• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KERANGKA TEORETIS

2.2. Kinerja

2.2.1. Akuntabilitas Kinerja Pemerintah

Akuntabilitas pemerintah dalam negara demokrasi harus

rakyat. Berdasarkan Instruksi Presiden no.7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), sasaran sistem AKIP tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel sehingga dapat beroperasi secara efisien, efektif dan responsive terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungannya.

2. Terwujudnya transparansi instansi pemerintah dalam terwujudnya partisipasi masyarakat dalam pelaksaan pembangunan nasional.

3. Terpeliharannya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah atas pertanggung jawabannya.

Secara teknis pelaksanaan AKIP di Indonesia telah diatur melalui Inpres No.7 Tahun 1999, Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), dan ditindak lanjuti dengan keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara No.

589/IX/6/Y/1999 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instasi Pemerintah yang di sempurnakan melalui Keputusan Kepala LAN No.

239/IX/6/8/2003. Setiap instansi pemerintah harus menyerahkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), yang berdasarkan dari rencana dan kegiatan yang berpedoaman dalam rencana strategis berisikan visi, misi, tujuan, sasaran, dan strategi instansi.

2.2.2 Indikator dan Penilaian Kinerja

Definisi indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan (BPKP, 2000). Sementara menurut Lohman (2003) dalam Mahsun (2009), indikator kinerja (performance indicators) adalah suatu variabel yang

Universitas Sumatera Utara

digunakan untuk mengekspresikan secara kuantitatif efektivitas dan efisiensi proses atau operasi dengan berpedoman pada target-target dan tujuan organisasi.

Jadi jelas bahwa indikator kinerja merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan organisasi yang diwujudkan dalam ukuran-ukuran tertentu.

Indikator kinerja (performance indicator) sering disamakan dengan ukuran kinerja (performance measure). Namun sebenarnya, meskipun keduanya merupakan kriteria pengukuran kinerja, terdapat perbedaan makna. Indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja, sehingga bentuknya cenderung kualitatif. Sedangkan ukuran kinerja adalah kriteria kinerja yang mengacu pada penilaian kinerja secara langsung, sehingga bentuknya lebih bersifat kuantitatif. Indikator kinerja dan ukuran kinerja ini sangat dibutuhkan untuk menilai tingkat ketercapaian tujuan, sasaran, dan strategi.

Indikator Kinerja (performance indicator), sering disamakan dengan ukuran kinerja. Namun sebenarnya meskipun keduannya merupakan sama-sama dalam kriteria pengukuran kinerja, tetapi terdapat perbedaan arti dan maknanya. Pada indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung yaitu hal-hal yang bersifat hanya merupakan indikasi kinerja saja sehingga bentuknya cenderung kualitatif, sedangkan ukuran kinerja adalah kriteria yang mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung sehingga lebih bersifat kuantitatif. Dalam keberhasilan utama organisasi atau disebut critical success factor (CFS) adalah area yang mengindikasikan kesuksesan kinerja unit kerja

organisasi. CFS sering disamakan pengertiannya dengan key performance indicator (KPI)

Faktor penting yang berkaitan dengan keberhasilan jangka panjang organisasi adalah kemampuannya dalam mengukur seberapa baik karyawan berkarya dan menggunakan informasi tersebut guna memastikan bahwa pelaksanaan memenuhi standar sekarang dan meningkat sepanjang waktu.

Penilaian kinerja adalah suatu alat yang bermanfaat tidak hanya untuk mengevaluasi kerja dari karyawan , tetapi juga untuk mengembangkan dan memotivasi karyawan (Sofyandi,2008).

Penilaian kinerja (performance appraisal) adalah proses organisasi dalam mengevaluasi pelaksaan karyawan. Penilaian kinerja adalah penilaian tentang prestasi kerja karyawan dan akuntabilitasnya. Penilaian kinerja secara keseluruhan merupakan proses yang berbeda dari evaluasi pekerjaan. Penilain kinerja berkenaan dengan seberapa baik seseorang melakukan pekerjaan yang ditugaskan padanya. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penilaian kinerja yaitu karakteristik situasi, deskripsi pekerjaan, spesialisasi pekerjaan dan standar kerja, tujuan-tujuan penilaian kinerja, sikap para karyawan dan manajer terhadap evaluasi.

Elemen penilaian kinerja menurut Furtwengler (2001) meliputi perbaikan kinerja, pengembangan karyawan, kepuasan karyawan, keputusan kompensasi, dan ketrampilan berkomunikasi. Sementara itu perbaikan kinerja diukur dalam hal kecepatan, kualitas, layanan dan nilai.

Universitas Sumatera Utara

2.2.3. Manajemen Kinerja

Menurut Sofo (2003) dalam bukunya Pengembang Sumberdaya Manusia, manajemen kinerja adalah sebuah alat manajemen yang penting untuk mengatur orang-orang dalam organisasi. Ini telah ditunjukkan sebagai mekanisme yang efektif untuk mengembangkan dan meningkatkan keompetensi dari pekerja dan mempergunakan peningkatan tersebut untuk meningkatkan kinerja.

Manajemen kinerja memiliki fungsi yang dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek individu dan organisasi. Dari perspektif organisasi manajemen kinerja akan:

a. menata perioritas manajemen dan staf dengan rencana organisasi atau bisnis.

b. mengintegrasi sasaran organisasional dan kinerja dari individu-individu.

c. memberikan sebuah system manajemen yang menekankan dan merangsang kinerja yang kuat.

d. memberikan kerangka kerja untuk pengaturan komunikasi dengan eksekutif

e. mengakui kinerja yang telah ada dan berusaha meningkatkan lebih jauh Dari persfektif individual manajemen kinerja akan meningkatkan pekerja dan manajemen untuk:

a. memiliki kesadaran yang jelas terhadap tujuan dan untuk memahami apa yang diharapkan dari mereka

b. memandang kinerja mereka sendiri terhadap sasaran organisasi.

c. mengenali kinerja mereka sendiri melalui identifikasi dan evaluasi

Secara umum manajemen kinerja bersifat siklus, dimana manajemen dan pekerja bekerja sama pada seluruh tahapan. Empat tahapan itu adalah:

a. Perencanaan Kinerja b. Pelatihan dan umpan balik c. Pengkajian dan pengembangan d. Penghargaan

Perencanaan

Penghargaan Siklus Manajemen Kinerja Pelatihan

Pengulasan

Gambar 2. Siklus Manajemen Kinerja 2.3 Pengertian Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan adalah suatu proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup (UU no. 16).

Tujuan penyuluhan pertanian adalah merubah perilaku utama dan pelaku usaha melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan dan motivasinya. Penyuluhan

Universitas Sumatera Utara

sebagai proses pendidikan atau proses belajar diartikan bahwa kegiatan penyebarluasan informasi dan penjelasan yang diberikan dapat merangsang terjadinya terjadinya perubahan perilaku yang dilakukan melalui proses pendidikan atau kegiatan belajar.

Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 disebutkan bahwa sistem penyuluhan pertanian merupakan seluruh rangkaian pengembangan kemampuan, pengetahuan, keterampilan serta sikap pelaku utama (pelaku kegiatan pertanian) dan pelaku usaha melalui penyuluhan. Oleh karena itu dalam UU. No. 16 disebutkan bahwa penyuluhan pertanian adalah suatu proses pembelajaran bagi pelaku utama (pelaku kegiatan pertanian) serta pelaku usaha.

Berkaitan dengan penyuluhan sebagai pendidikan non-formal di bidang pertanian, penyuluh pertanian tidak lain sebagai aparatur pertanian yang berfungsi sebagai pendidik non formal pada masyarakat petani-nelayan/pedesaan.

Menurut Abbas (1999) bahwa penyuluh pertanian dapat menampilkan dirinya sebagai penasehat, komunikator dan motivator dalam rangka proses alih ilmu dan teknologi, pembinaan ketrampilan serta pembentukan sikap yang sesuai dengan nilai-nilai dasar dan kebutuhan dinamik yang membangun.

2.3.1 Pendekatan Latihan dan Kunjungan (LAKU).

Pendekatan penyuluhan pertanian dengan cara memberikan pelayanan, nasehat dan pemecahan masalah usahatani petani, dipandang perlu sistem kerja LAKU ditetapkan kembali dengan modifikasi sesuai kondisi dan kebijakan yang ada. Beberapa aspek positif sistem kerja LAKU diantaranya:

1. Penyuluh pertanian mempunyai rencana kerja dalam setahun

2. Penyuluh pertanian mengunjungi petani secara teratur, terarah dan berkelanjutan.

3. Penyuluhan dilaksanakan melalui pendekatan kelompok.

4. Penyuluh pertanian cepat mengetahui masalah yang ada di petani dan cepat memecahkannya.

5. Penyuluh pertanian secara teratur mendapat tambahan pengetahuan atau kecakapan, sikap dan keterampilan.

6. Penyelenggaraan penyuluh pertanian mendapatkan superfisi dan pengawasan yang teratur.

2.3.2. Lembaga yang Berperan dalam Penyuluhan pertanian

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 16 tahun 2006 yang mengatur tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan serta Peraturan Pemerintah nomor 273/KPTS/OT.160/4/2007 ada beberapa lembaga yang terkait dalam penyuluhan pertanian antara lain:

a. Penyuluh Pertanian, penyuluh perikanan atau penyuluh kehutanan baik penyuluh PNS, swasta, maupun swadaya, yang selanjutnya disebut penyuluh adalah perorangan warga negara Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan.

b. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha dibidang pertanian, wanatani, minatani, agropasture, penangkaran satwa dan tumbuhan didalam dan di sekitar hutan, yang meliputi usaha hulu, usahatani, agroindustri, pemasaran dan jasa penunjang.

Universitas Sumatera Utara

c. Kelompok tani adalah kumpulan petani atau peternak atau pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.

d. Kontak tani adalah ketua atau mantan ketua kelompok tani yang masih aktif sebagai anggota kelompok dan diakui kepemimpinannya dalam menggerakkan anggota atau petani untuk mengembangkan usahanya.

e. Gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.

2.3.3 Tugas Pokok dan Fungsi Penyuluh Pertanian

Sebagai landasan dalam melaksanakan tugas, penyuluh memiliki tugas pokok dan fungsi pokok (UU no.16 Tahun 2006). Tugas pokok adalah

melakukan kegiatan persiapan penyuluhan pertanian, pelaksanaan

penyuluhan pertanian, evaluasi dan pelaporan serta pengembangan penyulu han pertanian.

Fungsi Penyuluh Pertanian adalah:

a. Memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha b. Mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke sumber

informasi, teknologi dan sumberdaya lainnya agar mereka dapat mengembangkan usahanya.

c. Meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha;

organisasinya menjadi organisasi yang maju.

e. Ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola berusaha yang baik, dan berkelanjutan; membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta merespon peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola usaha.

f. Menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kelestarian fungsi lingkungan.

g. Melambangkan nilai-nilai budaya pembangunan pertanian yang maju dan modern bagi pelaku utama secara berkelanjutan.

Departemen Pertanian (2009), merinci standar kinerja seorang penyuluh dapat diukur berdasarkan 9 (sembilan) indikator keberhasilan yakni;

(1) tersusunnya programa penyuluhan pertanian,

(2) Tersusunnya recana kerja tahunan penyuluh pertanian,

(3) Tersusunnya data peta wilayah untuk pengembangan teknologi spesifik lokasi, (4) Terdesiminasinya informasi teknologi pertanian secara merata,

(5) Tumbuh kembangnya keberdayaan dan kemandirian pelaku utama dan pelaku usaha,

(6) Terwujudnya kemitraan pelaku utama dan pelaku usaha yang menguntungkan, (7) Terwujudnya akses pelaku utama dan pelaku usaha ke lembaga keuangan,

informasi, dan sarana produksi,

(8) Meningkatnya produktivitas agribisnis komoditas unggulan di wilayahnya, (9) Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan pelaku utama.

Berdasarkan pada berbagai pendapat dan teori tentang kinerja penyuluh tersebut, maka disimpulkan bahwa kinerja penyuluh hasil kerja yang

Universitas Sumatera Utara

dicapai seorang penyuluh sesuai dengan tugas pokok dan fungsi penyuluh. Dalam penenlitian ini tingkat kinerja penyuluh yang diukur meliputi; tingkat kinerja dalam perencanaan penyuluhan, pelaksanaan penyuluhan, pengevaluasian penyuluhan, inisiatif, kreativitas, kerjasama (mitra kerja), dan kinerja dalam membangun komunikasi.

2.3.4 Strategi Penyuluhan Pertanian

Desain strategi penyelenggaraan penyuluhan pertanian adalah langkah-langkah atau tindakan tertentu yang dilaksanakan demi tercapainya suatu tujuan atau sasaran yang dikehendaki (Mardikanto, 2009). Penetapan strategi penyuluhan pertanian yang dijalankan selama ini terlihat adanya kelemahan, karena penetapan strategi hanya memusatkan pada kegiatannya untuk menyuluh pelaku utama yaitu petani dan keluarganya. Padahal, keberhasilan penyuluhan seringkali ditentukan oleh kualitas penyuluh, dukungan banyak pihak dan persepsi pimpinan wilayah selaku penguasa tunggal sebagai administrator pemerintahan dan pembangunan.

Penyuluhan adalah suatu intervenís komunikasi oleh suatu lembaga untuk menimbulkan perubahan perilaku. Sebagai suatu bentuk intervensi (intervention), maka penyuluhan merupakan suatu upaya sistematis melalui penerapan strategi dengan mengkondisikan sumberdaya bagi berlangsungnya proses sosial, perubahan orientasi sehingga mengarahkan proses pada dorongan terjadinya perubahan yang dikehendaki bersama. Berdasarkan konsep intervensi sebagai penerapan strategi, maka penyuluhan adalah sesuatu yang dipikirkan, direncanakan, diprogramkan, dirancang secara sistematis, dan diarahkan pada

Pemilihan strategi penyuluhan pertanian yang efektif perlu dirancang sesuai dengan kebutuhan, khususnya yang berkaitan dengan tingkat adopsi yang sudah ditunjukan oleh masyarakat. Berkaitan dengan strategi penyuluhan van den Ban dan Hawkins (1999), menawarkan adanya tiga strategi yang dapat dipilih yakni; rekayasa sosial, pemasaran sosial dan partisipasi sosial.

Namun demikian pemilihan strategi yang tepat (Mardikanto, 2009) sangat tergantung pada motivasi penyuluh serta kondisi kelompok sasaran.

Universitas Sumatera Utara

Strategi Penyuluhan Pertanian

Desain strategi penyelenggaraan penyuluhan pertanian adalah langkah-langkah atau tindakan tertentu yang dilaksanakan demi tercapainya suatu tujuan atau sasaran yang dikehendaki (Mardikanto, 2009). Penetapan strategi penyuluhan pertanian yang dijalankan selama ini terlihat adanya kelemahan, karena penetapan strategi hanya memusatkan pada kegiatannya untuk menyuluh pelaku utama yaitu petani dan keluarganya. Padahal, keberhasilan penyuluhan seringkali ditentukan oleh kualitas penyuluh, dukungan banyak pihak dan persepsi pimpinan wilayah selaku penguasa tunggal sebagai administrator pemerintahan dan pembangunan.

Penyuluhan adalah suatu intervenís komunikasi oleh suatu lembaga untuk menimbulkan perubahan perilaku. Sebagai suatu bentuk intervensi (intervention), maka penyuluhan merupakan suatu upaya sistematis melalui penerapan strategi dengan mengkondisikan sumberdaya bagi berlangsungnya proses sosial, perubahan orientasi sehingga mengarahkan proses pada dorongan terjadinya perubahan yang dikehendaki bersama. Berdasarkan konsep intervensi sebagai penerapan strategi, maka penyuluhan adalah sesuatu yang dipikirkan, direncanakan, diprogramkan, dirancang secara sistematis, dan diarahkan pada suatu tujuan dan aktivitas yang disengaja (Sumardjo, 1999).

Pemilihan strategi penyuluhan pertanian yang efektif perlu dirancang sesuai dengan kebutuhan, khususnya yang berkaitan dengan tingkat adopsi yang sudah ditunjukan oleh masyarakat. Berkaitan dengan strategi penyuluhan van den Ban dan Hawkins (1999), menawarkan adanya tiga strategi

Namun demikian pemilihan strategi yang tepat (Mardikanto, 2009) sangat tergantung pada motivasi penyuluh serta kondisi kelompok sasaran.

Universitas Sumatera Utara

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

Suatu Kerangka Konseptual atau kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penting (Sekaran, 1992 dalam Sumarni dan Wahyuni,2006). Suatu kerangka berpikir akan menghubungkan secara teoretis antara variabel penelitian yaitu variabel bebas dan tergantung.

Begitu juga apabila variabel lain menyertai, maka peran variable harus dijelaskan.

Oleh sebab itu kerangka konseptual perlu dikemukakan apabila penelitian mengkaitkan dua variabel atau lebih.

Dengan demikian kerangka konseptual merupakan penjelasan sementara gejala-gejala yang menjadi objek permasalahan atau sintetis tentang hubungan antar factor atau variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah diuraikan. Dalam hal ini sintesis yang telah tersusun, yaitu menghubungkan variabel-variabel atau faktor yang akan diteliti, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis penelitian.

Kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Serdang Bedagai yang menurun merupakan fenomena yang harus mendapatkan perhatian pihak terkait. Penyuluhan merupakan kegiatan penting dalam proses pertanian dan penyuluh merupakan ujung tombak dalam penyampaian informasi dan program pertanian dari pemerintah yang menjadi salah satu penentu keberhasilan pertanian dia Kabupaten ini. Oleh karena itu perlu dirumuskan startegi untuk meningkatkan

organisasi. Hal ini karena strategi yang nantinya dibuat harus sesuai dengan visi, misi, dan tujuan organisasi sehingga harapannya strategi yang dihasilkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan organisasi dalam mengatasi permasalahan yang ada. Langkah selanjutnya, yaitu mengidentifikasi lingkungan internal dan lingkungan eksternal organisasi. Proses identifikasi dalam lingkungan internal diperlukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan organisasi sedangkan proses identifikasi lingkungan eksternal diperlukan untuk mengetahui peluang dan ancaman organisasi.

Analisis lingkungan internal untuk bidang penyuluhan adalah diperoleh melalui kajian pada faktor manajemen sumberdaya manusia yang meliputi rekrutmen, kesejahteraan, gaji, umur, masa kerja dan pendidikan formal.

Faktor internal lain meliputi pelatihan, motivasi, persepsi terhadap tugas, pemanfaatan media, hubungan interpersonal dan jumlah kelompok yang dibina.

Untuk lingkungan internal ini dirangkum dan dianalisis melalui matriks IFE.

Analisis lingkungan eksternal, meliputi administrasi, ketetapan kebijakan organisasi, ketersediaan sarana dan prasarana, sistem penghargaan, kondisi lingkungan kerja, keterjangkauan daerah tempat bekerja, tingkat partisipatif aktif masyarakat dan pembinaan dan supervisi. Untuk lingkungan eksternal ini dirangkum dan dianalisis melalui matriks EFE. Tahap ini disebut dengan tahap input.

Langkah selanjutnya, yaitu tahap formulasi strategi dengan menggunakan matriks SWOT. Pada matriks ini di formulasikan strategi-strategi yang penting yang akan digunakan dengan mengkombinasikan faktor-faktor internal dan eksternal yang diperoleh. Strategi diperoleh dengan memanfaatkan

Universitas Sumatera Utara

kekuatan dan pelung yang dimiliki serta meminimalisir kelemahan serta menghindari ancaman yang ada.

Penurunan Kinerja Penyuluh Pertanian

Identifikasi Visi, Misi dan Tujuan Penyuluhan

Analisis Lingkungan Internal melalui matriks IFE

SDM (Rekrutmen, gaji kesejahteraan dll) Pelatihan

Persepsi terhadap

Analisis Lingkungan Eksternal melalui matriks EFE Administrasi

Kebijakan Organisasi Sarana dan prasarana dll

tugas dll

Formulasi strategi dengan SWOT

Strategi peningkatan

Kinerja

Gambar 3.Kerangka Konseptual

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4. 1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di lima Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai. Kecamatan tersebut terdiri dari Kecamatan Perbaungan, Teluk Mengkudu, Sei Rampah, Tanjung Beringin dan Sei Bamban. Kelima Kecamatan ini bernaung di bawah tiga Balai Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BPKP) yaitu BPKP Pematang Sijonam, BPKP Sei Rejo dan BPKP Tanjung Beringan.

Pemilihan lokasi ini adalah karena daerah-daerah tersebut merupakan sentra padi sawah dan wilayahnya terjangkau oleh penulis. Jangka waktu penelitian dilakukan selama dua bulan yaitu bulan Januari 2012 sampai Maret 2012.

TABEL 4

Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian

4.2 Metode Penelitian.

Tahapan yang penting dilakukan dalam sebuah penelitian adalah Metodologi Penelitian. Metodologi penelitian adalah studi mengenai metode-metode ilmiah yang digunakan dalam penelitian (Widodo, 2005). Secara tersirat

No Jenis Kegiatan Minggu

I II III IV V VI VII

1 Penyusunan Usulan Geladikarya

2 Kolokium Usulan Geladikarya 3 Pengumpulan dan Analisa Data 4 Penyusunan Geladikarya 5 Seminar Perusahaan 6 Konsultasi Geladikarya 7 Sidang Geladikarya

Universitas Sumatera Utara

dapat memberikan gambaran mengenai pendekatan, tipe, jenis atau desain dari suatu penelitian. Metode pada penelitian yang dilakukan ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur kuantifikasi, perhitungan statistik, atau bentuk cara-cara lainnya yang menggunakan ukuran angka (Strauss dan Corbin, 1990 dalam Hoepfl, 1997 dan Golafshani, 2003). Kualitatif berarti sesuatu yang berkaitan dengan aspek kualitas, nilai atau makna yang terdapat dibalik fakta. Kualitas, nilai atau makna hanya dapat diungkapkan dan dijelaskan melalui linguistik, bahasa, atau kata-kata. Oleh karena itu, bentuk data yang digunakan bukan berbentuk bilangan, angka, skor atau nilai; peringkat atau frekuensi; yang biasanya dianalisis dengan menggunakan perhitungan matematik atau statistik (Creswell, 2002).

Jenis dari penelitian kualitatif ini adalah studi kasus. Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu.

4.3 Jenis dan Sumber Data

Data adalah keterangan atau bahan yang benar dan nyata yang dapat dijadikan kajian analisis atau kesimpulan dalam penelitian. Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah sumber data yang secara langsung memberikan data kepada peneliti sedangkan data sekunder adalah sumber data yang secara tidak langsung memberikan data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer, berupa data yang didapat secara langsung dari narasumber di tempat dan belum melalui proses pengolahan sebelumnya. Data primer dalam penelitian ini merupakan hasil identifikasi faktor-faktor strategis yang ada pada BP2KP dengan data-data mengenai profil organisasi, data-data internal mengenai keuangan,logistik dan data-data lain yang berkaitan dengan organisasi.

2. Data Sekunder, berupa data yang diperoleh dari sumber kedua dan telah melalui proses pengolahan data yang diambil dari dokumentasi data-data lampau, majalah, artikel, jurnal dan website lain yang mendukung

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari dalam dan luar organisasi. Sumber data penelitian ini adalah:

1. Data Internal

Data internal merupakan data yang berasal dari dalam (internal) organisasi yang diteliti. Dalam penelitian ini data internal diambil dari BP2KP. Data internal yang diperoleh adalah data mengenai profil, struktur organisasi, data yang berkaitan dengan perkembangan penyuluhan selama beberapa tahun terakhir serta faktor-faktor internal dan eksternal kunci yang mempengaruhi organisasi.

2. Data Eksternal

Data eksternal merupakan data yang diperoleh dari luar (eksternal) organisasi yang diteliti. Data-data yang diperoleh bukan dari BP2KP kondisi umum penyuluhan dan pertanian yang diperoleh melalui studi pustaka, majalah, jurnal maupun internet.

Universitas Sumatera Utara

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk mendapatkan data primer, teknik yang digunakan adalah:

1. Wawancara

Wawancara untuk memperoleh data sehingga dapat memenuhi input dalam tujuan penelitian. Wawancara dilakukan kepada masing-masing responden yang telah ditentukan yang mampu memberikan informasi sejelas-jelasnya.

2. Dokumentasi

Dokumentasi dengan mengumpulkan data melalui penelusuran data-data historis baik berupa laporan-laporan maupn data-data mengenai kegiatan dan administrasi atao laporan yang dibuat oleh penyuluh pertanian.

3. Observasi

Merupakan metode yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian dengan pengamatan peneliti. Metode observasi digunakan untuk mengamati lingkungan internal dan eksternal perusahaan.

4. Studi Pustaka

Metode pengumpulan data dengan melakukan studi literature terhadap surat kabar, jurnal, majalah, artikel maupun penelitian atau tulisan ilmiah yang berkaitan dngan analisis lingkungan internal dan eksternal

Metode pengumpulan data dengan melakukan studi literature terhadap surat kabar, jurnal, majalah, artikel maupun penelitian atau tulisan ilmiah yang berkaitan dngan analisis lingkungan internal dan eksternal

Dokumen terkait