organisasi, dan menguraikan realisasi anggaran yang digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja.
Bab IV – Penutup, menguraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerja.
Alur pikir penyajian LAKIP Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 dapat diilustrasikan sebagaimana tampak pada Gambar 1.2 berikut ini.
Gambar 1.2.
Alur Pikir Penyajian Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014
Referensi Bab
PENDAHULUAN Bab I
Bab IV
PENUTUP
RencanaStrategis
2010-2014 PerjanjianKinerja/PenetapanKinerja 2014
BabII
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
Bab III
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA UTARA
TAHUN 2014
BAB PERENCANAAN
II DAN
LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA UTARA 11
II. PERENCANAAN DAN
PERJANJIAN KINERJA
erdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), bahwa setiap Kementerian/Lembaga diwajibkan menyusun Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra K/L) untuk periode lima tahun. Menindaklanjuti UU tersebut, BPKP telah menyusun RenstraTahun 2010–2014 yang merupakan perencanaan jangka menengah BPKP yang berisi penjabaran rumusan visi, misi, tujuan dan sasaran, strategi, kebijakan, serta program dan kegiatan dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi BPKP periode lima tahun sesuai Keputusan Kepala BPKP Nomor 34/K/SU/2010 tentang Rencana Strategis Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Tahun 2010-2014 yang telah beberapa kali direvisi, terakhir dengan Peraturan Kepala BPKP Nomor 9 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Kepala BPKP Nomor KEP-34/K/SU/2010 tentang Rencana Strategis BPKP Tahun 2010-2014.
Penyusunan Renstra BPKP telah mendasarkan pelaksanaan program yang tertuang dalam Paturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014. Penugasan RPJMN 2010-2014 terhadap BPKP tercakup pada Program Pembangunan Bidang Hukum dan Aparatur, fokus prioritas ke-4 yaitu, Peningkatan Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme yang dilaksanakan dengan kegiatan prioritas Pengendalian Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Kkeuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).
A. RENCANA STRATEGIS 2010-2014
Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian dari organisasi BPKP telah menyusun Renstra Tahun 2010-2014 yang sinkron dan mengacu Renstra BPKP Tahun 2010-2014. Penyusunan Renstra dimaksudkan untuk mendukung pencapaian program pembangunan bidang hukum dan aparatur di daerah Sumatera Utara dengan fokus prioritas peningkatan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme.
LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA UTARA 12
Renstra Tahun 2010-2014 Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara ditetapkan dengan Keputusan Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara Nomor KEP-6023/PW02/ 1/2010 tentang Rencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010 – 2014 yang telah beberapa kali direvisi, terakhir dengan Keputusan Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara Nomor KEP-1263./PW02/1/2014 tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara Nomor KEP-6023/PW02/ 1/2010 tentang Rencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010 – 2014.
Dengan tersusunnya Renstra 2010-2014, berarti Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara telah menetapkan arah sasaran atau kondisi hasil yang akan dicapai dalam periode 5 (lima) tahun ke depan, beserta strategi yang akan dilakukan untuk mencapai sasaran sesuai dengan tugas, fungsi dan peran yang diamanahkan.
Perencanaan Strategis berisi visi, misi, tujuan, sasaran, serta cara pencapaian tujuan melalui pelaksanaan program, secara ringkas diuraikan sebagai berikut:
1. Pernyataan Visi
Rencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2014 yang disahkan oleh Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utaraberisi Visi sebagai berikut:
Pengertian Auditor Presiden dalam visi tersebut bermakna bahwa Perwakilan BPKP
Provinsi Sumatera Utara adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang dipercaya Presiden untuk membantu dalam menjalankan fungsi pengawasan di daerah, mempunyai tugas membantu Presiden mengawasi pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara dan pembangunan di wilayah Sumatera Utara agar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku sekaligus memberikan masukan bagi penyusunan
lebijakan yang terkait. Responsif berarti Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara
tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi pemerintah dan segera memberikan respon/masukan kepada pengambil kebijakan. Dengan sistem peringatan dini yang dimiliki Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara dapat segera menentukan langkah-langkah pengawasan yang efektif secara mandiri untuk mengawal kesuksesan pelaksanaan kebijakan Presiden dan segera mengusulkan titik-titik prioritas pengawasan yang akan
dilakukan untuk suksesnya kebijakan nasional. Interaktif artinya Perwakilan BPKP
Provinsi Sumatera Utara dalam menjalankan perannya memperhatikan/ mendengarkan
Auditor Presiden yang Responsif, Interaktif, dan
Terpercaya untuk Mewujudkan Akuntabilitas
LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA UTARA 13
kepentingan/kebutuhan stakeholders serta membuka saluran-saluran komunikasi yang
baik dan efektif, menjalin kemitraan dengan stakeholders dan APIP lain. Terpercaya berarti
Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara adalah institusi yang kredibel, memiliki integritas tinggi yang didukung profesionalisme yang tinggi sehingga dapat diandalkan
untuk memberikan hasil kerja yang berkualitas dan bermanfaat bagi shareholders dan
stakeholders.
Terwujudnya visi merupakan tantangan sekaligus peluang yang harus dihadapi oleh segenap jajaran Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara.Untuk mencapai visi tersebut Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara menetapkan misi, rencana strategis, tujuan, dan sasaran serta rencana kerja yang terukur dan dilaksanakan setiap tahun.
2. Pernyataan Misi
Sebagai penjabaran dan pencapaian visi, Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara menetapkan 4 (empat) misi yang dilakukan secara konsisten. Misi berisi pernyataan tentang apa yang akan dilakukan untuk mencapai visi yang telah ditetapkan. Perumusan misi mengacu kepada tugas dan kewenangan yang telah diberikan kepada BPKP. Tugas dan kewenangan BPKP semula diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, kemudian diperbarui dengan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non-Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden RI Nomor 3 Tahun 2013 tentang Susunan dan Tugas Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK). Selanjutnya, dengan terbitnya PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, maka BPKP berperan penting dalam mendukung akuntabilitas Presiden terutama dalam lingkup penyelenggaraan keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Empat misi Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut:
Penjelasan masing-masing misi adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara yang mendukung tata kelola kepemerintahan yang baik dan bebas KKN di Sumatera Utara;
2. Meningkatkan efektifivitas pembinaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Sumatera Utara;
3. Mengembangkan kapasitas pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten di Sumatera Utara;
4. Menyelenggarakan sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal bagi pemerintah di Sumatera Utara.
LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA UTARA 14
Peran BPKP sebagai Auditor Presiden dalam melaksanakan pengawasan intern atas
akuntabilitas keuangan negara dilakukan untuk membantu Presiden selaku shareholder
dalam mendorong terwujudnya tata kepemerintahan yang baik dan mendorong upaya
pencegahan KKN. Fungsi utama BPKP memberikan assurance terhadap penyelenggaraan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara serta memberikan fungsi consultancyyaitu
pemberian umpan balik sebagai bahan masukan bagi Presiden/Pemerintah untuk memastikan tercapainya efektivitas kinerja pemerintah dan pengelolaan keuangan negara berupa rekomendasi perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik.
Mandat BPKP sebagai pengawas intern akuntabilitas keuangan negara semakin jelas dengan terbitnya PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Dalam pasal 49 ayat (2) dinyatakan bahwa BPKP melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan tertentu yang meliputi:
1)Kegiatan yang bersifat lintas sektoral;
2)Kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN); dan
3)Kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden.
Kegiatan yang bersifat lintas sektoral pada dasarnya merupakan kegiatan yang dalam pelaksanaannya melibatkan dua atau lebih kementerian negara/lembaga atau pemerintah daerah yang tidak dapat dilakukan pengawasannya oleh APIP lain. Pengawasan kegiatan lintas sektoral diharapkan dapat memberikan informasi yang bersifat makro dan komprehensif atas pelaksanaan program/kegiatan pemerintah pusat maupun daerah, sehingga bermanfaat bagi pengambilan keputusan atau penentuan kebijakan.
Pengawasan intern terhadap kegiatan kebendaharaan umum negara diharapkan dapat
memberi masukan dan feedback kepada Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum
Negara (BUN) mengenai pengelolaan BUN yang dilakukan oleh institusi di luar Kementerian Keuangan, yang secara hukum tidak dapat diawasi oleh APIP selain BPKP.Peran BPKP dalam mengawasi kegiatan-kegiatan BUN tersebut perlu didukung dengan penetapan Menteri Keuangan selaku BUN, baik mengenai ruang lingkup maupun sasaran pengawasannya.
Pengawasan atas kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden merupakan kegiatan BPKP dalam rangka merespon permasalahan-permasalahan strategis yang mendesak untuk
ditangani (current issues) sesuai dengan perintah Presiden dan kabinetnya. Pelaksanaan
penugasan tersebut merupakan implementasi yang nyata dari peran BPKP sebagai Auditor Presiden/Pemerintah.
MISI 1
Meningkatkan Pengawasan Intern terhadap Akuntabilitas Keuangan Negara
yang Mendukung Tata Kepemerintahan yang Baik dan Bebas KKNdi
LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA UTARA 15
Dalam PP Nomor 60 Tahun 2008, pada pasal 2 dinyatakan bahwa untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dengan berpedoman pada Sistem Pengendalian Intern Pemerintah seperti diatur dalam PP tersebut. Tanggung jawab atas efektivitas penyelenggaraan SPI berada di tangan menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota di lingkungan masing-masing.
Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas SPI juga dilakukan pembinaan penyelenggaraan SPI.Tugas pembinaan penyelenggaraan SPI terhadap seluruh instansi pemerintah ini diamanatkan kepada BPKP sesuai dengan pasal 59 PP Nomor 60 Tahun 2008.Peran BPKP dalam pembinaan SPIP tidak terlepas dari posisi strategis BPKP yang langsung berada di bawah Presiden dan membantu Presiden untuk memastikan tercapainya akuntabilitas kinerja Presiden.
Kegiatan pembinaan SPIP tersebut mencakup:
1) Penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan SPIP;
2) Sosialisasi SPIP;
3) Pendidikan dan pelatihan SPIP;
4) Pembimbingan dan konsultansi SPIP; serta
5) Peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan intern pemerintah.
Kegiatan pembinaan butir 1) sampai dengan butir 4) merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka membina seluruh instansi pemerintah agar dapat menerapkan SPIP.Kegiatan-kegiatan tersebut termasuk dalam lingkup misi kedua ini.Kegiatan pembinaan penyelenggaraan SPIP diawali dengan penyusunan pedoman-pedoman terkait dengan SPIP (pedoman umum dan pedoman teknis) yang merupakan panduan untuk membangun SPIP di seluruh instansi pemerintah.Pedoman tersebut selanjutnya disosialisasikan agar diperoleh kesamaan persepsi dan pemahaman tentang SPIP.Pada tahap penerapan SPIP, BPKP siap untuk membimbing dan memberikan konsultasi kepada seluruh instansi pemerintah.
Kegiatan pada butir 5) lebih spesifik terkait pada peningkatan kemampuan/ kompetensi auditor APIP yang menjadi bagian dari misi ketiga yaitu mengembangkan kapasitas pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten.
MISI 2
Meningkatkan EfektivitasPembinaan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintahdi Sumatera Utara
LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA UTARA 16
Arahan Presiden untuk mewujudkan pengawasan yang terpadu, terarah, dan memberikan nilai tambah yang dapat mendukung perwujudan kepemerintahan yang baik, bersih dan kredibel, serta berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, dapat tercipta manakala terjadi kerja sama yang sinergis antar-APIP.Lebih luas lagi, peningkatan kapasitas APIP dilakukan melalui pengawasan secara bersinergi dengan APIP K/L/Pemda bersama-sama dengan unit pengawasan di DPR RI dan Kepolisian, termasuk menugaskan secara langsung personel BPKP di Inspektorat K/L/Pemda.
Efektivitas sinergi akan menjadi lebih besar jika pihak-pihak yang bersinergi memiliki kemampuan yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan fungsi masing-masing.
Penjabaran misi ini merupakan bentuk tanggung jawab BPKP sebagai anggota komunitas pengawasan, untuk turut serta dalam mengembangkan sistem pengawasan nasional yang terpadu. Pengembangan sistem pengawasan nasional tentunya dilakukan bersama-sama,
Inspektorat Jenderal Kementerian, Unit Pengawasan LPNK, Inspektorat
Provinsi/Kabupaten/Kota, dan Satuan Pengawasan Intern (SPI) BUMN/BUMD/BUL, maupun dengan Instansi Pemerintah lain yang mengoordinasikan kegiatan pengawasan seperti Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi serta Kementerian Dalam Negeri, serta pihak-pihak lainnya yang berkepentingan.
Peran Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara dalam mengembangkan kapasitas APIP (termasuk BPKP) baik dari sisi SDM, organisasi maupun sistem dan prosedur mencakup:
1) Pembinaan kompetensi APIP, melalui pendidikan dan pelatihan auditor (pasal 59 ayat 1
huruf e PP Nomor 60 Tahun 2008);
2) Pembinaan jabatan fungsional auditor dan sertifikasi auditor (pasal 51 ayat 2 dan 3 PP
Nomor 60 Tahun 2008);
3) Penelitian dan pengembangan sistem dan prosedur pengawasan;
4) Pengembangan kapasitas internal BPKP;
5) Pemeriksaan/pengawasan internal BPKP;
6) Pendukung/fasilitasi pengawasan;
7) Sinergi dengan APIP lain.
MISI 3
Mengembangkan Kapasitas Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional
dan Kompetendi Sumatera Utara
LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA UTARA 17
Misi ini merupakan aktualisasi peran BPKP sebagai Auditor Presiden dalam rangka membangun sistem dukungan pengambilan keputusan Presiden/Pemerintah yang efektif
melalui suatu Sistem Akuntabilitas Presiden (President Accountability Systems) atau yang
dikenal sebagai PASs. Sistem ini akan menjadi alat kendali (control) bagi Presiden terhadap
implementasi akuntabilitas Presiden dalam pengelolaan keuangan negara, yang berbasis
web, online, dengan data yang sedapat mungkin real-time, yang menampilkan informasi
secara utuh (integrated) terkait dengan implementasi akuntabilitas Presiden. Dengan
sistem seperti ini Presiden akan memperoleh informasi mengenai capaian kinerjanya yang
mendekati real-time sehingga dapat melakukan tindakan korektif yang cepat jika terdapat
perbedaan antara realisasi dengan rencana pada saat tertentu.
Dalam rangka mengembangkan pelaporan akuntabilitas di Indonesia, masing-masing kementerian/lembaga dan pemerintah daerah dituntut untuk menyusun indikator capaian kinerja yang terukur sehingga dapat membantu Presiden dalam menyampaikan akuntabilitasnya kepada rakyat sesuai dengan amanah UUD.Terkait hal tersebut, BPKP mendorong dibangunnya PASs. Tujuan dari PASs adalah memberikan solusi terhadap
kebuntuan (missing link) proses pelaporan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara,
menyinergikan sumber daya informasi antar kementerian/lembaga (pusat dan daerah) sehingga memungkinkan pertukaran data/informasi, serta memudahkan Presiden untuk
memonitor dan mengendalikan kemajuan (progress) masing-masing program/agenda
Pemerintah.
Pengembangan PASs sinkron dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 khususnya pasal 54 yang mengamanatkan kepada BPKP untuk menyusun dan menyampaikan ikhtisar laporan hasil pengawasan kepada Presiden dengan tembusan kepada Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
3. Tujuan
Tujuan merupakan pengejawantahan visi dan misi yang telah ditetapkan, serta berorientasi pada operasionalisasi visi dan misi. Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi, yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu satu sampai dengan
lima tahun. Dalam penetapan tujuan, BPKP mengadopsi konsep Balanced Scorecard (BSC)
dengan beberapa modifikasi disesuaikan dengan karakteristik BPKP sebagai organisasi publik.Berbeda dengan konsep BSC di sektor privat/bisnis yang berorientasi kepada profit,
BPKP memodifikasi Perspektif Keuangan menjadi Perspektif Manfaat Bagi Stakeholder dan
Perspektif Pelanggan menjadi Perspektif Manfaat Bagi Auditan/Pengguna Jasa. Dengan
MISI 4
Menyelenggarakan Sistem Dukungan Pengambilan Keputusan yang Andal
bagi Pemerintahdi Sumatera Utara
LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA UTARA 18
menggunakan pendekatan strategi berimbang (balanced scorecard) tersebut maka tujuan
utama dari perspektif manfaat bagi pihak stakeholder utama dan manfaat kepada
auditan/pengguna jasa diseimbangkan dengan tujuan pendukung yang berada pada perspektif proses internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yang berorientasi ke dalam. Tujuan utama BPKP tercermin dalam tujuan-tujuan strategis sebagai berikut:
4. Sasaran Strategis
Sasaran strategis merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan, yang dirumuskan secara spesifik dan terukur untuk dapat dicapai dalam kurun waktu lebih pendek dari tujuan.Sebagaimana tujuan, sasaran strategis merupakan kondisi yang diharapkan dalam kurun waktu tertentu; sasaran strategis merupakan ukuran pencapaian dari tujuan. Dengan pengertian ini, dan dikaitkan dengan tujuannya, sasaran strategis Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara untuk tahun 2010-2014 adalah sebagai berikut:
1) Sasaran Strategis untuk tujuan meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan
negara;
(1)Meningkatnya Kualitas 1 LKPP, 95% LKKL, dan 95% LKPD.
(2)Tercapainya Optimalisasi Penerimaan Negara sebesar 87,5%.
2) Sasaran Strategis untuk tujuan meningkatnya tata pemerintahan yang baik;
(1)Terselenggaranya Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada 60% Instansi Pemerintah
Daerah (IPD) dan terselenggaranya Good Governance (GG) pada 75% BUMN/BUMD.
3) Sasaran Strategis untuk tujuan terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan
memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara;
(1)Meningkatkan Kesadaran dan Keterlibatan K/L/Pemda, BUMN/BUMD dalam Upaya
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Menjadi 80%.
1. Meningkatnya kualitas akuntabilitas kuangan negara; 2. Meningkatnya tata pemerintahan yang baik;
3. Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara;
4. Tercapainya efektivitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah;
5. Meningkatnya kapasitas aparat pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten;
6. Terselenggaranya sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal bagi Presiden/pemerintah.
LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA UTARA 19
4) Sasaran Strategis untuk tujuan tercapainya efektivitas penyelenggaraan sistem
pengendalian intern pemerintah;
(1)Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP di 70% K/L/ Pemda.
5) Sasaran Strategis untuk tujuan meningkatnya kapasitas aparat pengawasan intern
pemerintah yang profesional dan kompeten;
(1)Meningkatnya kapasitas aparat pengawasan intern pemerintah yang profesional
dan kompeten pada 80% K/L/Pemda.
(2)Meningkatnya efektivitas perencanaan pengawasan sebesar 90% dan kualitas
pengelolaan keuangan sebesar 100%.
6) Sasaran Strategis untuk tujuan terselenggaranya sistem dukungan pengambilan
keputusan yang andal bagi Presiden/pemerintah;
(1)Terselenggaranya satu sistem dukungan pengambilan keputusan bagi pimpinan.
5. Indikator Kinerja
Utama
Indikator kinerja utama (IKU) adalah ukuran keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan dan merupakan ikhtisar Hasil berbagai Program dan Kegiatan sebagai penjabaran tugas dan fungsi organisasi. IKU BPKP merupakan indikator kinerja yang berada pada
perspektif manfaat bagi stakeholders yang menunjukkan peran utama BPKP dalam
pengawasan akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan SPIP.
IKU terbagi menjadi dua perspektif, yang pertama bersifat outward looking yaitu perspektif
manfaat langsung bagi stakeholders eksternal yang menunjukkan peran utama BPKP dalam
pengawasan akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan SPIP.
Perspektif kedua bersifat inward looking yang menunjukkan manfaat bagi stakeholders
internal BPKP.Penetapan indikator dilakukan dengan mempertimbangkan tujuan dan sasaran strategis dan kegiatan-kegiatan yang mendukung tujuan strategis.Indikator ini digunakan untuk mengukur keberhasilan sasaran strategis, sedangkan keberhasilan
kegiatan diukur dengan menggunakan indikator keluaran (output).IKUPerwakilan BPKP
LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA UTARA 20
Tabel 2.1.
Indikator Kinerja Utama
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA
Tujuan 1: Meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan negara
Sasaran Strategis 1. Meningkatnya kualitas 1 LKPP, 95% LKKL, dan 95% LKPD
1 Persentase IPP yang mendapat pendampingan penyusunan laporan keuangan
2 Persentase IPD yang laporan keuangannya memperoleh opini minimal WDP
3 Persentase jumlah laporan keuangan proyek PHLN yang memperoleh opini
dukungan wajar
4 Persentase hasil pengawasan lintas sektor yang disampaikan ke Pusat
5 Persentase hasil pengawasan atas permintaan Presiden yang disampaikan ke
Pusat
6 Persentase hasil pengawasan atas permintaan stakeholders yang dijadikan bahan
pengambilan keputusan oleh stakeholders
7 Persentase BUMD yang mendapat pendampingan penyelenggaraan akuntansi
Sasaran Strategis 2. Tercapainya optimalisasi penerimaan negara sebesar 87,5%
8 Persentase hasil pengawasan optimalisasi penerimaan negara/daerah yang
ditindaklanjuti
9 Persentase hasil pengawasan BUN yang disampaikan ke Pusat
Tujuan 2: Meningkatnya tata pemerintahan yang baik
Sasaran Strategis 3.Terselenggaranya SPM pada 60% IPD dan terselenggaranya GG pada 75% BUMN/BUMD
10 Persentase IPD yang melaksanakan pelayanan sesuai Standar Pelayanan Minimal
11 Persentase BUMN/D/BLU/D yang dilakukan sosialisasi/asistensi GCG/KPI
12 Persentase BUMD yang dilakukan audit kinerja
Tujuan 3: Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara
Sasaran Strategis 4. Meningkatkan kesadaran dan keterlibatan K/L, Pemda, BUMN/BUMD dalam upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi menjadi 80%
13 Kelompok Masyarakat yang mendapatkan Sosialisasi Program Anti Korupsi
14 IPP/IPD/BUMN/BUMD/BLU/BLUD berisiko fraud yang mendapatkan
sosialisasi/DA/asistensi/evaluasi FCP
15 Jumlah IPP/IPD/BUMN/BUMD/BLU/BLUD yang dilakukan kajian peraturan yang
berpotensi TPK
16 Persentase pelaksanaan penugasan HKP, klaim dan penyesuaian harga
LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA UTARA 21
18 Persentase TL hasil audit investigasi non TPK oleh instansi berwenang
Tabel 2.1. Lanjutan
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA
Tujuan 4: Tercapainya efektivitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Sasaran Strategis 5. Meningkatnya kualitas penerapan SPIP di 70% K/L/Pemda
19 Persentase Pemda yang menyelenggarakan SPIP sesuai PP No 60 Tahun 2008 20 Jumlah Pemda yang dilakukan Asistensi Penyelenggaraan SPIP Sesuai PP No 60
Tahun 2008
Tujuan 5: Meningkatnya kapasitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang profesional dan kompeten
Sasaran Strategis 6. Meningkatnya kapasitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang profesional dan kompeten pada 80% K/L/Pemda
21 Persentase Pemda yang dilakukan asistensi penerapan JFA
Sasaran Strategis 7. Meningkatnya efektifitas perencanaan pengawasan sebesar 90% dan kualitas pengelolaaan keuangan sebesar 100%
22 Persentase jumlah rencana penugasan pengawasan yang terealisasi 23 Persentase kesesuaian laporan keuangan Perwakilan BPKP dengan SAP 24 Persepsi kepuasan pegawai perwakilan terhadap layanan kepegawaian 25 Persentase pagu dana yang tidak diblokir dalam DIPA
26 Persepsi kepuasan pegawai perwakilan atas pencairan anggaran yang diajukan sesuai prosedur
27 Jumlah publikasi kegiatan Perwakilan BPKP di media masa 28 Persentase pemanfaatan asset
29 Persepsi kepuasan pegawai perwakilan terhadap layanan sarpras