• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akuntabilitas Keuangan Tahun Anggaran 2014

Dalam dokumen BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT (Halaman 38-45)

Tujuan IV. Peningkatan Kapasitas SDM dan Penataan Kelembagaan

3.2. Akuntabilitas Keuangan Tahun Anggaran 2014

2. Banyaknya beban kerja yang diberikan tidak sesuai dengan jabatan fungsional yang diduduki, sehingga dalam pemberian angka kredit kepada para fungsional sangat kecil sekali nilainya.

Strategi untuk mengatasi kendala/permasalahan :

1. Diperlukan analisis jabatan agar beban kerja yang diberikan sesuai dengan jabatan fungsional yang didudukinya dan sesuai dengan kemampuan pegawai di lapangan.

3.2. Akuntabilitas Keuangan Tahun Anggaran 2014

Kegiatan BPS Provinsi Jawa Barat tahun 2014 dalam penyelenggaraan statistik dilaksanakan melalui tiga jenis program yaitu 1) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya, 2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPS dan 3) Program Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik yang dituangkan ke dalam DIPA dengan total anggaran sebesar Rp. 49.927.830.000,- . Rincian penyerapan anggaran dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya realisasinya sebesar 92,53 persen;

b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPS dengan realisasi sebesar 97,07 persen;

c. Program Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik realisasinya sebesar 81,65 persen.

Nilai penyerapan total pagu anggaran sampai akhir Desember 2014 mencapai Rp. 42.123.198.637,- (84,37 persen). Tingkat penyerapan terbesar pada belanja pegawai sebesar 98,23 persen yang diikuti oleh jenis belanja modal 96,28 persen dan belanja barang 80,79 persen. Secara umum tingkat penyerapan anggaran pada semester pertama masih rendah dikarenakan dari berbagai kegiatan-kegiatan statistik yang ada pada semester pertama masih berlangsung pada kegiatan di lapangan sehingga pembayaran honor kegiatan lebih banyak terjadi di semester dua.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014

31

Tabel.3.8.

Realisasi Penggunaan Anggaran di Rinci Menurut Program Tahun 2014

Apabila dicermati tabel 3.9, tingkat penyerapan anggaran menurut jenis belanja pada semester pertama Tahun 2014, maka jenis belanja pegawai memiliki tingkat penyerapan anggaran tertinggi di mana pada semester pertama tahun 2014 menyerap anggaran mencapai 40,93 persen, sementara itu persentase kedua terbesar penyerapan anggaran adalah belanja barang yaitu sebesar 34,04 persen dari total anggaran. Komponen utama jenis belanja pegawai ini adalah belanja gaji pegawai dimana pencairan anggarannya memiliki jadwal rutin setiap periode. Sementara itu belanja modal yang meliputi jenis pengeluaran belanja pembangunan gedung/bangunan, belanja peralatan dan fasilitas perkantoran dan belanja kendaraan bermotor pada semester pertama baru menyerap anggaran sebesar 11,15 persen dikarenakan pada belanja pembangunan gedung/bangunan terdapat hambatan pada DJKN (Direktorat Jendral Kekayaan Negara) dalam proses persetujuan penghapusan rumah dinas, dan pada belanja kendaraan bermotor terdapat hambatan belum tersedianya penyedia barang sampai dengan akhir semester satu sehingga mempengaruhi persentase dari penyerapan anggaran belanja modal di semester pertama. Sedangkan realisasi akhir tahun belanja pegawai sudah mencapai 98,23 persen dan angka ini masih tertinggi dibandingkan dengan jenis

No. Program Pagu Awal

Pagu Akhir

(Revisi) Realisasi s/d Juni 2014 Realisasi s/d Des 2014 (000 Rp.) (000 Rp.) (000 Rp.) % (000 Rp.) % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya 12.822.951 11.861.212 4.007.795 33,79 10.965.437 92,45

2 Peningkatan Sarana dan Prasarana

Aparatur BPS 3.315.650 485.000 138.818 28,62 470.778 97,07 3 Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik 40.243.020 37.581.618 13.194.095 35,11 30.686.983 81,65 Jumlah 56.381.621 49.927.830 17.340.708 34,73 42.123.198 84,37

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014

32 pengeluaran lainnya, lalu diikuti oleh belanja modal dengan peningkatan yang lebih baik dibanding belanja barang pada akhir tahun anggaran dengan persentase sebesar 96,28 persen dibandingkan belanja barang yang hanya mencapai realisasi 80,79 persen. Kecilnya persentase belanja barang ini disebabkan adanya gerakan penghematan oleh pemerintah dimana banyak kegiatan khususnya kegiatan perjalanan dinas, meeting dan rapat yang tidak jadi dilaksanakan.

Tabel 3.9.

Realisasi Penggunaan Anggaran di Rinci Menurut Jenis Belanja Tahun 2014

Jenis Belanja/ Program

Pagu Awal Pagu Akhir (Revisi) Realisasi s/d Juni 2014 Realisasi s/d Des 2014

(Rp.) (Rp.) (Rp.) % (Rp.) % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Belanja Pegawai (51) 10.100.870.000 9.139.131.000 3.741.093.632 40,93 8.977.682.305 98,23 1. DMPTTL 10.100.870.000 9.139.131.000 3.741.093.632 40,93 8.977.682.305 98,23 Belanja Barang (52) 42.965.101.000 39.543.399.000 13.460.796.562 34,04 31.946.603.432 80,79 1. DMPTTL 2.722.081.000 2.722.081.000 266.701.695 9,80 1.987.754.750 73,02 2. PPIS 40.243.020.000 36.558.964.000 13.194.094.867 36,09 29.697.108.682 81,23 3. PNBP - 262.354.000 - - 261.740.000 99,77 Belanja Modal (53) 3.315.650.000 1.245.300.000 138.818.000 11,15 1.198.912.900 96,28 1. PSPA 3.315.650.000 485.000.000 138.818.000 28,62 470.778.900 97,07 2. PPIS - 760.300.000 - - 728.134.000 95,77 Jumlah 56.381.621.000 49.927.830.000 17.340.708.194 34,73 42.123.198.637 84,37

Total anggaran yang terserap dari seluruh komponen belanja pada semester pertama tahun 2014 sebesar 34,73 persen. Apabila diamati kinerja penyerapan anggaran menurut bidang teknis dan non teknis (tabel 3.10) pada semester pertama tahun 2014 terlihat bahwa bagian tata usaha yang melakukan kegiatan non teknis telah menyerap sebesar 31,64 persen dari total anggaran semester pertama berdasarkan realisasi belanja dengan cakupan belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal. Persentase terbesar terdapat pada belanja pegawai yang telah mencapai hampir separuh anggaran belanja yaitu sebesar 40,93 persen dengan jadwal pencairan anggaran rutin setiap bulannya. Disusul oleh belanja modal dengan persentase sebesar 11,15 persen. Penyerapan anggaran belanja barang memiliki persentase terkecil dengan besaran 9,80 persen.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014

33

Tabel.3.10

Realisasi Penggunaan Anggaran di rinci Menurut Bidang Penanggung Jawab Kegiatan dan Jenis Belanja Tahun 2014

No. Bagian/Jenis Belanja

Pagu Akhir (Revisi) Realisasi s/d Juni 2014 Realisasi s/d Des 2014 (Rp.) (Rp.) % (Rp.) % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Bagian Tata Usaha 13.106.512.000 4.146.613.327 31,64 12.164.349.955 92,81

1.a PDMPTTL/Belanja Pegawai 9.139.131.000 3.741.093.632 40,93 8.977.682.305 98,23 1.b PDMPTTL/Belanja Barang 2.722.081.000 266.701.695 9,80 1.987.754.750 73,02 1.c PSPA/Belanja Modal 1.245.300.000 138.818.000 11,15 1.198.912.900 96,27

2 Bidang Teknis 36.821.318.000 13.194.094.867 35,83 29.958.848.682 81,36

2.a PPIS/Belanja Barang 36.558.964.000 13.194.094.867 36,09 29.697.108.682 81,23

2.b PNBP/Belanja Barang 262.354.000 - - 261.740.000 99,77

Jumlah 49.927.830.000 17.340.708.194 34,73 42.123.198.637 84,37

Sementara itu penyerapan anggaran semester pertama tahun 2014 pada bidang teknis secara total sudah mencapai 35,83 persen. Hal ini dimungkinkan karena jadwal kegiatan survei dan pelatihan bidang teknis terdapat pada paruh kedua tahun 2014.

Sedangkan penyerapan anggaran sepanjang tahun 2014 pada bidang tata usaha mencapai besaran 92,81 persen, dengan persentase terbesar terdapat pada belanja pegawai yang telah menyerap sebesar 98,23 persen dari total anggaran belanja Tata Usaha, persentase kedua terbesar dalam penyerapan anggaran terdapat dalam belanja modal yang mencapai 96,27 persen dan terakhir belanja barang dengan penyerapan sebesar 73,02 persen.

Realisasi penggunaan anggaran untuk bidang teknis di akhir tahun 2014 telah berhasil menyerap sebesar 81,23 persen seiring dengan berakhirnya kegiatan survei, monitoring dan pelatihan yang berlangsung pada semester dua tahun 2014. Secara keseluruhan penyerapan anggaran dari bagian tata usaha dan bidang teknis pada akhir tahun 2014 telah mencapai 84,37 persen dari total anggaran.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014

34

Tabel.3.11

Realisasi Penggunaan Anggaran di rinci Menurut Bidang Penangung Jawab Kegiatan Tahun 2014

No. Seksi/Unit Kerja Pagu (Rp.)

Realisasi s/d Juni

2014 Realisasi s/d Des 2014

(Rp.) % (Rp.) %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Bagian Tata Usaha 13.106.512.000 4.146.613.327 31,64 12.164.349.955 92,81 2 Bidang Statistik Sosial 10.404.085.000 4.457.240.670 42,84 9.541.645.619 91,71 3 Bidang Statistik Produksi 19.573.782.000 7.828.861.967 40,00 15.001.368.281 76,64 4 Bidang Statistik Distribusi 1.708.511.000 626.593.960 36,67 1.519.673.325 88,95 5 Bidang Neraca Wilayah & Analisis Statistik 963.204.000 277.116.590 28,77 830.958.600 86,27 6

Bidang Integrasi,

Pengolahan dan Diseminasi

Statistik 4.171.736.000 4.281.680 0,10 3.065.202.857 73,48

Jumlah 49.927.830.000 17.340.708.194 34,73 42.123.198.637 84,37

Gambaran realisasi pengeluaran menurut bidang penanggung jawab kegiatan terangkum dalam tabel 3.11, dimana kegiatan di bagian Tata Usaha tingkat penyerapannya lebih tinggi di bandingkan bidang teknis, hal ini dapat dijelaskan karena selain melakukan kegiatan rutin yang menyangkut pegawai terutama kebutuhan untuk gaji dan tunjangan sebagai pengeluaran yang dominan juga melakukan pengeluaran untuk peningkatan sarana dan prasarana serta operasional lainnya yang memang harus dilakukan secara baik agar kegiatan perkantoran berjalan sesuai dengan rencana yang sudah dijadwalkan.

Bidang Statistik Sosial menempati urutan kedua dalan hal penyerapan anggaran karena memang lebih baik dalam hal perencanaan kegiatannya, sedangkan Bidang Statistik Produksi hanya menyerap 76,64 persen dan Bidang IPDS sebesar 73,48 persen. Kecilnya penyerapan ini terutama pada kegiatan sub sektor khususnya kegiatan meeting yang tidak jadi dilaksanakan karena adanya gerakan penghematan dari pemerintah, sehinga BPS Provinsi Jawa Barat berhasil melakukan penghematan lebih dari 15 persen dari total anggaran yang tersedia.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014

35

BAB. IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan

Dengan adanya tujuan reformasi birokrasi untuk membangun profil dan perilaku aparatur BPS yang profesional, berintegritas tinggi dan amanah dalam memberikan pelayanan atas hasil data statistik berkualitas maka diperlukan penilaian sejauhmana kinerja pencapaian visi dan misi suatu organisasi berjalan. Sebagai bentuk pertanggungjawaban instansi pemerintahan terhadap tugas, pokok dan fungsi atas penggunaan anggaran dilakukan mekanisme pelaporan secara periodik. Sistematika pelaporan akuntabilitas telah diatur dalam peraturan perundangan yang tercantum dalam Permen PAN dan RB No. 53 Tahun 2014 sehingga penyajiannya memiliki struktur standar dengan cakupan unsur-unsur utama seperti : perencanaan dan perjanjian kinerja dan akuntabilitas kinerja.

Laporan Akuntabilitas kinerja berisi uraian mengenai pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja dan dokumen perencanaan strategis organisasi. Sementara itu sistematika pelaporan akuntabilitas telah diatur dalam peraturan perundangan sehingga struktur penyajiannya mencakup unsur-unsur utama seperti perencanaan dan perjanjian kinerja dan akuntabilitas kinerja. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh rangkaian perencanaan serta pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisasi harus dipertanggung jawabkan kinerja pencapaian hasilnya.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat sebagai instansi Pemerintahan memiliki kewajiban untuk memberikan pelaporan akuntabilitas terhadap kinerja organisasi terutama kinerja yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan fungsi kegiatan statistik di wilayah Jawa Barat. Pelaporan akuntabilitas ini sebagai pertanggungjawaban atas kinerja yang telah dicapai atas pelaksanaan Rencana Kinerja BPS Provinsi Jawa Barat Tahun 2014.

Semangat reformasi birokrasi dengan sasaran pelayanan publik yang prima mengarah pada consumer oriented sehingga kepuasan konsumen data statistik menjadi perhatian dalam mengukur kinerja BPS. Sejalan dengan hal tersebut maka indikator yang digunakan BPS Provinsi Jawa Barat untuk mengukur tujuan strategis meningkatkan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014

36 ketersediaan data dan informasi statistik yang berkualitas yaitu melalui persentase konsumen yang merasa puas dengan kualitas data BPS.

Pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, dari keempat tujuan strategis yang telah ditetapkan rata realisasi sebesar 98,64 persen dari target rata-rata sebesar 90,96 persen atau tingkat capaian sebesar 106,92 persen. Pencapaian sasaran yang cukup memuaskan terutama pada Peningkatan Efektivitas dan Efisiensi Diseminasi Data dan Informasi Statistik, hal ini menunjukkan bahwa tujuan dari visi BPS sebagai pelopor data statistik terpercaya untuk semua memiliki peranan strategis dalam proses perencanaan pembangunan dengan dukungan input data yang berkualitas dan terpercaya sehingga menjamin efisiensi, efektivitas perumusan strategi dan arah kebijakan pembangunan.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat telah menetapkan indikator kinerja utama (IKU) untuk mengukur keberhasilan dalam kinerja tujuan, sasaran strategis dan kegiatan yang telah dicapai selama periode pelaporan sebagaimana tercantum dalam Penetapan Kinerja BPS Provinsi Jawa Barat. Indikator Kinerja Utama merupakan proses identifikasi seperangkat indikator kinerja dengan memperhatikan keberlangsungan organisasi dan kriteria indikator yang ideal bagi organisasi.

Pencapaian tujuan yang masih bersifat umum dirinci dan dijabarkan kedalam sasaran-sasaran yang lebih konkrit, kemudian agar sasaran tersebut terukur maka ditetapkan indikator-indikator kinerja. Lebih lengkap pencapaian sasaran mencakup informasi mengenai : (1) pencapaian tujuan dan sasaran organisasi (2) realisasi pencapaian indikator kinerja utama organisasi (3) penjelasan yang memadai atas pencapaian kinerja serta (4) pembandingan capaian indikator kinerja sampai dengan tahun berjalan dengan target kinerja lima tahunan yang direncanakan.

Sebagai bentuk persiapan pelaporan dilakukan pengumpulan data kinerja setiap satuan kerja sebagai upaya koordinasi dan optimalisasi mekanisme pelaporan yang baik, efektif dan berkesinambungan.

Selain itu kegiatan statistik yang dilaksanakan BPS Provinsi Jawa Barat harus juga memenuhi standar mutu yang telah ditentukan oleh BPS Pusat. Standarisasi tersebut

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014

37 dimaksudkan agar dapat diketahui alur proses kegiatan dalam penyusunan data dan informasi statistik secara jelas dan transparan. Dengan semangat reformasi statistik, pelayanan dan pengembangan informasi statistik tidak hanya menghasilkan keragaman data tetapi juga harus mengutamakan kualitas data yang terpecaya. Jaminan kualitas menjadikan BPS Provinsi Jawa Barat lebih kredibel dan akuntabel ditingkat regional, nasional dan internasional.

Dalam dokumen BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT (Halaman 38-45)

Dokumen terkait