D. AKUNTABILITAS PENGELOLAAN PROGRAM LINTAS SEKTORAL
Akuntabilitas pengelolaan program lintas sektoral ditekankan pada keberhasilan pencapaian efektivitas, efisiensi, dan kehematan program-program strategis, baik yang tercantum dalam prioritas nasional, prioritas bidang, prioritas kewilayahan, dan prioritas Pemda.
Pengawasan terhadap program strategis dilaksanakan dalam rangka mendukung program pemerintah yang pro growth, pro job, pro poor, dan pro environment dengan menitikberatkan pada audit efisiensi, keekonomisan, dan keefektifan pelaksanaan program/kegiatan, audit pelayanan publik, dan mediasi dalam rangka penyelesaian hambatan kelancaran pembangunan (debottlenecking).
Hasil pengawasan terhadap program strategis diuraikan di bawah ini.
D.1 Pengawasan Kinerja Program Lintas Sektoral
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan pengawasan atas beberapa program lintas sektoral yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, antara lain Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, PNPM Mandiri Perdesaan dan Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Audit Tunggakan atas Tunjangan Profesi Guru Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD) dan Kementerian Agama.
Pengawasan dilakukan untuk menilai keberhasilan penanggung jawab program dalam melaksanakan atau menyelenggarakan program, serta memberikan saran perbaikan jika dijumpai kelemahan dalam peningkatan efektivitas dan efisiensi, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan dan ketepatan penyusunan dan penyampaian laporan kegiatan pelaksanaan program.
D.1.1 PNPM Mandiri Perkotaan dan PNPM Mandiri Perdesaan
Tujuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) adalah meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri. Tujuan pelaksanaan Audit Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) adalah :
a. Memberikan opini mengenai tingkat kewajaran penyajian laporan keuangan program.
b. Memberikan penilaian atas sistem pengendalian intern program guna mencapai tujuan program, serta penilaian atas tingkat efektivitas implementasi di lapangan.
c. Memberikan penilaian terhadap pencapaian kinerja program berdasarkan indikator-indikator kinerja yang telah ditetapkan.
d. Memberikan penilaian terhadap kepatuhan program berdasarkan jenis kegiatan yang ditetapkan.
Selama tiga tahun terakhir, jumlah alokasi dana PNPM Mandiri Perkotaan dan PNPM Mandiri Perdesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta selalu mengalami peningkatan sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2.21 di bawah ini.
Tabel 2.21
Alokasi Dana PNPM Daerah Istimewa Yogyakarta
No. Tahun PNPM Mandiri
1 2011 14.550.000.000,00 46.060.000.000,00 60.610.000.000,00 2 2012 31.280.000.000,00 52.215.000.000,00 83.495.000.000,00 3 2013 33.800.000.000,00 93.992.500.000,00 127.792.500.000,00 Jumlah 79.630.000.000,00 192.267.500.000,00 271.897.500.000,00 Sumber : Database Koordinator PNPM Mandiri Perkotaan Provinsi D.I. Yogyakarta
Perkembangan jumlah dan tingkat kolektibilitas dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan dan Mandiri Perdesaan selama empat tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 2.22 dan tabel 2.23 di bawah ini.
Tabel 2.22
Kondisi Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan sampai dengan Tahun 2013
No. Tahun Jumlah Dana Bergulir (Rp)
Kolektibilitas Diragukan
(Rp) Macet
(Rp) 1 2010 35.370.864.925,00 817.769.948,00 3.013.189.367,00 2 2011 3.862.110.469,00 801.567.875,00 4.127.724.591,00 3 2012 42.579.690.823,00 670.131.003,00 5.496.055.296,00 4 2013 46.633.885.338,00 661.207.283,00 6.328.726.693,00 Sumber : Database Koordinator PNPM Mandiri Perkotaan Provinsi D.I. Yogyakarta
Tabel 2.23
Kondisi Dana Bergulir PNPM Mandiri Perdesaan sampai dengan Tahun 2013
No. Tahun Jumlah Dana Bergulir (Rp)
Kolektibilitas Diragukan
(Rp) Macet
(Rp) 1 2010 118.233.727.199,00 4.549.893.711,00 3.054.932.025,00 2 2011 138.256.386.730,00 4.429.284.593,00 4.173.258.420,00 3 2012 159.773.106.581,00 4.465.494.731,00 6.326.850.609,00 4 2013 183.562.033.922,00 3.793.731.841,00 7.862.861.596,00 Sumber : Koordinator PNPM Mandiri Perdesaan Provinsi D.I. Yogyakarta
Selama empat tahun terakhir, hasil penilaian terhadap capaian kinerja PNPM Mandiri Perkotaan dan Mandiri Perdesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta secara
umum telah memadai, sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2.24 dan tabel 2.25 di bawah ini.
Tabel 2.24
Capaian Kinerja PNPM Mandiri Perkotaan Daerah Istimewa Yogyakarta
No. Satuan Kerja 2010 2011 2012 2013
1 D.I Yogyakarta Memadai Memadai Tidak Ada
Penilaian Tidak Ada Penilaian 2 Kota Yogyakarta Tidak Diaudit Tidak Diaudit Tidak Diaudit Memadai 3 Kabupaten
Bantul Memadai Memadai Tidak Diaudit Memadai
4 Kabupaten
Sleman Memadai Memadai Memadai Memadai
5 Kabupaten
Kulon Progo Tidak Diaudit Tidak Diaudit Tidak Diaudit Tidak Diaudit 6 Kabupaten
Gunungkidul Tidak Ada
PNPM Tidak Ada
PNPM Tidak Ada
PNPM Tidak Ada PNPM Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP D.I. Yogyakarta
Tabel 2.25
Capaian Kinerja PNPM Mandiri Perdesaan Daerah Istimewa Yogyakarta
No. Satuan Kerja 2010 2011 2012 2013
1 D.I Yogyakarta Tidak Ada
Penilaian Tidak Ada
Penilaian Tidak Ada
Penilaian Tidak Ada Penilaian
Bantul Memadai Memadai Tidak
Diaudit Memadai 4 Kabupaten
Sleman Memadai Memadai Tidak
Diaudit Tidak Diaudit 5 Kabupaten
Kulon Progo Memadai Memadai Memadai Memadai
6 Kabupaten
Gunungkidul Cukup
Memadai Memadai Memadai Cukup
Memadai Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP D.I. Yogyakarta
Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan dan PNPM Mandiri Perdesaan, antara lain:
a. Jumlah dana bergulir yang bermasalah pada Tahun 2013 mencapai 14,98% dari jumlah dana bergulir pada PNPM Mandiri Perkotaan dan 6,35% jumlah dana bergulir pada PNPM Mandiri Perdesaan.
b. Terdapat Unit Pengelola Keuangan pada tingkat kecamatan, yang belum melaksanakan fungsinya dalam memberdayakan ekonomi masyarakat.
c. Kurangnya pembinaan, pemantauan, dan pengawasan oleh satuan kerja program PNPM Mandiri Perkotaan dan PNPM Mandiri Perdesaan, baik di tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta maupun kabupaten/kota, terhadap pelaksanaan kegiatan pada Unit Pengelola Keuangan pada tingkat kecamatan maupun fasilitator pendamping.
D.1.2 Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP)
Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui peningkatan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan infrastruktur dasar perdesaan dengan tujuan meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap infrastruktur dasar di wilayah perdesaan, dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyediaan infrastruktur perdesaan. Alokasi dana PPIP sampai dengan Tahun 2013 untuk Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar Rp101.553.463.450,00, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.26
Alokasi Dana PPIP DIY Sampai Dengan Tahun 2013
No. Tahun Jumlah Desa
Sasaran Alokasi Dana
(Rp)
1 2011 66 16.500.000.000,00
2 2012 86 21.500.000.000,00
3 2013 212 63.553.463.450,00
Jumlah 364 101.553.463.450,00
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP D.I. Yogyakarta
Selama empat tahun terakhir, hasil audit terhadap capaian kinerja Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan pada wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta berfluktuatif, sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2.27
Tabel 2.27
Capaian Kinerja Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan DIY
No. Satuan Kerja 2010 2011 2012 2013
1 D I Yogyakarta Cukup
Berhasil Kurang
Berhasil Sangat Berhasil Cukup Berhasil 2 Kabupaten Bantul Cukup
Berhasil Tidak Diaudit Tidak Diaudit Berhasil 3 Kabupaten Sleman Berhasil Cukup Berhasil Kurang
Berhasil Cukup Berhasil 4 Kabupaten Kulon Progo Tidak
Diaudit Cukup Berhasil Cukup Berhasil Berhasil 5 Kabupaten Gunungkidul Berhasil Cukup Berhasil Cukup Berhasil Cukup Berhasil
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP D.I. Yogyakarta
Beberapa permasalahan yang dijumpai pada pelaksanaan Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan, di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, antara lain:
a. Pelaksanaan pembangunan infrastruktur perdesaan belum sesuai dengan spesifikasi teknis/rencana yang telah ditetapkan dalam musyawarah desa.
b. Sistem pengendalian intern dalam pelaksanaan Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan masih lemah, seperti administrasi yang belum tertib, baik pada OMS maupun satuan kerja, monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program belum berjalan dengan baik.
c. Infrastruktur Perdesaan yang telah dibangun masih ada yang belum diserahkan dan dicatat sebagai aset desa.
D.1.3 Audit atas Klaim Dana Jamkesmas
Berdasarkan Surat dari Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Nomor PS.02.02/X/2472/2013 tanggal 17 Desember 2013, BPKP telah melakukan audit terhadap kekurangan dana klaim Jamkesmas. Audit dilaksanakan dengan tujuan untuk:
a. Menguji kewajaran besaran perhitungan klaim dana jamkesmas pada PPK lanjutan/
Rumah Sakit pengelola dana Jamkesmas.
b. Menguji kewajaran nilai utang/piutang klaim dana jamkesmas Kementerian Kesehatan per 31 Desember 2013.
Adapun sasaran audit tersebut adalah tersajinya nilai saldo dana klaim Jamkesmas pada akhir Tahun 2013 pada masing-masing Rumah Sakit pengelola dana Jamkesmas pada Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Gunungkidul.
Hasil audit atas klaim dana Jamkesmas di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, dapat dilihat pada Tabel 2.28 berikut.
Tabel 2.28
Jumlah Dana Jamkesmas dan Klaim Dana Jamkesmas DIY s.d Tahun 2013
No. Kabupaten/Kota Jumlah RS
1 Yogyakarta 13 140.022.880.467,00 159.474.506.813,10 19.451.626.346,10 2 Sleman 19 335.153.506.544,00 391.124.624.896,98 55.971.118.352,98 3 Bantul 9 153.750.017.408,00 191.711.242.609,23 37.961.225.201,23 4 Kulon Progo 3 66.928.724.623,00 80.099.716.611,73 13.170.991.988,73 5 Gunungkidul 2 52.400.440.838,00 60.565.066.368,83 8.164.625.530,83 Jumlah 46 748.255.569.880,00 882.975.157.299,87 134.719.587.419,87 Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Dari hasil audit atas klaim dana Jamkesmas di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta masih terdapat klaim Jamkesmas yang harus dibayarkan Kementerian Kesehatan kepada rumah sakit sebedar Rp134.719.587.419,87. Selain itu, dijumpai penyelamatan
penghematan pengeluaran negara yang berasal dari temuan pemeriksaan berupa penyetoran ke kas negara sebesar Rp743.112.371,00 berupa kelebihan klaim, penerimaan jasa giro dan sisa dana yang belum disetor ke Kas Negara.
D.1.4 Audit atas Tunjangan Profesi Guru
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengatur bahwa guru dan dosen berkedudukan sebagai tenaga profesional untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional. Dalam melaksanakan tugas secara profesional, guru dan dosen berhak atas tunjangan profesi yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi.
Tunjangan Profesi Guru diberikan kepada guru yang telah mendapatkan Sertifikat Pendidik dan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Pemberian Tunjangan Profesi Guru diberikan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia yang mengatur tentang Pedoman Umum dan Alokasi Tunjangan Profesi Guru.
D.1.4.1 Tunjangan Profesi Guru PNSD
Kegiatan audit atas Tunjangan Profesi Guru PNSD dilaksanakan untuk :
a. Memastikan bahwa tunggakan TP Guru PNSD telah diperhitungkan sesuai dengan peraturan yang berlaku sebagai dasar pembayaran TP Guru PNSD.
b. Memperoleh SiLPA dari TP Guru PNSD yang belum dibayarkan serta penggunaannya.
c. Memastikan bahwa dalam pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi telah memenuhi prinsip pengelolaan kepemerintahan yang baik.
Hasil Audit atas Tunjangan Profesi Guru PNSD Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 2.29.
Tabel 2.29
Hasil Audit Tunjangan Profesi Guru PNSD DIY s.d Tahun 2013
No Kabupaten/Kota Jumlah Guru
2 Sleman 53 241.810.060,00 170.795.000,00 412.605.060,00
3 Bantul 5.207 17.693.764.300,00 (294.534.000,00) 17.399.230.300,00 4 Kulon Progo 567 3.981.774.100,00 (2.233.973.500,00) 1.747.800.600,00 5 Gunungkidul 2.407 6.718.404.405,00 (127.383.240,00) 6.591.021.165,00 Jumlah 8.234 28.635.752.865,00 (2.485.095.740,00) 26.150.657.125,00 Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Dari hasil audit atas Tunjangan Profesi Guru PNSD di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta diperoleh penghematan berupa koreksi atas pengajuan tunjangan profesi yang tidak sesuai ketentuan sebesar Rp.2.485.095.740,00 dan penghematan berupa penyetoran kembali ke Kas Negara tunjangan yang sudah dibayarkan sebesar Rp25.863.930,00.
D.1.4.2 Tunjangan Profesi Guru Agama
Kegiatan audit atas Tunjangan Profesi Guru Agama dilaksanakan untuk memastikan bahwa tunggakan tunjangan profesi guru telah diperhitungkan sesuai dengan peraturan yang berlaku sebagai dasar pembayaran tunjangan profesi guru dan Mengidentifikasi kendala/permasalahan yang terjadi dalam penyelesaian tunggakan TP Guru.
Hasil Audit atas Tunjangan Profesi Guru Agama Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 2.30.
Tabel 2.30
Hasil Audit Tunjangan Profesi Guru Agama DIY s.d Tahun 2013
No Kabupaten/Kota Jumlah Guru
3 Bantul 161 52.500.000,00 67.901.300,00 120.401.300,00
4 Kulon Progo 274 460.793.100,00 357.479.500,00 818.272.600,00
5 Gunungkidul 4 0,00 74.841.300,00 74.841.300,00
Jumlah 443 601.417.300,00 500.222.100,00 1.101.639.400,00 Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Dari hasil audit terhadap data seluruh guru, baik PNSD maupun guru agama dan guru madrasah, dijumpai permasalahan sebagai berikut:
a. Database guru yang menjadi dasar pembayaran tunjangan profesi guru, baik yang dikelola oleh Dinas Pendidikan maupun Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota, belum dimuktahirkan secara berkala.
b. Guru tidak dapat memenuhi kewajiban jam mengajar selama satu periode.
c. Pembayaran tunjangan profesi guru kepada guru yang tidak berhak karena tidak memiliki Nomor Registrasi Guru (NRG).
Terhadap permasalahan tersebut, kami telah melakukan koreksi terhadap jumlah tunggakan tunjangan profesi guru yang harus dibayarkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Agama.
Selain itu, dijumpai penyelamatan penghematan pengeluaran negara yang berasal dari temuan pemeriksaan berupa penyetoran ke Kas Negara tunjangan yang sudah dibayarkan sebesar Rp548.035.155,00.
D.2 Monitoring Program Prioritas Pembangunan Nasional (UKP-PPP)
Penugasan dari UKP-PPP berupa monitoring terhadap Rencana Aksi Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2014 dari Kementerian/Lembaga dilaksanakan untuk memperoleh keyakinan bahwa suatu kegiatan yang ditetapkan dalam Instruksi Presiden RI Nomor 14 Tahun 2011 telah dilaksanakan dan sesuai dengan laporan yang disampaikan oleh Kementerian/Lembaga selaku Penanggung jawab Program.
Ruang lingkup monitoring terhadap sembilan rencana aksi kementerian/lembaga yang dilaksanakan satuan kerja/SKPD di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi Program Penjaminan Kepastian Layanan Pendidikan SD, SMP, SMA, SMK dan Universitas, Penjaminan Kepastian Layanan Pendidikan MI, MTs, MA dan Mahasiswa, Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), Peningkatan Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Kesiapan Pelaksanaan Program JKN/BPJS pada RS Vertikal/RSUD/Puskesmas, Pelayanan pembiayaan Pertanian, Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), Perluasan Areal dan Pengelolaan Lahan Pertanian, Peningkatan Produksi Ternak dengan Pendayagunaan Sumber Daya Lokal.
Selanjutnya pada Triwulan I Tahun 2014, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan monitoring terhadap pelaksanaan Program BPJS pada rumah sakit dan puskesmas di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara umum pelaksanaan Program BPJS sampai dengan 31 Maret 2014 belum berjalan dengan baik. Permasalahan yang menghambat pelaksanaaan Program BPJS adalah:
a. Rumah sakit dan puskesmas pelaksana Program BPJS belum didukung dengan infrastruktur sistem aplikasi BPJS.
b. Rumah sakit dan puskesmas pelaksana Program BPJS belum mendapat pedoman teknis terkait standar dan sistem operasional pelayanan BPJS, termasuk tata cara klaim tagihan kepada BPJS.
c. Puskesmas belum menerima penetapan jumlah dana kapitasi, dana kapitasi pelayanan BPJS, maupun panduan pengelolaan dana kapitasi, yang akan digunakan dalam kegiatan operasional puskesmas dalam memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
d. Kurangnya jumlah dan kompetensi personil pengelola dan pelaksana Program BPJS pada rumah sakit dan puskesmas.