomersialisasikan.74

Muhammadiyah juga mengajukan gugatan atas 25 pasal dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan (UU Ormas) yang dinilai merugikan. Dalam Undang-undang tersebut membatasi peran negara semata sebagai pembuat dan pengawas regulasi, sehingga kehilangan kontrol atas setiap atas setiap tahapan pengelolaan air untuk memastikan terjaminnya keselamatan dan kualitas pelayanan bagi setiap pengguna air.

74

alasan permohonan pengujian konstitusionalnya PP Muhammadiyah menilai sejumlah pasal tersebut bertentangan dengan paragraf keempat pembukaan UUD 1945 dikarenakan memberikan pembatasan hak asasi manusia untuk berserikat dan berkumpul. . Undang-undang Ormas sarat akan kepentingan politik pemerintah guna mengawasi dan mengendalikan organisasi kemasyarakatan. Menurut Din Syamsuddin, pemberlakuan undang-undang itu seolah mengembalikan masyarakat ke era rezim otoriter di masa lalu. Pasalnya, lembaga masyarakat

hanya dijadikan objek pengaturan pemerintah bukan sebagai rekan dalam membangun bangsa.75

Hasilnya, MK mengabulkan sebagian permohonan gugatan Muhammadiyah. MK memutuskan mengabulkan permohonan gugatan Pasal 8, Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 UU Ormas ini

lantaran "beralasan menurut hukum "‎. MK menjaga agar negara tak mengintervensi ‎ urusan

internal ormas. Ini sekaligus menjamin kebebasan dan kemerdekaan berserikat dan berkumpul,

sebagaimana diatur dalam Undang-undang Dasar Negara RI 1945.76

Usaha-usaha dalam mengawal konstitusi seperti dijelaskan diatas menjadi aksi nyata Muhammadiyah sebagai kekuatan alternatif penyalur kepentingan masyarakat. Menurut Din

Syamsuddin upaya menggugat beberapa undang-undang tersebut sebagai politik amar ma’ruf

nasi munkar Muhammadiyah untuk tampil meluruskan kiblat bangsa. Misi jihad konstitusi

tersebut menjadi agenda tajdid Muhammadiyah dalam mengkritisi maupun menjaga

undan-undang yang sesuai kepentingan masyarakat khususnya umat Islam.

BAB IV PENUTUP

1. Kesimpulan

Muhammadiyah menjalani kehidupan di era reformasi dengan tetap pada identitasnya sebagai gerakan kultural kemasyarakatan. Muhammadiyah mengambil peran dalam lapangan

kemasyarakatan yang diarahkan untuk terbentuknya civil society sebagai pilar utama

terbentuknya negara yang berkedaulatan rakyat. Melalui Tanwir Denpasar Muhammdiyah berperan lebih aktif dalam politik kebangsaan sebagai peran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Muhammadiyah senantiasa bersikap aktif dan konstriktif alam usaha pembangunan reformasi sesuai khittah perjuangannya dalam menghadapi kondisi-konsisi kritis yang bangsa dan negara.

Muhammadiyah tetap pada identitasnya sebagai organisasi keagamaan yang netral dan tidak terjun dalam politik praktis secara kelembagaan. Namun, Muhammadiyah yang tidak terlibat dalam politik praktis tidaklah menjadikan Muhammadiyah buta terhadap politik. Muhammadiyah memerankan dirinya sebagai kekuatan politik yang menyalurkan aspirasi umat Islam dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Muhammadiyah menjalankan aktivitas politiknya melalui jalur kelompok kepentingan dalam memperjuangkan kepentingan politik organisasi. Kepentingan yang diperjuangkan Muhammadiyah dalam perannya sebagai

kelompok kepentingan tetap dalam rangka melaksanakan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar

guna melihat agama Islam dapat dilaksanakan oleh umatnya secara baik untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Era reformasi dengan sistem politik yang lebih terbuka dan sistem kepartaian yang majemuk tidak dapat dipungkiri dapat membawa Muhammadiyah untuk terseret gejolak politik praktis. Sebagai sebuah gerakan sosial yang besar dan terorganisasi dengan baik, tentu

Muhammadiyah memiliki political magnitude yang sangat besar. Muhammadiyah selalu

menjadi sasaran dari lobi-lobi politik yang dilakukan oleh kekuatan-kekuatan politik baik secara organisasional maupun secara individual melalui elite-elitenya. Muhammadiyah memandang prilaku politik praktis yang dilakukan oleh elite-elitenya merupakan prilaku yang bersifat individual yang terlepas secara kelembagaan. Hal tersebut karena kepentingan politik Muhammadiyah tidak berorientasi kekuasaan sebagaimana yang dilakukan oleh partai politik dalam ranah politik praktis. Namun, Muhamamdiyah tetap membebaskan kadernya untuk terjun dalam politik praktis tersebut sepanjang tidak melanggar aturan dalam Persyarikatan dan sejalan

dengan upaya perjuangan misi Persyarikatan dalam melaksanakan dakwah amar ma’ruf mahi

2. Saran

Muhammadiyah harus tetap mejadi Muhammadiyah yang tetap konsisten dengan khitah perjuangannya dan tetap netral dengan politik praktis. Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi dakwah harus terus dapat menjaga kemurnian dakwahnya agar tetap dapat diterima oleh semua kalangan tanpa tersandera oleh kepentingan politik kelompok-kelompok tertentu. Muhammadiyah tidak perlu menjadi organisasi politik atau partai politik yang berorientasi pada kekuasaan, dengan cukup mengambil peran sebagi kelompok kepentingan dalam sistem politik. Muhammadiyah walaupun memberi kebebasan kebebasan pada anggotanya dalam berpolitik praktis, namun perlu mengambil sikap tegas bagi anggotanya yang menjual dan menyeret Muhammadiyah dalam kepentingan-kepentingan tertentu yang diluar dari tujuan organisasi. Keberanian mengambil sikap tentunya dapat meminimalkan politisasi Muhammadiyah oleh kader-kadernya di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo. 2007. Perihal Ilmu Politik. Yogyakarta Graha Ilmu.

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hadikusuma, Djarnawi, T.T. Matahari-Matahari Muhammadiyah: dari KH. Ahmad Dahlan

sampai KH. Mas Mansyur. Yogyakarta: Persatuan.

Hasibuan, Malayu. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Hidayat, Syamsul dkk.1995. Studi Kemuhammadiyahan, Surakarta: LPID Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Hikam, Muhammad AS. 1996. Demokrasi dan Civil Society. Jakarta: Pustaka LP3ES.

Jurdi, Syarifuddin. 2004. Elite Muhammadiyah dan Kekuasaan Politik. Yogyakarta: Gajah

Mada University Press.

Jurdi, Syarifuddin.2010. Muhammadiah dalam Dinamika Politik Indonesia 1996- 2006,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kartono, Kartini. 2009. Pendidikan Politik. Bandung Mandar Maju.

Kutoyo, Sutrisno. 1998. Kiyai Haji Ahmad Dahlan dan Persyarikatan Muhammadiyah.

Jakarta: Balai Pustaka.

Mas’oed, Mohtar. MacAndrews, Colin. 1990. Perbandingan Sistem Politik, Yogyakarta:

Gajah Mada Press.

Nasir, Haedar. 2006. Dinamika Politik Muhammadiyah. Malang: IMM Press.

Nawawi, Hadari. 2006. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajahmada

University Press.

Rais, M. Amin. 1997. Visi dan Misi Muhammadiyah. Yogyakarta: Pustaka Suara

Muhammadiyah.

Sitepu, Anthonius. 2012. Studi Ilmu Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suwarno. 2001. Muhammadiyah Sebagai Oposisi. Yogyakarta: UII Press.

Ridho Al Hamdi, 2012. “Dinamika Islam dan Politik Elit-Elit Muhammadiyah periode

1998-2010”. Jurnal Studi Pemerintahan. Volume 3 Nomor 1 Tahun 2012.

Saud El hujaj, 2003. ”Nalar Negara dalam Gerakan Muhammadiyah”. Tanwir Jurnal Pemikiran

Agama dan Peradaban. Edisi Perdana, Vol 1, Tahun 2003. Sumber Internet:

pukul 20.08 WIB

Diakses pada 15 Januari 2014 pukul 20.45 WIB

Diakses pada 15 Januari 2014 pukul 20.45 WIB

22.30 WIB.

BIODATA

Nama : Azhari

TTL : Medan, 25 Oktober 1990

Alamat : Jl. Pendapatan Raya Marindal I No.336 kec. Patumbak kab. Deli Serdang Agama : Islam

Email : azharifachdja@gmail.com Riwayat pendidikan:

• SD Negeri 101788 Deli Serdang (1997-2003)

• SMP Negeri 22 Medan (2003-2006)

• SMA Negeri 5 Medan (2006-2009)

Dokumen terkait